NovelToon NovelToon

Guru Galak Ternyata Jodoh Ku!

Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan

Hana, begitu panggilan nya.

Gadis yang mempunyai nama lengkap Hana Gauri, Mempunyai paras yang manis dan postur tubuh yang mungil, kira - kira tinggi nya hanya sekitar 155 cm. Umurnya juga masih 17 tahun. Dia masih duduk di bangku SMK, tepat nya kelas 2 di SMK negri 08 jakarta.

Hana terbilang murid yang cukup cerdas, sampai banyak guru yang memuji kepintaran nya, tapi tidak dengan pak Arman Samudra. Guru Galak yang mengajar pelajaran Matematika.

Bel masuk pun berbunyi "Tringgggg... Tringgggg..."

Jam menunjukkan pukul 11.30 semua murid memasuki ruang kelasnya masing-masing.

Semua murid di kelas Hana, juga sudah terkumpul semua.

Pak Arman yang terkenal sebagai guru yang galak dan tanpa basa basi itu membuat murid - murid tidak ada yang berani terlambat masuk kelas.

Suasana kelas yang sekejap hening ketika pak Arman sudah melangkah kan kakinya masuk ke dalam kelas.

"Halo semua." Dengan nada agak keras tapi datar.

"Hai pak.." jawab murid serentak.

Semua mata memandang ke arah langkah kaki pak Arman yang memasuki kelas.

"Selamat pagi, apakah kalian bahagia dan siap belajar?" Kata - kata pembuka milik pak Arman.

"Bahagia pak..." Jawab anak murid serentak.

Pak Arman memberikan senyuman nya di depan kelas. Senyuman tampan tapi menakutkan bagi murid.

Pak Arman menaruh ransel hitam nya di kursi guru, tangan kanannya sudah menggenggam spidol papan tulis semenjak masuk tadi.

Mata Hana melirik ke arah Gita teman sebangkunya, alisnya naik turun, bibirnya menunjuk ke arah spidol yang di genggam pak Arman. Hana memberi kode ke Gita, bahwa pak Arman pasti akan memberi soal lagi di papan tulis.

Belum selesai Hana memberikan kode pada Gita, namanya sudah di panggil untuk maju ke depan.

"Ayo Hana gauri silahkan maju" tangan pak Arman membentang ke arah papan, siap dengan spidol hitam nya.

Hana sekejap tertegun dan kaget, nama nya lagi - lagi di panggil paling awal untuk mengerjakan soal.

Dengan suara yang terbata - bata "Hehehe maaf pak, hmmm kok sa.. sa.. saya terus ya yang maju pertama, hehe.. maaf pak.. Nama saya kan dari huruf H pak.. kenapa gak yang awalan A aja pak" kata Hana.

"Oh.. berani kamu komplain sama saya?" Jawab pak Arman.

Hana melipat bibir nya kedalam, kepalanya menunduk dan menelan ludah nya pelan - pelan.

"Ayo maju Hana..! Atau kamu keluar?"

"Keluar????" Bisik nya dalam hati.

Mata nya berputar jengkel, dengan kepala yang masih menunduk.

Hana tidak punya pilihan selain maju ke depan dan mengerjakan soal random tersebut.

Suasana di kelas sangat sunyi, yang terdengar hanya suara nafas Hana dan jam dinding.

Dengan berat hati Hana beranjak dan melangkah kedepan, dengan kepala yang masih saja menunduk.

"Kenapa sih aku terus yang di suruh ke depan, benar - benar menjengkelkan sekali guru ini" Hana bergumam dalam hati.

Pak Arman terlihat sudah menuliskan soal di papan "ayo Hana kerjakan, lebih cepat lebih baik"

"Baik pak" jawabnya..

Hana yang berada di hadapan pak Arman mengambil spidol dari tangan sang guru.

Pak Arman ini guru yang galak tapi dia juga sangat tampan. Bahkan dia orang paling tampan di sekolah.

Pak arman dengan postur tubuh yang tinggi kira kira 180cm. Wajahnya blasteran bule, umurnya juga masih muda, mungkin sekitar 28 tahun, dan pak Arman adalah lulusan terbaik di kampusnya.

"Ayo anak - anak sembari menunggu Hana mengerjakan soal dipapan, kalian buka buku paket halaman 35" kata pak Arman.

Hana yang sedang mengerjakan soal, matanya tiba-tiba melotot persis di depan soal - soal di papan tulis, ketika mendengar pak Arman menyuruh teman -temannya membuka buku paket.

Sedangkan dia malah di suruh maju ke depan.

"Hih! Berati hanya aku korban maju hari ini, sial!" Gumam Hana dalam hati.

Tapi apa boleh buat, semakin Hana tidak setuju, semakin sulit lagi nantinya.

Karna Hana memang pintar, soal di papan begitu mudah ia kerjakan.

Tidak butuh waktu lama, Hana sudah menyelesaikan soal - soal tersebut.

"Maaf pak sudah selesai" sembari menaruh spidol hitam di atas meja.

Pak Arman hanya melirik ke arah papan, dan berkata "iya betul.. oke kamu boleh duduk.."

Tubuhnya berputar balik arah dan kembali ke kursinya. Tapi, belum sampai ke tempat duduknya, soal yang di kerjakan tadi sudah di hapus lagi dari papan.

Hana yang baru saja duduk di kursi, benar - benar di buat makin jengkel melihat nya.

"Apa!! Sudah di hapus aja! Untuk apa aku maju!! Dasar guru menjengkelkan!!" Hana mengomel sendirian dengan suara yang berbisik.

Gita yang berada di samping nya, menahan tangan Hana di atas kursi..

"Sabar... Hana... Sabar...."

Hana yang memang sedang sedikit emosi membuka buku paket dengan agak di banting, "dupppmm!!"

Semua mata didalam kelas tertuju kepada Hana.

Hana celingak-celinguk menahan malu.

"Eeeh... Maaf ya maaf.. ke kenceng-an!"

Pak Arman pun juga ikut tertegun dengan ulah Hana.

"Maaf yaaa semua, maaf juga pak heheh" Hana kembali menunduk kan kepalanya tepat di atas buku paket.

Jantungnya berdebar, Hana yang jengkel berubah menjadi malu dan takut.

Dia takut di suruh mengerjakan soal lagi di papan. Syukur - syukur kalau lolos bisa kembali duduk. Kalau tidak bisa mengerjakan soal di papan, konsekuensi nya pasti di suruh keluar kelas, dan berlari mengelilingi lapangan sampai jam pelajaran berakhir.

Pelajaran pun di mulai, pak Arman mulai menerangkan soal soal yang berada di buku paket.

Waktu terus berputar, dan bel pulang sekolah pun berbunyi.

Mau tidak mau, pak Arman harus mengakhiri pelajaran hari ini.

"Oke, bel sudah berbunyi. Sampai jumpa besok pagi anak - anak"

Kakinya yang jenjang, terlihat menawan saat melangkah menuju keluar kelas.

Pak Arman si tampan yang galak pun sudah berlalu.

Di kelas terlihat murid-murid akhirnya melepas ketegangan nya selama mata pelajaran berlangsung.

"Haduh eh git, aku aneh deh sama pak Arman! Kenapa ya dia kaya mengincar aku terus git. Hampir setiap mata pelajaran matematika aku harus selalu maju di awal pelajaran loh!!" kata Hana.

"Hmmm Iya juga ya, semenjak di kelas 2 ini aku emang juga ngerasa sih.. kalau kamu kaya incaran pak Arman" Gita menggigit bibirnya, matanya melirik ke atas samping seakan berfikir.

"Apa mungkin karna kamu pintar kali han..." Gita melanjutkan.

Hana yang masih cemberut, tidak menggubris kata - kata Gita.

Hana fokus membereskan peralatan atk nya untuk di masukkan ke dalam tas ransel.

Bab 2. Di Hadang Pak Arman!

Hana dan Gita memang selalu berdua setiap pulang sekolah.

Seperti biasa mereka menunggu bus di halte.

Kebetulan di halte hanya ada mereka saja.

Bis sekolah tak kunjung datang, tapi tiba - tiba mobil berwarna putih yang sudah tak asing lagi berhenti tepat di depan halte.

Hana dan Gita memperhatikan mobil tersebut.

"Git, ini kan mobil pak Arman bukan sih?" Tanya Hana

Gita tak menjawab, Gita juga ragu karena dia tak hafal plat nomor nya.

Ketika kaca mobil di buka benar saja itu mobil pak Arman yang berhenti di depan halte, tepat di depan mereka berdua.

"Halo... Hana Gita ayo masuk, saya antar ke rumah kalian"

Pak Arman yang sedang memakai kacamata hitam, terlihat begitu maskulin.

Bibirnya yang tipis dan merah merona memperlihatkan gigi nya yang tertata rapi.

Hana dan Gita sampai tak bisa berkata-kata, selain karena ketampanan nya, juga karena baru kali ini pak Arman sangat ramah.

"Hei.. ayo.. nanti macet, ayo cepet masuk ke mobil"

"E Eh iya pak iya" kata mereka berdua Hana dan Gita.

Mereka langsung saja bergegas naik ke dalam mobil pak Arman.

"Blupp" pintu mobil tertutup.

Mobil pun melaju..

"Rumah kalian ke arah mana?" Tanya pak Arman.

Hana dan Gita masih diam tak bersuara.

"Hei... Hmmm jawab dong.. ke mana arah rumah kalian?" tanya nya lagi.

Hana dan Gita saling beradu pandang, tangan nya pun beradu saling bergesekan.

"Kok diem?" Sambil menyetir mobilnya, pak Arman membetulkan arah kaca spion di hadapannya, untuk melirik mereka berdua di belakang.

"Em... Ke.. ke... arah mall Dewa Jakarta pak, rumah kami tak jauh dari mall" jawab Gita dengan gagap.

"Oh, Kalau rumah mu Hana?" Pak Arman kembali bertanya dengan cepat tanpa jeda.

"Sama kok pak! Aku satu RT sama Gita pak, kita tetanggaan" jawab Hana.

"Oh, kalian tetangga.. pantesan berduaan mulu ya hehe.."

Hana mendelik ke arah Gita, mereka berdua merasa asing dengan tawa pak Arman yang jarang sekali terdengar.

Sepanjang perjalanan di dalam mobil, pak Arman seperti beda orang. Tidak garang seperti saat dia mengajar di kelas.

Pak Arman seperti asik sendiri, banyak tanya dan tawa, padahal Hana dan Gita seperti dua patung.

Hana memiringkan kepalanya ke arah gita

"Ternyata pak Arman bisa tertawa juga.. " bisik Hana ke telinga Gita.

Gita dengan spontan tertawa geli dan menutup mulut dengan kedua tangannya.

Mereka berdua sangat kaku dalam perjalanan kali ini, tidak seperti di dalam bis sekolah bisa leluasa bercanda.

*Mobil pun sudah Melewati mall Dewa Jakarta

"Seperti nya udah mau sampai pak, rumah ku dua tikungan lagi sampai, berjejer sama rumah Gita.. nanti kita turun di depan Indomaret itu aja pak" kata Hana.

"Oh gitu, kenapa ngga turun depan rumah kalian saja?" Tanya pak Arman.

"Emang nya ngga apa-apa pak?" Tanya Hana lagi.

"Loh, aku nganter ini biar tau rumah kamu loh han" jawab pak Arman dengan nada yang sangat santai sekali, seperti sudah lama berkawan.

"Oh baik pak"

Hana kembali mencolek paha Gita, dan Gita kembali tertawa dengan menutup mulutnya.

"Oiya Hana, omong - omong saya boleh minta nomor WhatsApp kamu?" Tanya pak Arman.

"Apa? Nomor saya? Buat apa pak?" jawab Hana.

"Kalau ngga boleh ngga apa sih" jawab pak Arman.

Hana diam membisu... Matanya beradu pandang dengan Gita.

Dari dalam mobil terlihat 100 meter kedepan ada pertigaan "ini belok ke kanan atau kiri nih?" Tanya pak Arman lagi.

"Kanan pak" Hana dan Gita kompak menjawab.

"Nah itu Indomaret nya ya pak, rumah saya 100 meter dari indomaret yang cat putih" Hana mencoba memberikan arah.

"Hmmm oke" jawabnya.

Dari kejauhan memang ada satu - satunya rumah yang bercat putih.

Mobil mulai berjalan agak pelan, dan berhenti, "Ini ya rumah kamu han?"

"Oh iya pak.. " jawab Hana.

"Kalau rumah Gita yang mana?"

"Rumah ku yang cat warna Oren pak, itu di sebelah sana" jari Gita menunjuk ke arah beberapa rumah dari rumah Hana.

"Oh... Dekat ya sama Hana hanya beberapa rumah.." kata pak Arman.

Gita mengangguk-anggukan kepalanya.

Mobil pun berhenti tepat di depan rumah Hana. Gita dan Hana bergegas turun.

"Pak ayo mampir" ajak Hana.

"Serius nih boleh mampir?" Tanya pak Arman dengan tangan yang ingin melepas sabuk pengamannya.

Hana kembali melihat Gita, Gita pun keheranan dengan tingkah pak Arman.

Bibir Hana mengerut, tanpa menjawab Hana langsung saja menepuk lengan Gita agak keras.

"Praaak!!!"

"Aduh Hana, kenapa sih!" sambil kesakitan.

"Eh oiya, aku lupa git.. kita kan mau ngerjain tugas ya git" Hana tiba - tiba saja seperti menolak halus pak Arman.

Pak Arman hanya memandang mereka berdua heran dari dalam mobil.

"Oiya pak kaya nya ngga bisa mampir deh pak, aku mau ngerjain tugas kelompok nih Ama Gita.. maaf ya pak.. lain Kali aja heheh.. makasih banyak ya pak"

Dari luar mobil Hana langsung bergeser sedikit ke samping kaca di pintu depan, mencoba mengambil tangan pak Arman untuk bersalaman.

"Ayo Gita salaman.. Cepet... Salaman..."

Gita menurut saja apa kata Hana.

"Makasih banyak ya pak hehe" kata Hana dan Gita.

"Yah.. sayang sekali saya ngga jadi mampir dong nih" tanya lagi.

"Hehehe kapan kapan aja ya pak" jawab Hana singkat memberikan senyum palsunya.

"Baik lah kalau begitu, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam bye pak.."

Pak Arman pun menutup kaca mobil, mobil pun melaju kedepan, dan berlalu.

Bab 3. Seperti Ada Rahasia

Sore hari yang sejuk, Gita berkunjung ke rumah Hana, dengan ransel selempang nya.

Di depan rumah Hana, ada ibu Maria sedang menyiram tanaman.

"Halo bude, assalamualaikum, ada Hana ngga?" Tanya Gita sambil mencium tangan bude Maria.

"Waalaikumsalam, masuk saja git, ada di kamar nya"

"Oke deh bude.." jawabnya santai.

"Kok bawa ransel git?" tanya bude Maria

"Biasa bude, mau belajar bareng" katanya lagi sambil cengengesan.

Gita yang sudah seperti saudara, langsung saja memasuki rumah Hana dengan santai dan masuk ke kamar Hana.

Tanpa mengetuk pintu, Gita menerobos kamar kawannya itu.

"Dorrrrr" Gita melompat ke kasur persis di atas Hana yang sedang rebahan.

"Aduh Gita, berat banget kamu ya ampun!" gerutu Hana.

Gita bangun dan duduk tepat di samping wajah Hana yang sedang rebahan, ia menyenderkan tubuhnya di dipan.

"Hehe sorry.. Oiya Han, ada yang aneh ngga sih sama pak Arman tadi? Masa tiba - tiba ramah begitu dan minta nomor kamu lagi.. Jangan - jangan pak Arman suka sama kamu?" tanya Gita.

"Hus enak aja!" jawab Hana sebal.

"Tapi iya sih aneh, masa minta nomor WA ku untuk apa ya... Eh tapi biar deh.. Gak usah di pikirin. Oiya git, udah selesai belum pr matematika untuk besok? besok pelajaran pertama loh!" saut Hana.

"Ya Belum lah, aku datang kesini kan mau nyontek sama kamu hana! Takut besok ngga keburu nyalin hehe" sambil menunjukkan tas ransel yang di panggul nya.

"Deh, dasar pemalas banget deh kamu git! Aku kira kamu mau main loh" Hana berdiri dan mengambil buku matematika di dalam ransel sekolah nya.

"Ayo dong belajar Gita, jangan nyalin aja.. rugi loh kamu kalo ngga belajar"

"Iya Bu guru..." Gita mesem - mesem meledek.

Gita adalah sahabat karib Hana sejak kecil, ibu Gita dan ibu nya bersahabat sejak lama.

Tidak heran Gita dan Hana sangat akrab, bahkan mereka sengaja di masukkan kesekolah yang sama sejak TK sampai SMK.

Jadi Hana sangat hafal dengan kemalasan Gita.

..........

Pagi hari telah tiba..

Hana dan semua teman sekelasnya sudah berada di dalam kelas, padahal bel masuk masih 5 menit lagi untuk berbunyi.

Semua murid di dalam kelas, sudah paham betul dengan konsekuensi nya jika mereka telat masuk saat pelajaran matematika.

"Triinngggg"

"Triinngggg"

Betul saja, bel belum selesai berbunyi pak Arman sudah datang tepat waktu memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak" sapa pak Arman dengan raut wajah yang datar.

"Pagi pak.." saut anak - anak serempak.

"Apakah kalian bahagia dan siap belajar" sapaan khas milik pak Arman.

"Bahagia pak.."

"Bagus lah.. sekarang kumpulkan pr kemarin ke

depan sesuai absen ya"

Nama dengan huruf awalan A dan seterusnya sudah mulai berdiri dan memberikan pr nya di atas meja guru.

"Bahagia apa nya, setiap pelajaran dia saja kita tegang" bisik Gita pada Hana.

Hana cekikikan sambil mengeluarkan buku pr nya.

"Kita liat nih git, apa aku lagi yang akan maju kedepan.. sampe bosan aku" gumam Hana.

"Ah, kamu mah pinter han.. setiap maju aja kamu bisa kan..!" Ujar Gita.

Hana mengernyitkan kan keningnya, dan bagian sudut bibirnya sedikit turun.

Mereka berdua berdiri berdampingan saat maju kedepan, karena di absen namanya juga berdekatan.

Begitu terus sampai semua murid selesai mengumpulkan pr.

"Baiklah anak - anak.. sambil saya menilai pr kalian, kalian kerjakan soal halaman 37" kata pak Arman.

Anak - anak serempak membuka buku paket, semua mengerjakan dengan kondusif.

Jam terus berputar, pelajaran matematika kali ini pun berakhir, hana lolos dari mengerjakan soal di papan tulis.

"Han, Tumben pak Arman ngga nyuruh kamu ke depan?" Tanya Gita

"Syukur lah git.. besok besok mungkin kamu hehe" balas Hana.

"Oh tidak! Aku lebih milih keluar kelas saja deh han kalau begitu hahahaha"

Hana dan Gita tertawa terpingkal-pingkal, mendengar Gita yang sudah menyerah sebelum berperang.

........

Bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Anak- anak pulang kerumah masing-masing.

Sampainya dirumah, Hana tertegun melihat mobil putih pak Arman sudah terparkir di halaman rumah nya.

"Loh itu kan mobil pak Arman, ngapain pak Arman datang kerumah" langkah kakinya melambat.

Terlihat juga ada mobil bapak yang terparkir.

"Loh ada mobil bapak juga, tumben bapak pulang cepet" Hana bergumam dalam hati.

Rasa penasaran nya memuncak.

"Ada apa ya?" katanya dalam hati.

Langkah kakinya mulai di percepat, pintu rumah yang terbuka membuat Hana leluasa masuk.

"Assalamualaikum Bu.. pak.."

Sambil berjabat tangan, Hana langsung saja bertanya "Loh kok ada pak Arman.. ada apa ya pak? Apa ada yang salah dengan nilai - nilai saya?" Tanya Hana.

"Oh ngga ada apa - apa kok, pak Arman hanya datang silahturahmi.. katanya kemarin mau mampir tapi ngga jadi" jelas ibu menginterupsi pertanyaan Hana.

Pak Arman hanya senyum - senyum saja, senyumannya manis sekali. Senyuman itu sudah dua kali di lihat, kemarin saat mengantar pulang dan hari ini.

Hana mencoba duduk di sebelah ibu.

Sebenarnya muncul banyak pertanyaan di benak Hana.

Tapi melihat gelagat pak Arman yang sudah mau pulang, Hana mengurungkan pertanyaan nya.

Pak Arman memandang gerak - gerik Hana yang mulai tidak nyaman.

"Ngga ada apa - apa kok hana, saya hanya ingin kenal orang tua mu. Oiya Bu kalau begitu saya pamit pulang ya Bu" kata pak Arman.

Hana mulai kebingungan "kok sudah mau pulang saja, selama apa dia disini?" Tanya nya dalam hati.

"Oh iya nak silahkan, lain kali datang lagi ya.. jaga silaturahmi kita" jawab bapak Malik, bapaknya Hana.

"Hah? Nak?" Hana mengernyitkan kening nya, Hana heran dengan panggilan nak kepada pak Arman.

Ibu dan bapak terlihat sangat terbuka dan ramah atas kunjungan pak Arman.

Setelah pak Arman pergi, Hana pun langsung bertanya kepada ibu Maria " Bu.. pak Arman ngapain sih kesini?"

Ibu yang sedang membereskan minuman sisa tamu tadi menjawab "main aja, silaturahmi.." jawab ibu singkat.

"Masa cuma main.. kok aku ngga percaya ya" tanya Hana lagi.

"Halah, dari pada kamu banyak tanya, mendingan kamu bawain gelas ke dapur deh" jawab ibu yang kerepotan mengangkat gelas.

Bibir hana yang manyun melebihi tinggi hidungnya, di colek oleh bapak.

"Manyun aja, yang ikhlas bantu ibu" kata bapak.

"Wleeeee" Hana menjulurkan lidah nya ke arah bapak meledek, dan bergegas membantu ibu membereskan meja tamu.

Dalam benak Hana mulai tertimbun banyak tanya, tapi dia berusaha untuk tidak berfikir macam-macam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!