NovelToon NovelToon

Nilai Penyembuh Dari Antagonis

Prolog

"Hallo—"

"Hallo, Manusia."

Samar-samar Mara mendengar suara aneh dalam kegelapan. Baru pertama kali ia mendengarnya, karena meskipun ia cukup lama koma, ia masih bisa mendengar suara luar di alam bawah sadarnya. Terkadang suara keluarganya menangis, kakaknya yang selalu berdoa dan berharap dirinya segera bangun dengan nada sesak, atau adik kecilnya yang dengan polos merengek memintanya untuk segera membuka mata dan bermain dengannya.

Saat umurnya akan beranjak 20 tahun, dirinya yang selalu sehat tiba-tiba diserang penyakit tak terdeteksi. Setelah akhirnya hampir berbulan-bulan menderita di rumah sakit, akhirnya ia jatuh koma.

Mara selalu sedih dan ingin segera sadar untuk memeluk mereka dan mengatakan untuk tidak sedih. Dirinya tidak sakit dan merasa baik-baik saja kecuali tubuhnya yang tidak ingin bergerak dan bangun. Entah sudah berapa lama, tapi pasti waktu berlalu begitu lama selama dirinya dalam kegelapan itu. Jika memang harus terus seperti ini selama sisa hidupnya, Mara berpikir untuk mati lebih baik. Tapi di sisi lain, mengingat keluarganya yang begitu menyayanginya, Mara sangat ingin bangun.

Saat ini tiba-tiba—

"Hallo, manusia. Apakah Anda bisa mendengar?"

"Hallo, Hallo."

"Suara apa itu? Mengapa aku mendengarnya begitu jelas? Seperti suara robot? Apakah ini ilusi?"

"Ini bukan ilusi. Ini sistem."

"APA?! Kamu bisa mendengar suara hatiku?!"

Sistem: "Ya, manusia. Saya berada dalam kesadaran Anda. Jadi saya bisa mendengar."

"Tidak masuk akal! Sepertinya aku sudah lama tidak mengobrol sehingga menciptakan ilusi aneh lawan bicara."

Sistem: "Manusia menyebalkan. Sekali lagi. Ini bukan ilusi. Saya sistem. Sistem yang akan memberimu kesempatan hidup."

Mara tidak menganggapnya serius dan terus menganggapnya ilusi. "Oh ya? Lalu bagaimana agar aku bisa hidup?"

Sistem: "Sistem akan mengirim tubuh Anda ke dunia lain dengan identitas yang sama. Lalu Anda akan diberikan tugas oleh saya. Jika nilai target terpenuhi, Anda berhasil menyelesaikan tugas dan tubuh Anda di dunia ini akan bangun dan sehat kembali. Jika Anda gagal, maka sistem akan memberi Anda hukuman."

Semakin tidak masuk akal, semakin Mara menganggapnya menarik. Dia terus merespon tak serius. "Wow, jika aku pergi ke dunia lain, itu pasti menyenangkan."

Sistem: "Apakah Anda menerima tugas ini, manusia?"

"Lalu bagaimana jika aku gagal? Apa hukumannya?"

Sistem: "Kemungkinan terburuk Anda akan mati."

"Urgh, mengerikan." Mara berpura-pura takut dan ngeri.

Sistem: "Apakah Anda menerima tugas ini, manusia?"

"Siapa target yang akan dijadikan objek tugas?"

Sistem: "Sistem akan memberi tahu detailnya jika Anda menerima tugas. Apakah Anda menerima tugas ini, manusia?"

"Berhenti bertanya kalimat yang sama!"

Sistem: "Manusia, Anda yang terus bertanya dan tak kunjung menerima tugas sistem."

Mara memutar bola matanya main-main. "Bagaimana jika aku menolak?"

Sistem: "Anda akan mati."

"Baiklah. Aku lebih memilih mati."

Sistem: "Apakah Anda yakin?"

"Ya."

Sistem: "Sistem akan memberi Anda satu menit rasa sekarat dan memikirkan kembali tugas dari sistem."

"60."

"59."

"58."

"57."

Selama sistem menghitung, Mara benar-benar tidak menganggapnya serius. Namun, tiba-tiba dia mendengar suara ribut histeris di luar kesadarannya, namun ia semakin tenggelam dalam kegelapan dengan rasa sakit menyiksa.

"45—"

Mara dilanda rasa sakit dan panik. Apakah sistem ini bukan ilusinya? Apakah semua yang dikatakan suara aneh itu merupakan kenyataan?

"27—"

Mara mendengar tangisan keluarganya. Di luar sana para dokter berusaha membuat jantungnya tetap berdetak.

"15—"

Mara tidak ingin mati! Dia harus hidup! Dia harus bangun dan bertemu keluarganya!

"10—"

Sistem! Ya , benar, sistem! Dia harus menerimanya tugasnya!

"Sistem! Sistem! Aku menerima!"

"5—"

"SISTEM! AKU BENAR-BENAR MENERIMA TUGAS DARIMU!"

"3."

"2."

"SISTEM! SISTEM!"

Sistem: "1—Apakah manusia arogan ini berubah pikiran?"

Tidak peduli dengan ejekan sistem, Mara lega karena langsung merasakan tubuh kejangnya perlahan tenang, nafasnya yang sangat sesak kembali lancar, rasa tercekik itu perlahan menghilang, dan rasa sakit di sekujur tubuhnya pun menghilang tanpa jejak.

"Ya—ya, aku menerima tugasnya!" Mara merasa benar-benar diambang kematian pada beberapa saat lalu. Ia sangat panik dan ketakutan. Tapi, semua ini sangat tidak masuk akal! Bagaimana pun rasa sekarang yang disebutkan suara aneh sistem ini benar-benar nyata.

Sistem: "Baiklah. Sistem akan langsung mengirim Anda ke dunia tempat target tinggal."

"Ap, apa? Mengirim langsung? Sekarang?"

Sistem: "Dihitung mundur dari 5—"

"Tunggu! Bisakah kamu membiarkanku bernafas dulu?!"

"4."

"Sistem!"

"3."

"SISTEM!!"

"2."

"Arg!! Kubunuh kau sistem s*alan!!"

"1."

Sistem: "Anda berhasil terkirim. Selamat datang, dan selamat mengerjakan tugas, manusia."

Situasi dan Tugas

Cukup lama tinggal dalam kegelapan alam bawah sadar, Mara termenung lama saat matanya terbuka dan melihat cahaya yang sudah lama tidak dilihatnya. Ia menatap lamat atap kamar asing bernuansa cream putih.

Sistem itu bukan ilusinya dan benar-benar bukan penipu!!

Sistem: "Sistem bisa mendengar pikiran Anda, manusia."

Mara mengabaikannya dan bangun untuk melihat sekeliling. "Sistem, jelaskan situasinya."

Sistem: "Seperti yang saya bilang sebelumnya, Anda datang ke dunia ini dengan identitas yang sama, tubuh dan wajah yang sama, namun memiliki keluarga dan peran yang berbeda dari kehidupan Anda sebelumnya. Jika keluarga Anda sangat baik dan menyayangi Anda sebelumnya, maka keluarga ini bersikap sangat buruk pada Anda. Jika Anda berpikir bahwa Anda adalah protagonis dalam kehidupan Anda sebelumnya, maka di dunia ini Anda hanya pemeran tambahan yang namanya tak pernah tercatat dalam novel. Protagonis wanita, pria, antagonis, dan peran dukungan lainnya sudah diatur di dunia ini."

"Ya, ya, aku mengerti."

Mara penasaran seburuk apa sikap keluarga ini padanya. "Meskipun mereka bersikap buruk, apakah keluargaku di dunia ini memiliki identitas yang sama juga dari kehidupanku sebelumnya?"

Sistem: "Tidak, Manusia. Sistem mengatur identitas berbeda karena akan sangat mempengaruhi emosi Anda dan mengganggu tugas. Anda harus benar-benar fokus pada target dan tidak terpengaruh tokoh yang lain."

"Baiklah. Itu melegakan."

Sistem: "Apakah Anda ingin mendengar penjelasan situasi selanjutnya?"

"Ya."

Sistem: "Dikarenakan Anda hanya pejalan kaki, tolong jangan mengganggu protagonis di dunia ini. Karena dengan hanya mengobrol, Anda akan sangat mengubah alur cerita aslinya. Anda hanya perlu membantu antagonis dan meningkatkan nilai kesan baik Anda padanya."

"Bukankah Antagonis bagian tokoh penting juga dan dengan aku membantunya akan sangat mengganggu alur?"

Sistem: "Itu benar. Namun, alur pada jalur Antagonis tidak terlalu terhubung pada Protagonis. Ini juga sebagian tugas Anda untuk mencegah Antagonis memiliki hubungan apapun dengan dua protagonis selama Anda menyelesaikan tugas. Jika Anda melanggar, dalam situasi tertentu Anda akan dihukum."

"Oke. Lalu siapa aku?"

Sistem: "Anda memiliki nama yang sama, Tamara Ramona, gadis berusia 17 tahun, dan Anda bersekolah di tempat alur berjalan. Semua tokoh hadir di sana, termasuk target Anda. Keluarga Anda cukup kaya, namun kehidupan Anda cukup menderita yang disebabkan oleh Ibu tiri dan adik tiri Anda—"

"Wow, aku menjadi anak sekolah lagi! Apakah wajahku menjadi lebih muda? Lalu, ah, Ibu dan Adik Tiri? Klise sekali. Aku sudah menebak bagaimana mereka memperlakukanku."

Sistem: "Mohon untuk tidak menyela dan mendengarkan penjelasan sistem terlebih dahulu sebelum berkomentar."

Mendengar suara dinginnya, Mara menjawab malas. "Ya. Lanjutkan."

Sistem: "Jika Anda tidak ingin berurusan dengan keluarga Anda, Anda hanya perlu mengabaikan mereka dan tetap fokus pada tugas. Namun, jika Anda terganggu, Anda bisa melawan mereka dan membuat kehidupan Anda di dunia ini lebih baik. Ayah Anda sangat baik, namun karena manipulasi keluarga tiri Anda, kesan Anda di mata Ayah Anda sangat buruk sampai saat ini. Anda yang awalnya bertemperamen sangat baik, menjadi gadis nakal temperamental, membangkang, egois, sehingga kesannya menjadi lebih buruk, dan itu membuat Ibu dan Adik Tiri Anda semakin bahagia."

Mara berpikir, ini memang sikap diri aslinya. Egois, temperamental, bermulut kotor dan tajam, itu dikarenakan keluarganya sangat memanjakannya, dan mereka selalu menyayanginya dengan dia bertemperamen seperti itu. Di dunia ini, sepertinya dia yang tidak memiliki banyak kesabaran, akan sulit menahan diri untuk tidak melawan para medusa itu.

"Sistem, aku akan melawan mereka."

Sistem: "Terkonfirmasi. Anda memiliki tugas tambahan: Melawan Ibu dan Adik tiri Anda, mengembalikan kesan baik Ayah Anda dan mengungkap wajah asli mereka kepada Ayah Anda. Jika Anda gagal, tidak akan ada hukuman. Jika Anda berhasil, maka tidak ada hadiah juga."

Mara mengerutkan kening. "Untuk apa menyebutkan sesuatu yang tidak berarti apa-apa? Seharusnya kamu memberiku hadiah yang layak!"

Sistem: "Anda perlu menolak tugas ini jika tidak berkenan."

"Sistem pelit. Lupakan saja."

Sistem: "Terdeteksi ejekan untuk sistem."

Mara tidak bisa berkata-kata. Memikirkan sesuatu, ia bertanya. "Siapa targetku?"

Sistem: "Sistem akan memberi tahu identitasnya detailnya jika Anda sudah bertemu dengannya. Saat ini, keluarga target sangat hancur dan temperamennya sudah memburuk. Dulunya keluarga target adalah orang kaya terkenal di kota ini, namun karena suatu alasan, keluarganya runtuh. Orang tuanya bercerai, dan tidak lama, Ibunya menikah lagi dengan keluarga yang lebih baik dan meninggalkan sang target. Sejak saat itu, dia tinggal bersama Ayahnya yang depresi berat, tukang mabuk dan sering memukul target karena menyalahkan target atas kepergian istrinya—"

"—Temperamennya menjadi sangat dingin dan mulai terdistorsi. Kehidupannya sangat menderita. Karena keluarganya menjadi sangat miskin, Ayahnya tidak bekerja, dia harus mencari pekerjaan di tengah pendidikan sekolahnya. Penderitaannya tidak hanya sampai di sana, setiap target mendapat uang, Ayahnya selalu merebut uang itu dan akan menyiksa target jika tidak memberikannya. Setiap hari target selalu memiliki memar, dan kepribadiannya tertutup saat di sekolah. Target tidak memiliki teman dan selalu diejek dan dibully siswa lain—"

"Cukup. Mengapa hidupnya sangat menyedihkan? Apakah penulis novel ini memiliki dendam kebencian yang begitu dalam pada orang itu?"

Sistem: "Apakah Anda akan mendengar situasi selanjutnya nanti saja?"

"Ya. Aku merasa telingaku sakit karena mendengar cerita yang tidak menyenangkan."

Sistem: "Manusia, Anda harus memahami situasi agar tugas Anda—"

"Ya, ya. Jangan bicara lagi. Kita lanjutkan nanti, oke?"

Mara menghela nafas dan kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil menatap langit langit kamar dan berpikir. Situasinya benar-benar cukup rumit, ia harus beradaptasi dengan dunia ini dan menyusun strategi untuk memudahkan tugas.

"Sistem, kamu terus memanggilku 'manusia'. Apakah kamu tidak bisa memanggilku nama saja?"

Sistem: "Pertanyaan tidak terdeteksi bagian dari tugas. Sistem tidak wajib menjawab."

"Sangat dingin dan menyebalkan. Dasar robot."

Sistem: "Terdeteksi ejekan ekstrem pada sistem. Apakah Anda ingin menerima hukuman?"

"Apa?! hukuman apa?!"

Sistem: "Kepala Anda akan serasa tersengat listrik jika melanggar aturan sistem."

Mara takut, namun penasaran. "Bagaimana rasanya tersengat?"

"Bip—hukuman datang."

Tiba-tiba kepalanya sakit dan benar-benar merasakan tersengat. Wajah Mara memucat dan memegangi kepalanya kesakitan. "Argh! Sistem! Hentikan!"

"Bip—hukuman berhenti."

Rasa sakit itu langsung menghilang, namun wajah Mara masih pucat karena dia benar-benar takut rasa sakit. Bagaimana jika tidak hanya sekali dua kali ia mendapatkan hukuman ini? Mara sangat ketakutan.

"Aturan apa yang aku langgar sehingga kamu memberi hukuman ini?"

Sistem: "Jika Anda tidak meningkatkan nilai baik dalam waktu dua hari, Anda akan merasa sakit kepala selama 10 menit. Jika dalam seminggu, sakit kepala Anda akan berlangsung dua sampai tiga jam. Jika dalam sebulan, rasa sakit kepala Anda akan berlangsung selama satu hari penuh."

Mara bergidik dengan wajah semakin memucat. Hanya beberapa detik saja sangat menderita, namun jika itu 10 menit? Sejam? tiga jam? atau bahkan seharian penuh?! Ia benar benar akan mati di tempat karena kesakitan.

Sistem:"Anda juga akan mendapat sakit kepala selama 10 detik jika mengejek sistem."

Robot yang angat temperamental!

Sistem:"Terdeteksi ejekan—"

"Oke, oke! Aku hanya bercanda!"

Tiba-tiba ruangan hening itu bergema suara ketukan pintu dari luar.

"Mara? Apakah kamu sudah bangun? Ibu sudah menyiapkan sarapan, Nak."

Mara menatap pintu dan meniru suara sistem.

"Bip, bip. Terdeteksi suara Medusa!"

Musuh Terdeteksi

Seorang wanita berusia sekitar 40-an dengan rambut tergerai keriting, wajah ramah dan masih terlihat muda, tatapan lembut yang khawatir, itulah yang Mara lihat saat pertama kali membuka pintu kamarnya. Jika bukan karena situasi yang ia dengar dari sistem, Mara pasti akan langsung tertipu oleh wajah ramah ini.

"Bip—musuh terdeteksi."

"Mara? Apakah kamu baik-baik saja? Apa kamu sakit? Apa perlu Ibu panggilkan dokter?"

Mara takjub melihat kecemasannya yang sangat nyata. Padahal ia tahu pasti ini hanya akting. Tidak tahu saja bahwa sebelumnya dia kuliah jurusan akting dan paling mendalami peran.

Mara tersenyum. "Aku baik-baik saja."

Wanita itu tersenyum lega. "Syukurlah. Kalau begitu, ayo turun. Ayah dan Adikmu sudah menunggu di meja makan."

"Oke."

Keduanya berjalan dengan Mara di belakangnya yang mengobrol dengan sistem.

"Sistem, wanita ini sangat menakjubkan. Tidak heran Ayahku di dunia ini begitu terpesona dan dimanipulasi oleh wanita ini."

Sistem: "Apakah Anda cemburu? Segera ungkaplah topeng musuh. Perlihatkan wajah aslinya kepada Ayah Anda."

"Aku tidak cemburu! Aktingku lebih baik dari siapapun!"

Sistem: "Segera lawan musuh dengan akting Anda."

"Kamu tidak bisa diajak mengobrol! Sistem menyebalkan!"

"Mara? Apa yang kamu lakukan berdiri di sana? Jangan membuat masalah. Duduklah di samping Adikmu," ucap seorang pria dengan setelan hitam.

"Bip—musuh lain terdeteksi."

Yang dimaksud sistem adalah adiknya yang tersenyum polos di sana. Mara menatap satu persatu tiga orang asing yang duduk di meja makan besar itu. Ayah yang tegas dan mudah dimanipulasi, Ibu dan Adik tiri yang cantik dan baik hati.

Baiklah, mari kita mulai hidup di dunia aneh ini.

Selama makan, Mara bersikap pendiam di tiga pasang mata tiga orang itu. Yang anehnya adalah, sangat tumben dia mau ikut makan bersama. Biasanya Mara hanya mengurung diri dan keluar kamar hanya pada saat waktu sekolah.

Dia bukanlah Mara yang biasa, namun Mara lain yang tengah mendengar penjelasan sistem.

Sistem: "Ayah Anda bernama Wilson Anderson. Dia adalah seorang dokter dan sangat sibuk sehingga tidak mudah mengetahui wajah asli mereka. Ibu tiri Anda bernama Luri Mariana, dulunya hanya seorang janda miskin, bertemu dengan Wilson karena sebuah kecelakaan yang direncanakan Luri sendiri. Keduanya menikah pada usia Anda 15 tahun tepat sebulan setelah kematian Ibu Anda. Lalu Adik Anda bernama Melody Seliana, gadis ini telah mengambil semua milik Anda. Ambil kembali apa yang menjadi milik Anda!"

Mara tengah makan sembari menunduk, namun sebenarnya dia menyembunyikan tersenyum penuh arti sembari terus mendengar dari sistem situasi hidup sebelum ia menggantikan tubuh asli.

Mara menatap adik cantik polosnya di samping. Melody balik menatap dan tersenyum.

"Ada apa, kak? Apakah kakak membutuhkan sesuatu dariku?"

Sebelum Mara mengatakan sesuatu, Wilson menyela dengan wajah mengerutkan kening karena mengingat sesuatu."Mara, jangan ambil barang-barang Adikmu lagi. Kamu bisa memintanya langsung pada Ayah."

"Apa?" Mara berkedip polos. "Aku belum mengatakan apapun."

Melody buru-buru berkata dengan wajah tidak enak. "Tidak apa-apa, Ayah. Aku sangat senang berbagi barang dengan kakak."

Mara mengangguk setuju. "Itu benar, Ayah. Adikku sudah 'meminjam' banyak barang dariku sebelumnya, aku hanya ingin mengambilnya kembali."

Wilson menghentikan gerakannya. "Barang apa?"

Ekspresi Melody agak kaget dan panik. Kenapa orang ini menjadi banyak bicara? Apalagi mengungkit hal yang tak pernah ia kira takkan pernah diungkap. Ia merasa firasat tidak menyenangkan. Namun, sebelum ia menjawab, Mara lebih dulu berbicara.

"Akhir-akhir ini bajuku yang banyak di lemari hilang satu persatu. Aku selalu bingung karena tak pernah menemukannya. Setelah melihat Adikku yang memakai baju-baju yang hilang, aku sadar Adikku yang 'meminjam' nya."

"Itu—!" sentak Melody.

"Oh iya, beberapa sepatuku juga dipinjam Adikku. Sepertinya Melody sangat menyukai barang-barang milikku. Tapi tidak apa-apa. Aku akan memberikannya. Aku baik-baik saja dengan baju sedikit san hanya satu sepatu."

"Apa?" Wilson kebingungan karena tidak menduga Melody akan mengambil barang milik Mara tanpa meminta izin. Jadi yang ia lihat selama ini bukan Mara yang mengambil milik Melody, tapi memang mengambil kembali miliknya? Lalu apa tadi? Dia hanya memiliki satu sepatu?

Luri sendiri kaget dengan serangan tiba-tiba Mara. Namun, ia langsung paham situasi. Wajah tersenyumnya tidak pernah berubah dan segera menegur Melody dengan lembut. "Melody, lain kali kamu harus meminta izin kakakmu jika ingin meminjam sesuatu."

Tangan Melody gemetar dengan wajah sedikit pucat. Tak sekali pun ia diberi kesempatan untuk menyela apalagi menyangkal. Ia berusaha menyembunyikan kebenciannya "Aku—minta maaf ...."

"Apa? Aku tidak mendengarnya." Mara berpura-pura tidak mendengar, namun memang suaranya sangat kecil.

Melody menggertakkan gigi. Jal*ng ini!

Hatinya sangat benci, namun ekspresinya menyedihkan dan berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Kak. Jangan menuduhku mencurinya. Aku hanya meminjam dan hari ini aku akan memberikan kembali semuanya."

"Tidak apa-apa. Tak perlu dikembalikan. Aku ikhlas memberikan semuanya pada Adikku. Tapi Ayah—" Pandangan Mara beralih pada Wilson dengan sedih. "Bisakah Ayah memberiku uang saku untuk membeli baju dan sepatu baru?"

"Apakah uang saku dari Ibumu tidak cukup?"

"Dari Ibu?" Mara memiringkan kepala menatap Luri heran seolah-seolah baru tahu jika dia memiliki uang saku di ibu tirinya. Lalu beralih pada Wilson. "Apakah Ayah menitipkan uang sakuku pada Ibu? Tapi Ibu tidak memberiku uang saku apapun."

"...apa?" Wilson menatap Luri tajam meminta penjelasan.

Dalam hatinya, Mara tertawa terbahak-bahak melihat wajah lembut Luri mulai retak.

Selama ia makan, ia terus mendengarkan situasi peran tubuh ini dari sistem sebelum ia yang menggantikannya sehingga Mara langsung memiliki strategi melawan mereka. Di sisi lain, ternyata tidak hanya hidup sang 'target' yang menderita, namun mendengar situasinya ternyata tubuh ini pun cukup menderita yang disebabkan dua medusa ini.

Luri sempat menatap Mara dengan firasat sangat buruk. Hatinya marah, namun dengan menyesuaikan ekspresi, dan segera menatap suaminya dengan wajah seolah dianiaya. "Sayang, aku tidak pernah melewatkan untuk tidak memberikan uang saku pada Mara setiap minggu. Mungkin Putriku ingin uang saku lebih untuk bersenang-senang setiap malam di luar."

"Bersenang-senang?" Kini giliran Mara yang ditatap Wilson dengan marah. "Apakah kamu selalu bermain di luar sampai malam selama Ayah jarang di rumah?"

Ekspresi Mara seolah syok dan menatap Luri berkaca-kaca dan tatapan terluka. "Ibu, kapan aku melakukan itu? Aku baik-baik saja tanpa uang saku darimu yang bahkan memang tidak Ibu berikan. Tapi jangan menuduhku hal yang buruk di depan Ayah. Aku memang selalu pulang malam, tapi apakah Ibu tau apa yang aku lakukan di luar sana? Apakah Ibu menuduhku bersenang-senang seperti gadis nakal? Setiap malam aku bekerja! Aku selalu merasa lelah setiap pulang sekolah bekerja karena Ibu tak memberiku uang saku, dan aku segan untuk meminta kepada Ayah. Aku harus berusaha untuk membeli barang baru karena semuanya Adikku pinjam."

Putrinya selalu memang selalu memberontak semenjak dia menikah dengan Luri, tapi Mara tak pernah menangis semenjak kematian ibu kandungnya. Saat ini, melihat Mara menangis lagi untuk sekian lamanya tanpa kebohongan dalam ucapannya, Wilson merasa hatinya sangat sakit dan marah karena tidak tahu apa-apa. Dia selalu mengira keluarganya baik-baik saja kecuali putrinya yang tak pernah berdamai dengan Ibu dan Adik tirinya, tapi Wilson tak menduga hal-hal ini terjadi tanpa sepengetahuannya. Lalu apa itu tadi? Putrinya bekerja di luar seolah-olah hidup miskin sebatang kara?

Karena tak bisa menahan amarahnya, ia memukul meja makan sehingga semua piring nyaris jatuh pecah .

"Luri! Katakan bahwa itu tidak benar!"

Wajah Luri memucat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!