"ini sisa penghasilan ku Mir"sungguh Mirna bingung dengan uang yang diberikan suaminya dengan uang sepuluh ribu untuk hidup seminggu itupun dalam keluarga tersebut tidak hanya Mirna dan suminya tapi Mirna tinggal dengan mertuanya sedangkan didalam rumah mertuanya saudara saudara harun juga masih serumah .
Harun mempunyai tiga adik perempuan yang sudah pada menikah namun mereka tidak mau melakukan pekerjaan apapun karena semua pekerjaan rumah dikerjakan Mirna
"mas uang segini untuk beli lauk dan bayar listrik kurang mas mau sampe kapan aku dijatah lebihan oleh kamu sedangkan adikmu juga sudah berumah tangga seharusnya berbagi"Mirna mencoba mengutarakan isi hatinya pada suaminya namun suaminya hanya diam karena tidak berani untuk bicara dengan saudaranya
melihat suminya hanya diam Mirna cuma bisa pasrah karema suaminya bila diajak bicara oleh Mirna selalu diam tidak mau mengomentari
Mirna pergi ke kebun belakang untuk memetik sayuran karna uang sepuluh ribu tidak cukup untuk beli lauk seminggu jalan satu satunya memetik sayur dikebun belakang
meski Mirna sibuk tetap iya berusaha menanam sayur mayur dikebun belakang meski tidak luas cukup bisa dipergunakan menanam sayur. setelah memetik sayur Mirna langsung kedapur untuk memasak meski hanya sayur tpi memang masakkan Mirna selalu nikmat karna mirna orang kampung jadi sudah menjadi kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah
selesai memasak Mirna menaruh sayuran diatas meja dan pergi kekamar mertuanya untuk memberitahu masakannya sudah siap tanpa mirna memanggil saudara suaminya sudah pada datang kemeja makan
"Mir hari ini masak sayur lagi memang kamu anggep keluarga saya kambing tiap hari sayur terus sesekali ayam, ikan ke jangan sayur terus dong"Tuti mengeluh ke pada Mirna "maaf Tuti uangnya ga cukup untuk membeli ayam ataupun ikan"Mirna menjawab keluhan Tuti. "itukan hanya alasan kamu masa mas harun kan baru menerima upah masa udah ga punya uang baru aja belum satu hari kamu jadi istri itu jangan terlalu boros" Tuti mencoba membuat Mirna itu buruk dihadapan keluarganya harun sebagai suami melihat istrinya dikatai seperti itu hanya diam Mirna merasa lelah apakah pengorbanan selama ini untuk ikut suami tinggal di rumah mertua adalah kesalahan.
merasa hatinya sakit Mirna berdiri dan pergi kekamar tidak menyelesaikan makan malamnya sedangkan diruang makan Harun dan keluarga yang lain tetap makan dengan santai seolah olah kejadian tadi tidak terjadi
Mirna dikamar hanya bisa menangis merenungi hidup dengan keluarga suami yang memang dari awal hubungan tidak menyukai Mirna karna Mirna tidak sebanding dengan Ajeng mantan istri Harun yang memang dari keluarga kaya Harun menceraikan istrinya karna merasa tidak dihargai oleh istrinya. istrinya tidak pernah menyiapkan keperluan Harun jangan kan memasak bahkan air putih pun tak pernah istrinya memberikan ke Harun sepulang kerja.bila pulang kerja harun harus masak nasi dan sayur sendiri untuk makanya harun dan istri pertamanya memiliki dua orang putri namun keduanya ikut istrinya. kita kembali ke hidupan Mirna sekarang
pukul sepuluh malam kamar Mirna terbuka dan Harun masuk tanpa merasa ada masalah padahal harun melihat istrinya sedang tidur membelakangi Harun namun tanpa perduli Harun tidur begitu saja tanpa mau menghibur istrinya sungguh sakit hati Mirna diperlakukan seperti ini oleh Harun apakah dia sebagai istri tidak berharga
Mirna bangun pagi melaksanakan ibadah subuh terus melanjutkan rutinitas sebagai ibu rumah tangga dari memasak mencuci baju seluruh keluarga menyapu mengepel setelah selesai Mirna pergi kekamar membangunkan suami untuk beribadah namun Harun hanya bangun untuk cuci muka dan pergi ke meja makan untuk minum kopi itulah rutinitas Harun dipagi hari bangun hanya untuk minum kopi sambil menunggu yang lain bangun untuk sarapan bersama
Mirna setelah membangunkan suami langsung pergi mandi karena merasa lengket oleh keringat setelah mandi Mirna mendekati Harun yang sedang duduk dimeja makan sambil minum kopi dan merokok tanpa melirik istrinya yang duduk disebelahnya tetap asik dengan dunianya merasa tidak diperdulikan Mirna mencoba mengawali untuk bicara lebih dulu"mas kita pindah yu kedesaku atau bikin rumah kecil kecilan "harun hanya diam tidak menyahuti perkataan istrinya Mirna merasa kesal dengan sikap harun yang hanya diam saja bila diajak bicara akhirnya Mirna bebicara lagi dengan marah tapi tidak membuat keluarga suami tahu"mas aku bicara sama kamu apa kamu ga bisa jawab atas permintaan ku klo kamu diam saja terus seperti ini aku lebih baik pulang ke kampungku dari pada hidup ikut suami tapi suami tidak perduli" Harun buru buru memegang tangan istrinya yang sudah mulai bangun dari kursi "tunggu dulu jangan emosi begitu Mir aku bingung untuk bilang sama ibu alasan apa untuk kita pindah dari rumah ini karna selama ini toh ga da masalah serius "Mirna bertambah marah kepada suaminya "mas kamu bilang tidak ada masalah kamu anggap aku dirumah mu ini itu apa istri atau pembantu keluargamu kalo kamu cari istri harus nya kamu bilang ke adik adikmu mereka sudah berumah tangga seharusnya mereka melakukan cuci baju sendiri sendiri kalo mau makan enak ya keluarin uangnya untuk memasak jangan hanya kamu yang harus bertanggung jawab untuk seluruh keluarga"Harun kembali diam mencoba memikirkan keinginan Mirna "ya sudah nanti sore aku mencoba bicara dengan bapak dan ibu tentang usulan mu pindah rumah "akhirnya Mirna mencoba bersabar menunggu suaminya bicara pada kedua orang tua nya selang beberapa menit keluarga Harun datang berbondong bondong kemeja makan untuk sarapan seperti biasa Tuti akan mengeluh masakan Mirna namun saat ini Mirna diam saja karena hatinya sedang bahagia karna secepatnya akan pindah rumah
selesai semua makan harun berangkat bekerja dan mirna mengantarkan suaminya sampai depan rumah setelah melihat harun pergi Mirna masuk hendak menjemur baju baju yang sudah dicuci tapi dihentikan oleh ibu mertuanya yang sedang duduk dengan anak anaknya"Mirna pantas saja baju baju ibu bau nya ga enak karena habis dicuci ga langsung kamu jemur"Tuti ikutan menimpali"iya bu bajuku dan mas Tio juga bau kamu sengaja kan Mirna karna ga iklas mencuci baju kami semua"Mirna mencoba meredam amarah didadanya dengan menghembuskan nafasnya"maaf mb bukanya saya sengaja soalnya tadi masih gelap untuk menjemur baju jadi saya melakukan pekerjaan yang lain dulu"dengan bicara sehalus mungkin Mirna menjelaskan namun tetap saja mereka tidak terima"itu kan cuma alsan mu saja Mir karena kamu ga iklas nyuci baju kami" karena malas berdebat Mirna meninggalkan keluarga Harun begitu saja untuk pergi menjemur baju
waktu terus bergulir akhirnya tidak terasa sore hari suamiku pulang kerja ku sambut dengan senyuman dan ku buatkan secangkir kopi tanpa ada teman minum kopi karena memang tidak ada apa apa dirumah setelah selesai rutinitas suamiku menemui mertuaku untuk menyampaikan maksud untuk pindah rumah
"Pak, bu Harun ada perlu sama dan ibu"Harun mencoba untuk tenang tapi tetap rasa takut menyelimuti. "ada apa Run"timpal ibu "begini bu Harun dan Mirna ada keinginan untuk pindah rumah"plak meja dipukul oleh ibu Harun karena marah merasa tidak terima anaknya pindah karna dalam pikiran bu Ratmi kalo harun pindah siapa yang akan mengerjakan pekerjaan rumah sedangkan bu Ratmi tahu anak perempuanya semuanya malas. namun Harun tetep teguh pendirian untuk pindah rumah akhirnya ayah dan ibu Harun mengatakan akan diputuskan besok
setelah pertemuan itu pada saat makan malam semua saudara Harun memandang Mirna dengan penuh kebencian namun Mirna tak ambil pusing karena keinginannya sudah diungkapkan meskipun belum jelas kepastiannya
setelah makan malam Mirna dan Harun masuk kekamar untuk istirahat setelah didalam kamar Mirna mengucapkan terimakasih karena sudah mau menyetujui permintaanya suaminya hanya diam seperti biasa karena sudah terbiasa Mirna tidak ambil pusing lebih baik tidur
saat pagi hari tiba Mirna melakukan tugasnya seperti biasa dan setelah selesai semua keluarga berkumpul untuk makan pagi dan setelah selesai Harun dan Mirna disuruh keruang tamu diruang tamu tidak hanya orang tua harun yang ada ditempat itu saudara dan ipar Harun juga disitu"Harun langsung saja napak dan ibu sebenarnya berat untuk melepas mu keluar dari rumah ini namun karena kamu memaksa bapak dan ibu menuruti keinginan kamu namun dengan syarat" "syaratnya apa bu" Harun bertanya "syaratnya kamu boleh pindah rumah namun kamu pindah disebelah rumah bapa dan ibu kamu bangun sendiri rumah itu tanpa bantuan uang dari kami tapi kamu harus bayar uang sewa tanah yang kamu tempati kepada kami bagaimana kamu mau ga"dengan tatapan penuh kebencian ke pada Mirna bu Ratmi menyampaikan usulannya
Harun bingung namun Mirna dengan mantapnya menyetujui keinginan mertuanya"baik bu saya setuju "jawab Mirna namun Susi adik ipar Mirna yang ketiga menyahuti perkataan Mirna dengan kebencian"heh si miskin ingin pindah rumah yakin bisa makan" Mirna hanya diam dalam hati dia akan membuktikan kalo pilihan nya adalah yang terbaik
setelah pertemuan keluarga Mirna mengantar kan Harun untuk bekerja dan Mirna menyelesaikan rutinitas nya sehari hari dirumah tanpa ada yang membantu yang ada malah hanya dengan sengaja mereka membuang bungkus makanan sembarangan padahal baru disapu oleh Mirna
sore harinya Harun pulang lebih awal dari hari biasa untuk menemui pak Sapto yang memiliki pohon kayu rencananya Harun akan membeli dari Pak Sapto karena Pak Sapto terkenal orang yang baik hati meski terkenal kaya ditempat itu
"permisi pak"Harun mengetuk rumah pak Sapto "krek" pintu dibuka dan terlihat bu Sapto "oh Harun ada perlu apa ke rumah saya" "begini bu saya mau membeli kayu punya ibu "oh silakan masuk dan duduk dulu Harun saya panggilkan bapa" "baik bu" selah tak berapa lama pak Sapto datang keruang tamu dan menemui Harun dan mereka pun membahas tentang kayu dan semuanya terselesaikan setelah urusan selesai Harun pulang kerumah langsung masuk kekamar untuk menyampaikan pada Mirna tentang hasilnya dan Mirna merasa senang karena diberi kemudahan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!