NovelToon NovelToon

Penyesalan Mantan Suamiku

Tiara, Istri Yang Tak Dianggap

"Tiara.. Tiara... Cepat kemari!

Bentak Rein dengan suara yang keras.

Iya.. Ada apa mas? 

Tiara dengan gugup menundukkan kepalanya. 

"Coba lihat kemejaku yang tosca itu kenapa bisa jadi warna merah gitu?

Kamu apakan kemejaku!

Sambil melemparkan baju itu ke wajah Tiara. 

"Maaf mas Tiara gak tau.. Sebab kemeja ini bukan Tiara yang cuci mas. Nanti coba Tiara tanyakan pada bibi ya mas..

Ucap Tiara sambil memegang kemeja suaminya. 

"Kamu tuh nggak pernah becus ngurusin kemeja aku! Kok Kamu nggak pernah bisa buat aku senang dikit sih?

Coba lihat diri kamu, apa bedanya kamu sama bibi di dapur!

Celoteh Rein pagi-pagi membuat kamar yang tadinya hening menjadi berisik karena omelannya. 

Tiara hanya bisa menangis sesegukan dan hanya bisa menunduk saat kena omelan Rein. 

...----------------...

Saat pertama kali di pinang oleh omanya Rein. Tiara adalah gadis yang sangat cantik, elegan dan juga anggun. Tiara adalah putri bungsu dari seorang pengusaha kaya raya. Ia memiliki kakak laki-laki yang kaya raya dan mempunyai kekuasaan.

Saat bertemu dengan Rein, Tiara kecelakaan dan lupa akan identitasnya. Setahun setelah menikah barulah ia sadar dan menghubungi keluarganya itu.

Tiara menyembunyikan identitas keluarganya terhadap Rein. Bahkan ia tidak memberitahukan kepada Rein, kalau dirinya sudah mengingat kembali siapa dirinya.

Semenjak menikah dengan Rein, ia sama sekali tidak memperdulikan penampilannya. Ia kerap kali di samakan oleh pelayan yang bekerja di rumah Rein. Karena terlihat dekil, kucel dan kusam.

Tiga tahun menikah dengan Rein, Rein tidak pernah sama sekali menyentuh Tiara. Untuk sekedar memberikan nafkah bathin.

Jangankan menyentuhnya, melihatnya saja Rein sudah berada di puncak kemarahannya. 

Ada-ada saja alasan Rein untuk marah. Mulai dari hal sekecil apapun itu, jika sudah menyangkut dan berhubungan dengan Tiara, Rein langsung naik pitam. 

"Huffttt, Kapan ketenangan dalam rumah ini kembali. Sejak ada kamu disini.. aku merasa rumah ini bagaikan neraka. 

Suhunya bisa melebihi empat puluh derajat celcius."

Ucap Rein sambil keluar kamar lalu membanting pintu sekuat tenaga. 

Tiara kaget dan ketakutan setengah mati melihat sikap Rein.

"Bi- Bibi cepat siapkan sarapanku.. Ucap Rein pada pelayan dalam rumah mewah itu.

" Ini tuan silahkan."

Bi Inah mempersilahkan Rein menyantap sarapan yang telah di sediakan olehnya. 

Selama menjadi istri Rein, Tiara tidak pernah di perbolehkan menyiapkan makanan untuknya. Karena Rein tidak pernah mau menerima masakan lain selain masakan bibi Inah.

Bibi yang merawat nya sejak kecil dan mengabdikan dirinya sudah lebih dari tiga puluh tahun lamanya. 

 "Bibi, Nanti malam tidak usah menyiapkan makan malam untukku. Karena malam ini memungkinkan aku pulangnya telat, mau nongkrong dengan teman-teman dulu. Ucapnya sambil mengunyah sarapan. 

" Beri tahu juga pada Tiara tidak usah menungguku, kalau dia mau makan suruh makan saja."  Ucapnya lagi.

 " Baik tuan, nanti akan saya sampaikan ke non Tiara." Jawab bibi Inah.  

...----------------...

Tuuuttt.. Tuuuttt.. Tuuuttt..

" Sayang, lama sekali sih angkat teleponnya!  Aku udah di basement apartemen kamu. 

Cepat ya sayang, aku ada meeting pagi nih." 

Ucap Rein yang sedang menelepon kekasih gelapnya Tania. 

"Iya cerewet amat sih pagi-pagi."

Balas Tania di ujung telepon dengan nada ketus.

"Pagi sayang, Kecupan Tania mendarat di pipi Rein. Seketika Rein menyambutnya dengan senyum ramah pada Tania, sangat berbanding terbalik sikapnya terhadap Tiara sewaktu di rumah. 

"Sayang... kamu pagi-pagi mukanya kok sudah bengkak gitu? 

Kamu Kenapa?

di buat kesel lagi sama wanita itu!" 

Tanya Tania pada kekasihnya itu. 

"Biasalah sayang, pokoknya akan ku buat dia bagaikan tinggal di dalam neraka. Biar dia cepat-cepat meninggalkan rumahku. 

Jika bukan karena oma, aku gak bakal nikahin wanita sialan itu.

Dia tuh bisanya cuma buat mood aku rusak setiap saat, setiap detik, dan di setiap menit." 

Cerocos Rein melampiaskan kekesalannya. 

"Sudahlah sayang, jangan rusak harimu dengan memikirkan wanita itu. Sekarangkan ada aku disini." Tania membujuk Rein sambil menggenggam tangannya. 

Tiba di basement kantor, Rein lalu memarkirkan kendaraannya ditempat biasa. 

" Sayang, kita lunch bareng setelah aku kelar meeting." Ucap Rein ke Tania sambil mengecup keningnya.

 "Okay, aku tunggu call kamu sayang." Jawab Tania.

 Mereka sama-sama keluar dari mobil dan secara tidak sengaja berpapasan dengan CEO PT. Diamonds

" Selamat pagi Tuan Reinhard."

Suara yang tidak asing menyapanya. Saat membalikkan badannya, iya sungguh terkejut manakala CEO terkaya di kota ini memarkirkan kendaraannya di basement gedung kantornya. 

Tinggi, putih, memiliki hidung yang mancung, bibir yang mungil, serta mempunyai gigi yang kecil-kecil dan lesung pipi. Sungguh amat sempurna ciptaan Tuhan yang satu ini yang bernama Setyawan Putra Wilson.

Rein langsung menyapanya.

" Selamat pagi Tuan Setya, Apa kabar? Mengapa Anda memarkirkan kendaraan anda di basement Tuan? Mengapa tidak di halaman depan saja." Tanya Rein dengan wajah yang penasaran. 

 " Tidak masalah Tuan, kebetulan saya tidak ingin kolega saya mengetahui pergerakan saya Tuan. Takut menjadi incaran mafia." Jawab Setya sambil tertawa.  

"Selamat pagi Nyonya Rein."

Ucapan selamat pagi untuk Tania membuat dirinya terkejut karena Setya memanggilnya dengan sebutan Nyonya Rein, sambil mengulurkan tangannya.

"Pa-pagi Tuan Setya." 

Jawabnya sambil terbata-bata sambil menatap Rein. 

Rein yang melihat Tania yang canggung langsung memberikan isyarat dengan senyuman. 

"Senang bisa bertemu anda nyonya."

Tania hanya tersenyum menganggukkan kepalanya. Ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan dipanggil dengan sebutan Nyonya Rein.

Mereka lalu berjalan kedalam gedung perusahaan milik Rein dan menaiki lift yang sama. 

"Mari Tuan kita langsung ke ruangan meeting." Ajak Rein kepada Setya. 

"Mari-Mari Tuan." Setya langsung menanggapinya.

"Nyonya Rein, kami pamit lebih dulu." Setya kembali menyapa Tania yang di kira dia adalah istri Rein. 

"Baik Tuan, silahkan." Tania mengangguk dengan senyuman.

"Duh gantengnya lelaki ini.. Gumam Tania dalam hatinya.

...----------------...

Setya lebih dulu berjalan ke ruang meeting, dan di susul oleh beberapa orang bodyguardnya. 

 " Sayang, aku meeting dulu. Kamu langsung keruangan kamu aja, nanti aku call saat kita mau lunch okay. Ucap Rein sambil mengelus kepala Tania. Dan Tania pun langsung mengangguk

* * *

"Jadi bagaimana menurut Tuan Setya, Apakah Tuan menyetujui kerja sama kita? Tanya Rein pada Setya.

 

"Ya, saya cukup tertarik dengan tawaran anda Tuan. Saya akan mempelajari terlebih dahulu proposal anda. Jika cocok, saya akan menginvestasikan dana sebesar dua ratus milyar untuk program proyek ini." Jelas Setya pada Rein.

"Dua ratus milyar Tuan..? " Tanya Rein ulang pada Setya karena kaget. 

"Ya, dua ratus milyar. Kenapa Tuan, apakah ada yang salah dengan ucapan saya?

Asalkan cocok dengan keuntungan yang akan saya dapat mengapa tidak. " Ucap Setya lagi. 

"Nanti transaksi dana akan di transfer melalui rekening perusahaan Tuan. Tapi sebelumnya kirim proposal anda ke perusahaan saya, agar lawyer dan team saya bisa mempelajari proposalnya . Lalu berkas kerjasamanya, saya akan minta asisten saya untuk menyiapkan perjanjian-perjanjian kontrak kerja sama kita Tuan." Ucap Setya dengan santai. 

"Baik Tuan, Terima kasih sebelum nya karena anda telah mempercayakan perusahaan kami untuk bekerjasama dengan perusahaan anda Tuan." Rein menyalami tangan Setya.

...----------------...

"Kring... Kring... Kring..."

 

" Tuan kenapa tidak diangkat? Siapa tau penting Tuan," Setya memberi saran pada Rein. 

Rein yang tampak kesal melihat layar teleponnya, tampaknya yang menelpon adalah Tiara. 

"Mau apa lagi wanita sialan ini. Sudah tau hari ini aku ada meeting penting, masih saja mengganggu." Geramnya dalam hati. 

"Baik Tuan saya permisi menerima telepon sebentar. ucap Rein

"Halo mas.. Tiara ingin memberitahukan kalau baju mas yang terkena noda merah itu sudah kembali ke warna semula." Ucap Tiara dengan suara yang terbata-bata.

 "Sialan, apakah kamu tidak ada kerjaan selain menggangguku! 

Kamu tau nggak aku lagi meeting. Kamu sudah membuang waktuku hanya untuk memberitahukan hal yang nggak jelas itu. Dasar wanita sialan!"

Bentak Rein dalam telepon nya membuat Tiara bergidik ngeri. 

"Angkat lalu buang baju itu, aku nggak mau pakai dan ingat jangan pernah menyentuh barang-barang milikku!"

Bentak Rein lagi lalu memutuskan sambungan telepon itu.

Kemarahan Reinhard

Buuugghh...

Suara pintu terdengar di banting oleh seseorang

 

" Tuan Rein. 

 Pelayanan rumah Rein kaget bukan kepalang melihat tuannya dipenuhi oleh amarah. Rein bergegas naik ke kamar Tiara

 "Tiara.. Tiara! Bangun kamu wanita sialan.

 

Plak. Plak.

Suara tamparan keras mendarat di kedua pipi tirus tiara. 

" Ampun mas.. ampun. Tiara menangis menahan rasa sakit di pipinya.

"Maafin tiara mas.. Tiara nggak tau kalau mas lagi meeting. Suara permohonan ampun Tiara menggema di setiap sudut kamarnya yang kedap suara. 

 

Tak puas melayangkan tamparan kerasnya. Rein lalu mengepalkan tangannya dan dengan membabi buta menyerang Tiara tanpa memberikan sedikit pun belas kasih. 

Setelah melampiaskan amarahnya, Rein bergegas pergi meninggalkan Tiara yang tak berdaya di kamarnya. 

 

 

...----------------...

Suara telepon berdering. "My Prince Reinhard.

Sayang aku tunggu di depan, kita lunch sekarang. Ucap Rein pada Tania

" Okey sayang wait ya.. Aku otw ke depan. Balas Tania Manja

 

Sesampainya di dalam mobil, Tania melihat wajah kusut Rein. " Sayang, kamu kenapa kok mukanya penuh dengan amarah gitu? Tanya Tania keheranan.

 

Rein hanya menghela nafas saja.

 

" Apakah meeting tadi nggak membuahkan hasil yang maksimal? Tanya Tania kembali pada Rein.

 

"Nggak sayang, aku kesal bukan karena hasil meeting yang nggak memuaskan. Akan tetapi aku kesel sama wanita sialan itu. Bisa-bisanya dia menelpon ku hanya untuk membahas hal yang nggak penting. Ucap Rein dengan penuh kekesalan.

 

" Jangan-jangan dia berusaha mencari perhatian kamu sayang, Awas aja kalau dia macam-macam. Pikir Tania yang mulai gamblang kemana-mana.

 

"Yah nggak mungkin ku ladeni lah sayang, secara model macam pelayan gitu. pikir aku gila apa.. Di tambah lagi dia yang suka bikin kesal. Beda banget dengan kamu yang tiap saat ngangenin." Gombal Rein pada Tania sembari tersenyum.

 

...----------------...

 

Setibanya di restoran favorit mereka, Rein dan Tania segera reservasi tempat ternyaman untuk mereka gunakan lunch. 

"Sayang gimana tadi hasil meeting kamu dengan Tuan Setya? Tanya Tania penasaran. 

 

"Kamu bakal kaget sayang setelah mendengarkan apa yang akan aku sampaikan ini ke kamu. Rein senyum-senyum menunjukkan tanda kegembiraan.

 

"Sayang jangan bikin penasaran dong. Seru Tania yang kepo tingkat tinggi.

 

"Tuan Setya ingin berinvestasi ke perusahaan ku sayang.

Coba tebak kira-kira berapa...? Tanya Rein pada Tania.

 

"Hmm.. Kalau liat dari perawakan Tuan Setya kira-kira dua puluh milyar sayang. Jawab Tania penuh semangat. 

 

"Kamu salah sayang, Tuan Setya ingin berinvestasi dua ratus milyar rupiah sayang. Jawabnya Rein penuh semangat pada Tania.

 

" What? Serius kamu sayang.

Tania teriak antusias dan penuh kebahagiaan.

Karena bagi Tania, selain Rein adalah pria impiannya.. Rein juga adalah pundi-pundi rupiahnya.

Jadi jikalau Rein menang tender besar, besar pula uang jajan yang akan di berikan Rein pada Tania. 

Sangat berbeda dengan Tiara. Selama jadi istri Rein, tidak sepeser pun uang yang Rein berikan untuk Tiara. 

 Jikalau ingin membeli kebutuhannya, ia selalu menyempatkan diri untuk membuat cerita novel. Dari hasil tulisannya sebagai penulis, Tiara mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. 

 

"Sayang nanti malam aku ke apartemen kamu. Aku bakal nginap di sana beberapa hari ini.. Sebab jikalau pulang, sudah pasti mood ku akan rusak. Aku gak mau merusak kebahagiaan ku ini dengan melihat wajah wanita pembawa sial itu di rumah. Ucap Rein pada Tania. 

 

"Sayang, apartemen aku kan kamu yang beli.. Jadi bebas lah kamu mau datang kapan saja pintu ku selalu terbuka untuk mu." Tania senang karena Rein memilihnya untuk tinggal bersama walaupun tanpa ikatan pernikahan. 

...****************...

 

Tok.. Tok.. Tok

 

"Non Tiara.. ini bibi Inah Non. Bibi bawakan makanan untuk Non Tiara. Bibi simpan di meja depan kamar Non ya. Ucap bibi Inah yang penasaran karena nona muda tidak kunjung keluar kamar setelah kepulangan tuan Rein tadi siang. 

 

" iya bibi.. Terimakasih nanti Tiara makan. Jawab Tiara dari dalam dengan suara yang lemah lembut. 

Bibi inah akhirnya tersenyum puas setelah mendengar suara majikannya itu dari dalam kamar. 

Sekujur tubuh Tiara terdapat luka lebam buah tangan Rein. Selama menikah, Rein hanya menggunakan Tiara sebagai tempat melampiaskan amarah.

Tiara hanya pasrah dan berdoa, manakala iya mendapatkan kesempatan untuk pergi meninggalkan Rein, maka itu akan ia lakukan.

 

Sebab Selama menikah Tiara tidak pernah bahagia. Dengan jalan yang tertatih-tatih karena badan di penuhi lebam yang amat menyakitkan, tiara bangkit dan mengambil nampan makanan di atas meja tersebut. 

 

Karena biar bagaimana, iya harus bisa bangkit dan bertahan menunggu hingga tiba waktunya iya akan pergi lalu meninggalkan Rein dengan kehidupan nya sendiri. 

 

Dengan tangan yang gemetar, Tiara menyendok nasi perlahan-lahan masuk kedalam mulutnya. Karena rahangnya begitu amat sakit  setelah mendapatkan dua kali tamparan dahsyat dari suaminya Rein. 

 

Tiara menangisi nasibnya yang terjebak di dalam pernikahan bersama Rein yang sama sekali tidak perduli padanya.

Selama tiga tahun menikah, Rein sama sekali tidak pernah mencintai dan menyayanginya.

 

Setelah selesai makan, Tiara bangkit dari sofa di kamarnya menuju ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelahnya dia ingin tidur merilekskan tubuhnya yang penuh dengan luka lebam akibat hantaman Rein. 

 

Setelah mandi, Tiara berbaring di ranjangnya dan berkhayal betapa bahagianya dirinya jika pernikahannya bersama Rein harmonis seperti pasangan lain pada umumnya.

 

"Tapi rasanya tidak mungkin. Rein tidak pernah mencintaiku. Ia menikahi ku hanya karena takut dengan omanya. Gumam Tiara dalam hatinya.

Tiara pun tertidur dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

...****************...

Tiba di apartemen, Rein langsung menuju ke kamar mandi tuk membersihkan dirinya. Sementara Tania menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

" Kasihan sekali ya wanita sialan itu, menunggu suaminya pulang tau-taunya suaminya lagi asik bersama wanita lain. 

Gumam Tania dalam hatinya. 

"Tak akan ku biarkan Rein jatuh kedalam pelukan wanita itu, Rein hanya milikku.  Gumamnya lagi. 

 

"Sayang aku lapar.. Peluk Rein pada Tania dari belakang. 

 

"Yah udah kamu makan ya sayang, biar aku mandi dulu. Aku udah siapin makanan kamu.. Balas Tania pada Rein. 

"Kamu gak makan sayang? tanya Rein lagi.

 

"Kamu duluan saja sayang nanti aku nyusul.. Aku belum lapar. Bujuk Tania pada Rein.

 

"Okay aku makan ya sayang. Makasih udah siapin." Kecupan Rein mendarat ke leher jenjang kekasihnya itu membuat Tania bergidik geli.

 

"Iya sayang, duh kamu ini buat aku geli aja.

Tania melepaskan tangan Rein dari pinggangnya dan langsung menyusuri kamar mandi. 

"Ntar abis perut yang di kasih makan, giliran Rein junior yang minta makan. Gumamnya dalam hati sambil tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu yang selalu membuatnya candu. 

 

...****************...

" Bibi malam ini aku gak pulang. Tolong siapkan beberapa pasang pakaian kerjaku dan pakaian rumahan untuk aku pakai seminggu. 

Karena seminggu ini aku bakal menginap diluar. Chat Rein masuk ke handphone bibi Inah. 

 

"Baik tuan akan segera bibi siapkan. Jawab bibi inah.

 

 

Harus Kuat

"Aduh... Suara meringis kesakitan keluar dari bibir Tiara.

Luka lebam yang ia Terima dari Rein membuatnya kesulitan untuk beranjak dari tempat tidurnya.

Namun ia harus kuat, ia harus bangkit.

Tiara lalu melangkah kan kakinya menuju kamar mandi. Tiara mengguyur seluruh badannya dengan air hangat agar rasa sakit bisa sedikit berkurang.

Tiara menangis.. Menangisi keadaannya yang terjebak oleh pernikahan tanpa rasa cinta.

Tiga tahun bersama membuat Tiara tidak bisa memilah, antara cinta atau pengabdian terhadap suaminya.

Setelah mandi dan bersiap Tiara mulai membuka aplikasi novelnya. Ia berniat ingin melihat sejauh mana pencapaiannya dalam menulis novel.

Saat ia membuka handphone nya.

Ia menerima surel yang menyatakan bahwa begitu banyak pembaca yang ia Terima dan mereka memberikan rating yang bagus.

Tentu membuat penilaian yang bagus juga untuk dirinya.

Ia menerima dua puluh delapan juta per novel.

Dikalikan tiga puluh novel yang telah ia terbitkan di setiap aplikasi berbeda.

Di lima platform novel semuanya memberikan rating yang bagus.

Ia pun membuka surelnya lagi.

Betapa terkejutnya dirinya kalau tulisannya di bayar dengan seharga empat milyar dua ratus juta rupiah.

"Ya ampun, apakah aku mimpi? Gumam Tiara dalam hatinya.

Dengan tangan yang bergetar ia mencoba memindahkan dana tersebut kedalam rekening pribadi miliknya. Tak berselang berapa lama, notifikasi pemberitahuan bahwa dana telah sukses di transfer ke rekeningnya.

Mata tiara kembali membelalak karena apa yang selama ini ia kerjakan ternyata membuahkan hasil yang positif untuknya.

Ia bangkit dari tempat duduknya dan berniat ingin keluar rumah untuk membeli sebuah laptop agar dapat memudahkannya dalam membuat karya yang lebih banyak lagi.

Tapi seketika ia mengurungkan niatnya, ia membatalkan kepergiannya mengingat begitu banyak luka lebam di sekujur tubuhnya yang bisa jadi dapat mengundang perhatian banyak orang.

Akhirnya ia memutuskan membeli lewat aplikasi online shop. Dalam beberapa saat pesanan yang ia beli lewat aplikasi online shop pun tiba.

"Permisi... Permisi. Teriak kurir ojol.

"Iya ada apa ya Tuan? Tanya security rumah mewah tersebut.

" Maaf Tuan, saya ingin bertanya apakah benar disini rumah nyonya Tiara? Tanya kurir tersebut keheranan karena mendapat orderan antar paket kerumah besar bak istana.

"Iya benar Tuan.. beliau adalah nyonya kami. Jawab security dengan tegas.

"Begini Tuan maksud dan tujuan saya kemari ingin mengantarkan paket pesanan nyonya Tiara." Sambil menyodorkan kotak tersebut ke security.

"Silahkan Tuan tanda tangan di kolom penerima barang. Kurir memberi isyarat.

"Baik terimakasih Tuan, Kurir kembali ramah pada security yang tampang galaknya tak ketulungan.

"Hmmm ya.. Sama-sama.

Jawab security dengan tampang garang

"Kalau security nya saja punya tampang galak begitu, bagaimana nyonya Tiara? Pasti galaknya minta ampun.

Gumam kurir dalam hatinya sambil bergidik ngeri.

"Bibi Inah, ini ada paket katanya pesanan nyonya.

Security menyodorkan kotak ke bibi Inah.

"Oh baik nanti saya sampaikan ke nyonya. Terimakasih Tuan Tejo. Jawab bi Inah ramah..

Tuan Tejo mengangguk.

...****************...

Tok.. Tok.. Tok

Pintu di ketok.

"Non ini ada kiriman paket untuk non saya simpan di atas meja ya non. Bibi Inah memanggil Tiara dengan panggilan non, karena Tiara yang memintanya. Bagi Tiara bibi Inah sudah seperti orang tua baginya.

"Iya bibi.. Nanti Tiara ambil, simpan disitu aja dulu. Jawab tiara.

Tiara mengambil paket yang ia beli lewat online shop..

Ia tak sabar ingin unboxing laptop barunya itu.

Saat di buka, Tiara tersenyum karena akhirnya setelah tiga tahun menikah dengan Rein. Tak sepeserpun uang yang ia pegang. Jangankan membeli laptop, untuk membeli skincare saja Tiara tidak bisa membelinya.

Sementara Tania, selalu bergelimang harta dari Rein.

Tiara membuat karya barunya, ia semangat dan antusias. Beberapa novel baru telah terbit setelah tiga hari tak keluar kamar. Luka lebamnya juga sudah memudar. Ia memberanikan diri keluar dari kamarnya itu.

"Non... Apakah butuh sesuatu? Tanya bibi Inah keheranan melihat Tiara yang berjalan menuju dapur.

"Tidak bibi.. saya hanya ingin buat kopi saja

Jawab Tiara sangat ramah kepada bibi Inah.

"Non kan bisa minta bibi buatkan lalu nanti bibi antar ke kamar. Tawar bibi Inah.

"Nggak apa-apa bibi.. Tiara juga udah bosan dikamar terus beberapa hari ini. Sambil mengelus tangannya yang masih kelihatan memar.

"Non apakah Tuan Rein memukul Non Tiara lagi? Tanya bi inah penuh cemas.

Tiara hanya mengangguk.

Mata bi inah berkaca-kaca.

"Bibi kasian pada Non Tiara, kenapa Non memaksakan diri untuk tetap tinggal jika memang itu menyakiti Non Tiara. Ucap bi inah yang sedih melihat kondisi Tiara yang semakin hari semakin tersiksa karena ulah Tuannya Rein.

" Nggak apa-apa.. bibi jangan sedih. Bila tiba saatnya kalau aku dan Rein sudah tidak berjodoh, pasti kami akan berpisah. Ucapnya seraya tersenyum pada bibi Inah sambil merangkul pundaknya.

" Bibi.. Sudah berapa hari Tuan Rein tak pulang? Tanya Tiara karena baginya Rein sudah terbiasa seperti itu.

" Sudah tiga hari Non.. Jawab bibi Inah mantap.

Tiara hanya mengangguk tanda paham

"Ya udah bi, Tiara ke kamar dulu ya.. Nanti tolong makanan Tiara di bawa ke kamar aja.

Ucap Tiara sopan pada bibi Inah.

"Baik Non.. Nanti bibi siapkan.

Bibi Inah menganggukkan kepala.

Tiara melanjutkan perjalanannya di dunia sastra dan kembali menghasilkan karya-karya baru. Kini karya barunya sudah menghampiri dua puluh novel.

Notifikasi surel berbunyi. Lagi dan lagi pembayaran novel telah sukses di kirim ke dalam akunnya.

Tiga milyar empat ratus dua puluh juta rupiah.

Lagi-lagi nilai fantastis mengalir masuk ke rekening Tiara dengan aman.

"Terima kasih Tuhan, tak henti-hentinya engkau berikan nikmat kepada hamba. Gumamnya penuh rasa syukur.

Seminggu telah berlalu. Kini sekujur tubuh Tiara sudah membaik seperti sediakala. Tiara melakukan aktifitas nya seperti biasa dan menyempatkan diri membuat cerita novel terbarunya.

Saat Rein pulang, lagi dan lagi kebisingan rumah itu mulai terdengar karena hobi Rein yang suka teriak-teriak dan mencari masalah pada Tiara.

...****************...

"Tiara... Tiara! Siapkan sepatu booth ku sekarang, weekend ini aku mau hangout bersama teman-teman ku. Teriak Rein memerintahkan tiara.

"Iya mas, akan Tiara siapkan." Dengan gesit Tiara sudah mempersiapkan yang di perlukan suaminya itu. Rein hanya menatapnya dengan penuh kebencian.

"Mas jika di ijinkan minggu ini aku mau pulang ke rumah kampung halaman ku mas. Sudah lama aku tak mengunjungi orang tuaku mas. Apakah boleh aku pulang mas? Tanya tiara penuh kecemasan, tapi ia tetap harus kuat mendengar jawaban dari Rein. Ijin atau pun tidak, yang terpenting ia sudah memberitahu niatnya itu.

"Pulanglah, jika perlu tak usah kembali lagi. Jawabnya Rein ketus dan tak sedikitpun menoleh ke arah Tiara.

Tiara hanya mengangguk dan menarik nafas dalam-dalam. Ia harus kuat menghadapi suaminya yang mempunyai watak sekeras kulit buaya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!