NovelToon NovelToon

Nafkah Lima Belas Ribu Season 2

B01

" Bu.....Adi lapar bu....ada makanan gak bu?" seorang anak kecil memegang perutnya dengan ber-ucap lirih di samping ibunya dan kakak lelakinya.

" Sabar ya dek, ibu masih rebus air, ibu buatkan teh hangat ya." kata wanita muda itu dengan pelan dan tersenyum, wanita itu melangkah ke arah dapur untuk melihat air yang iya rebus untuk membuat teh.

" Tak...tak...tak..., Maria.....," suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru dan suara teriakan yang cukup keras memanggil wanita di dalam rumah tersebut.

Wanita yang di panggil sedang sibuk dengan anaknya, namun seseorang memanggilnya dengan emosi, tanpa di lihat pun wanita itu faham suaminya sedang marah terhadapnya.

" Ada apa sih bang, bisa gak, gak teriak-teriak setiap hari seperti tinggal di hutan tau gak kita ini." omel wanita yang datang menghampirinya.

" Kamu itu ya, kerjaan mu itu apa hah...rumah gak ada rapi- rapinya dan aku minta kopi tadi mana?" bentak pria muda yang sudah memiliki 2 anak itu.

" Bang, bisa gak klo minta gak usah bentak-bentak Maria, Maria cape bang, Maria seperti tinggal di hutan kalo abang teriak-teriak terus." omel wanita itu bernama Maria.

" Kopi ku mana?" tanya suami yang tak melihat istrinya keluar membawa kopi pesanannya.

" Kopi habis, gula tinggal 2 sendok ku buat kan teh untuk Adi dan Adam." ucap santai Maria karena kesal.

" kamu mengutamakan anakmu ketimbang suami mu? Otak mu di mana Maria, aku gak mau tau kamu beli sana kopi dan gulanya." bentak suami Maria.

" Mana uangnya?" ucap Maria sambil menadahkan tangannya tepat di depan suaminya.

" Hah, aku kan kemarin kasih kamu uang untuk belanja, emang kemanakan uang itu?" tanya heran dan tak suka nya suaminya di mintai uang istrinya.

" uang berapa abang beri ke Maria? Cukup apa segitu bang, apa lagi ibu abang banyak hutang di warung, Maria capek bang bayarinya.! Ucap Maria dongkol.

" Uang 500 ribu sudah habis dalam sehari gila kamu Maria!" omel suami Maria.

" Ya sudah klo abang gak mau kasih, ok. Maria akan minta balik uang itu ke ibu dan adik abang." ucap Maria kesal sambil berlalu pergi.

"Dasar suami bedit, baru memberi uang 500 ribu aja sudah sok mampu memberi segalanya, coba kalo ngasih istri itu jangan sampai ibunya tau kan ribet, mana mertua sama suami sama-sama bedit pula, nasip-'asip nikah sama lelaki somplak." omel Maria pelan sambil berjalan cepat meninggalkan rumahnya, menuju rumah mertua yang tinggal di sebelah rumahnya.

" Tok...tok ..., assalamualaikum,...Bu... Assalamualaikum...Bu," ucap ku dengan sedikit keras berbarengan dengan suara ketukan pintu.

" Eh...Maria....,bisa gak kalo bertamu punya sopan, seperti rentenir aja ngetok rumah." omel ibu mertua Maria.

" Bu, Maria kesini mau minta uang yang kemarin ibu ambil paksa!" ucap Maria tanpa bertele-tele.

" Uang apa?" tanya ibu mertua pura-pura lupa.

" Uang yang kemarin ibu rampas, ingat bu, ibu hanya menyisakan uang 100 ribu untukku, sisanya mana bu, Maria mau ambil, bang hari minta belikan kopi." ucap ku dengan kesal.

" Gak ada uang-uangan, enak aja itu uang ibu, uang hari ya uang ibu, gak ada hakmu meminta ibu, sana kamu usaha sendiri bikin susah aja, pergi sana." usir ibu mertua dengan marah-marah seperti biasa.

Melihat ibu mertua hendak meninggalkan pintu dapur, aku langsung menerobos masuk.

" Heh...mau apa kamu Maria?" teriak ibu mertua dengan lengkingannya, ku lihat kopi dan gula di toples di atas rak dapur, lekas ku sambar tanpa peduli ibu mertua marah.

" Eh...mau di bawa kemana kopi itu..." ucap ibu mertua yang hendak merampas toples gula dan kopi yang ku apit.

" Untuk anak ibu yang ngeluh kopi." ucapku cuek sambil berlalu pergi, sedangkan ibu mertua yang tak bisa mengejar hanya mampu berjalan sedikit cepat karena tubuhnya yang super gempal itu, membuatnya susah berlari, jalan cepat aja seperti tak berjalan cepat.

" bam..." ku tutup pintu dapur dengan keras, membuat kedua anakku yang sedang menikmati singkong goreng pun terkejut, karena ulahku yang kelewat dongkol.

" Ibu..." sapa anak sulungku.

" Maafkan ibu ya buat kalian terkejut," ucap ku dengan lembut setelah mengunci pintu dapur.

" Ibu bawa apa?" tanya anak sulungku.

" Gula kopi dari rumah nenek!" kataku dengan lembut, dan meletakkannya di meja dapur.

Tak banyak bertanya anak sulungku melanjutkan sarapan mereka, aku pun menyimpan kopi di cangkir untuk suami, karena masih ada lebihan air rebusan tadi jadi cepat kerjaan ku.

" Ini kopinya bang" ucapku sambil meletakan gelas berisi kopi panas.

" Lah tadi katanya gak ada kopi kenapa ini ada?" tanya bang hari bingung.

" Ya ada lah, dari rumah ibu." ucapku singkat dan berlalu pergi dari hadapan suaminya.

" Maria...." panggil hari sedikit kesal.

" Ada apa lagi sih bang, mau sarapan? Tuh ada singkong goreng di dapur abang sarapan itu aja." ucap ku kesal sambil menunjukan arah dalam rumah.

" Kenapa harus singkong tiap hari sih klo sarapan? Gak ada makanan lain apa, Padahal kamu ku kasih uang kemarin kemana?" omel hari di depan istrinya.

" Kan Maria sudah bilang sama abang, tanyakan ibumu bang, Maria capek abang pikir Maria bakal hamburkan uang itu kemana?" tanya Maria dengan sedikit meninggikan suara karena kelawat dongkol.

" Ya wajar mar, aku tanya 500 ribu itu cukup besar mar, bisa untuk beli kebutuhan sebulan. Gak mungkin kamu mau fitnah ibuku lagi." ucap hari dengan marah.

" Terserah abang lah, capek Maria jelasin." ucap Maria kesal.

" Mar, abang tanya itu wajar." ucap hari mengecilkan nada suaranya.

sebenarnya hari juga takut dengan amarah Maria, tapi iya tak mau mengakui itu.

"Abang bertanya, tapi abang gak percaya dengan Maria jelasin?" tanyaku balik.

" Ya gimana abang mau percaya Maria, abang gak mengerti, abang tanya kenapa uang sebesar itu kamu habiskan sehari?" tanya bang hari.

" Bang, bang kalo mau kasih uang Maria besar gak usah bawa ibu? Abang gak taunkan uang dari abang itu di ambil ibu, dan menyisakan Maria cuma 100 ribu rupiah, dan abang tau gak uang 100 ribu rupiah itu Maria pakai untuk bayar hutang ibu abang di warung ibu Tini, Maria dapat apa bang, angin bang." kataku dengan mengeluarkan semua unek-unek di hati.

" Halah ...gak usah kamu libatkan ibu Maria, bilang aja kamu yang habiskan biar gak di tanya sama hari kan." kata ibu mertua yang sudah berdiri di belakang anaknya.

" Baik...jika ibu gak mau ngaku, kita ke warung ibu Tini...dan oh ya bang abang siapin aja uang sebesar 1 juta untuk melunasi hutang ibu di warung bu Tini, Maria capek mencicil apa lagi uang belanja dari abang yang tak seberapa itu tak cukup." ucapku kesal ku lampiaskan semua unek-unek ku.

"" Apa...satu juta? Dan kamu bilang uang ku gak cukup maksud kamu apa Maria, masih mending aku bisa ngasih kamu setiap hari!" ucap bang hari marah.

" Abang tanya sama ibu, mumpung ada ibu, berapa ibu memberiku uang belanja dari abang, mumpung ada ibu ini?" tanyaku menantang, ku lihat wajah ibu sudah berubah masam.

B02

Di belahan dunia, keluarga besar terlihat yang sangat sibuk mencari gadis kecil yang hilang, karena keteledoran salah satu keluarga, pemilik perusahaan terbesar di negara inggris.

Pewaris tunggal yang hilang sejak usia 5 tahun, dan kini sudah 20 tahun pencarian itu, keluarga besar itu tak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya cukup besar demi mencari anak semata wayang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang IT terbesar itu.

Ada rasa ingin putus asa namun dengan keyakinan dari istri pemilik perusahaan itu, semua berjalan lagi.

Setelah sembuh dari depresi Juwita anditama wanita keturunan Indonesa yang menikah dengan pria keturunan inggris.

Juwita meminta suaminya bernama Jhon vounhoten untuk mencari lagi putrinya yang hilang, karena besar rasa cinta dan sayangnya terhadap istrinya, Jhon mengikuti perintah istrinya itu.

15 tahun Juwita mengalami depresi, dengan telaten Jhon merawatnya hingga sembuh.

" Apa ada kabar baik?" tanya pria paruh baya di kursinya dengan tumpukan berkas di atas meja di hadapannya.

" Belum tuan, kami hanya menemukan sedikit titik, nona di bawa oleh tuan dan nyonya Isabel ke sebuah pelabuhan tuan." kata pria di hadapannya dengan menundukkan kepalanya.

" Hemmm....sudah ku duga." jawab pria itu dengan bahasa inggris.

" Kalian lakukan yang terbaik, aku gak ingin ada kabar buruk dari putriku." titahnya kepada pria itu, dan pria itu pun mengiyakan dan berlalu pergi.

" Hebat...mereka ternyata sangat licik...benar kata Juwita, mereka terlalu lama di zona nyaman." kata pria itu bernama Jhon.

Jhon melanjutkan lagi pekerjaan nya, keinginannya yang ingin pulang menemui Juwita pun iya pending, iya ingin menyelesaikan pekerjaannya agar besok bisa bersama sang istri.

**************

Di belahan dunia lain, di rumah sederhana masih saja perdebatan antara ibu mertua dan anak dan menantu, gara-gara uang 500 ribu rupiah.

" Hari istrimu itu memfitnah ibu, i u gak ada hutang sama ibu Tini. Dia kali yang hutang gak bisa bayar makanya mengkambing hitamkan ibu!" bela ibu tak ingin di salahkan.

Sedangkan hari sudah bingung mana yang mau di dengar.

" bang ...kamu itu kenapa diam aja...kamu kira uang segitu aku berani habiskan sedangkan bers aja gak ada bang, uang segitu berarti buat kita bang dapur semuanya kosong, abang ngasih aku uang harian aja ibu pangkas apa lagi 500 ribu jelas i u gak mau ngaku, ya kan bu...?" kata ku dengan nada mengejek ibu mertua.

Ya aku dan ibu mertua serta keluarga suamiku sepertinya tak menyukaiku, makanya mereka selalu bikin tensi aku naik dan stok kesabaranku menipis.

" Sudah lah Maria, aku gak mau tau lagi pusing aku melihatmu di kasih berapa pun habis, di dapur juga gak pernah ada makanan." omel hari ke istrinya, sedangkan aku menangis dalam hati suami yang tak bisa mengerti istrinya.

Setelah berucap begitu hari merogoh sakunya mengeluarkan uang berwarna kuning tiga lembar, di serahkan ke tangan ku.

" ini beli yang di butuhkan, aku sudah gak ada yang lagi, aku mau aku pulang sudah ada makanan di dapur." ucap bang hari sebelum pergi.

Ku lihat punggung suamiku yang menjauh setelah melewati ibunya, ku perhatikan uang tiga lembar itu dan melihat kembali ke arah suami yang sudah tak terlihat.

" Emang enak, ..anakku gak akan percaya denganmu faham, jangan sesekali kamu mengotori pikiran anakku dengan aduanmu itu." ucap ibu mertua meremehkanku.

" untung cuma 15.000 klo lebih kamu gak pantas dapat lebih, sana belanja dan masak." katanya lagi sambil melirik uang di tangan ku sebelum melenggang pergi.

" Astaghfirullah..." ku elus dadaku karena sesak.

wanita berparas ayu keturunan indo itu, terpaksa menjalani hari-harinya dengan derita dan kesulitan, tanpa iya sadari ada beberapa anak buah seseorang yang mengawasi pergerakannya sedari kecil hingga memiliki anak.

" Lapor nyonya, semua sesuai dengan keinginan nyonya." jawab salah satu anak buah pria berjas hitam itu, memberi laporan setiap minggunya.

" Awasi terus, dan jangan sampai kalian kecolongan, saya puas pekerjaan kalian selama ini." ucap wanita paruh baya itu dengan senyum sinisnya.

*************

" Hah...nasip nasip, mau ngeluh ya percuma mau terima ya gedek juga, apa aku cari kerja aja untuk anak-anak apa lagi kakak sudah mau masuk sekolah TK aku harus cari uang tambahan." batinku sambil melihat uang lima belas ribu yang masih setia ku genggam.

Kulangkahkan kakiku keluar rumah menuju warung ibu Tini.

" Eh...Maria belanja apa nak?" tanya nenek asih.

" Mau cari bayam nek sama tahu tempe." balasku sambil memilah milih sayuran yang cantik.

" Mar, apa kamu gak bosen tinggal dekat sama mertua?" tanya salah satu tetangga lama Maria.

" Betah gak betah mak." balasku sambil cekikikan.

" Kamu ini mar,....oh ya mar kamu tau gak kemarin si indah habis beli kalung katanya dari suamimu, tapi kok kamu masih polosan?" tanya wanita sedikit tua di atas Maria dengan ciri kasnya yang suka kepo.

" Saya gak tau bu, kalo saya emang saya gak terlalu suka mencolok bu." balasku ramah dan santai walau penasaran.

" Masa iya sih bang hari beliakan kalung adiknya tapi istri kere amat." batinku meng-ngedumel.

" Semua belanjaan saya berapa bu?" tanyaku kepada ibu Tini.

" Semua sepuluh ribu mar, oh ya ini untuk anakmu tolong di terima ya." kata ibu Tini sambil memasukan beberapa Snack dan Rati kedalam belanjaan ku.

" Ya Allah bu terimakasih bu!" ucapku tulus.

Setelah ku bayar aku lekas pulang kerumah dan memasak, tak butuh waktu lama cuma sekitar 20 menit semua masakan sudah ku tata di meja dapur.

" Assalamualaikum..." ucap kedua anakku serempak dari luar, entah dari mana mereka.

" Loh Adam, Adi kenapa kalian lesu gitu, cerita sama ibu?" tanya ku sambil mengelus kedua adik kakak itu.

" Tadi kakak Adam di dorong sama idon bu, tapi kak Adam diam aja, dan tadi Adi juga mau ikut main sama Ikshan tapi Adi di usir dan di dorong katanya gak boleh ikut main." adu adik anak bungsuku, dan ku pandangi anak lelaki yang pertama ternyata benar tangan anakku ada lecet dan baju belakangnya robek sedikit mungkin karena tertarik sesuatu dan bikin aku kaget lagi, ternyata punggung anakku ada goresan cukup panjang dan dalam.

" Adam...ini kenapa nak?" tanyaku khawatir saat ku buka bajunya yang sudah ada goresan cukup dalam.

" Di dorong igon bu, " ucapnya pelan dan takut.

" ya Allah, ya sudah sini ibu obati ya kak, habis itu kita makan ibu punya sesuatu untuk kalian, Adam dan Adi jangan sedih ya." kataku memberi semangat kepada anakku agar tak berkecil hati.

B03

Di rumah sederhana tiga orang sedang menikmati makan siangnya, yaitu ibu dan dua anaknya makanan yang sudah iya masak kesiangan gara-gara drama mertua dan pak suami.

Ketiganya menikmati makan ala kadarnya, dan tanpa ada suara protes dari ke dua anaknya, Maria sebenarnya miris, melihat anak-anaknya sudah jarang menikmati makanan enak sejak ibu angkatnya Maria sakit.

Sudah hampir dua tahun Maria tak boleh menengok ibu angkatnya itu, tapi bapak angkat Maria masih menemuinya secara sembunyi-sembunyi karena ada keluarga yang tak menyukai Maria.

Demi melindungi anak angkatnya, ibu dan bapak Maria terpaksa merelakan anak angkat mereka di jodohkan oleh lelaki yang menurut bapak angkatnya kurang pas dengan Maria.

Namun apa di kata bapak Maria yang tak bisa apa-apa dulu terpaksa mengizinkan walau berat hatinya, gadis kecil yang dulu iya angkat sebagai anak terpaksa iya lepas di usianya baru 19 tahun.

Karena keadaannya dulu sangat tak mungkin untuk keluarga Maria bertahan, walau Maria berusaha keras sekalipun, demi pengobatan sang ayah kala itu setelah kecelakaan yang mengakibatkan kakinya lumpuh walau tak permanen.

* Flasback on *

" Da gak bisa kah kamu tolong dulu abang damar untuk berobat, dokter menyarankan terapi agar bisa jalan lagi." ibu Maria memohon kepada adik iparnya.

" Hah....mba ngomong apa ! tolong? Mau mengutang gitu? Mau bayar pake apa? Makan aja susah." adik ipar Maria berucap sangat sinis dan menghina.

" Da, cuma kamu adiknya bang damar, masa kamu tega da melihat abangmu begitu, tolong bantu mba ya da,mba janji balikin." suara ibu Maria tertahan karena menahan sedih melihat ketidak pedulian adik iparnya itu.

" Halah .mau baya pakai apa, mba kira pengobatan abang damar itu gak pakai uang apa? Pakai mba apa lagi jika sampai rutin terapinya, jelas gak sedikit maka uangnya.!" omel adik ipar nya itu.

" Mba akan lakuin apa aja da, demi abangmu sembuh." simbuh ibu Maria dengan nada memohon di bawah lutut adik iparnya itu.

Setelah berucap begitu, beberapa detik aja sunyi tak ada jawaban dari adik iparnya, hingga suara dari arah belakang tubuh adik iparnya mengagetkan mereka.

" Kamu bisa bantu asal, Maria harus kamu jodohkan dengan lelaki pilihan kita." ucap ibu mertua Maria dengan nada sombong dan mengejek ibu Maria.

" Maksud ibu?" tanya ibu Maria dengan nada terbata karena terkejut dan masih gak faham maksudnya.

" Ya, kami akan membantu mu dengan catatan Maria untuk jadi penebus hutang kalian bagaimana?" ucap ibu mertuanya dengan sinisnya.

" Maaf Bu, bukannya Diana gak mau, tapi maaf Maria masih terlalu muda bu, Maria masih sekolah bu, biarlah Diana yang membayarnya dengan bekerja di kebun kalian tanpa upah, asal bang damar bisa ikut terapi." ucap ibu Maria sambil menahan air mata karena sesak di dadanya, mendengar anak semata wayangnya harus iya jadikan korbannya, sedangkan impian ibu Diana ingin Maria bersekolah sampai tinggi.

" Sudah lah, capek ibu kasih solusi untukmu." ucap ibu mertua Diana sambil membalikan tubuhnya.

" Mba pikirkan aja usul ibu, jika minat sih ingin bang damar sembuh." ucap adik iparnya meledek pilihan ibunya untuk kakaknya itu.

Pilihan sulit untuk ibu Diana, hati dan pikiran ibu Diana kalut, iya lekas pergi dari rumah ibu mertuanya itu ketika di tinggal di ruang tamu sendirian dengan pikiran yang sudah bercabang seperti akar.

Sesampainya di rumah ibu Diana gak banyak bicara, iya Lang sung mengecek keadaan suaminya yang masih terduduk bersandar di kasur.

" Dari mana dek?" pak damar langsung bertanya ketika melihat istrinya di pintu kamar.

" Dari rumah Ida bang." jawanya dengan santai, ibu Ida sengaja menyembunyikan rasa kalutnya di depan suami.

" Ngapain kamu kerumah ibu?" tanya damar yang terkejut.

"Hanya ingin memberi tau keadaan Anang aja, biar bagaimana pun mereka keluarga abang." kata ibu Diana, iya masih santai, sedang kan suaminya sudah berubah di wajahnya tanpa istrinya ketahui.

" Abangkan sudah bilang, apapun yang terjadi dengan keluarga kita jangan kesana,kamu tau kan mereka bagaimana dengan mu dan Maria, abang cuma gak mau kamu di hina mereka lagi, abang sakit dengarnya dek." Tegur Damar kepada istrinya.

Yang di tegur hanya bisa menundukkan wajahnya, karena iya tau suaminya pasti marah besar kepadanya saat ini.

" Dek, kamu kenapa kesana, pasti mereka sudah menyakiti hatimu, ngomong dek, kenapa kamu kesana dan tujuannya apa? Padahal abang sudah melarangmu kesana tanpa abang." Damar menegur istrinya karena sangking sayang dan cintanya, damar tak bisa membentak istrinya apa lagi meninggikan suaranya, sekalipun iya sedang marah kepada istrinya.

" Maafkan Diana bang, Diana terpaksa kesana karena mereka harus tau bang, mereka keluarga abang." suara lirih Diana, mengakui kesalahannya namun iya tak berani bercerita soal keinginan ibu mertuanya itu, takut akan kesehatan suaminya semakin drop.

" Diana,...lihat abang!" ucap damar lembut sambil menyentuh dagu istrinya.

" Maafkan abang ya, abang gak bisa membuat ibu menerima kenyataan ini, abang tau ibu pasti sudah membuat hati istri abang ini terluka, katakan sama abang Diana, abang tau pasti ibu ada ngomong sesuatu sama kamu!" tanya ya lembut kepada istrinya, dia melihat ke dalam mata istrinya ada sesuatu yang membuat Diana tertekan.

" Bang...maaf jika Diana harus katakan tapi abang janji abang jangan marah dan tolong abang tetap sehat ya." ucap Diana memohon.

" Katakan dek, abang gak mau kamu memendamnya sendiri, ada apa? Apakah ibu menghinamu lagi atau berkata lebih buruk lagi?" tanya suami dan pertanyaan itu membuat pecah tangisan Diana walau tak bersuara keras namun isakan membuat damar faham.

" Bang...maaf sebenarnya, Diana tadi kerumah ibu untuk meminta bantuan aida bang." kata diana jujur dan suaminya masih diam mendengarkan cerita istrinya yang iya tau belum selesai.

"AIDA gak mau bantu kita bang, tapi ibu memberi pilihan yang Diana bimbang." sambungnya lagi dan menatap wajah suaminya yang sama menatapnya.

" Pilihan? apa itu?" tanya Damar bingung.

" Ibu mau membantu abang untuk terapi dan berobat asal, Maria harus mau di jodohkan oleh ibu." ucapan dianan tertahan sesaat sambil meneteskan air mata yang tiba-tiba meluncur begitu aja ketika Diana bercerita keinginan ibu mertuanya itu.

" Huh...." hembusan nafas sangat berat dari damar, seperti melepas beban berat.

" Sudah ku duga, pasti mereka membuat pilihan yang tak masuk di akal, sudah dek kamu gak usah sedih, gak minta pertolongan mereka lagi, abang gak apa, abang coba terapi di rumah aja, adek mau kan bantu abang?" kata damar lembut, walau sesak di dadanya mendengan cerita istrinya itu.

Tanpa mereka sadari sedari awal Diana datang dan bercerita, ada seorang gadis yang berdiri di balik pintu kamar itu, lengkap dengan bakul besar berisi hasil kebun dan Capil atau topi besarnya, gadis itu masih berdiri mendengarkan semua pembicaraan kedua orang tua angkatnya itu.

Iya terkejut dengan pilihan neneknya itu yang iya sadari emang tak menyukainya sedari kecil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!