NovelToon NovelToon

Menggantikan Peran Kakak Angkatku

Glady Sakura

“Glady !  bareng aku, yuk! Kebetulan rumah kita searahkan ? “ tanya pria tampan yang masih mengenakan seragam sekolah yang berbeda dengan gadis yang dipanggilnya. 

Glady  menoleh, “ tidak usah. Aku pulang naik angkot saja, “ tolak Glady pelan. 

“Kenapa ? Rumah kitakan searah, nggak ada salahnya kan pulang bareng ? “

“Tidak ada yang salah. Tapi, angkotku sudah tiba ! “ seru Glady berlari mendekati angkot yang berhenti tepat di hadapannya meninggalkan pria tampan tanpa peduli. 

“Akhhh, si4l !! “ teriak pria itu kesal. “ Susah banget sih, dapetinnya ! “

“Kak Dalvin !! “ pekik seorang gadis yang tak kalah cantik merangkul lengan pria yang bernama Dalvin. Gadis itu mengira pria tampan itu tengah menunggu dirinya di depan gerbang membuat gadis itu tersenyum manis. 

“Aku nggak nyangka, kalau kakak hari ini bakal nungguin aku. Biasanya aku yang maksa minta ditungguin ! “ seru gadis itu kesenangan. 

“Apa sih. Sudahlah, ayo pulang ! “ ajak pria itu dengan wajah kesal. 

“Jalan dulu, yuk ! Pulang sekolah langsung ke rumah bosan. Mending nonton atau —”

“Aku ada tugas kelompok, jadi nggak bisa ! “

“Kalau gitu aku ikut ! “ seru gadis cantik itu semangat. 

“Nggak ! Aku antar kamu pulang ! “ ucapnya cepat. 

Gadis itu hanya mengangguk pasrah, namun di hatinya dia sangat senang saat pria idolanya datang untuk menjemputnya. Kedua pasangan itu pun meninggalkan halaman depan sekolah menuju rumah. 

*

*

*

*

Glady tiba di rumahnya yang sangat sederhana. Baru saja tiba di teras rumah, Glady mendengar suara tangisan keponakan yang menggelegar. Tanpa berlama-lama, Glady berlari masuk dan menemukan keponakan cantiknya tengah menangis di dekapan sang ibu. 

“Mama, ada apa ? Kenapa Ella menangis ? “ tanya Glady heran dan langsung mengambil alih keponakannya setelah mencuci kedua tangannya. 

“Biasa kelaparan, sudahlah mama buat susu untuk Ella, “

“Ella belum makan mah ? Inikan udah jam setengah tiga. Kenapa Ella bisa lapar ? Oh, iya ! Gabriel mana ? “ tanya Glady bingung karena keponakan laki-lakinya itu tidak terlihat di ruang tamu. 

“Ada dikamarnya ! “ jawab Lediana singkat dan langsung menuju dapur membuatkan susu untuk cucu perempuannya, dirinya tidak ingin membahas mengapa cucu perempuannya menangis di jam sore. 

Glady ber ‘oh’ ria. Dia membawa keponakan kecilnya masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian sebelum akhirnya dia kembali pergi ke kamar Gabriel. 

“Uh, ponaan bibi kenapa nangis hm. Lihat, hidung pesekmu ini terlihat merah seperti badut di lampu merah.. “ ejek Glady membuat keponakan cantiknya terdiam dengan kedua mata yang berkaca-kaca. 

Pipi tembemnya terlihat seperti lumer yang siap tumpah dari wadahnya. Bayi itu terlihat sangat menggemaskan di mata Glady membuat gadis itu sangat menyayangi keponakannya. 

“Adek sedih ya, mommy pergi nggak bawa adek ? Iya ? Uhhh, ponaaannyaa bibi Gladyyyy…  Ci paling cimut naaaa ! “ ujar Glady gemas. 

“Ekheeee… “

Glady terkesima saat melihat senyuman dan tawa Gabriella yang sangat menggemaskan. Bayi berusia enam bulan itu terlihat sangat montok. Apalagi hari ini, hari ketiga bayi itu makan mpasi membuat Glady sangat excited menyuapi bocah itu makan. 

“Kamu di sini dulu ya, bibi mau ganti pakaian. Habis itu kita ke kamarnya abang Gabi ya.. “

Seolah mengerti ucapan bibinya, bayi berusia enam bulan itu diam dan memperhatikan gerak-gerik Glady dari atas tempat tidur. 

“Lady, ini susunya Ella. Mama mau pergi sebentar dengan kakakmu. Jaga Ella dan Gabi dengan baik ! “ ujar Lediana yang ternyata sudah membawa tas di tangannya. 

“Kenapa anak kakak nggak diajak sekalian, ma ? Lady mau belajar, besok sudah ujian kelulusan.. “ kata Glady heran.

“Sudahlah Lady, urus aja kenapa sih ! Aku sama mama mau shoping, relax badan juga.. “ sahut Patricia yang kini berdiri di sebelah Lediana dengan penampilan menor. 

Glady yang melihat itu tentu dibuat tak senang dengan penampilan kakaknya yang terlihat tidak menyesuaikan diri yang sudah memiliki suami dan dua anak. 

“Kakak kenapa berpakaian seperti itu ? Ingat, kak. Kakak itu sudah menikah dan punya dua anak, berpenampilanlah sewajarnya.. “ tegur Glady tak suka. 

Tampak Patricia tak suka dengan teguran Glady, dia langsung mengajak Lediana untuk segera pergi tanpa mendengarkan ocehan dari adiknya. 

“Haisss, dasar kakatua ! “ desis Glady kesal dan segera masuk ke kamar mandi dengan cepat. 

*

*

*

*

‘Ceklek ! ‘

Glady membuka pintu kamar keponakan laki-lakinya bersama Gabriella yang berada dalam gendongannya. Gadis itu melihat seorang bocah laki-laki yang sedang duduk di kursi belajarnya. 

Kedua tangannya sibuk mencoret-coret kertas putih, dengan mulutnya yang berkomat-kamit sedang kesal. 

“Iniiiiiiii, gambalna kayak manaaaaaa !! Cucahnaaaaa cepelti haliku tanpa biduannnn boti !! “ pekiknya kesal membuat Glady yang mendengarnya terbatuk-batuk. 

“Eh, Bibi Ladyboy ?! “ pekik Gabriel kaget, begitu juga Glady yang kaget saat keponakannya memanggilnya Ladyboy. 

“Kamu sedang apa ? “ tanya Glady berjalan mendekati keponakannya itu. 

“Menikmati hidup ! Ya sedang gamballah, bibi ladyboy gimana cih, gitu aja pake nanya..“ sahut Gabriel. 

“Emosi banget, perasaan cuma nanya.. “

“Cetelah, Gabli lah.. “

Glady mengangguk, dirinya membawa Gabriella untuk duduk di karpet bulu milik Gabriel. Tentu saja perlakuan Glady membuat Gabriella memekik senang apalagi ada mainan kesukaannya. Gabriel yang tak senang menggambar meminta tolong bibinya untuk menggambar sesekali ketiganya tertawa saat Gabriella melakukan aksinya di karpet bulu. 

Kegiatan ketiganya yang tertawa terdengar hingga keluar membuat sosok pria paruh baya menghampiri kamar cucunya. 

“Lady… “

“Boyyy… “ sambung Gabriel membuat Glady ingin sekali m3mukul bokong keponakannya. 

“Ada apa, pah ? “ tanya Glady bingung. 

Melihat kode dari papanya yang terlihat sangat tergesa-gesa membuat Glady meminta keponakannya untuk menjaga sang adik.  Gabriel yang melihat itu sangat kesal. Kakeknya sudah lama tidak bermain dengannya semenjak usianya satu tahun. 

Jelas di ingatan kecil Gabriel, jika kakeknya memarahi dirinya untuk pertama kali saat dia tidak sengaja menyenggol guci cantik milik mommynya. Dia yang saat itu lagi senang-senangnya berlari kesana-kemari tak sengaja menyenggol salah satu guci di ruang tengah yang membuat Patricia dan Denis langsung memarahinya. 

“Dedek, besal nanti jangan cali gala-gala dengan kakek dan mommy. Meleka itu galang na cepelti kelbau di tucuk hidungnya.. “ bisik Gabriella di telinga adiknya. 

“Oaaaaaa ! “ Jawaban Gabriella membuat Gabriel senang seolah jawaban ‘oaa’ adiknya adalah jawaban ‘iya’

“Nah gitu, halus nulut sama pelintah abang.. “

Sementara itu, Glady dan ayahnya sudah sampai di ruang tamu. Rumah yang tak begitu besar membuat siapa saja ingin mendiami tapi tidak dengan suasana yang seperti larutan asin dan minyak. Tinggal bersama, tapi asing. 

“Ada apa papa membawa Lady kemari ? Lady tidak bisa lama meninggalkan Ella dan Reil sendirian dikamar, “ ujar Glady heran. 

“Duduklah dulu, “

Glady duduk dengan wajah yang masih menampilkan rasa penasaran. Dia menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan kakak dan mamanya, Denis pria paruh baya yang dipanggil papa oleh Glady adalah sosok yang tegas dan dingin. Hal itu membuat Glady tidak terlalu dekat dengan papanya yang lebih menyayangi kakak angkatnya. 

Glady juga sudah tahu jika Patricia adalah anak angkat orang tuanya saat Patricia berusia dua tahun saat itu orang tuanya belum dikaruniai seorang anak sehingga mengadopsi Patricia dari panti asuhan. 

Setelah Patricia berusia sepuluh tahun, barulah ibunya dinyatakan hamil dan lahirlah dirinya. Kini umur Glady dengan nama lengkap Glady Sakura sudah tujuh belas tahun dan sebentar lagi akan menyelesaikan sekolahnya. Saat kakaknya menikah dengan pria kota sebelah, hidup Glady yang bebas kini menjadi padat karena sepulang sekolah harus membantu ibunya mengasuh anak pertama kakaknya yaitu Gabriel. 

Bukan hanya Gabriel, saat Gabriella lahir pun, Patricia tidak pernah mengurusnya bahkan tidak memberi asi kepada kedua anaknya membuat Gamaliel suaminya kesal luar biasa. 

“Glady, tolong gantikan peran kakakmu ! “ ujar Denis tegas kepada putri semata wayangnya membuat kening Glady sontak mengerut bingung. 

Kedatangan Gama

Glady, baru saja menidurkan kedua keponakannya untuk tidur siang. Ingatannya teringat dengan ucapan Denis kepadanya yang meminta dirinya untuk menggantikan peran kakaknya membuat Glady tak percaya. 

Air matanya mengalir membasahi kedua pipi berisinya. Kedua matanya terpejam, hatinya terasa nyeri saat Denis dengan tegas mengatakan hal seperti itu kepadanya. Bahkan Glady sendiri tidak boleh menolak permintaan papanya. 

“Usiaku masih muda, belum delapan belas tahun, hiks. Ktp saja belum buat kenapa di suruh menikah.. “ isaknya pelan takut membangunkan kedua keponakan tersayangnya. 

Sedangkan di sisi lain, Patricia dan Lediana tengah merilekskan badan mereka saat seorang pekerja mengurut punggung mereka. Patricia merasakan kenikmatan saat tubuhnya di pijit dengan begitu lembut. 

“Mama, selesai ini kita mau kemana ? “ tanya Patricia manja. 

“Ke salon langganan kita dulu deh, mama mau creambath sama haircut. Rambut mama ujungnya sudah banyak yang bercabang, mumpung anak-anak kamu di jaga sama Glady” ujar Lediana santai. 

“Mama bener, anak-anak biar Glady yang jaga. Dia kan sayang banget sama keponakannya, aku malas banget ngurusin mereka. Ella yang nangis, Riel yang ingin ini itu membuatku pusing ! “ keluh Patricia. 

“Makanya itu, manfaatkan waktu sebaik-baiknya.. “ kata Lediana santai. 

Entah mengapa rasa sayang Lediana kepada kedua putrinya sangat berbeda. Jelas-jelas Glady lah anak kandungnya, tapi perlakuannya seperti Glady yang bukan anaknya. Ketika Glady ingin pergi mengerjakan tugas bersama temannya, Lediana selalu melarang, bahkan memaksa Glady untuk mengerjakannya sendiri sambil mengasuh Gabriella. 

Membiarkan Patricia pergi kesana-kemari bersama teman-temannya tanpa melarang. Hal itu membuat Glady seperti tidak punya waktu sendiri. Namun, saat suaminya menghubungi mereka. Patricia seolah berperan sedang mengasuh putrinya yang rewel, mencoba menenangkan dengan sabar namun ketika panggilan terputus dia akan memanggil Glady yang tengah mengerjakan tugasnya untuk menenangkan Gabriella. 

Suami Patricia bekerja di kota tempat kelahirannya sebagai manager di perusahaan terbesar di kota J, sementara Patricia memilih untuk tinggal bersama kedua orang tuanya dengan dalih ada yang membantunya menjaga anak-anak. Patricia Aprilianti, wanita yang sudah menikah kini berumur dua puluh tujuh tahun menikah dengan pemuda tampan asal kota J, empat tahun yang lalu saat usianya masih dua puluh tiga tahun. 

Kala itu dia baru saja lulus sarjana, memilih menikah dengan pria yang baru dikenalnya, melahirkan dan meminta adiknya untuk mengasuh kedua anaknya. Suaminya tidak pernah tahu jika Patricia hanya menggunakan tenaga Glady sebagai pengasuh gratis anak mereka yang suaminya tahu jika adik iparnya membantu sang istri mengasuh anak-anaknya. 

“Tenang saja, disini ada Lady yang membantuku mengasuh anak-anak kita, “ kata Patricia saat itu. 

Gamaliel Dirgantara, pria tampan dari kota J bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan berusia tiga puluh tahun menikahi Patricia karena dipaksa oleh orang tuanya yang ingin memiliki cucu di usia tuanya. Beberapa kali, Gama mengajak Patricia untuk menjenguk kedua orang tuanya di kota J, tetapi Patricia selalu menolak dengan alasan ini dan itu sehingga Gama mengalah dan mengajak kedua orang tuanya untuk mengunjungi rumah mertuanya. 

“Perjalanan ke kota J memakan waktu lima jam. Aku nggak mau ! “ tolak Patricia. 

“Tapi, orang tuaku ingin bertemu kedua cucunya. Kamu harusnya mau mengalah, kasihan kedua orang tuaku.. setiap ingin melihat kedua cucunya harus mereka yang datang, “ keluh Gama memohon agar istrinya tidak berkeras hati. 

“Tidak Gama, aku tidak mau pergi ke sana ! Kalau kamu memaksa aku yang pergi kesana, mending kamu bawa saja anak-anak kita bersama Glady ! “ ketus Patricia dan langsung memutuskan panggilannya. 

*

*

*

*

Langit semakin gelap, Patricia dan Lediana baru saja keluar dari salon kecantikan langganan Lediana. Keduanya tampak fresh tak lupa beberapa paper bag berada di tangan keduanya masing-masing. 

“Sudah gelap, ayo pulang ! “ ajak Lediana kepada putrinya. 

“Ayo, mah ! “ sahut Patricia senang. 

Dari kejauhan seseorang melihat Patricia dan Lediana dengan menekukan kedua alisnya. Tatapannya beralih melihat nama salon kecantikan dimana keduanya keluar. 

“Hey, Bro ! Lo ngapain liatin salon kecantikan ? Jangan bilang lo mau pergi kesana, “ ledek pria tampan berjas navy menepuk pundak temannya itu. 

Pria tampan itu tak menanggapi ledekan temannya, dia berjalan begitu saja melewati temannya membuat pria berjas navy melongo. 

“Woyyyyy !! Tungguin gueeee ! Ya elaaaaahhhh ! “ pekik pria itu kesal. 

“Lu berisik banget, Za ! “ ketus pria tampan dengan wajah kesal saat orang-orang menatap mereka. 

“Ya, maaf hehe.. Eh, lo jadi ke rumah mertua lo ? “ Pria itu mengangguk. 

“Kenapa nggak tinggal sendiri sih, lo kan kaya. Masa beli perumahan sendiri nggak mampu.. “ ujar Reza heran dengan sahabatnya yang tidak pernah mau membeli rumah untuk keluarga kecilnya. 

“Masalahnya bini gue nggak tahu, Za. Lo tau kan bini gue tiap kali gue ajak ke rumah dia selalu nolak. “ 

Reza tak habis pikir, bagaimana bisa seorang istri menolak untuk pergi ke rumah mertuanya. ‘disini sangat aneh, ‘pikir Reza. 

“Alasan bini lo, apa ? “ tanya Reza saat keduanya duduk di salah satu restoran sebelum Reza pulang ke hotel setelah bertemu kliennya. 

“Perjalanan yang memakan waktu lima jam, membuatnya tak mau.. “ jawabnya lesu. 

“Nah, ini nih ! Aneh ! Anehhhh jawaban bini lo ! Ketemu mertua biar kata orang jauh tetap trabasssss ! Lah ini gimana sih, niat jadi menantu Mami Ganesha nggak sih bini looooo, Gamaaaaa !! “ pekik Reza kesal sekaligus gemas dengan tingkah sahabatnya itu. 

Gama sontak menutup mulut sahabatnya dengan tisu, “ berisik anj** ! “ umpat Gama kesal. 

“Sudahlah, ayo kita pesan makanan habis itu pulang. Gue kangen sama anak-anak gue, “ ujar Gama saat Reza mengambil tisu yang menyumpal mulutnya. Reza mengangguk kesal. 

*

*

*

*

Suara ketukan terdengar begitu keras, Denis yang sedang menonton di ruang tamu terlihat mengerutkan keningnya. Tak lama muncul Lediana yang datang bersama Gabriel dan Glady yang menggendong Gabriella tengah menangis keras. 

Semakin keras suara tangisan Gabriella, semakin kencang juga ketukan pintu yang membuat keluarga itu saling pandang. 

“Hantu, hantu apa yang bisa ketok pintu lumah ? “ tanya Gabriel menatap Glady bingung. 

“Hantu leak ! “ sahut Lediana spontan membuat kening Gabriel mengerut. 

“Ngetuknya gimana, nek ? Leak kata bibi Ladyboy nda punya tangan dan kaki ? “ tanya Gabriel polos membuat Lediana tersadar dengan ucapannya. 

“Pake kepala ! “ sahut Lediana kepalang malu. 

Tok ! Tok ! Tok ! 

“Papa, buka pintunya ! “ titah Lediana kepada suaminya itu. 

“Ck ! Siapa sih, mengetuk pintu malam-malam ! “ kata Denis kesal, karena waktu nontonnya harus terganggu. 

‘Ceklek ! ‘

“Sia—, Gama ?! “ kata Denis terkejut saat melihat menantunya membawa koper di tangan. Mendengar nama daddy nya di sebut, Gabriel langsung berlari ke arah pintu rumah. Sementara Lediana dan Glady memilih duduk di sofa. 

“Daddyyyyy !! “ pekik Gabriel senang. 

“Ah, masuk nak ! “ kata Denis datar tanpa senyum sedikitpun. 

“Iya, pah ! “ sahut Gama dan langsung menggendong putra sulungnya yang memeluk lehernya dengan erat. 

Glady yang melihat kedatangan kakak iparnya mendadak canggung, dia kembali teringat dengan ucapan papanya membuat Glady semakin canggung. 

‘Masa gue disuruh nikah sama om-om sih.. ‘

Keributan di pagi hari

Kini Gama duduk bersebelahan dengan Glady yang mendekap tubuh gembul Gabriella. Gama di sebelahnya sedang bercanda dengan putrinya, sedangkan Gabriel duduk di pangkuan sang daddy dan merebahkan kepalanya di dada bidang daddynya. 

Suasana terlihat sangat canggung, dimana kedua orang tua Glady saling menyenggol dan menatap satu sama lain. 

“Cia mana ? Suaminya datang kenapa dia tidak bilang dulu ! “ bisik Lediana kesal. 

“Cepat panggilkan, Cia ! “ bisik Denis kepada sang istri. 

“Lady,  panggilkan kakakmu dikamar ! Katakan padanya, suaminya datang ! “ titah Lediana membuat kening Gama mengerut heran. 

“Ba—, “

“Biar Gama saja ma, Gama sekalian mau mandi ! “ potong Gama dan langsung beranjak sembari menggendong putranya yang manja. 

“O–oh baiklah, “ sahut Lediana. 

Gama pun berjalan menuju kamarnya dengan menggendong Gabriel seraya menarik koper kecil miliknya. 

“Haha, iya dong ! Jelassss !! “ Langkah kaki Gama terhenti tepat di depan pintu kamar mereka saat mendengar suara tawa istrinya. 

“Cia sedang telponan sama siapa ? “ gumam Gama yang masih bisa didengar oleh putranya. 

“Mommy telponan cama celingkuhan na, “ adu Gabriel dengan mata terpejam membuat Gama terkekeh. 

“Celingkuhan na mommy tiap hali datang nyamal jadi kulil ! “ ujar Gabriel lagi, dengan mata terpejam. 

“Baiklah, besok kita akan bertemu ! Aku merindukanmu ! “ ucap Patricia tersenyum mesem. 

“Siapa yang sedang kamu rindukan ? “ pertanyaan Gama alhasil membuat Patricia sontak membalikkan badannya, terkejut dan gugup saat melihat suaminya berdiri di depan pintu dengan pintu yang masih terbuka lebar. 

“Ma–masss… kok bi–bisa di sini ? “ tanya Patricia gugup. 

“Kenapa gugup ? “ tanya Gama penuh selidik. 

“Ketahuan celingkuh iyaaaaa ! “ ledek Gabriel  dengan mata terpejam. 

“Se–selingkuh da–dari mana ! Aku hanya menghubungi temanku, dia baru saja kembali dari luar negeri ! “ tukas Patricia gugup. 

Gama mengangguk pelan, merebahkan tubuh putranya di atas kasur. Setelah merasa posisi putranya aman, Gama segera mengambil handuk dan pakaian ganti lalu masuk ke dalam kamar meninggalkan Patricia yang masih terkejut di tempatnya. 

“Kenapa mas Gama tiba-tiba pulang, ya ? Nggak mungkin kan dia membawaku ke rumah orang tuanya ?“ gumam Patricia. 

Tak ingin memikirkan hal tersebut, Patricia kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara di ruang tamu, kedua orang tua Glady tengah membujuk  putrinya untuk mengikuti keinginan mereka. Glady menolak, dia tidak ingin berada di situasi seperti ini. Dia menyayangi kedua keponakannya bukan berarti harus menjadi istri dari kakak iparnya sendiri. 

“Mah, kak Cia itu istrinya Kak Gama. Mana mungkin Lady menggantikan peran kakak ! Itu sangat tidak masuk akal ! “ jelas Glady heran dengan kelakuan kedua orang tuanya. 

“Apa yang kami katakan itu sangat masuk akal ! Kamu harus menggantikan peran kakakmu dengan cara menikah dengan kakak iparmu ! “ seru Lediana tetap memaksa putrinya untuk menikah dengan Gama. 

“Mama gil4 ! Kenapa mama seperti memaksa Lady untuk menggantikan peran Kak Cia ?! Lady mengasuh Gabriel dan Gabriella saja sudah senang. Tapi untuk menggantikan posisi Kak Cia, maaf Lady nggak bisa lakukan itu “

“Mau tidak mau, suka tidak suka, tetap kamu harus menggantikan peran Cia ! “ tegas Denis. 

“Pah, kak Cia istrinya kak Gama ! Kalau kalian ingin seperti itu, lebih baik Kak Cia saja yang mengasuh kedua anaknya ! Lady tidak akan mau lagi ! “ Setelah menyatakan penolakannya, Glady membawa Gabriella ke kamar, dirinya berpapasan dengan Gama yang membawa Gabriel ke kamar putranya. 

Tentu saja ketidaksengajaan itu lagi-lagi membuat Glady canggung dan salah tingkah. 

“Ella tidur ? “ tanya Gama kepada adik iparnya. 

“Iya kak, mau aku bawa ke kamar. “ ceplos Glady. 

“Ke Kamarmu ? Bukannya, Ella biasanya tidur sama Cia ya, kok bisa ke kamu ? “ tanya Gama bingung. 

“Eh-ehh, iya lupa. Lady antar ke kamar kakak ! “ ucapnya bergegas meninggalkan Gama yang merasa aneh dengan sikap Glady. 

Gama tak terlalu memikirkan, dia membawa putranya masuk ke kamar. Gama melihat tata kamar Gabriel masih sama dengan dua minggu yang lalu. Dia memikirkan permintaan putranya yang ingin punya ranjang, tapi kenapa tidak ada ranjang di kamar putranya. 

Bukannya istrinya mengatakan jika dia sudah membeli ranjang untuk putra mereka ? Lalu dimana ranjangnya ? 

“Bukannya mommy sudah membelikan ranjang untuk kasur mu, sayang ? “ tanya Gama penasaran. 

“Lanjang na Gabi dah lusak kemalin sole, dibuang kakek  di pembuangan belakang.. “ 

“Gabriel ngantuk daddy. Puk, puk, “ Gama terkekeh, dia melupakan rasa penasarannya. Mungkin besok pagi dia akan menanyakannya kepada sang istri. 

Setelah mengambil tempat ternyaman, Gama mulai menidurkan putranya yang memeluk dada bidang dirinya yang hanya tertutup kaos oblong. 

*

*

*

*

*

Keesokan harinya, seperti biasa keluarga Denis melakukan sarapan pagi sebelum melanjutkan aktivitas mereka sehari-hari. Pagi ini wajah Gabriel terlihat sangat bahagia saat daddy nya akan mengantar dirinya ke sekolahan. 

Lediana yang melihat wajah ceria cucunya hanya tersenyum tipis berbeda dengan Patricia yang memasang wajah masam. Dua minggu kedepan dia akan mengasuh bayinya sendiri karena Gama mengambil cuti dua minggu seperti biasa. 

Glady sedikit lega, karena dua minggu ini dia bisa fokus dengan ujiannya tanpa memikirkan siapa yang menjaga keponakannya saat dirinya tengah menghadapi ujian di sekolahnya. 

“Sudah selesai ? Ayo, kita berangkat ! “ seru Gama kepada putranya dan adik iparnya, Glady. 

Gabriel dan Glady mengangguk, tak lupa keduanya menyalami orang rumah. Patricia sengaja membiarkan tangannya dicium oleh sang putra. Gama tak lupa mengecup kening putrinya dan istrinya dengan sayang. 

Setelah melihat Gama dan lainnya pergi, Patricia langsung memberikan bayinya kepada ibunya. 

“Titip Ella, Cia ingin pergi menemui teman Cia “ kata Patricia malas, dia langsung saja memberikan bayinya kepada Lediana membuat wanita paruh baya itu kesal. 

“E—ee, Mama sama papa juga mau pergi ! “ ujar Lediana tak terima. 

“Bawa saja cucu mama.. “ kata Patricia santai. 

“Ya, nggak bisa gitu dong ! Acaranya nggak bawa bayi, “

“Terus mama mau Cia bawa anak bertemu teman Cia ? Cia nggak mau mah, nanti yang ada rencana Cia berantakan ! “ ketusnya kesal. 

Lediana dan Denis terdiam, mereka mana mau direpotkan oleh bayi enam bulan itu. Denis pergi keluar untuk melihat tetangga sebelahnya yang menganggur. 

“Junik ! Daripada kamu nganggur mending jadi pengasuh cucuku, kami ingin pergi keluar ! “ seru Denis datar. 

Kening Junik mengerut keras, sejak kapan dia disuruh menjadi pengasuh bayi tetangganya. Namun bukan Junik namanya jika tidak bisa melawan perkataan Denis si topeng berwajah datar. 

“Eee Epidermis ! Lo kira gue babu lo ! Anak kesayangan lo mana ! Suruh dia yang mengasuh, anak sendiri kok perhitungan ngurusnya. Kalo nggak mampu mengurus anak jangan punya anak, “ ketus Junik yang mana membuat Lediana yang keluar membawa cucunya membalas semprotan Junik. 

“Child-Free ajaaaaa !! “ greget Junik. 

“Woy junikkk ! Dikasih kerjaan bukannya bersyukur malah ngatain anak gue lo ! “

“Emang anak kesayangan lo aja pemalas, kerjaannya keluyuran. Yang jaga anaknya malah adiknya, apa nggak adiknya yang nanti naik ranjang kakaknya ! “ ketus Junik semangat membuat Lediana kesal. 

“Kauuuuuu !!! “

“Apa ?? Mau marah ? Entar dulu dong ! Tuh, liatttt cucumu ngompol !! “ pekik Junik terbahak-bahak membuat Lediana dan Denis panik saat melihat air mengalir dari bawah cucunya. 

“Ellaaaaaaa !! “ pekik Lediana kesal, pakaian mahalnya terkena pipis cucunya. 

“Owaaaaaa kheeee ! “

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!