NovelToon NovelToon

Sayembara Duda +1

Bab 1 - Sayembara Viral

...༻✿༺...

'Aku akan menikahi wanita mana pun yang bisa meluluhkan hati anakku.'

Klik!

Setelah menulis kalimat itu, Eza langsung mengunggahnya ke salah satu media sosial milik sang ayah. Mengingat dia sekarang sedang memegang ponsel ayahnya.

Senyuman segera mengembang di wajah Eza. Apalagi saat status yang baru dibagikannya mendapat ratusan like dan komentar banyak dalam waktu semenit saja.

Sementara itu, ayahnya Eza sedang sibuk melakukan rapat. Namanya adalah Arkan Mahendra. Ia tidak hanya tampan, tapi dikenal kaya dan pintar. Arkan dikenal sebagai the perfect duda. Banyak perempuan yang bermimpi ingin menjadi istrinya.

Sudah sepuluh tahun lamanya Arkan hidup berdua dengan Eza. Sebab istrinya meninggal saat melakukan proses persalinan Eza.

Hingga sekarang, Arkan sama sekali tidak terpikir untuk mencari pengganti istrinya. Dia lebih fokus mengurus Eza dan pekerjaannya saja.

Kini Arkan memperhatikan salah satu karyawannya yang sedang melakukan presentase. Dia mengerutkan dahi saat melihat semua orang tiba-tiba melihat ponsel lalu saling berbisik.

Hal yang paling mengganggu Arkan adalah, mereka berbisik sambil melirik dirinya.

"Tuan, lihat ini!" ujar Agung, sekretaris Arkan. Ia menyodorkan ponselnya pada Arkan.

Pupil mata Arkan membesar tatkala melihat berita viral tentang dirinya. Dia semakin kaget saat semua itu berasal dari status media sosial unggahannya.

"Eza!" Arkan langsung berdiri. Ia bergegas keluar untuk menemui putranya. Akan tetapi, Eza tidak terlihat berada di tempatnya tadi berada.

Alhasil Arkan tak punya pilihan selain mencari. Dia menyuruh pihak keamanan perusahaan untuk mencari keberadaan Eza.

Belum sempat Eza ditemukan, sebuah status baru yang di unggah dari media sosial Arkan muncul. Kali ini status itu menuliskan waktu dan tanggal sayembara akan dilakukan.

"Astaga anak ini!" Arkan semakin dibuat geram. Dia harus menemukan keberadaan Eza secepat mungkin. Sebelum anak itu kembali mengunggah status yang tidak-tidak lagi.

Tanpa sepengetahuan siapapun, sekarang Eza berada di rooftop. Dia duduk berjongkok sambil bermain ponsel Arkan.

Memang akhir-akhir ini Eza mengharapkan kehadiran seorang ibu dalam hidupnya. Dia sebenarnya sudah berulang kali memberitahu keinginannya itu pada Arkan. Namun sampai sekarang belum ada tanggapan sedikit pun.

Pintu rooftop mendadak terbuka. Derap langkah seseorang kian mendekat. Dia ternyata adalah salah satu pihak keamanan suruhan Arkan. Ia sukses menemukan Eza. Lelaki itu langsung memberitahukan keberadaan Eza di rooftop.

Tak lama kemudian, Arkan datang. Dia langsung menghampiri Eza dengan mata melotot.

"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau melakukan ini sama Papa?!" timpal Arkan.

"Sudah dua tahun lamanya aku meminta seorang mama, tapi kau tidak pernah mengabulkannya!" sahut Eza dengan kedua tangan yang terkepal erat. Ia dan Arkan saling menatap intens.

"Eza! Mencari pengganti Mamamu itu bukanlah hal mudah. Perlu waktu yang panjang bagiku!" ujar Arkan.

"Kalau begitu, kita cari wanita yang mirip dengan Mama! Karena dari buku yang kubaca, satu orang manusia di dunia ini punya tujuh kembaran. Aku yakin ada yang mirip Mama!"

"Eza... Papa mohon, berikan ponsel itu padaku!" pinta Arkan.

"Aku akan memberikannya kalau Papa setuju melakukan sayembara!" balas Eza.

"Bagaimana kalau begini, Papa akan cari perempuan pilihanku untuk jadi Mamamu." Arkan mencoba melakukan negosiasi.

"Enggak! Aku sudah memberi Papa kesempatan selama dua tahun ini. Jadi kesempatanmu sekarang sudah habis!" Eza melipat tangan ke depan dadanya. Ia memasang ekspresi marah yang justru membuatnya semakin menggemaskan.

"Tapi melakukan sayembara terlalu berlebihan di zaman sekarang," tanggap Arkan.

"Aku nggak mau bicara sama Papa kalau tidak setuju dengan rencanaku!" Eza tetap keras kepala.

Arkan terdiam sambil mendengus kasar. Dia sangat tahu kalau Eza memiliki sifat keras kepala seperti mendiang istrinya.

Arkan mencoba berpikir baik-baik dalam diam. Menurutnya tidak ada salahnya menuruti keinginan Eza sekarang. Lagi pula Arkan yakin, tidak akan ada perempuan yang mirip dengan istrinya. Peluang menemukan perempuan seperti itu hanya 1%.

"Ya sudah. Papa setuju. Tapi jangan protes kalau tidak ada perempuan yang kau cari. Kau juga tidak boleh melakukan ini lagi!" tegas Arkan.

"Oke, Pa! Deal!" seru Eza kesenangan.

Bab 2 - Taruhan

...༻✿༺...

Berita sayembara duda +1 menjadi sangat viral. Topik itu dibicarakan dimana-mana. Bahkan oleh kalangan anak SMA sekali pun.

Waktu menunjukkan jam 09.45 pagi. Sudah waktunya seluruh murid di SMA Bakti Negeri istirahat pertama.

Tak terkecuali oleh seorang gadis bernama Bebytha Alinea. Biasa dipanggil Beby. Dia memilih duduk berkumpul dengan teman sekelasnya.

"Andai aja sekarang aku udah jadi wanita dewasa, pasti aku akan ikut sayembara ini," celetuk Rani.

"Aku juga. Udah dapat suami ganteng, kaya lagi, terus anaknya lucu banget," sahut Dini. Dia dan Rani merupakan teman dekat Beby.

"Cewek kayak kalian berdua udah ketebak bakalan begitu. Coba Beby nih! Kalau dia ikut sayembara duda +1, terus lulus seleksi, aku akan bayarkan uang spp dia sampai lulus nanti!" seru Ferry. Ia merupakan ketua kelas di kelas Beby.

Pupil mata Beby membesar saat mendengar ucapan Ferry itu. Dia merasa tergiur karena sekarang dirinya sedang kesulitan bayar spp. Beby bahkan terancam akan dikeluarkan dari sekolah jika tidak secepatnya melunasi sppnya.

"Fer! Kau kayaknya tahu aja masalahku!" tukas Beby.

"Apaan! Aku asal bertaruh aja. Karena aku yakin kau tidak akan melakukan itu. Apalagi kau kan masih tujuh belas tahun. Kau nggak akan bisa lolos seleksi!" balas Ferry.

Beby memasang tatapan penuh tekad. "Tapi bagaimana kalau aku melakukannya? Kau akan benar-benar membayarkan sppku sampai lulus kan?" timpal Beby.

"Iya. Janji adalah janji." Ferry melipat tangan ke depan dada.

"Oke. Kalau gitu aku terima tantanganmu." Beby mengulurkan tangannya pada Ferry. "Guys! Rekam ini sebagai bukti. Biar Ferry nanti menepati janjinya," lanjutnya yang kini bicara pada Rani dan Dini. Kedua temannya itu lantas buru-buru menyalakan mode rekam video dari ponsel.

"Cih! Siapa takut! Lagian kau nggak akan bisa." Ferry menyambut tangan Beby. Keduanya bersalaman sebagai tanda persetujuan.

Setelah itu, Ferry beranjak bersama teman-temannya keluar kelas. Beby lantas kembali duduk ke kursinya.

"Kau yakin mau ikut sayembara itu, Beb?" tanya Dini.

"Iya. Anak SMA kayak kita mana bisa!" ujar Rani yang sependapat dengan Dini.

"Karena itulah aku butuh bantuan kalian." Beby tersenyum miring. Dia sudah memikirkan cara agar dirinya bisa diperbolehkan ikut dalam sayembara duda +1. Setidaknya Beby bisa lolos sampai bertemu dengan the perfect duda yang di gadang-gadang memiliki paras rupawan serta tajir melintir.

"Kami? Apa yang bisa aku dan Dini lakukan?" cecar Rani.

"Aku ingin kalian meriasku seperti wanita dewasa. Pokoknya aku akan memalsukan identitasku agar bisa ikut sayembara!" ungkap Beby.

"Kau yakin? Gimana kalau nanti kau terlibat masalah karena berbuat begitu?" sebagai teman Dini merasa cemas.

"Enggaklah. Lagian ini kan bukan acara pemerintah juga. Kalau ketahuan, aku tinggal ngomong jujur aja ke Pak Arkan," sahut Beby.

"Lagian kenapa sih kau sampai mau melakukan ini? Bukan karena kau suka sama Ferry kan?" selidik Rani.

"Idih! Enak aja. Aku melakukan ini karena hadiah dari Ferry. Kalau aku berhasil, aku tidak perlu pusing lagi memikirkan iuran spp setiap bulan. Dengan itu juga beban Emakku berkurang," terang Beby. Dia selalu mencemaskan ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh cuci.

Dini dan Rani bertukar pandang. Kini keduanya paham kenapa Beby begitu bertekad untuk ikut sayembara duda +1. Alhasil keduanya setuju membantu Beby.

"Thanks, guys. Kalian best pokoknya." Beby mengacungkan jempolnya.

"Tapi kau harus janji. Jangan pernah memprotes apa yang kami lakukan padamu!" pungkas Dini. Dia dan Rani sangat tahu kalau Beby tak pernah peduli dengan penampilan. Makanya gaya gadis itu terkesan tomboy. Padahal Beby memiliki paras yang sangat cantik.

"Iya! Aku janji," tanggap Beby.

Sayembara duda +1 sendiri akan berlangsung lusa nanti. Beby punya waktu selama dua hari untuk bersiap.

Bab 3 - Mama?

...༻✿༺...

Hari sayembara telah tiba. Beby sedang bersiap dengan ditemani oleh Rani dan Dini. Mereka sekarang sedang berada di rumah Rani. Mengingat cewek itu yang memiliki alat make up yang lengkap.

Sekarang wajah Beby sedang dirias sedemikian rupa. Gadis tersebut juga telah mengenakan pakaian wanita dewasa. Beby tampak mengenakan dress selutut yang dilengkapi dengan blazer.

"Ran! Itu merah banget!" protes Beby saat melihat lipstik merah hendak dipoles Rani ke bibirnya.

"Eh! Justru lipstik warna merah ini yang bikin kamu terlihat meyakinkan sebagai wanita dewasa!" ujar Rani.

"Bener tuh, Beb! Aku setuju sama Rani," imbuh Dini. Jika Rani bertugas merias Beby, dia lantas mengambil tugas sebagai asisten. Dini akan mengambilkan alat make up yang dibutuhkan Rani.

Sudah satu jam lamanya Beby melakukan make up. Dia sudah dibuat bosan.

"Kapan selesainya sih? Lama amat!" protes Beby.

"Sabar dong, Beb. Kan kau sudah janji nggak akan protes!" balas Rani.

Tak lama kemudian, make up selesai. Beby segera melihat hasilnya ke depan cermin. Dia agak terkejut karena penampilannya benar-benar tampak seperti wanita dewasa.

"Kau sekarang terlihat seperti mbak-mbak yang kerja kantoran," komentar Dini.

"Iya. Aku yakin kau pasti diterima mengikuti sayembara," tukas Rani.

"Benar! Sayembaranya! Itu dimulai satu jam lagi. Kita harus pergi sekarang!" cetus Beby. Ia segera memakai tas yang telah disiapkan Rani. Beby pergi dengan ditemani oleh Dini dan Rani.

...***...

Lokasi sayembara dilakukan di sebuah gedung serbaguna yang ada di kota. Arkan terpaksa menyewa tempat itu demi keinginan Eza.

Kini Arkan sedang berbicara dengan kedua orang tuanya di telepon. Bukannya marah dengan berita viral tentang dirinya, mereka justru senang terhadap hal tersebut.

"Kalian harusnya membantuku!" gerutu Arkan.

"Eza adalah anak yang sangat pintar. Dia sangat tahu cara membuatmu melakukan sesuatu," tanggap Pram dari seberang telepon.

"Nak! Jangan memilih wanita dari penampilannya saja, tapi lihat hati dan sopan santunnya juga!" seru Yasmin yang tiba-tiba mengambil alih telepon.

"Iya, Ma..." Arkan menjawab dengan malas. Lagi pula dia sama sekali tidak berminat memilih wanita mana pun sekarang.

Bersamaan dengan itu, Agung datang. Ia memberitahukan kalau semuanya sudah siap. Para wanita juga telah berdatangan untuk mengikuti sayembara.

"Ya sudah, Pa, Ma... Aku harus pergi. Acaranya akan dimulai. Sampai jumpa nanti," pamit Arkan. Dia segera memasuki ruangan. Di sana terlihat sudah ada Eza yang duduk sambil memegangi buku dan pulpen. Anak itu bahkan mengenakan kacamata.

"Papa kemana saja? Aku sudah nggak sabar loh!" timpal Eza.

"Ya sudah. Papa sekarang di sini. Ayo kita mulai," tanggap Arkan.

Seutas senyuman seketika mengembang di wajah Eza. Seorang wanita segera dipersilahkan masuk.

Wanita pertama cantik dan modis. Dia juga segera memberitahukan identitas diri, kelebihan, dan juga kelemahan. Namanya adalah Tessa.

"Tuan Arkan. Aku sangat mengagumimu. Mimpiku akan jadi kenyataan kalau aku terpilih dan bisa menikah denganmu," ungkap Tessa sambil mengerlingkan sebelah mata.

Arkan langsung mengalihkan pandangannya karena merasa tidak nyaman. Eza yang melihat, paham kalau sang papa tidak menyukai Tessa.

"Maaf, Tante. Tapi sepertinya kau tidak sesuai kriteria. Silahkan pergi lewat pintu itu!" ujar Eza sambil menunjuk ke pintu keluar. Dia berlagak seperti orang dewasa. Arkan dibuat tergelak akan tingkahnya itu.

"Ternyata seru juga," celetuk Arkan sambil melipat tangan ke depan dada.

"Iyakan, Pa? Untuk wanita kedua, aku akan biarkan Papa yang memimpin," ucap Eza.

Arkan menganggukkan kepala. Wanita kedua telah masuk. Arkan dan Eza dibuat kaget akan wanita tersebut. Bagaimana tidak? Dia merupakan seorang nenek bergaya trendy.

"Astaga... Kau lebih pantas menjadi nenekku," celetuk Eza.

"Ah, maca cih, Cayang. Aku masih muda loh..." ujar wanita tua tersebut sambil bersikap imut.

"Muda apaan! Keriputnya banyak gitu," pungkas Eza blak-blakkan.

Sontak Arkan merasa geli. Dia ingin tertawa, namun ditahan sebisa mungkin. Hal serupa juga dilakukan Agung yang kebetulan berdiri di depan pintu. Keduanya hanya bisa menunduk sambil menutupi mulut.

Satu per satu wanita datang silih berganti untuk bertemu Arkan dan Eza. Namun belum ada satu pun yang sesuai dengan kriteria.

Sampai akhirnya tibalah wanita nomor 50 masuk. Dia tidak lain adalah Beby. Gadis itu kesenangan karena keberhasilannya tinggal selangkah lagi.

Masuklah Beby ke dalam ruangan Arkan dan Eza berada. Seketika atensi ayah dan anak itu tertuju pada Beby. Mereka terpukau karena wajah Beby sangat mirip dengan mendiang ibunya Eza.

"Mama?" kata Eza reflek.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!