Aleena memandang dengan dingin suasana meja makan, yang terdengar begitu bahagia sekali, antara ke dua mertuanya, dengan suaminya Alan dan kekasih Alan.
Dalam diam Aleena meletakkan lauk dan sayur, yang baru selesai ia masak ke atas meja makan.
Ia sudah terbiasa menghadapi suasana meja makan seperti ini, Alan tidak pernah menganggap dirinya sebagai istri.
"Kalian harus segera menikah, jangan sampai perut Amber membesar, malu nanti jadi bahan gunjingan, bisa berdampak dengan perusahaan!" sahut Ayah mertua Aleena kepada Alan.
"Iya, benar! kalian harus segera menikah, lalu ceraikan wanita yang tidak jelas ini, sudah menikah begitu lama, sampai sekarang belum juga hamil, menyebalkan!!" Ibu mertua Aleena memandang dengan sinis Aleena.
Bagaimana mau hamil, di sentuh pun belum pernah! bisik hati Aleena dalam diam.
Ia tidak memperdulikan perkataan Ibu mertuanya, dengan tenang ia menarik kursi untuk dirinya.
Brak!!
Belum sempat ia duduk, kursinya di tendang Amber, "Kamu tidak pantas makan dengan kami, pergi sana! makan di dapur dengan para Pelayan!!" bentak Amber dengan sinis.
"Huh! benar sekali, kamu akan di ceraikan putraku, jadi peranmu sebagai istri dan menantu di rumah ini, sudah tidak berlaku lagi mulai sekarang, pergi sana!!" Ibu mertua Aleena ikut mendukung Amber dengan nada sinisnya.
Alan hanya mendengus saja, sembari tersenyum dingin memandang Aleena.
Aleena dalam diam menghela nafas, dan tanpa bicara untuk membela diri, ia pun pergi dari ruang makan tersebut.
Selama Aleena menikah, dan menginjakkan kakinya dalam keluarga Anderson, ia tidak pernah di perlakukan baik oleh Ibu Alan.
Pernikahan yang Aleena pikir akan bahagia, setelah ia dan Alan saling dekat satu sama lain, ternyata tidak seperti apa yang ia pikirkan.
Alan kerap kali mengabaikannya, bahkan terkadang bersikap kasar padanya.
Mereka tidur di kamar yang sama, tapi ia tidak pernah tidur satu ranjang dengan Alan.
Aleena tidur di lantai, dengan beralaskan kasur tipis, dan harus jauh dari tempat tidur.
Aleena mencintai Alan sejak mereka masih bersekolah, di sekolah menengah pertama, Alan menolongnya menemukan kalung peninggalan Ibunya, yang terjatuh dari kolam renang sekolah.
Sejak itu Aleena memandang Alan sebagai pahlawannya, membuat ia diam-diam mencintai Alan.
Ia tidak perduli dengan sikap dingin Alan padanya, karena ia sudah kepalang jatuh cinta pada Alan.
Hingga ia memaksa Ayahnya untuk di nikahkan dengan Alan, karena ia tidak ingin menikah dengan pria lain, kalau bukan dengan Alan.
Ternyata Alan tidak mencintai Aleena, sampai pernikahan mereka memasuki usia tiga tahun.
Aleena di perlakukan seperti Pelayan, dan kerap mendapat amarah dari mertuanya.
Dengan penuh rasa benci, Alan waktu itu mencekik leher Aleena, sambil berkata, "Kamu hanya istri di atas kertas saja, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan cintaku, karena cintaku sudah ku berikan pada Amber!!"
Selama pernikahan mereka, Alan tidak pernah berkeinginan menyentuh Aleena, karena bagi Alan sangat menjijikkan menyentuh Aleena.
Dan Alan menganggap Aleena menikah dengannya, hanya karena harta saja.
Alan berpikir, kalau Aleena berambisi menikah dengannya, karena ingin panjat sosial, menjadi Nyonya kaya.
Karena itulah ia selalu bersikap dingin dan kasar pada Aleena, walau Aleena berulang kali menjelaskan padanya, kalau Aleena tulus mencintainya.
Alan tidak perduli dengan penjelasan Aleena, ia semakin sering mendukung Ibunya menindas Aleena.
Alan selalu membawa Amber ke rumah, menunjukkan kemesraannya bersama Amber di depan Aleena.
Sampai Aleena akhirnya menyerah untuk mencintai Alan, ia sudah lelah, dan menyesal telah jatuh cinta pada Alan.
Dan, kata-kata Ibu mertuanya yang selalu menghina dirinya mandul, wanita sial yang tidak dapat memberikan cucu kepadanya.
Aleena pernah mencoba menjelaskan kepada Ibu mertuanya tersebut, kalau ia belum pernah di sentuh Alan, dan mereka belum pernah melakukan malam pertama.
Ibu mertuanya dengan cepat memotong perkataannya, dan membuat Aleena hanya bisa menutup kembali mulutnya.
Sepertinya ia tidak perlu menjelaskan kepada wanita tua itu, kalau putranya tidak pernah tertarik untuk menyentuh dirinya.
Halo para readers... terimakasih sudah mampir.
Oh, iya.. Novel ini bukan membahas tentang agama, Novel ini membahas tentang : SUAMI MISKINKU TERNYATA MILIARDER.
Bersambung....
Aleena sudah tidak berminat lagi untuk membantah, setiap perkataan mertuanya, dan Alan.
Ia makan di meja dapur Mansion, sesuai apa yang diinginkan keluarga suaminya tersebut.
"Sungguh menyedihkan, kalau aku pasti sudah bunuh diri, karena tidak pernah dianggap sebagai istri sejak memasuki rumah keluarga suami!" ujar seorang Pelayan Anderson, memandang sinis Aleena, yang sedang makan sendiri di meja dapur.
"Dasar bodoh, mau-maunya tetap bertahan, dia pikir Tuan Alan akan mencintai nya!" sahut Pelayan yang lain dengan sinis.
"Menikah hanya di anggap seperti babu, dia pikir dengan tetap bertahan di keluarga Anderson, dia dapat harta warisan, setelah di ceraikan Tuan Alan, hi Hi hiii..!" Pelayan yang lain cekikikan menertawakan Aleena, yang menurut mereka wanita panjat sosial.
Aleena diam saja menyantap makan siangnya.
Brak!
Alan tiba-tiba datang melemparkan surat cerai, ke atas meja makan dapur, tepat di depan Aleena.
Aleena menatap dingin surat perjanjian cerai, yang di lemparkan Alan tepat di hadapannya.
"Tanda tangani! pernikahan palsu ini semua atas keinginan mu, sudah waktunya diakhiri, aku dan Amber akan segera menikah!" ujar Alan dengan datar, berdiri memandang dingin Aleena, menunggu surat tersebut di tanda tangani Aleena.
Dalam diam Aleena menghela nafas, tiga tahun ia menunggu Alan mencintainya, tapi tidak kunjung juga mendapat balasan.
Memang sudah waktunya pernikahan tanpa cinta ini diakhiri, tidak perlu di pertahankan lagi, ia juga sudah lelah menghadapi keluarga Alan yang selalu ketus padanya.
Aleena meraih pulpen, dan mendatangi surat perjanjian perceraian tersebut.
"Huh! akhirnya kamu menandatangani nya, tiga tahunku terbuang dengan sia-sia, seharusnya saat ini aku dan Amber sudah menikah, dan memiliki putra dan putri, sungguh sial! kenapa aku bisa terperangkap oleh siasat licik mu!!" cibir Alan penuh rasa kesal yang amat dalam.
Prang!!
Piring dan gelas air minum Aleena terlempar ke lantai, saat Alan dengan kasar meraih surat perjanjian perceraian, yang telah di tanda tangani Aleena dari atas meja.
Dengan wajah datarnya, Alan meninggalkan ruang dapur, meninggalkan Aleena menatap makan siangnya, yang berhamburan ke lantai.
Aleena menatap makanannya, yang berserakan di lantai, ia baru saja makan tiga sendok.
Melihat makan siangnya yang berhamburan ke lantai, ia tidak berselera lagi untuk makan.
"Ck! ck! ck! akhirnya Tuan Alan mendepaknya juga, sungguh kasihan Nona Amber, menunggu tiga tahun dengan sabar, akhirnya ia pun akan menjadi Nyonya Anderson!" sahut seorang Pelayan yang sedari tadi membicarakan Aleena, bersama dengan Pelayan lainnya.
Aleena berjongkok memungut piring dan gelas yang terjatuh dari lantai. Mendengar gumaman Pelayan Anderson, ia sudah terbiasa mendengarnya, jadi ia tidak memperdulikan apa yang mereka bicarakan.
Ini semua kesalahannya, memaksa Alan menikahinya karena ia jatuh cinta pada Alan.
Dalam diam Aleena membersihkan lantai, dan kemudian mencuci piring dan gelasnya yang kotor.
"Cepat! apa lagi yang kamu kerjakan! Ayo mengurus surat cerai! cepat!!" teriak Alan dari pintu ambang pintu dapur.
Setelah mengelap tangannya, Aleena bergegas mengikuti Alan dari belakang.
Drrrtt!
Sebuah koper meluncur ke arah Aleena, begitu ia sampai mengikuti Alan di ruang utama Mansion.
"Aku sudah masukkan semua pakaianmu ke dalam kopermu, dan barang-barang mu yang tidak seberapa itu!" sahut Amber dengan nada dingin.
Ibu mertuanya hanya mendengus tidak suka melihat Aleena, "Cepat! pergi sana! membuat udara di rumah ku begitu bauk, dasar jalang! aku harap tidak pernah melihatmu lagi di masa depan!!"
"Baik!" jawab Aleena datar.
Ia meraih kopernya, lalu menariknya meninggalkan ruang utama, mengikuti Alan dari belakang.
Saat sesampai di mobil, Aleena sendiri yang memasukkan kopernya ke bagasi mobil.
Dan, begitu ia duduk di kursi penumpang, mobil pun langsung bergerak meluncur, meninggalkan pelataran Mansion Anderson.
Gedung sipil masih buka, Alan tanpa mengatakan apapun, bergegas turun dari dalam mobil, begitu sopirnya menghentikan mobil di area parkir Gedung.
Saat petugas menanyakan, kenapa mereka bercerai, Alan dengan santai mengatakan kalau Aleena selingkuh.
Dan, surat cerai pun tidak berapa lama selesai di urus.
Aleena akhirnya resmi bercerai dengan Alan.
Bersambung.....
Setelah mereka memegang surat cerai masing-masing, Alan membawa Aleena ke suatu tempat.
"Mau kamu bawa kemana aku?" tanya Aleena merasa curiga, karena mobil tidak menuju jalan ke rumah orang tuanya.
Alan diam saja tidak menjawab pertanyaan Aleena, ia tengah sibuk mengetik chating di ponselnya.
"Alan! kamu bawa kemana aku!!" nada suara Aleena naik, karena Alan tidak menjawab pertanyaannya.
"Berisik! bisa tidak kamu diam!!" Alan mendelik marah memandang Aleena.
Mobil perlahan memasuki area parkir, yang Aleena tidak tahu gedung apa, yang di tuju Alan.
"Kamu dengan tidak tahu malu, memaksa Ayahmu menikahkan aku dengan mu, agar dapat hidup dalam lingkungan orang kaya! kamu pikir dirimu layak masuk, ke dalam lingkungan sosialita, Huh! kamu harus sadar diri! pasangan mu hanya pantas dengan lelaki miskin juga!!"
Alan menarik Aleena ke sebuah kolam renang, yang membuat Aleena merasa familiar dengan kolam tersebut.
Suasana kolam renang terlihat ramai oleh pria dan wanita, yang kelihatannya sedang mengadakan pesta.
Alan menarik tangan Aleena, tanpa memperdulikan keadaan Aleena, terseret dan kesulitan mengikuti langkah Alan.
Bruk!!
Tubuh Aleena di dorong Alan ke dekat sebuah kursi malas, tidak jauh dari tepi kolam renang.
"Pria itu yang sesuai dengan mu, sama-sama berhayal menjadi bagian kalangan sosial tinggi, pria sampah yang bisanya hanya bersantai saja, tidak mau bekerja, numpang tenar di kalangan orang kaya!" kata Alan tersenyum sinis.
Aleena menoleh ke arah kursi malas, di mana seorang pria tengah berbaring, menyanggah kepalanya dengan ke dua lengannya.
Menjadikan lengannya sebagai bantal.
"Hei.. Alfred! inilah gadis yang kamu incar dulu, pasangan yang cocok untukmu, sama-sama tukang hayal menjadi orang kaya, aku sudah menceraikannya!" kata Alan lagi.
Alfred? nama yang terasa familiar, membuat Aleena ingin melihat wajah pria yang berbaring itu, di balik kaca mata hitamnya.
"Dia lah pria, yang mengambil kalung mu dari dasar kolam renang, dulu dia selalu diam-diam mengikutimu, ke mana pun kamu berada!"
"A.. apa??"
Aleena sontak berdiri tegak, ia terkejut mendengar apa yang di katakan Alan, ia pun memandang pria yang berbaring tersebut.
Ternyata selama ini, ia jatuh cinta pada orang yang salah.
Lutut Aleena gemetar, ia telah kehilangan masa bahagianya selama tiga tahun.
Rela menderita untuk mendapatkan balasan cinta, dari orang yang ia pikir pahlawannya.
Hinaan, penindasan ia alami selama tiga tahun pernikahannya, ternyata ia salah mencintai orang.
Astaga! Aleena hampir saja jatuh terduduk, saking terkejutnya.
Perlahan pria yang berbaring itu bangkit dari berbaring nya, lalu melepaskan kacamata hitamnya.
Mata Aleena dan mata pria itu saling menatap dengan lekat, yang akhirnya Aleena dapat mengenali siapa pria itu.
Alfred, kakak kelas Aleena, senior yang terkenal sangat nakal.
Alfred siswa berandalan di sekolah mereka.
Semua teman sekolah mereka, mengenal siapa Alfred, murid yang sulit di atur, dan suka bolos sekolah.
Dan semua tahu, kalau Alfred putra dari keluarga miskin, yang tinggal di sebuah rumah sewaan.
Perubahan penampilan Alfred, sangat jauh sekali berbeda dari saat masa mereka sekolah dulu.
Alfred saat ini terlihat begitu tampan, dengan tubuh yang kekar, terlihat dari bahunya yang lebar.
Dan... sangat tinggi!
Alfred bangkit dari kursi malas, dan berdiri tegak di depan Aleena.
"Aleena" ucapnya pelan, menyebutkan nama Aleena.
Suara itu terdengar begitu berat. Suara bariton yang terdengar lembut memanggil nama Aleena.
"Ka... kak Alfred" ucap Aleena tanpa sadar, suaranya bergetar.
Ternyata murid berandalan di sekolah mereka lah, pahlawannya yang sebenarnya.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!