NovelToon NovelToon

Echoes Of Furry

Opening.

❀ Happy Reading ❀

Daxia baru saja selesai dari kamar mandi saat ponsel rumah yang berada di dekat kasurnya berdering, sambil menggosok rambut merah ikalnya itu langkah kakinya berjalan pelan meraih ponsel tersebut.

"Ni Hao .... The Youngest Jiang Twins di sini," Sapanya ramah sebelum duduk di atas kasur.

"Ni Hao Daxia, ini Jiayi." Mendengar suara sepupunya di seberang sana Daxia langsung merasa semangat untuk mendengar apa saja yang akan dibicarakan oleh sepupunya tersebut.

"Jiayi, kenapa lu nggak nelpon ke ponsel gua?"

"Ponsel gua mati, sejak perjalanan pulang dari Tianjin dan gua gak bawa powerbank. Gua menghubungin lu karena dengar kabar kalau Paman Ren akan mengadakan sebuah acara, dan orang tua kita akan diundang dalam pertemuan keluarga perusahaan tersebut."

"Woah, ini kabar yang bagus. Paman Ren memang rutin mengadakan pertemuan seperti ini, baiklah kalau begitu terimakasih infonya sepupuku,"

"Ur well Daxia, bye."

Setelah 2-3 kata penutup setelahnya panggilan terputus sebelah pihak. Daxia mengemasi kamarnya setelah selesai berpakaian lalu kemudian turun ke bawah tepatnya ke dapur mencari sesuatu untuk sarapan.

Belum sepenuhnya sampai di lantai dasar di pertengahan tangga dirinya mendengar suara pria yang seperti sedang berargumen, dan disahuti beberapa tawa dari yang lainnya.

Kepalanya hanya menggeleng pelan karena sudah tau pasti siapa para pria tersebut, dan saat sampai ke dapur di meja makan 4 orang pria sedang duduk di sana sambil bergurau.

"Wah tuan putri sudah bangun, bagaimana tidur anda Princess?" Itu Fangxi, dia saudara kembar Daxia yang tertua. Saudara yang paling dewasa walau sedikit cerewet.

"Baik Gege, oh ya guys gua dapet telfon dari Zhang Jiayi dia bilang dengar kabar kalau Paman Ren akan mengadakan acara. Yaa acara seperti biasalah." Daxia berjalan ke meja dekat kompor mengambil beberapa pancake yang berada di sana lalu membawanya ke meja makan.

Fangxi mengangguk pelan sambil mengunyah mendengar info dari adik kembarnya tersebut, "Gua jadi gak sabar kapan acaranya apalagi kalau Paman Ren sudah mengadakan acara pasti ramai gadis-gadis perusahaan besar lainnya yang datang,"

"Yeu kambing nih anak, ternyata itu yang ditungguinnya. Kalau gua mah selalu nunggu pembagian uang yang pasti dilakukan Paman saat acara akan berakhir." Itu Qinling yang menyahut, anak kembar ketiga di antara Jiang Twins. Terkenal yang paling tampan walau tingkahnya sedikit tengil.

"Mungkin acara tersebut akan diadakan sebulan ke depan, sudahlah jangan pikirkan dulu. Hari ini kita libur apakah kalian tidak ingin keluar?" Yang tertua kedua membuka suara, Guotin. Mereka berempat saling pandang berpikir sesaat.

"Keknya hari ini gua bakalan pergi buat liat-liat pameran mobil di dekat pusat kota. Kalian ada yang mau ikut?" Bungsu kedua di atas Daxia akhirnya buka suara setelah menyimak sejak kedatangan Daxia, dia Wenhua.

"Boleh tuh, ikut ajalah semuanya ke sana. Lagian Papa dan Mama mungkin gak bakalan pulang pagi ini." Usulan Fangxi langsung mendapat persetujuan dari yang lain.

"Eh tapi...." Mereka berempat menghentikan hendak beranjak dari kursi saat mendengar suara Qinling, "Abis dari pameran temenin gua latihan tembak ya. Gua lupa siang ini jadwal latihan."

"Ya yaa gampang mah itu, buruan sana siap-siap kalian biar gua yang beresin meja makan. Ntar pulang aja baru cuci piring." Guotin langsung membereskan piring bekas makan mereka tadi, yang lainnya mengangguk dan naik ke atas menuju kamar masing-masing.

Siang, dengan disetir Fangxi mobil mewah berlogo “Banteng Mengamuk” tersebut melaju santai di jalanan yang lengang di Beijing. Daxia duduk di kursi penumpang samping supir, menyandarkan kepalanya sambil melihat keluar jendela.

"Lu kenapa, cil?" Wenhua, Guotin, dan Qinling mengangkat kepalanya melihat ke depan mendengar suara Fangxi. Gadis itu sepertinya terlelap, tapi Fangxi merasa aneh dengan hal tersebut karena tidak biasanya Daxia tertidur di mobil.

"Tumben Daxia tidur di mobil.... Lagi ada masalah apaan dia?" Chemistry yang tercipta sebagai anak kembar langsung membuat perasaan Guotin tidak nyaman. Wenhua dan Qinling tiba-tiba merasakan gelisah.

Tepat lampu merah mobil berhenti, Daxia terbangun dan mengusap wajahnya pelan. Fangxi mengulurkan tangannya mengelus kepala adik bungsunya itu.

"Kenapa dah, gua gak ngapa-ngapain." Sontak keempatnya bernafas lega, sedikit terasa mengkhawatirkan awalnya tapi setelah mendengar sahutan ketus Daxia itu membuat mereka lega.

"Tumben banget tidur di mobil, makanya yang lain heran," Ucap Fangxi tetap mengelus rambut adiknya pelan. Dalam hatinya Daxia merasa sangat tenang, diperhatikan dan mendapat kepedulian yang tinggi dari saudara kembarnya yang lain.

Sampai ke tempat pameran mobil yang berada di pusat kota mereka berlima sangat takjub dengan pemandangan mobil-mobil mewah yang dipajang, berbagai perusahaan menampilkan model terbaru dan terbaik. Banyak pria dengan penampilan yang berkelas datang ke sana yang sudah dipastikan untuk membeli mobil yang dipamerkan.

Fangxi memarkirkan mobil tidak jauh dari pintu masuk, Wenhua segera keluar dari mobil duluan meninggalkan semua saudaranya, Daxia yakin ada sebuah mobil yang sudah menjadi incaran Wenhua sedang dipajang. Qinling menyusulnya duluan masuk ke dalam gedung kaca tersebut.

Saat di dalam mereka tidak berhenti menatap sekeliling mobil mewah seperti Porsche, Lamborghini, Mercedes Benz, Buggati, dan BMW berada di sana. Sambil mencari keberadaan Wenhua Daxia tertarik dengan mobil berwarna biru yang tidak terlalu cerah berada di deretan perusahaan Mercedes Benz.

"Fangxi Gege model yang ini cantik." tangan Daxia menyentuh pelan bagian kap mobil, warna cat mobilnya sangat mengkilap dan itu membuatnya suka, seorang pria dengan seragam serta tanda pengenal datang menghampiri mereka dengan tersenyum.

"Selamat siang anda sekalian .... Apakah anda tertarik dengan mobil dari perusahaan kami? Ini Mercedes AMG GT jika memang tertarik kami bisa menyediakan warna yang anda inginkan,"

Fangxi melirik ke arah Daxia yang masih melihat sekeliling bagian mobil dengan tatapan yang senang, "Sepertinya kita bisa bicarakan dahulu tentang segela permesinan yang ada di mobil ini, sementara adik saya mungkin akan melihat-lihat dahulu,"

Pria itu tersenyum dan mengangguk, "Baiklah kalau begitu silahkan ikut saya untuk membicarakannya dengan Dealer yang ada di sana,"

Fangxi dan pria berseragam itu pergi menuju ke stand Mercedes Benz, Guotin menggeleng kepala melihat hal itu karena berapa mudahnya Fangxi mengeluarkan uang untuk menuruti kemauan si bungsu.

"Little Princess," Guotin memanggil Daxia dan mengulurkan tangannya, raut wajahnya terlihat kecewa. "Lebih baik kita pergi mencari Qinling dan Wenhua dahulu sayangku," ucapan lembut tersebut berhasil membuat Daxia luluh dan menghampirinya, dan mereka berdua pergi mencari keberadaan 2 saudaranya yang entah kemana.

Sementara itu Qinling dan Wenhua sedang melihat-lihat stand mobil Scuderia Ferrari, mobil sport berasal dari Italia itu memang selalu jadi top incaran disaat pameran seperti ini, makanya Wenhua segera masuk ke Showroom mencari keberadaan mobil Ferrari.

"Gua gak peduli apa dan bagaimana tanggapan Fangxi sama Guotin pokoknya ini mobil Ferrari gua harus bawa pulang hari ini," Wenhua celingak-celinguk mencari keberadaan Dealer Ferrari yang pasti berseragam berwarna merah.

"Abis ini temenin gua ke stand Buggati atau McLaren ya, ada 1 type yang juga incaran gua. Jadinya kalau dimarahin 2 sulung kita dimarahinnya barengan," ide gila Qinling membuat Wenhua tertawa kencang dan mengulurkan tangannya untuk tos.

Dealer Ferrari berseragam merah datang mendekati mereka dan mengulurkan brosur, "Selamat siang selamat datang anda ke stand Scuderia Ferrari, ada yang bisa saya bantu? Saya Dealernya,"

"Ah beruntungnya langsung bertemu dengan Dealer, saya mau Ferrari type SF90 dengan warna merah seperti warna aslinya," mendengar itu sang Dealer mengerjapkan matanya.

"Tidak ingin melihat dahulu?"

"Sudah tidak perlu segera persiapkan saja mobilnya karena saya ingin membawanya pulang sekarang dan atur saja pembayarannya." Wenhua merangkul pria itu berjalan menuju ke stand Ferrari dan langsung mengurus pembayaran saat itu juga.

Qinling diam di tempat menunggu Wenhua kembali, sesekali melirik ke stand McLaren yang tidak terlalu jauh dengan stand Buggati, "Warna apa ya kira-kira .... Hitam aja deh, ini mobil pertama juga,"

Tak terlalu lama menunggu Wenhua datang menghampiri dengan membawa kwitansi bukti pembayaran dan memeluk sekantong cemilan, melihat itu Qinling langsung merampasnya dan memakan cemilan adiknya itu.

"Kampret, buruan lah kita ke stand mobil yang lu mau." Wenhua menarik tangan saudaranya itu menuju ke stand mobil yang tadi ingin dilihatnya.

Fangxi sudah selesai melakukan pembayaran dan kunci mobil sudah berada di genggamannya saat ini, saat kembali ke tempatnya meninggalkan kedua adiknya itu keduanya sedang makan cemilan berupa gorengan dan minuman dingin.

"Daxia," menyadari namanya dipanggil Daxia menoleh dan menganga tidak percaya dengan apa yang dipegang Fangxi ditangannya.

"Lu beli mobilnya?" sulung hanya mengangguk dan meraih tangannya, memberikan kunci mobil tersebut dalam genggamannya, "Gege gua memang mau mobilnya tapi tadi itu gua cuma kepikiran type mobil ini akan ada lagi atau tidak,"

"Sudahlah Gege sudah membelikannya untuk lu, gunakan aja." Daxia meloncat dari kursinya dan memeluk Fangxi dengan erat berkali-kali mengucapkan terimakasih dengan kepekaan yang dimiliki sang sulung.

"Lu gak ada liat si Wenhua sama Qinling?" Guotin menyelesaikan makannya dan berdiri mencari keberadaan kedua anak itu.

Saat hendak pergi mencari kedua anak itu datang dengan saling merangkul menenteng sebuah tas kecil di tangannya masing-masing, Fangxi memukul Wenhua pelan karena pergi begitu saja tidak bilang dahulu, dan Qinling juga ditegur karena juga ikutan menghilang.

"Kalian ada yang beli mobil?" Tanya Qinling saat menyadari kalau Daxia memegang kunci mobil.

"Gua dibeliin Mercedes Benz sama Fangxi Gege," Daxia menjulurkan lidahnya mengejek ke Qinling dan Wenhua, keduanya membulatkan mata tidak percaya mendengarnya.

"Heh apaan coba Daxia doang yang dibeliin kita nggak?"

Guotin mendekat ke Qinling dan mengusap wajahnya bergantian dengan Wenhua, "Pulang, masih ada waktu nanti buat Fangxi beliin kalian mobil .... Dan jangan kira gua nggak tau lu berdua juga beli mobil,"

...❁ See You In The Next Part ❁...

Mobil Sport.

❀ Happy Reading ❀

".... Dan jangan kira gua nggak tau lu berdua juga beli mobil," mendengar ucapan Guotin, Fangxi melirik kearah kedua adiknya yang mengulum bibir merasa bersalah.

"What? Mereka beli mobil juga?" Fangxi menatap tajam keduanya, Daxia memilih diam untuk saat ini karena hawa yang ada disekitarnya terasa tidak nyaman.

"Lu liat aja deh di tangan mereka ada kunci mobil itu pastinya," Qinling langsung mundur beberapa langkah dengan pelan dan menggenggam bahu Wenhua, melihat ekspresi si tengah yang ketakutan Daxia terkekeh karena melihat Qinling yang lebih tua dari Wenhua malah berlindung dibalik adiknya.

Fangxi tertawa pelan melihat ekspresi panik kedua adiknya yang baginya itu sangat lucu, "Bercanda adik yang gua sayang, gua mau liat aja kalian beli mobil apaan. Itu hak kalian, kalian bukan anak kecil yang harus gua koordinasi terus menerus, kita sudah 19 tahun dan sudah saatnya kita belajar hidup mandiri,"

Kompak mereka berdua bernafas lega tapi tetap ada rasa tidak enak baginya, "Lu beneran gak marah kita beli mobil? Padahal baru beberapa bulan yang lalu kita berlima couplean beli motor sport," tanya Wenhua dengan hati-hati walau Fangxi terlihat tersenyum.

"Jangan bertanya begitu seolah-olah gua mengekang kalian untuk melakukan hal yang kalian suka .... Gua gak ngelarang apapun asalkan kalian jujur aja ke gua." jawab Fangxi sambil mengadah sebelah tangannya bermaksud melihat mobil apa yang dibeli adiknya.

Qinling dan Wenhua memberikan kunci mobil tersebut dan Guotin Daxia mendekati ikutan penasaran, "Kalian beli mobil yang beda?" tanya Daxia menatap bergantian keduanya.

"Ini udah wishlist kita dari tahun lalu gak lama kedua mobil ini produksi, jadi pas liat ternyata ada di pameran hari ini kita gak mau buang kesempatan .... Takutnya gak produksi lagi atau udah gak masuk ke China," ucapan Qinling ada benarnya juga, lagian sudah dibayar juga.

"Yaudahlah, lu jadi nggak latihan tembak?" tanya Guotin, pria itu baru ingat dengan jadwalnya karena teralihkan dengan segala permobilan tadi.

"Oh iyaa lupa anjir," Qinling menggigit lidahnya sendiri saat memaki dan melirik ke Fangxi yang sudah siap melayangkan pukulan, "Ampun ampun, iya dah latihan tembak .... yuklah temenin gua, abis itu kita Quality Time ala-ala anak kembar gitu,"

Keempatnya saling pandang dan mengangguk setuju, Daxia menarik tangan Fangxi untuk menuju ke mobil yang baru saja menjadi miliknya itu, "Gua mau langsung bawa boleh ya?"

Fangxi kaget melihat ekspresi memohon adik kecilnya itu dirinya tersenyum dan mengusap kepalanya, "Iya bawa aja langsung, gua sama Guotin nanti bawa Lamborghini Urus. Kalian bertiga bawa aja mobil masing-masing sekalian bawa pulang,"

Daxia melayangkan tangannya ke atas berucap 'yes' dengan penuh kebahagiaan, Guotin tersenyum tipis melihatnya.

Dan kelimanya sudah berada di luar, Wenhua memamerkan mobil Ferrari baru miliknya yang berwarna mengkilap dan cerah, Fangxi tidak menyangka selera adiknya dalam permobilan bagus juga. "Cool .... Senada dengan warna rambut lu Wenhua,"

"Geblek ah .... Kok lu pake nyadar sih," Daxia tertawa melihat tingkah Wenhua yang terlihat ngambek dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

Tak lama mobil McLaren berwarna hitam datang mendekat lalu berhenti di depan mereka, kaca mobil diturunkan dan wajah Qinling yang memakai kacamata hitam terpampang duduk di kursi pengemudinya,

"Wth? McLaren 720S, kan?" Qinling mengangguk dengan penuh kebanggaan menjawab pertanyaan Guotin.

"Selera kalian boleh juga dalam permobilan gini," Fangxi melirik bergantian pada mobil ketiga adiknya, 3 jenis mobil yang berbeda akan berada dalam 1 garasi.

"Garasi muat gak sih nambah 3 mobil Fangxi? Kalau gak muat kita simpan di luar aja deh mobil mereka," Guotin menggoda ketiga adiknya dengan berbohong, Qinling sampai turun dari mobil mendengar hal itu tidak mungkin mobil barunya diletakkan di luar garasi pada malam hari.

"Eh cuy yang bener aja garasi gak muat?"

Wenhua menggeleng tidak percaya kenapa saudaranya yang satu itu mudah sekali dibohongi, "Jiang Qinling saudaraku yang paling banyak penggemarnya .... Lu cakep begini gampang amat dibohongin, garasi kita dua ganteng. Satunya buat motor dan satunya buat mobil, kalau garasi mobil penuh kan garasi motor bisa dipake,"

Tawa Daxia pecah saat itu juga melihat ekspresi bingung Qinling, saling terbahaknya dia ketawa sampai berpegangan di bahu Fangxi.

"Udah udah sekarang mending kita langsung pergi nemenin Qinling latihan, kita harus menghabiskan waktu bersama setelahnya." Guotin pergi duluan masuk ke mobil yang tadi mereka kendarai bersama, Fangxi menyusul dan duduk di kursi pengemudi.

3 bungsu saling bertatapan dan kemudian melakukan tos lalu berpisah masuk ke mobil masing-masing, pemandangan itu membuat 2 sulung tersenyum. Kebahagiaan tersendiri melihat adik mereka membeli sesuatu yang mereka sangat inginkan.

...****************...

Tembakan saling bersahutan di dalam ruangan yang kedap udara tersebut, Qinling baru beberapa bulan yang lalu masuk ke pelatihan tembak mengikuti saran dari Fangxi dan Guotin yang sudah lulus tahun lalu.

Kali ini Qinling di dalam ruangan tidak sendirian ada Wenhua yang menemaninya, memperhatikan dengan seksama bagaimana cara Qinling mengatur emosi, ketenangan, dan fokusnya selama latihan. Setiap peluru yang dilepaskan dari pelatuk kebanyakan hampir mengenai pusat sasaran, Qinling merasa kemampuannya dalam menembak sudah jauh meningkat.

"Kemampuan kamu semakin meningkat jauh ya Jiang Qinling," seorang pria dengan pakaian tanktop hitam dan celana kargo datang menghampirinya, memegang tangan Qinling agar lebih stabil.

Satu tembakan lolos dan tepat mengenai pusat sasaran target, Wenhua bertepuk tangan bangga melihat hal itu, "Terimakasih banyak Coach," pria itu mengangguk dan berbalik pergi begitu saja.

"Keknya udahan aja deh latihan buat hari ini, tangan gua udah ngerasa pegal." Qinling berjalan keluar dari arena dan menyimpan pistolnya ke dalam loker miliknya, Wenhua berjalan keluar duluan menghampiri saudaranya di ruang tunggu.

"Udah selesai latihannya?" tanya Guotin melihat adiknya keluar sendirian.

"Qinling bilang udahan aja tangannya udah ngerasa pegal," Guotin hanya mengangguk.

Tak lama Qinling keluar dengan membawa tas air minumnya dan kunci mobil. "Kira-kira mau kemana deh Quality Time-nya?"

Semuanya saling pandang, sama-sama bingung mau kemana di siang hari begini. Daxia yang biasanya sangat bersemangat jika keluar saat ini sedang lemah karena cuaca yang sangat panas, wajahnya sudah memerah hampir menyamai warna rambutnya sendiri.

"Daxia mukanya merah banget udah hampir nyamain kek rambutnya tuh," asal bunyi Qinling langsung membuat gadis itu menoleh geram dan melayangkan pukulan di perutnya.

"Ngaca sana, sama aja lu muka lu merah tuh." Fangxi menggeleng kepala dan menghembuskan nafas pelan melihat Daxia yang malah mengusap wajah Qinling.

"Gua sebenarnya ada ide buat Quality Time ini dan udah lama gua pikirin tapi gua gak yakin kalian semua bakalan mau," semua pandangan mengarah ke Wenhua, melihat tatapan datar Daxia dan Fangxi dirinya malah terhenyak.

"Tell it," Guotin menatapnya datar dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Beach Party .... Sorenya kita nyanyi sambil nunggu sunset terus masak daging BBQ atau Grill? Malamnya kita main kartu sambil deeptalk gitu, dan penginapan kita ambil Villa?" tatapannya melihat satu persatu respon yang lain, ada yang mengangguk, ada yang diam mencerna, ada yang mematung.

"Setuju sih gua .... Kalau memang semuanya mau ntar pulang gua bakalan dateng ke perusahaan buat minta uang dan ijin ke Papa dan Mama, mereka pasti bebasin kita buat kemanapun." Fangxi langsung setuju dengan usulan Wenhua, lalu melirik ke Guotin yang masih menimbang keputusan.

"Ide bagus sih, gua bakalan bawa gitar gua buat kita nyanyi-nyanyi." Qinling langsung bersemangat dan memperagakan gerakannya memetik gitar dengan menggunakan botol minumannya.

"Gua bakalan cari lagu yang bertemakan persaudaraan dan gua bakalan bebaskan suara gua bernyanyi dengan indahnya." Daxia berputar dan bergaya seolah-olah menyanyi memegang mic, Qinling berjoget dihadapannya sambil memainkan gitar gaibnya itu.

Guotin terkekeh melihat kelakuan Qinling dan Daxia sebelum akhirnya mengangguk setuju, keputusan Guotin adalah keputusan teratas meskipun Fangxi adalah yang tertua, "Besok kita pulang, jadi kita hanya menginap sehari,"

Mereka berlima tos bersamaan dan berpelukan, rencana dadakan memang akan selalu terlaksana. Dengan bersemangat Wenhua dan Daxia berlari keluar dari gedung pelatihan tembak menuju ke parkiran lalu berpegangan tangan dan berputar. Qinling tertawa keras saat melihat Daxia pusing sendiri akibat berputar. Fangxi hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.

......❀ See You In The Next Part ❀......

Pulang Ke Rumah.

❁ Happy Reading ❁

Jiang Twins baru sampai di kediaman mereka, rumah 2 tingkat yang bergaya kesenian Tionghoa kuno, dengan patung singa yang ada di kanan kiri di dekat pintu gerbang, dan warna bangunan rumah yang dominan hitam dan putih itu terlihat ramai. Tidak seperti biasanya, hal itu tentu menimbulkan kebingungan di antara mereka.

Mereka turun dari mobil dari gerbang depan karena jalanan menuju ke dalam lumayan banyak mobil yang terparkir, melangkah masuk melewati Paifang atau gerbang pelengkung sebelum akhirnya sampai ke depan pintu rumah mereka.

Daxia melirik memperhatikan semua orang yang datang ke rumahnya, semuanya terlihat asing tidak satupun ada yang dikenalinya, begitu juga dengan yang lain. Fangxi berjalan masuk duluan mencari keberadaan orang tua mereka.

Mengikuti jalan Fangxi mereka sampai ke ruang utama tempat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul dan menonton acara televisi bersama. Di sana kedua orang tuanya sedang duduk minum teh bersama dengan beberapa orang yang menggunakan setelan jas hitam, menyadari kedatangan anak-anaknya Papa Jiang tersenyum.

"Jiang Twins, dari mana saja kalian?"

Semuanya tidak ada yang menjawab pertanyaan dari sang Papa, Fangxi sibuk memperhatikan setiap orang yang datang dan menghafali semua wajah yang ada di sana, Guotin maju selangkah dan tersenyum ke semua yang ada di sana.

"Kita berlima abis dari melihat pameran mobil dan pergi menemani Qinling latihan tembak, Papa. Kalau boleh tau mereka semua siapa?" sebisa mungkin Guotin bersikap ramah meskipun dirinya merasa ganjal dengan orang yang datang bertamu.

"Mereka semua adalah pemimpin perusahaan besar yang berasal dari kota besar selain Beijing seperti Tianjin, Shanghai, Chengdu, dan Wuhan. Kami di sini sepakat untuk mengadakan kolaborasi besar dengan menyatukan 5 kota besar ini dan akan berpusat di Beijing," Papa menjelaskan panjang lebar, Guotin menatap satu persatu pimpinan yang tersenyum ramah padanya.

"Oh baiklah kalau begitu, maaf kalau tiba-tiba bertanya dan menghampiri kalian kemari, kalau tidak keberatan saya perlu bicara sebentar dengan Papa saya," tatapan mata Guotin menatap datar ke arah sang Papa, pria itu berdiri dan meminta izin pergi sebentar mengikuti kelima anaknya.

Setelah berdiri lumayan jauh dari ruang utama Papa menghela nafas gusar menunggu anaknya bicara, "Jadi ada perlu apa kalian sama Papa anak-anakku sayang?"

"Kita malam ini bakalan menginap ke Villa di pantai, dan kita minta izin. Mungkin pulangnya besok jika tidak ada hal lain yang ingin kami lakukan," Fangxi menjelaskan dengan cepat, Papa mengangguk.

"Berlima? Baiklah silahkan, pergilah habiskan waktu kalian bersama. Papa gak mungkin melarang, kalian sudah dewasa dan kalian pasti bisa saling menjaga satu sama lain. Uang akan Papa suruh bagian keuangan untuk mentransfer ke rekening kalian masing-masing," Papa melebarkan tangannya bersiap menerima pelukan, Jiang Twins bergantian berpelukan dari Daxia ke Fangxi.

Setelahnya Papa pergi dan mengatakan hal tersebut ke istrinya, mereka berlima naik ke atas berpisah ke kamar masing-masing untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa. Karena posisi kamar mereka yang bersebelahan tapi lumayan jauh, Daxia memutuskan untuk mengadakan panggilan grup agar tidak terlalu sepi dan ada temannya berbicara.

*Group Call*

- Fangxi Gege join.

"Daxia, lu ngerasa aneh gak sih sama orang-orang tadi?"

^^^"Aneh banget lah buset, serame itu yang datang. Apalagi dengan orang-orang setelan serba hitam yang mondar-mandir disekitar, gua curiga banget asli,"^^^

- Guotin Gege join.

"Kok gua ngerasa aneh banget ya .... maksudnya kok serame itu yang datang, dan kalau misalnya ini adalah kolaborasi perusahaan harusnya mereka mengadakan pertemuan di gedung perusahaan, bukannya di rumah pribadi? Papa gak bodoh, kan? Di rumah ada anak-anaknya yang perlu kebebasan,"

"Bener, gua mau nanyain itu ke Papa tadi tapi gak enak jadinya gua urungin niat buat nanya," sahut Fangxi.

^^^"Gua sama sekali gak bisa berkutik apapun melihat orang-orang itu please, udah merinding duluan,"^^^

- Wenhua Gege and Qinling Gege Joining.

"Yo cuy, gua geregetan banget natap 1 wanita yang pake lipstik merah merona itu. Kek tatapannya itu keliatan meremehin banget," Qinling join panggilan terdengar suaranya yang penuh keinginan menghujat.

"Qinling bangke, kalau urusan ngejelekin orang nomor satu. Tapi serius orang-orang yang datang itu gua beneran merasa seaneh itu," Wenhua menghela nafasnya pelan.

^^^"Gua kepikiran gini .... Apakah kolaborasi kali ini bakalan jadi? Maksudnya, lihat deh rencana kolaborasi besar sebelum-sebelumnya. Gak ada yang jadi,"^^^

"Awalnya gua mikir gini sih, apakah ini bakalan jadi wacana seperti yang udah lalu. Tapi ngeliat orang-orang yang datang katanya dari perusahaan besar kota lainnya gua hanya berharap yang terbaik aja sih," suara Fangxi terdengar menyakinkan yang lain, ada benarnya juga.

"Kalau misalnya ada apa-apa yang terjadi di rumah atau di perusahaan kita bakalan pergi mengamankan diri ke tempat yang jauh, jangan lupa kita punya rumah yang jauh dari Beijing," Guotin menenangkan karena mempunyai firasat obrolan akan meracau lebih jauh.

"Eh ternyata kalau misalnya mereka berkhianat sama perusahaan Papa gimana?" Wenhua yang dari tadi diam menyimak segala obrolan langsung menendang Qinling keluar dari panggilan grup.

- Wenhua Gege kick Qinling Gege.

"Meresahkan tuh anak asal bunyinya,"

^^^"Cok? Bisa di kick ternyata?"^^^

"Bisa bungsu," jawab Wenhua dengan nada datar.

Suara tawa terbahak dari Guotin dan Fangxi terdengar di sana, Daxia menggelengkan kepala dan mengundang Qinling masuk lagi ke panggilan.

- Daxia invite Qinling Gege join.

"Wenhua babi,"

"Udah diem, buruan beresin barang kalian gua udah selesai," Fangxi menengahi sebelum terjadinya adu bacotan

- Fangxi Gege left.

^^^"Udah ah, gua akhiri aja nih panggilan. Buruan tuh kalian, gua udah selesai nih."^^^

Daxia mematikan panggilan grup sehingga semua yang masih ada di panggilan otomatis berakhir. Semua pakaian dan perlengkapan sudah dimasukkan ke koper, sengaja dirinya membawa baju lebih karena nanti dia ingin menyarankan untuk menginap lebih lama jika tempatnya menyenangkan.

Segera dirinya keluar dari kamar menarik 1 koper besar dan di atasnya ada 1 tas lumayan besar yang berisi perlengkapan pribadi seperti alat mandi dan skincare yang digunakannya. Bertemu dengan Guotin yang juga baru keluar kamar jadinya mereka berdua turun bersama dan menghampiri Fangxi di meja makan.

"Mana tuh berdua?"

Baru saja Fangxi menanyakan si Qinling dan Wenhua dari lantai 2 terdengar keributan teriakan, Qinling mengejar adiknya itu karena masih kesal dengan dirinya yang ditendang keluar dari panggilan. Wenhua berlari sambil menarik koper dengan cekikikan sehingga kakinya terasa lemah saat sampai di dapur.

"Astaga ...." Guotin menarik nafas menghela nafas dan hanya menggeleng melihat hal itu, Daxia menarik Qinling agar berhenti mengejar Wenhua.

"Udah siap semua?" Diliriknya setiap bawaan yang dibawa adiknya dan kemudian mengangguk, "Jadikan Wenhua bilang mau sekalian BBQ-an atau Grill, perlengkapannya bakalan gua siapin bareng Guotin jadi kalian bertiga masukin mobil baru kalian ke garasi. Kita pergi pake mobil Lamborghini Urus yang tadi gua pake sama yang warna biru gelap itu, Wenhua ntar tolong panasin dulu ya."

Wenhua menerima kunci mobil tersebut dan mengangguk, Qinling mengambil gitar miliknya dan koper Fangxi sekalian membawakannya keluar. Daxia meraih koper Guotin walau awalnya anak nomor dua itu tidak mau Daxia repot tapi tetap saja si bungsu membawakannya ke depan.

Setelah memasukkan masing-masing mobil ke garasi, Daxia berjalan ke mobil Lamborghini hitam untuk menyimpan barang-barang di bagasi. Qinling dan Wenhua akan 1 mobil berdua jadi koper mereka diletakkan di kursi penumpang belakang lalu setelahnya menghampiri Daxia membantunya memasukkan koper.

Fangxi Guotin datang membawa perlengkapan makan dan alat Grill juga BBQ dan dimasukkan ke bagasi mobil Wenhua dan Qinling yang masih kosong. Dan saat ini mereka sudah masuk ke mobil masing-masing, Daxia awalnya akan semobil dengan Fangxi dan Guotin sekarang malah berpindah semobil dengan Qinling dan Wenhua.

Fangxi mengatakan ke Qinling untuk pergi dahulu ke supermarket untuk membeli segala perdagingan dan cemilan sambil menunggu uang yang Papa bilang akan ditransfer masuk rekening mereka.

...****************...

Sampai di supermarket, kelimanya kompak turun dari mobil. Guotin sibuk mencatat beberapa barang yang harus dicari sebagai perlengkapan untuk memasak, 3 bungsu sebagai yang mencari cemilan. Dan Fangxi akan mencari bagian minuman juga membayar semuanya nanti.

Di deretan segala macam makanan ringan Daxia memilih di antara bagian keripik dan berbagai macam permen. Wenhua di bagian wafer dan makanan pedas, Qinling di bagian makanan manis dan roti. Fangxi mengambil sedikit banyak air putih biasa dan beberapa kaleng soda berbagai jenis, Guotin sibuk sendiri di bagian bumbu dan daging memilih beberapa bagian daging sapi yang banyak dan menguntungkan.

Di tengah sibuk berbelanja ponsel mereka kompak berbunyi notifikasi yang sama, kelimanya yang berpencar saat mendengar notif tersebut bersahutan saling tersenyum. Uang yang Papa mereka katakan akan ditransfer sudah masuk ke rekening dan sekarang mereka sudah berkumpul mengantri membayar ke kasir.

"Gua ada ngambil beberapa keripik yang pedas buat Qinling, keju gitu buat Wenhua, yang original buat Fangxi, yang seaweed buat Guotin dan yang daging gitu buat Princess," Daxia mengedipkan matanya sebelah dan tersenyum menaikkan sebelah bahunya, Guotin menggeleng sambil tertawa melihatnya.

Qinling menganga tidak percaya dengan tingkah Daxia dihadapannya, mulutnya menganga dengan alis yang tertaut dan sebelah bibirnya naik. Wenhua yang menyadari itu seketika tawanya pecah dan mengundang perhatian dari Fangxi.

"Lu kenapa kocak?"

"Ekspresi Qinling ngeliat Daxia," Wenhua tidak kuat menahan tawanya melihat ekspresi Qinling, Fangxi dan Guotin melihat ke anak tengah dan menggeleng bersamaan. Daxia yang menyadari respon Qinling langsung berdecih dan memutar bola matanya malas.

"Kalian bertiga tunggu aja di luar sana, biar gua sama Guotin aja yang bayarin." ketiganya mengangguk dan berjalan mencari tempat keluar tanpa belanja, Fangxi maju saat antrian di depannya sudah kosong.

Daxia masuk ke dalam mobil tepatnya ke kursi penumpang belakang dan rebahan di sana, Wenhua masuk ke mobil menyalakan mesin untuk menggunakan pendingin. Qinling berdiri di luar bersandar di kap mobil.

...❀ See You In The Next Part ❀...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!