Lampu kelap-kelip disekitaran bar membuat pandangan Rihana menjadi buram, wanita cantik itu berjalan dengan sempoyongan menuju pintu bertuliskan Exit.
Tubuh lemah itu tanpa sengaja menabrak seorang lelaki berbadan kekar dengan perawakan tinggi, hidung mancung, rahang tegas, serta bibir tebal. Pemandangan didepannya ini membuat Rihana semakin tak terkendali menahan gejolak gairah yang semakin memuncak.
"Maaf. Aku tidak sengaja" ucap Rihana. Dia tidak ingin orang yang ditabraknya marah
Mahendra nama pemuda yang ditabrak oleh Rihana hanya mengangguk saja. Kemudian dia melanjutkan langkahnya dengan cepat karena ada sebuah meeting penting yang harus dihadiri.
"Mimpi apa aku bertemu dengan pria matang seperti itu. Tidak sia-sia jika aku melepaskan keperawananku Dengannya." Gumam Rihana sembari menatap mata berwana hijau milik Mahendra
Sebelum Mahendra menjauh dari pandangan matanya tanpa sadar kaki Rihana sudah mengikutinya dari belakang membuat Mahendra menghentikan langkah.
"Apa kau seorang penguntit? Sehingga mengikuti ku sampai mobilku. Atau jangan-jangan kau sengaja menabrakkan diri kepadaku tadi?" Suara tajam keluar dari bibir tebal milik Mahendra membuat Rihana semakin tidak fokus
"Om tolong aku, ini sangat panas" tanpa basa-basi Rihana menyuarakan keinginannya untuk meminta bantuan kepada pria matang didepannya. Toh dia tidak akan rugi jika melepas keperawanannya dengan pria setampan Mahendra
"Hey, kau kenapa? Wajahmu merah sekali nona."
"Cepatlah bantu aku menghilang panas ini om" ucap Rihana dengan memohon kepada Pria dewasa didepannya
"Apa yang akan kau berikan kepadaku jika aku berhasil membantumu?"
"Aku punya 50 juta didalam kartu ini, cepat bantu aku om" senyum simpul terlihat jelas di wajah Mahendra. Membuat Rihana semakin frustasi. Rasa panas pada tubuhnya semakin menjalar membuatnya tidak tahan lagi.
Dengan langkah sempoyongan Rihana mengikis jarak antara keduanya 'cup' kecupan singkat dilayangkan dibibir tebal milik Mahendra, sontak kedua matanya terbelalak melihat gadis didepannya ini sangat berani
Bukannya menolak justru Mahendra membalas kecupan singkat itu menjadi sebuah ciuman yang menggairahkan "aahh hmftt" kedua tangan Mahendra tidak tinggal diam.
Tangan kirinya mulai meremas gunung kembar milik Rihana sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menekan kepala Rihana, membuat ciuman mereka semakin dalam
"Kau membangunkan singa kecil yang sedang tertidur baby." Bisik Mahendra ditelinga Rihana. Suara Mahendra sudah terdengar sangat berat menandakan dirinya sudah terpancing dan siap menyantap gadis kecil didepannya. Tanpa sadar Mahendra kembali memberikan sentuhan panas pada bibir mungil milik Rihana.
Seorang pria berjas navy mendekati Mahendra dengan langkah mantap, namun yang dilihatnya justru sang bos sedang berciuman dengan seorang gadis muda. Sebenarnya tidak enak jika menegur sang bos, tapi mau tidak mau Hans harus memberanikan untuk bertanya. Jika tidak dirinya bisa dipecat oleh sang bos yang terkenal tegas dan galak.
"Ekhem, tuan Mahendra. Anda harus menghadiri rapat 10 menit lagi." Sontak ucapan Hans membuat Mahendra menghentikan aktifitasnya
"Batalkan rapatnya, pesankan kamar untukku." Hans mengangguk lalu pergi memesan kamar sesuai dengan perintah bosnya. Hotel dipesan dekat bar agar mereka berdua bisa segera sampai dan istirahat. Hans memperhatikan Rihana dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Penampilan gadis didepannya sangat sederhana. Tidak terlihat seperti gadis nakal, menggunakan dress hitam berlengan pendek, dress itu sepanjang lutut, rambut panjangnya dibiarkan terurai. Mahendra mencoba mengingat siapa wanita didepannya ini, wajahnya tidak asing baginya
"Om, cepat bantu aku. Ini sangat tidak nyaman." Ucapan Rihana membuyarkan lamunan panjang milik Mahendra
"Sabar sedikit baby, aku juga sudah tidak sabar ingin memakan mu." Tanpa berkata panjang lebar Mahendra mengendong tubuh langsing Rihana menuju Hotel yang dipesan oleh Hans.
Tubuh seksi berbalut dress hitam itu pasrah dalam gendongan Mahendra. Rihana menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang milik Mahendra, banyak sorot mata yang menatap mereka dengan tatapan aneh
Dibalik pintu nomor 253 terlihat kamar yang begitu mewah dan luas, lebih tepatnya bukan seperti hotel melainkan apartemen. Bergegas Mahendra membawa tubuh ramping itu menuju kamar yang terletak tidak jauh dari pintu masuk. Melempar tubuh Rihana secara perlahan keatas kasur berukurang king size
"Baby, apa kau benar-benar yakin?" Tanya Mahendra tampak ragu dengan keputusan gadis didepannya, bukannya menjawab pertanyaan tersebut Rihana justru melepas dress yang melekat pada tubuhnya.
Menampakkan kulit eksotis miliknya. Sontak mata Mahendra terbelakang melihat pemandangan dihadapannya, ini kali pertama Mahendra menatap tubuh polos seorang gadis dengan jarak yang sangat dekat
"Cepat om, aku yakin"
"Apa kau tidak mabuk baby?"
"Tentu saja tidak."
Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi Mahendra sudah melepas seluruh pakaian yang melekat ditubuhnya, Menyisakan Rihana yang masih menggunakan bra dan celana dalam. Gairah dalam tubuhnya sudah memuncak melihat wajah Rihana yang memerah
"Apa kamu pernah melakukannya dengan pria lain baby?" Tanya Mahendra sembari memberikan kecupan-kecupan singkat di sekujur tubuh Rihana
"be-belum pernah om"
Jawaban dari mulut Rihana membuat Mahendra semakin berani menjelajahi tubuh mulus milik Rihana. Ciuman penuh dominan mulai diberikan untuk Rihana gadis cantik itu kewalahan mendapati lawan mainnya yang sangat mendominasi
"Apa kau siap baby?" Tanya Mahendra dengan mata yang sudah dipenuhi kabut gairah
Rihana hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju setelahnya Mahendra kembali menciumi bibir ranum miliknya. Tak mau kalah dengan bibirnya kedua tangan Mahendra mulai menjelajahi tubuh Rihana dengan begitu lihai hingga beberapa kali suara desahan keluar dari mulut Rihana
Mahendra menghentikan sebentar aktifitas lalu berkata "kau yang memulainya baby, jangan salahkan aku jika besok pagi kau tidak bisa berjalan."
"Jangan hanya bicara, aku butuh bukti nyata om." Tantang Rihana
"Kalau begitu, saya tidak akan sungkan lagi baby."
Dua jam lamanya Rihana dan Mahendra berbagi keringat diatas ranjang king size yang sudah basah oleh cairan percintaan mereka. Hingga jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 dini hari barulah Mahendra membiarkan Rihana tertidur.
Gadis cantik itu merintih untuk menghentikan permainannya padahal tadi dia yang menantangnya, karena tidak tega Mahendra menyudahi aktifitasnya
"Selamat tidur baby, saya tidak akan melepaskan kamu setelah ini." Setelah mengecup singkat Puncak kepala Rihana barulah Mahendra mengambil ponsel dan menghubungi Hans
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang gadis ini?"
"Menurut informasi yang saya dapat. Gadis itu bernama Rihana tuan, dia sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 22 tahun di bar. Saya tidak tau pasti kenapa nona Rihana bisa meminum obat perangsang, rekaman cctv pada pukul 11 malam sudah dihapus seseorang untuk menghilangkan jejak."
"Sepertinya gadis ini dijebak. Cari rekaman cctv yang hilang. Saya ingin melihatnya."
"Baik tuan, ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Ada satu lagi, tolong selidiki latar belakang gadis nakal ini. Saya merasa tidak asing dengannya."
"Baik tuan, besok pagi akan saya berikan datanya."
Mahendra sudah mengakhiri telpon bersama Hans. Lalu dia tersenyum melihat wajah Rihana yang terlihat sangat lelah karena permainannya. Tak tahan melihat bibir bengkak milik Rihana, Mahendra kembali menciumnya secara sepihak. Sebelum ikut ke alam mimpi bersama Rihana, Mahendra menarik tubuh polos milik Rihana agar mendekat kearahnya lalu memeluknya dengan erat.
......------------------------------------------------------------......
...Hai maniez tolong bantu vote ya😘...
...------------------------------------------------------------...
Keesokan harinya, Rihana terbangun dan merasakan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit terutama pada bagian intinya. Kedua mata Rihana terbelalak melihat disebelahnya ada seorang pria matang yang terlihat sangat tampan sedang memeluk tubuh polosnya begitu erat, membuatnya sulit bergerak.
Rihana mencoba mengingat kejadian semalam tapi hanya sedikit yang ia ingat terutama saat dirinya mencium paksa seorang lelaki untuk memuaskannya. Jika tau itu semua bukan mimpi mungkin Rihana tidak sebrutal semalam.
''Ya tuhan siapa pria ini. kenapa aku bisa tertidur dengan tubuh telanjang seperti ini dan di sebelahku ada seorang pria, jangan-jangan yang semalam itu bukan mimpi.'' Ucap Rihana sambil memandangi seluruh tubuhnya
"Ini gila, kalau sampai ayah tau. Bisa mati aku.''
Rihana memandangi keseluruhan ruangan tempat ia terbangun pagi ini. Bisa dipastikan jika kamar yang ditempatinya merupakan kamar President Suite karena ruangannya sangat mewah dan luas.
Rihana mulai melangkahkan kaki menginjak lantai dengan hati-hati takut jika pria disebelahnya terbangun dan menuntut tanggung jawab darinya.
Baru satu langkah menginjakkan kaki dilantai Rihana sudah merasakan sakit di area sensitif miliknya '' aww, ini sangat sakit. Tapi aku harus segera pergi dari tempat ini.'' Rihana berjalan memunguti pakaian yang berserakan dilantai sambil meringis menahan sakit diarea sensitifnya.
Menyesal, sudah pasti. Rihana kembali teringat dengan kejadian semalam dimana dirinyalah yang menantang pria tampan itu hingga membuatnya benar-benar kesulitan berjalan di pagi harinya.
''Sial, kenapa pintunya tidak bisa terbuka!'' keluh rihana sambil menendang pintu
''Kenapa kau ingin pergi secepat itu. setelah meniduriku baby?'' ucap Mahendra sambil memeluk tubuh Rihana dari belakang
''Apa kau berniat tidak ingin bertanggung jawab baby?" sambungnya
''Tanggung jawab? disini aku yang dirugikan tuan. aku yang kehilangan keperawananku. harusnya aku yang meminta tanggung jawabmu.'' balas Rihana dengan sangat ketus sembari melepaskan tangan besar yang bertengger dengan nyaman di pinggang rampingnya. Bukannya terlepas justru Mahendra membalik tubuh Rihana membuat mereka bertemu pandang sekali lagi.
''Apa kau lupa baby? kau yang memaksaku semalam. Aku kehilangan keperjakaanku karenamu.'' ucapan Mahendra membuat Rihana menjadi bingung. Memang benar dirinyalah yang memaksa Mahendra untuk membantunya. Tapi bukankah pria didepannya ini bisa menolak ajakannya jika tidak mau.
Rihana terus mencari celah agar dirinya tidak disalahkan dalam hal ini, walaupun dia sadar jika ini kesalahannya juga
''Begini saja om, aku punya uang 50 juta dalam kartu ini. Sangat lebih bukan dibandingkan uang yang aku tawarkan semalam?'' Rihana mencoba bernegosiasi dengan pria di depannya walaupun dirasa sangat sulit setidaknya sudah dicoba
''Hanya segitu harga untuk keperjakaanku yang telah kau ambil? aku tidak butuh uang mu baby.''
''Apa uangku kurang untukmu? ayolah om aku belum bekerja aku hanya punya segitu. tolong mengertilah.'' mohon Rihana dengan wajah memelas
''Aku tidak membutuhkan uang karena uangku sudah banyak. Aku hanya ingin kau bertanggung jawab baby.''
''Bertanggung jawab seperti apa?'' Tanya Rihana dengan keheranan
''Nikahi aku.'' ucapan singkat yang keluar dari mulut Mahendra mampu membuat Rihana terpaku sejenak
''Kau gila om. Aku belum ingin menikah.'' Suara Rihana terdengar meninggi ketika menjawabnya. Yang benar saja baru ingin memulai karirnya masa sudah disuruh menikah dengan pria yang baru saja dikenalnya semalam.
''Kau ini jahat sekali nona, aku sudah kehilangan keperjakaanku. Wanita mana yang bisa menerimaku, aku sudah tidak suci lagi nona. Dan ini karena ulahmu'' Mata Rihana kembali terbelalak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Mahendra. Ucapannya terdengar sangat aneh, bukankah seharunya dirinya yang berkata seperti itu.
''Nikahi aku, atau aku akan melaporkan kejadian ini pada orang tuamu!'' Ucap Mahendra sembari mengusap air mata buaya yang keluar dari matanya
''Sudahlah jangan menangis seperti ini. Aku akan bertanggung jawab.'' Rihana mengusap pipi Mahendra yang sudah dibasahi oleh air mata buayanya. Pandai sekali berakting kenapa tidak jadi aktor saja malah menjadi pengusaha
'Kena kau. Aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja baby' batin Mahendra
Rihana tidak tega melihat air mata Mahendra lalu membawa tubuh kekar itu duduk diatas sofa yang terletak disamping kanan ranjang. Memberikannya air agar lebih tenang
''hiks, hiks, hiks. Aku harus berkata apa kepada kedua orang tuanku nona, aku sudah menjaganya selama 37 tahun namun malam ini kau renggut begitu saja nona. Aku harus apa?'' Tanyanya sembari menunjukan wajah sedih. Terlihat sangat tidak cocok dengan perawakannya yang macho khas pria gym.
''Ayolah, jangan seperti ini om. Aku semakin merasa bersalah padamu.''
Terlihat senyum tipis terukir jelas di wajah Mahendra namun tidak terlihat oleh mata Rihana. Cukup lama Rihana membiarkan tubuh mungilnya dipeluk dengan erat oleh Mahendra. Ia pikir dengan memberikan pelukan kepada pria besar didepannya ini bisa memberikan ketenangan padanya.
''Om sudah lebih baik?'' Tanya Rihana sembari memperhatikan wajah didepannya
''Hmmm''
''Kalau begitu aku izin ingin pulang om. Ayahku pasti khawatir karena aku tidak pulang semalaman'' ucapnya dengan hati-hati
''Apa kau ingin kabur dari tanggung jawabmu baby?''
''Tentu saja tidak om, ini kartu namaku. Anggap ini sebagai jaminan'' Rihana menyodorkan sebuah kartu yang berisikan nama beserta alamat kearah Mahendra
''Rihana?'' tanya mahendra sembari memperhatikan kartu nama miliknya
''Iya, itu namaku.''
''Baiklah kamu boleh pulang. Tapi saya yang mengantarmu.'' jawaban mahendra benar-benar diluar nurul. kalau seperti ini bagaimana bisa Rihana melarikan diri dari tanggung jawabnya
''Apa?!'' Tanpa sadar Rihana meninggikan suaranya membuat Mahendra sedikit terkejut
''Apa kamu tidak ingin mandi terlebih dahulu baby? tubuhmu masih tercium cairan percintaan kita.'' ledeknya dengan suara menggoda
''Ti-tidak perlu om, aku bisa mandi dirumah.''
''Ayahmu akan curiga jika begitu. Mau mandi bersama?''
''Ta-tapi om-''
''Sstt, jangan menolak ku baby. Aku janji hanya akan membantumu saja, tidak lebih.'' Belum sempat Rihana menolaknya, Mahendra sudah terlebih dahulu menggendong tubuhnya memasuki kamar mandi. Benar saja Mahendra tidak melakukan hal-hal kotor yang ada didalam pikiran Rihana.
Tanpa Rihana duga ternyata Mahendra memperlakukannya dengan sangat lembut, mulai dari menyiapkan air hangat untuk berendam. Hal ini dilakukan agar area bawahnya tidak terlalu sakit, lalu meletakkan tubuh Rihana secara perlahan dalam genangan air yang sudah diberi pengharum beraroma mawar.
Setelah meletakan tubuh Rihana diatas Bathtub barulah Mahendra beranjak untuk membilas dirinya diatas shower yang terletak tidak jauh dari Rihana.
Didalam sebuah mobil mewah berwarna hitam legam terlihat sepasang anak manusia berbeda jenis kelamin, dengan jarak umur yang lumayan jauh sedang menyelami pikirannya masing-masing. Tidak ada obrolan antara keduanya hanya ada keheningan setelah acara mandi bersama itu. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang sepi.
''om''
''Hmmm?''
''Aku lapar''
''Mau makan?''
''Pake nanya.''
"Restoran sushi, kamu mau?"
"Iya, aku sudah sangat lapar om."
"Baiklah" Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi Mahendra segera memarkirkan mobilnya disebelah restoran sushi yang dilihatnya tadi, Rihana dibuat terkejut dengan tindakan spontan Mahendra, Mahendra membukakan pintu mobil untuk Rihana. Memberikan sensasi debar pada hati mungil Rihana.
"Terima kasih om" ucap Rihana sembari tersenyum hangat menatap wajah teduh milik Mahendra, hidung mancung, rahang tegas, bibir tebal, bola mata berwarna hijau.
Wanita mana yang tidak meleleh jika dihadapkan dengan pria setampan Mahendra, begitulah ucap Rihana didalam hatinya
"Eh?" Rihana terkejut mendapati tangan kekar milik Mahendra sudah menggandeng tangan mungil miliknya
"Tidak usah terkejut seperti itu baby, kau harus terbiasa. Bukankah sebentar lagi kita akan menikah?"
"Iya, tapi kan-" belum sempat melanjutkan kalimatnya Mahendra sudah terlebih dahulu menyelanya
"Kau harus terbiasa baby, aku tidak suka penolakan darimu." Rihana hanya pasrah dengan bujukan halus yang keluar dari mulut Mahendra, mengimbangi langkah Mahendra hal yang sangat sulit Rihana jalani.
Langkah pria itu dua kali dari langkahnya, belum lagi tempo jalannya yang cepat khas pria sibuk, membuat Rihana ngos-ngosan dibuatnya.
"Om, pelan-pelan dong. Aku ga bisa mengimbangi langkah om." omel Rihana sembari menunjukan wajah kesalnya
"Saya pikir kamu bisa mengimbanginya baby, bukankah semalam kamu sangat lihai, harusnya pagi ini bisa kan?." ucapnya dengan wajah genit
"Ish, nyebelin banget. Buruan pesenin makanan, aku laper." Wajah Rihana sudah terlihat merah padam mendengar ucapan Mahendra, rasanya Rihana ingin menghilang saja dari bumi ini. 'Dasar om-om ga tau malu, ditempat umum kaya gini juga. kalau mereka salah paham gimana'
"Kamu tunggu dimeja nomor 34 baby, saya akan memesan."
"Oke"
Setelah 15 menit berlalu barulah Mahendra datang membawakan makanan yang dimaksud, Rihana sedikit terkejut dengan makanan yang dibawa Mahendra bentuknya tidak mirip sushi, segitiga, besar, dilapisi rumput laut. 'Bukankah ini Origini, emang om-om gajelas' Batin Rihana
"Ini sushi? sejak kapan sushi jadi kaya gini?"
"Kata pelayannya jika pagi hari sushi belum tersedia jadi dia memberikan ini padaku." Mahendra bukannya tidak tau bentuk Sushi semacam apa, tapi pelayan itu lah yang mengatakan bahwa menu sushi hanya tersedia saat siang hari saja jika masih pagi begini yang tersedia hanyalah origini. Keren sekali strategi marketingnya
"Tidak masalah, aku bisa memakannya"
"Syukurlah jika kau bisa memakannya baby."
***
Sarapan pagi itu memakan waktu sekitar 15 menit ditambah waktu tunggu, hingga pukul 10.30 siang barulah Mahendra dan Rihana sampai didepan rumah megah bergaya Eropa. Rihana merasa bingung bagaimana caranya mencegah Mahendra agar tidak masuk kedalam rumahnya, takut jika sang ayah akan murka melihatnya membawa seorang pri
'Ishh, kenapa aku bodoh sekali. Harusnya aku tidak memberikan alamatku pada pria ini, karena ke gantengan nya aku menjadi bodoh. Sekarang aku harus apa supaya pria ini tidak ikut masuk.' Batin Rihana mencoba memikirkan alasan yang logis dan tidak menyakiti perasaan pria berhati hello Kitty didepan ini
"Kenapa diam? Ayo bawa saya masuk." Suara pria dewasa disebelahnya membuat lamunan panjangnya terhenti begitu saja
"Eeh emm itu om, sebaiknya om langsung pulang saja" Mahendra menyatukan kedua alisnya sebagai tanda keheranan, sedangkan Rihana masih kebingungan mencari Alasan yang logis
Belum sempat Rihana mengeluarkan kata-katanya, Mahendra sudah lebih dulu turun dari mobilnya lalu membukakan pintu padanya seperti seorang pelayan yang sedang menyambut kedatangan seorang putri, sejenak Rihana kembali mengagumi perhatian yang diberikan Mahendra padanya sampai beberapa menit kemudian Rihana menyadari tubuhnya sudah berada tepat didepan pintu masuk rumahnya dengan posisi tangan di genggam erat oleh Mahendra.
"Kau kenapa baby? Kenapa terlihat sangat takut?"
"Om kenapa ikut kesini, nanti kalau papah tau aku bisa diusir dari sini." Keluh Rihana dengan wajah masam sembari mendorong tubuh Mahendra menjauhi rumahnya, namun usahanya sia-sia karena tubuh kekar itu tidak terusik dari tempatnya bahkan bergerak 1cm saja tidak ada.
"Tenang saja baby. Niat saya hanya ingin melamar kamu atau kamu saja yang ingin melamar saya?" ucap Mahendra sembari mengelus punggung tangan milik Rihana
"Ish, jangan bercanda. Cepetan pulang, aku ga akan bertanggung jawab jika om ga mau nurut." Rihana mencoba mengancam Mahendra namun reaksi Mahendra bukannya takut malah semakin menjadi.
Mahendra menekan bell dirumah besar itu dengan gerakan yang sangat cepat sehingga Rihana tidak mampu menahan gerakannya.
"Iiiiihhh nyebelin banget sih, pulang ga. Jangan sampai papah aku liat om. Aku bisa diusir om. Aku mohon sekali ini saja pliez ya" Rihana mencoba membujuk Mahendra dengan menunjukkan wajah sedihnya sedemikian rupa agar menarik simpati Mahendra.
Baru saja Rihana berhasil membujuk Mahendra untuk keluar dari rumahnya namun penampakan pria paruh baya dengan rambut dihiasi uban sudah menatap pergerakan mereka dengan tajam dibalik pintu besar berwarna putih.
Tentunya hal itu membuat sekujur tubuh Rihana meremang 'Mati aku, pria tua itu sudah melihatnya. Apa ini hari terakhirku dirumah ini' batin Rihana.
"Mahendra, bawa gadis nakal ini masuk. Saya ingin bicara dengan kalian." ucap pak Prabu dengan raut wajah sok galak
"Anakmu baru saja mengusirku, bagaimana bisa aku membawanya masuk."
Sontak kedua mata Rihana terbelalak menyaksikan interaksi antara keduanya, bukannya mengusir pria yang telah merenggut keperawanan anaknya, sang ayah malah mengajaknya masuk dengan raut wajah yang terbilang santai.
"Dasar anak nakal, Cepat suruh Mahendra untuk masuk rumah."
"Papah ga salah ngomong kan? hari ini ga salah minum obat?" Tanya Rihana sembari memegang dahi sang ayah, mengeceknya barang kali sang ayah sedang sakit.
Baru kali ini sang ayah menyuruhnya membawa masuk seorang pria, biasanya sang ayah sangat tegas dengannya bahkan saat SMA saja teman sekelompok yang berjenis kelamin pria tidak diizinkan masuk oleh sang ayah.
"Cepatlah Rihana, papah sudah lama menunggu kalian."
"Baiklah, Ayo om masuk" Pasrah menerima perintah dari sang ayah, akhirnya Rihana memberikan jalan masuk untuk Mahendra
"Terima kasih baby."
"Jangan panggil aku seperti itu om, papah bisa curiga."
"Memangnya salah? saya hanya memanggilmu baby tidak menciummu didepannya." ucap Mahendra sembari melingkarkan tangan besarnya di pinggang ramping milik Rihana
"Om apaan sih, kalau papah liat gimana. Lepasin." Rihana mencoba melepaskan tangan Mahendra dari sisinya namun usahanya sia-sia saja. Tenaganya kalah dengan Mahendra
"Tenang saja baby, papamu tidak akan marah." bisiknya tepat ditelinga Rihana
sesampainya di ruang tamu pak Prabu mempersilahkan Mahendra untuk duduk disebelahnya sementara Rihana duduk berhadapan dengan kedua pria itu
"Rihana"
"I-iya pah?"
"Apa benar yang dikatakan Hans padaku. Kau telah merayu Mahendra tadi malam?"
"I-iya pah. Tapi itu semua bukan murni kesalahan ku. Aku sedang tidak sadar tadi malam. Tolong jangan usir aku pah." mohon Rihana diiringi dengan bulir halus yang menetes dari pipinya
'Pantas saja papah mempersilahkannya masuk, ternyata teman pria ini sudah mengadu kepadanya' batin Rihana
"Hahaha, kau ini bisa saja Mahendra. Selama 37 tahun melajang malah dapat anakku. Aku pasti merestui kalian. Segeralah menikah dan berikan aku cucu." Ucap pak Prabu dengan antusias
Sangat terkejut dengan Kata-kata yang keluar dari mulut pak Prabu membuat Rihana mengusap air matanya dengan kasar. Susah payah dirinya pura-pura menangis malah jawaban santai seperti itu yang keluar dari mulut sang ayah.
"Terima kasih Prabu, restumu sangat berarti bagi kami. Benarkan baby?"
"Ah itu, iya om." belum sempat mencerna apa yang dikatakan oleh sang ayah, justru Rihana sudah mendapatkan pertanyaan dari Mahendra tentunya hal itu membuatnya gugup.
"Papah kenal sama om ini?" Rihana memberanikan diri untuk bertanya pada sang ayah
"Rihana, panggil dia dengan sebutan Mas Mahendra. Tidak baik memanggil calon suamimu dengan sebutan om." Bukannya mendapatkan jawaban dari sang ayah justru dirinyalah yang dibuat terkejut dengan jawaban dari sang ayah 'Calon suami katanya'
"Mahendra ini teman bisnis papah, bahkan sampai saat ini hubungan kita masih sangat baik. Sedari dulu kita membangun bisnis bersama bahkan saat papah susah Mahendra lah yang membantu papah. Mahendra bukan hanya seorang teman bisnis bagi papah tapi seorang sahabat bahkan lebih dari itu.
"Teman papah?!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!