NovelToon NovelToon

The End Of Our Love

BAB 1

Matahari bersinar terang, menerobos jendela kamarnya, seorang wanita cantik bernama Dewi Eka Arshilla, gadis cantik berusia 28 tahun kelahiran Jakarta. Arshilla meregangkan otot-otot tubuhnya lalu turun dari ranjang untuk bergegas mandi. Setelah dua puluh menit ia keluar menggunakan handuk kimono

"Sayang? Apa kamu sudah bangun?" tanya seorang wanita.

"Sudah Ma, ini Arshi lagi mau pakai baju!" teriaknya dari dalam kamar

"Mama tunggu di bawah ya, kita sarapan bersama!"

"Baik Ma."

Arshilla buru-buru mengenakan pakaian dan segera turun ke bawah, tak lupa ia membawa tas dan laptopnya.

"Pagi Ma!" sapa Arshilla, ia mencium pipi kanan Mama nya

"Pagi sayang!"

Arshilla duduk lalu memakan sarapannya yang sudah dipersiapkan.

"Tumben ada kelas pagi,"

"Iya Ma, katanya jam kuliah hari ini dimajukan soalnya Pak Dosen mau ada acara," jelasnya

Setelah menghabiskan sarapannya ia langsung pamit berangkat. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di kampusnya. Ia memarkirkan mobilnya dengan sempurna lalu keluar dari mobil, semua mata tertuju pada Arshilla. Gadis cantik itu mempunyai kulit putih dengan tubuh yang ramping serta bola mata hitam yang sungguh menawan, tatapannya tajam dan dingin layaknya serigala, serta rambut panjang coklat kemerahan yang bergelombang dibiarkan terurai. Dengan langkah terburu-buru ia menabrak seorang lelaki.

“Aduhh!” keduanya terjatuh.

“Maaf maaf,” ucap seorang pria.

Hampir saja suara lengkingannya keluar jika laki-laki itu tak meminta maaf. Yah tapi salahnya juga kenapa ia selalu terburu-buru.

“Nggak apa-apa, gue juga yang salah,” ucap Arshilla. Pria itu membantunya berdiri, kini mereka saling memandang satu sama lain.

“Lo nggak apa-apa?” tanya pria itu bernama Bima. Pria berkulit putih dan bertubuh tinggi, bola matanya yang kecoklatan menatap teduh wanita di depannya.

“Gue nggak apa-apa. Maaf!” jawabnya singkat.

Bima tersenyum melihat Arshilla yang pergi begitu saja.

“Jutek sekali,” gumamnya namun ia sangat menyukainya sedari dulu.

Arshilla dikenal sebagai wanita yang sangat cuek dan perangainya yang buruk, tak ada yang berani mengusik ketenangan Arshilla karena ia bisa saja melakukan apapun.

"Hai," sapa seorang wanita culun

"Hm,"

"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya. Arshilla hanya mengangguk

Wanita culun itu duduk di samping Arshilla "Namaku Kirana, aku dengar namamu Arshilla ya,"

"Ya," balasnya cuek

Kirana hanya tersenyum, memang benar berita di kampus ini jika Arshilla adalah es yang susah mencair. Tiba-tiba segerombolan wanita datang menghampiri Kirana

"Heh, culun! Bagi duit dong!" ucap seorang wanita dengan pakaian mini yang bisa dikatakan dia adalah ketuanya

"Sa.. Saya nggak punya uang," ucap Kirana

"Halah! Alasan!" wanita bernama Teti itu menunjuk kening Kirana dengan keras

"Cepetan!" bentak Teti

Tiba-tiba

Brakk!!

Kelas yang tadinya ramai kini menjadi sepi, Arshilla bangun dari duduknya dan menatap Teti dengan tajam sedangkan yang ditatap merasa takut

"Berisik banget! Gue ngga fokus gara-gara kalian," ucapnya dengan nada dingin

"Gu.. Gue minta maaf Shill," ucap Teti.

"Kalau lo masih mau punya tangan mending jangan ganggu dia," ucapnya sambil menunjuk Kirana dengan dagunya.

"Ini urusan kita ya! Lo nggak usah ikut campur!" bentak teman Teti yang mempunyai nama Delia.

Arshilla beralih menatap Delia dengan tajam "Lo berani bentak gue?" tanya Arshilla

"Udah diem aja. Lo ngga tau gimana perangai dia," bisik Teti pada Delia

"Udah deh Shill, Lo ngga usah sok jadi orang!"

Arshilla tersenyum miring lalu berjalan mendekati Delia, semua teman sekelasnya mulai berbisik apa yang akan dilakukan wanita Ice itu.

"Gue hidup dengan jalan gue sendiri, yang sok itu kalian!" Arshilla terus berjalan maju sedangkan Delia berjalan mundur hingga terpentok dinding. Kini tubuh Delia menegang saat tatapan Arshilla semakin tajam

"Jadi benar, Arshilla orang yang menakutkan," gumamnya dalam hati

"Kok diam? Ayo ngomong lagi," ucapnya

"Dasar wanita gila!" bentak Delia.

Arshilla menjadi marah dengan ucapan itu ia mengangkat tangannya hendak menampar Delia, namun seorang laki-laki datang menahan tangan Arshilla yang sudah mengudara.

"Lepasin tangan gue!" bentak Arshilla, ia pun berbalik menatap laki-laki itu.

"Cepat kalian pergi dari sini!" perintahnya. Teti dan kawan-kawannya segera pergi dari kelas itu.

"Lo berani sama gue? Urusan gue sama dia belum selesai!" bentaknya

"Cukup Arshilla," ucapnya dengan nada lembut

"Bima, tapi gue.." ucapannya terhenti saat tangan kanan Arshilla digenggam erat oleh laki-laki bernama Bima itu

"Sudah cukup,"

Entah kenapa hati Arshilla menjadi sejuk saat tangannya digenggam lembut oleh Bima. Bima tersenyum saat Arshilla mulai melunak, ia mengantar Arshilla ke tempat duduknya.

"Jangan emosi terus," ucap Bima sambil mengusap kepala Arshilla.

Semua teman-teman di kelasnya melongo dengan apa yang terjadi karena baru kali ini Arshilla nampak diam setelah Bima menanganinya. Biasanya Arshilla akan berontak tapi kali ini dia diam dan menurut. Memang jika Arshilla marah Bima yang selalu ada untuk menenangkannya dan hanya Bima laki-laki yang mampu mendekati Arshilla.

"Gue rasa Arshilla mulai melunak deh sama Bima" bisik Riyan

"Heum, benar. Terbukti Arshilla langsung diam."

**********

"Arshilla, aku mau berterima kasih," ucap Kirana

"Tentang apa?" tanya Arshilla

"Tentang tadi kamu membela ku," Kirana membetulkan posisi kacamatanya

"Gue bukannya bela lo tapi gue ga suka kalau ada yang berisik!" jawabnya

Kirana tersenyum ia tahu jika wanita yang sedang ada di depannya ini membela dirinya

"Rumah lo dimana?" tanya Arshilla

Kirana tersentak "Eum agak jauh dari sini, rumahku berada di pinggiran desa,"

"Lo berangkat pakai apa?"

"Pakai sepeda motor," Kirana menjawab pertanyaan itu dengan lembut, Arshila mengangguk paham

Dari belakang seorang laki-laki datang memberi minum untuk Arshilla

"Nih minum!" ucapnya

Arshilla menoleh dan mendapati Bima yang tersenyum manis. Ia menerima minuman itu dan langsung meneguknya

"Makasih," ucapnya ketus.

"Ketus banget si. Ah lo mah gitu Shill," mimik wajah Bima dibuat sekesal mungkin untuk menarik perhatian Arshilla.

"Mulai dehh,," Arshilla menghentakkan kakinya meninggalkan mereka berdua, sedangkan Bima berlari mengejar Arshilla

"Arshii tungguuu!!"

Kirana terkekeh geli melihat tingkah dua manusia itu. Ia pun memutuskan untuk pulang karena jam kuliah hari ini telah selesa.

"Makan yuk, gue laper!" ajaknya

"Gue mau pulang!"

"Shilll please lah, sekalii aja,"

"Nggak!"

Bima terlihat kecewa karena penolakan itu. Namun ia tak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Arshilla. Ia yakin bahwa Arshilla pasti akan menerima dirinya.

"Gue akan selalu nunggu lo membuka hati buat gue, Shill. Gue sayang banget sama lo sejak pertama kita terkunci di perpustakaan,"

Flashback

Arshilla dan Bima sedang mencari buku yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugas.

"Bim, ambilin buku yang di atas dong," pintanya

Bima yang sedang duduk seketika terbangun untuk mengambil buku yang Arshilla maksud. Bima berdiri di belakang Arshilla tangannya terjulur untuk mengambil buku itu, Arshilla terkejut lalu membalikkan badannya ia malah mendapatkan ciuman di kening dari dada Bima. Arshilla diam terpaku, Bima pun menatap menunduk menatap wajah cantik Arshilla.

"Gua ngga tau kalau li secantik ini," gumamnya dalam hati. Bima merasakan perasaan aneh dalam hatinya. Jantungnya berdegup kencang.

Brak!

Ke-dua terkejut karena suara pintu besi perpustakaan itu tertutup. Mereka panik dan segera berlari ke pintu itu

"Hei, pak di dalam sini ada orang!" teriak Arshilla

"Halooo tolong kami terkunci!" teriak Bima

Setelah lama berteriak dan tak membuahkan hasil ke-dua duduk di lantai.

"Gimana ini Bim?" tanya Arshilla

Bima menggeleng "Gue juga ngga tau Shill,, ya mau nggak mau kita tidur di sini?"

Arshilla menghela nafasnya berat, keduanya hanya duduk tanpa berbicara apapun hingga akhirnya ia merasakan kantuk

"Lo tidur aja," ucap Bima

"Hm. Lo jangan macem-macem ya sama gue!" ucapnya dengan tegas. Bima terkekeh geli dengan peringatan itu.

Arshilla membaringkan tubuhnya pada kursi yang sudah ia susun, beruntung ia menggunakan celana panjang dan kaos panjang namun tetap saja ia masih merasakan dingin. Bima melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh wanita itu.

"Gue kenapa ya. Tiba-tiba jantung gue berdegup kencang, apa mungkin gue jatuh cinta sama lo," gumamnya sambil menatap wajah cantik Arshilla.

Bima mengusap lembut rambut panjang gadis itu, ia pun mulai merasakan kantuk dan tertidur dalam posisi duduk bersandar.

BAB 2

Waktu menunjukkan pukul setengah 10, Arshilla masih enggan bangun dari tempat tidurnya. Pintu kamar terbuka nampak lah ibu yang ia sayangi

"Kamu ngga kuliah?" tanya Rosa

"Hari ini Arshi kuliah malam, Ma" jawabnya sambil tersenyum.

"Ya sudah. Mama mau ke butik dulu ya," Rosa menutup pintu kamar dan turun ke bawah. Namun sampai di bawah ia menyernyitkan dahinya karena ada sosok lelaki yang sedang duduk.

"Pagi Tante," sapanya

"Pagi," Rosa terlihat bingung dengan laki-laki yang baru saja ia temui

"Cari siapa ya?" tanyanya

"Em saya Bima, Tan. Temanya Arshilla, kita satu kampus," jelasnya

"Ohh,, ada apa ya Nak?"

"Em Arshilla ada Tan?" tanya Bima

"Ada di kamarnya, sebentar Tante panggilin ya," Rosa kembali ke kamar putrinya

"Arshi, ada yang mencari kamu Nak," ucapnya

Arshilla mengerutkan keningnya ia pun turun dari ranjang untuk menghampiri Rosa yang ada di luar kamarnya

"Siapa Ma?" tanya Arshilla saat sudah membukakan pintu

"Kalau ngga salah namanya Bima,"

"Huh ngapain sih dia kesini!" dengusnya

"Kenapa?" tanya Rosa yang bingung dengan sikap putrinya

"Ngga apa-apa. Terus dia dimana Ma?"

"Ada di ruang tamu,"

Arshilla menghentakkan kakinya sembari turun ke bawah, dari bawah Bima melihat Arshilla yang masih menggunakan baju tidur dengan rambut yang tergerai indah.

"Ada apa lo kesini?" tanya Arshilla

"Jangan gitu Arshi, nggak sopan!" ucap Rosa memperingati

"Hehe ngga apa-apa Tante, saya udah terbiasa," ucap Bima

"Tante bikin minum dulu ya, kebetulan ART lagi libur," Rosa meninggalkan mereka berdua,

"Ada apa sih Bim?"

"Lo lupa ya kita ada tugas? Nih kita kerjain," ucap Bima sambil memberikan sebuah buku yang cukup tebal

"Berat gila!" Arshilla menaruh buku itu di atas meja,

"Hei," panggil Bima, Arshilla menolehkan kepala

"Lo cantik," ungkap Bima sambil menatap bola mata indah Arshilla.

Degup jantung Arshilla semakin kencang ia langsung memalingkan wajahnya saat Bima tersenyum

"Jantung gue astaga!" gumamnya dalam hati. Bima pun tersenyum.

Tanpa mereka sadari Rosa mendengar percakapan singkat itu.

"Nah minuman dan cemilan udah datang," Rosa meletakkan nampan di atas meja.

"Terimakasih Tante, maaf udah bikin repot,"

"Ya lo bikin repot!" celetuk Arshilla

"Hus kamu kalau ngomong yang bener ah,"

Arshilla memanyunkan bibirnya lalu melirik tajam ke arah Bima.

"Nak Bima, tolong titip Arshilla ya. Tante mau ke butik dulu. Maaf ya Tante tinggal,"

"Oh ngga apa-apa Tante, hati-hati di jalan ya Tan,"

Rosa mengangguk ia pun pergi ke butik diantar oleh sopirnya.

"Lo kerjain aja dulu, gue mau mandi," ucapnya ia bergegas ke kamarnya sementara Bima asik pada laptopnya

Setelah 15 menit ia selesai lalu memoles tipis wajahnya. Ia menatap dirinya di cermin sambil tersenyum karena ucapan Bima beberapa saat yang lalu.

"Nggak! Gue nggak boleh jatuh cinta lagi. Cinta itu racun!" ucapnya dengan tegas. Ia ingat dengan penghianatan sang mantan kekasihnya dulu.

Arshilla bergegas turun untuk kembali mengerjakan tugas, dari jauh ia melihat wajah serius Bima yang nampak semakin tampan, ia pun baru menyadari akan hal itu.

"Bima tampan juga ternyata," gumamnya.

Ia menggelengkan kepalanya saat menyadari jika Bima tersenyum ke arahnya

*******

"Bu, maaf apa ngga apa-apa mereka ditinggal berdua saja?" tanya pak Harto supirnya

"Ngga apa-apa, saya percaya kok sama mereka,"

"Baik Bu,"

Sesampainya di butik ia langsung masuk ke ruangannya melihat grafik yang semakin hari semakin menunjukkan peningkatan.

"Alhamdulillah semakin banyak peningkatan," gumamnya

Ponselnya berdering dan mengangkat panggilan dari putrinya

"Ma, aku mau keluar sama Bima boleh?" tanya Arshilla dari seberang telepon

"Mau kemana?"

"Mau ke danau yang di belakang kompleks,"

"Ya sudah, hati-hati ya,"

Rosa berharap Bima bisa mencairkan hati putrinya yang seperti es.

"Gimana boleh?" tanya Bima

"Heum!"

"Ya udah ayo,"

Kedua pergi menggunakan mobil milik Bima sepanjang perjalanan Arshilla hanya diam menatap jajaran pohon. Bima menggenggam tangan Arshilla membuat sang empu terkejut

"Ngapain pegang-pegang tangan gue?" tanyanya

"Ngga apa-apa,"

"Lo kenapa dingin banget si?" tanya Bima

"Maksudnya?"

"Maksudnya lo kenapa jadi wanita yang dingin?"

"Ish suka-suka gue ah,"

Tak ada yang tahu tentang kehidupan Arshilla, bagi mereka Arshilla adalah sosok yang misterius. Tak ada satupun yang berani mendekatinya kecuali Bima.

"Nanti malam gue jemput lo ya," ucap Bima

"Ngga usah. Gue mau bawa mobil sendiri!" jawabnya.

Bima menghela nafasnya, nyata masih susah mendapatkan hati wanita di sampingnya meskipun hanya sedikit saja.

"Nah kita udah sampai,"

Arshilla menatap danau yang tenang itu membuatnya merasakan perasaan ketenangan. Udaranya yang sejuk membuatnya semakin nyaman

"Ayo!" Bima mengajaknya untuk lebih dekat dengan danau itu

"Gue ngga tau ternyata danau ini bagus banget!" seru Arshilla

"Dulu gue selalu kesini sebelum pindah kompleks,"

"Ayo kita kerjain tugas lagi biar cepat selesai,"

Bima mengeluarkan laptopnya dan mereka berdua kembali berkutat dengan laptop dan buku yang ada di depannya.

******

Bima memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil Arshilla ia mengedarkan pandangannya mencari wanita itu

"Cari Arshilla ya," ucap Riyan teman Bima

"Ya, lo liat dia ngga?"

"Tadi gue liat dia di kantin,"

"Oh oke,"

"Bim, lo seriusan mau deketin dia?" tanya Riyan

"Ya seriusan lah. Kenapa?" ucap Bima

"Nggak apa-apa. Ya udah gue cabut ke kelas dulu ya!" Riyan meninggalkan Bima sendirian, Bima pun menuju kantin untuk bertemu dengan Arshilla.

"Lo makan sendirian aja!" ucap Bima sambil menarik bakso yang sedang dimakan.

"Lo dateng-dateng main comot aja sih!" dengusnya.

"Minta satu, Astaga!" ucapnya ia mengusap kepala Arshilla lalu pergi ke kelasnya.

Kirana yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil. Tak menyangka gadis dengan perangai yang buruk bisa ditaklukkan oleh Bima.

"Gue udah kelar. Lo mau bareng ke kelas ngga?" tanya Arshilla pada Kirana

"Iya ini aku juga udah selesai kok. Aku ikut bareng kamu ya. Aku takut,"

Dua wanita itu berjalan beriringan, sesekali Kirana melirik gaya Arshilla yang sedang berjalan.

"Layaknya singa. Tatapannya tajam bagai serigala, pantas saja mereka menyebutnya wanita Ice," gumam Kirana dalam hati

Saat di pintu kelas tanpa sengaja David teman sekelasnya menabrak Arshilla hingga jatuh. David kalang kabut ia pasti akan dimaki habis-habisan oleh wanita di depannya itu

Kirana membantunya berdiri "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya.

"Lo kalau jalan lihat-lihat! Punya mata nggak sih?!" bentaknya

"So.. Sorry, gue bener-bener ngga sengaja," David semakin ketakutan melihat Arshilla yang nampak ingin memangsa dirinya.

"Looo!!!!" tiba-tiba Arshilla membeku saat seorang memeluknya dari belakang.

Laki-laki itu menyuruh David segera pergi dari hadapan Arshilla.

"Heh! Gue belum selesai!" teriak Arshilla.

Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya saat Arshilla memberontak minta dilepaskan.

"Lepasin gue!"

"Bima! Lepasin gue! Gue belum selesai sama dia!" bentaknya lagi

"Cukup Arshilla, cukup."

"Tapi Bim,,"

Bima memutar tubuh Arshilla hingga menatap wajah Bima.

"Sudah cukup, oke," Bima mengusap lembut kepala wanita itu. Nafasnya yang naik turun perlahan mulai tenang.

"Gila! Bima keren banget bisa taklukin Ratu Ice!" bisik David pada Riyan.

"Kayaknya Bima beneran serius deh sama Ratu Ice." timpal Ade.

BAB 3

Di siang hari keadaan kantin sedang ramai karena Arshilla tengah membentak seorang lelaki. Kejadian itu menjadi pusat perhatian, karena mereka penasaran apa yang akan dilakukan wanita Ice itu

"Lo kalau jalan lihat-lihat. Nih gara-gara lo baju gua basah!" bentaknya

"Yaa maaf Ar, gue tadi ngga sengaja kesandung. Maafin gue ya," ucapnya dengan wajah memelas.

"Dasar nggak berguna!" Arshilla menghentakkan kakinya lalu pergi dari kantin.

Bima yang menyaksikan itu hanya menggelengkan kepalanya, ia berlari menyusul Arshilla dan memakaikan jaket untuknya

"Apa? Lo kesini mau ceramahin gue lagi?" bentak Arshilla pada Bima.

Bima menarik tangan Arshilla memintanya untuk duduk. Dengan terpaksa ia duduk karena ia pun tak tahu kenapa dirinya tak bisa berbuat apa-apa jika pada Bima

"Perangai lo buruk ya," ucap Bima

Arshilla mendengus "Ini kan perangai gue, bukan perangai lo. Kalau lo ga suka ya udah jangan ngalangin gue terus!" Arshilla langsung pergi dari sana.

Bima menggelengkan kepalanya, tiba-tiba Riyan datang menepuk bahu Bima

"Dia punya trauma hebat tentang laki-laki dan ayahnya itu sebabnya dia mempunyai perangai yang buruk. Sebenernya ia wanita manis dan baik hanya saja untuk menutupi semua itu Arshilla membuat dinding Ice di hatinya," ucap Riyan

"Bagaimana bisa lo tau tentang dia?" tanya Bima

"Dulu dia teman gue saat kecil sampai SMP, dan setelah itu dia pindah ke kota. Dan sampai saat ini dia nggak tau kalau gue teman masa kecilnya," jawabnya

"Terus gue harus gimana? Usaha gue sepertinya tak membuahkan hasil,"

"Kalau lo serius sama dia, buktikan! Buktikan jika lo nggak seperti mantan pacarnya dulu,"

"Terus yang terjadi dengan ayahnya bagaimana?"

"Ayahnya selingkuh di Canada sejak ia berumur 10 tahun, ia menikahi wanita lain dan sudah mempunyai anak. Itu sebabnya ia mempunyai trauma besar dalam dirinya tentang laki-laki," jelasnya

Bima mengangguk, setidaknya ia tau persoalan Arshilla yang dingin itu.

"Lo liat itu!" tunjuk Riyan. Bima mengikuti arah pandang jari telunjuk Riyan, dari jauh Arshilla sedang mencengkram rahang Delia.

"Gue kesana dulu ya!" Bima segera berlari menghampiri Arshilla

"Semoga lo berhasil Bim!" teriaknya.

"Lo kurang ajar ya, berani ngatain gue gila!" bentak Arshilla.

"Waktu itu gue nggak sengaja Ar, gue mohon maafin gue ya, ya, ya," ucap Delia memohon

"Enteng banget lo bilang maaf!" bentaknya lagi.

Bima berusaha masuk dari kerumunan itu untuk melerai dua wanita yang sedang bertengkar.

"Permisi," ucap Bima

"Cepetan lo pisahin mereka, gue takut nanti dia berbuat nekad!" ucap salah satu temannya. Bima semakin panik dan ia pun berhasil mencengkram tangan Arshilla yang hendak menampar Delia

"Lepasin guu,,," Arshilla terdiam karena saat ini Bima menunjukkan wajahnya yang dingin.

"Bim, tolongin gue," ucap Delia

Bima memberikan kode pada Delia agar segera pergi.

"Heh!" Arshilla hendak mengejar namun Bima menyentak tangan Arshilla hingga jatuh ke pelukan Bima.

Mereka yang ada di kerumunan merasa terkejut akan hal itu dan mengira Arshilla akan melakukan sesuatu pada Bima

"Lepasin gue," lirih Arshilla.

"Gue bisa lepasin lo, kalau lo udah tenang," bisiknya

"Gue yakin Arshilla bakal nampar Bima, Secara dia wanita yang ga suka sama laki-laki," terdengar bisikan-bisikan itu dan itu membuat Arshilla terganggu.

"Bim, lepasin gue," ucap Arshilla

"Lo belum tenang, jadi gue nggak bisa lepasin lo!" ucapnya.

Arshilla menghela nafasnya, memang sejak dulu Bima selalu bisa meredamkan emosinya. Ia pun teringat saat pertemuannya dulu dengan Bima

Flashback

Tiga mobil Bus sedang menuju tempat wisata di Bogor, Arshilla duduk diam di kursi panjang paling belakang. Bima dari jauh mencuri-curi pandang pada wanita yang terkenal Ice itu.

Sesampainya di lokasi Bima turun bersama Riyan

"Cewek tadi yang duduk di belakang itu siapa deh?" tanya Bima.

"Oh, dia Arshilla. Kadang kita kalau manggil dia dengan sebutan Ice," jelasnya

"Kenapa?"

"Dia satu-satunya wanita yang ga bisa didekati oleh siapapun. Mangkanya seluruh kampus memanggilnya dengan sebutan Ice," Bima mengangguk ia pun kembali terpesona dengan Arshilla saat wanita itu mengikat rambut panjangnya.

Malam telah tiba, mereka mulai berkumpul untuk melakukan keseruan. Mereka mulai memainkan permainan putar botol dan yang kalah harus bernyanyi. Dan botol itu mengarah pada Arshilla yang duduk sambil membaca buku.

"Gimana nih, masa gue yang ngomong sama dia. Gue takut kena semprot sama dia," bisik Etty.

Bima berdiri mendekati Arshilla, dan mereka mulai penasaran apa yang akan dilakukan Bima dan tindakan apa yang wanita Ice itu berikan

"Hai Ice!" sapa Bima

Arshilla menurunkan bukunya lalu mendongak menatap Bima yang sedang berdiri.

"Botol itu mengarah ke lo, yang lo harus nyanyi sama gue," ucap Bima

"Gue nggak ikut permainan gila!" ucapnya ketus.

Bima tersenyum ia pun berjongkok membuat semua orang di sana terkejut namun Arshilla hanya datar saja.

"Ayolah buat seru-seruan aja. Cuma satu lagu kok. Lo yang nyanyi dan gue yang main gitar," ucapnya

Arshilla hanya diam ia masih melanjutkan aktivitas membaca bukunya.

"Ayolah," Bima meraih tangan kanan Arshilla.

Arshilla hendak menarik tangannya namun tangan Bima semakin erat memeganginya hingga akhirnya ia menghela nafas.

"Oke!"

Semuanya bersorak, Bima pun menarik Arshilla ke panggung kecil yang ada di depan.

"Oke semuanya malam ini kita bernyanyi!" seru Bima

"Lo mau lagu apa?" tanya Bima

"Terserah!"

"Lagu ini ya," Bima memberikan lirik lagu itu pada Arshilla, ia pun mengangguk.

Nada mulai terdengar dan suara Arshilla membuat mereka semakin memukau karena wanita Ice itu mempunyai suara yang merdu dan mampu menjangkau nada tinggi.

Hanya satu pintaku

Di siang dan malam mu

Baik-baik sayang

Karna aku untukmu

Suara tepukan riuh terdengar, tak menyangka mereka bernyanyi dengan sangat menghayati. Apalagi Bima yang selalu menatap intens wanita di depannya. Arshilla pun mulai merasakan aneh dalam dirinya, ia kembali merasakan kenyamanan pada seorang pria setelah 5 tahun melajang.

"Suara lo bagus banget ya," puji Bima

"Makasih," Arshilla langsung pergi begitu saja karena tiba-tiba ia merasakan gugup saat ditatap oleh Bima.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!