Pohon beringin
...****************...
Hari sudah semakin Sore.
Tapi matahari enggan menyingsingkan sinarnya, seolah sedang menampakkan kekuasaannya yang nyata.
Suara kicauan burung-burung kecil, terdengar saling bersahutan, membuat riuh suara yang di hasilkan. Bukankah itu senja yang indah? tapi itu tidak berlaku untuk Althaf.
Bulu mata lentik nya itu terlihat begitu jelas, meski saat ini ia sedang memejamkan matanya. Pemuda malang itu berbaring seorang diri di bawah pohon. Pohon beringin berukuran cukup besar berada tepat di sebuah taman. yang terletak di belakang rumah sakit di pinggiran ibukota.
Sesekali hembuskan kasar nafasnya terdengar dengan jelas.Ia menahan rasa sesak di dadanya saat ini.
Bagaimana pun rasanya tidak akan ada yang percaya, di usianya yang baru memasuki usia remaja, tapi dia harus mendapatkan kekecewaan yang amat mendalam.
Yang lebih menyakitkan lagi, semua kemalangan yang menimpanya justru ia dapatkan dari orang tuanya sendiri.
Orang yang seharusnya mencurahkan kasih sayang untuknya, dan melindungi nya, justru. menjadi orang yang paling banyak melukai perasaan nya.
Ayahnya, adalah orang yang sangat dia segani dan juga amat ia banggakan, sosok laki-laki tegas, berwibawa, juga karismatik dan terkenal bijaksana di kalangan banyak orang yang mengenalnya, orang yang ia pikir akan selalu menjadi pelindung yang bisa ia andalkan. Justru ialah orang yang memberikan luka paling dalam untuknya.
"Bagaimana Bisa, Ayah setega itu. melakukan ini padaku?"
Ucapnya, yang tengah merutuki nasibnya buruk.
Tindakan yang amat menjijikkan itu di lakukan oleh Ayahnya. dengan tega dia membohongi putranya sendiri selama bertahun-tahun. dengan memisahkannya dari ibu kandung nya. dan menyembunyikan kenyataan bahwa ia bukanlah anak dari ibu yang membesarkannya selama ini.
" Kalau benar Tuhan itu ada, kenapa dia menciptakan iblis seperti Ayah".
Ia terus memaki Ayahnya sendiri sambil terisak dengan tangisannya yang pilu.
hiks
hikss...
Air mata terus mengalir dari sudut matanya
Selama tiga belas tahun umurnya saat ini, Ia baru mengetahui sebuah rahasia besar yang di sembunyikan semua orang tentang hidupnya.
Mau tidak mau, dia harus menerima kenyataan yang begitu pahit, Selama tiga belas Tahun. Keluarganya membohongi dirinya.Orang yang selalu ia panggil Ibu.tapi ternyata bukanlah orang yang melahirkannya ke dunia ini.
Bahkan wanita yang selalu di panggilnya dengan sebutan ibu, yang memberitahu dan enceritakan rahasia kelam itu padanya.
Ia menceritakan bagaimana suaminya yang berselingkuh di belakangnya, Suaminya diam-diam berselingkuh dengan seorang wanita muda yang terbilang cukup cantik, hingga membuatnya mengandung buah cinta mereka. yaitu dirinya. Bahkan perselingkuhan itu terjadi saat Sania ibu yang merawatnya sedang sibuk mengurusi anaknya yang masih balita.
Saat ia sudah mengetahui kebenarannya. dia ingin segera bertemu dengan ibu kandungnya, saat itu juga.
Sania Ibu yang sudah membesarkannya selama ini memberitahu dirinya, jika ibu kandungnya terkurung di sebuah rumah sakit jiwa.Dan itu semua di lakukan oleh suaminya, yang tak lain adalah Ayahnya.
Sebuah Rumah sakit jiwa. Yang keberadaan rumah sakit itu tersamarkan dengan topeng berkedok sebuah rumah sakit umum, sehingga sangat minim informasi yang bisa di dapatkan.
lokasinya juga terletak di pinggiran sebuah kota.
......................
Berangkat dari sebuah informasi dan kenyataan yang menyakitkan untuk nya, dia pergi dari rumah untuk segera menemukan ibu kandungnya.
Althaf anak remaja itu, memutuskan mendatangi alamat yang tertulis dalam kertas kecil yang di berikan Sania kepadanya.
Karena penjagaan di rumahnya cukup ketat. Ibunya juga membantu agar Althaf bisa keluar dari rumah besar itu dan bertemu dengan ibu kandungnya.
Rumah yang sejak bayi ia tinggali.
Dimana, di sana memiliki begitu banyak pekerja, yang di pekerjaan sebagai pengawas dan pelayan. Rumah megah itu menjadi saksi bisu kejahatan keji apa saja yang di lakukan Ayahnya.
Selama ini bukannya ia tidak tau orang seperti apa ayahnya itu. Ia hanya bersikap, seperti. apa yang di lakukan ayahnya itu adalah sebuah keharusan. Yang harus di lakukan. Meski sebenarnya itu adalah sebuah kejahatan sekalipun.
Terdapat sebuah paviliun di belakang rumah kami. dan di sana tempat biasanya ayah menyelesaikan urusannya. Tak jarang terdengar suara-suara mengerikan dari sana. Seperti suara orang berteriak memohon pengampunan, Atau juga suara tembakan yang membuat burung-burung terbang ketakutan.
Bagaimanapun di rumah itu tidak hanya menyimpan ribuan rahasia buruk ayah,
Ada banyak juga kenangan dan momen dalam hidup Althaf, yang dia lalui bersama orang-orang yang di anggapnya sebagai keluarga. Orang yang sempat ia cintai dengan sepenuh hati.
Meski ia sering kali menemukan kejanggalan, Seperti Ibu yang Selalu tersenyum hanya kepada "Arjuna" kakak, laki-laki nya.
Meski aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk dapat menyenangkan ibu. nyatanya itu sama sekali tidak berarti banyak
Justru Aku yang selalu unggul di dalam pendidikan dan juga ketrampilan, itu membuat ibu dan kakaku tidak senang.
Yang baru ku tahu alasannya beberapa jam yang lalu. Karena aku bukan anak kandung nya, aku bukanlah saudara laki-lakinya
Hal itu, Berbeda dengan Ayah,,
Dia akan justru selalu memuji dan membanggakan ku di depan ibu dan kakaku. Saat aku menunjukkan pencapaian prestasi yang ku raih.
Tak jarang dia juga memanggilku, hanya untuk memamerkannya pada rekan bisnis Ayah.
Karena dia memiliki calon penerus yang cerdas. dan membuatnya bisa di banggakan di depan rekan-rekan dan kolega bisnisnya.
...****************...
Entah sudah berapa menit yang ku habiskan untuk memejamkan mata di tempat ini. karena tempat ini jauh dari jangkauan orang berlalu lalang aku merasa perasaan ku jauh lebih baik dan tenang berada di tempat ini.
Saat ku memejamkan mata dengan pikiranku yang kacau, karena tidak tahu apa yang akan ku lakukan setelah mengetahui kenyataan ini.
Kemana aku harus pergi setelah diam-diam kabur dari rumah.untuk mencari kebenaran dari ucapan ibu Sania.Kemana? tempat aman yang bisa ku datangi, setelah orang yang begitu ku percayai justru mereka yang berusaha membuangku.
Tiba-tiba aku merasakan seseorang menyentuh wajahku, Tangannya terasa lembut dan sedikit lembab,
Dengan sekejap, aku membuka mata. Dan mendapati seorang anak perempuan tengah menyentuh wajahku dengan lembut.
Dengan cepat dia menarik kembali tangannya menjauh dari wajahku.
Terlihat dia sedikit terkejut saat aku tiba-tiba membuka mata. begitu juga dengan ku yang tidak berfikir akan ada orang lain juga di tempat itu.
"Kalo mengantuk tidur di kasur jangan di rumput. kata ibu nanti di gigit semut, karena kamu sudah tidur seenaknya di atas rumah mereka"
Suaranya lembut selembut sentuhannya.tapi itu membuatku tidak senang
Aku tidak ingin memperdulikan ucapannya, tapi wajah polos nya benar-benar mengganggu.
Aku sudah merasa sangat terganggu dengan kehadirannya yang tiba-tiba muncul di tambah dia sedikit cerewet.
aku mendorongnya menjauh ,
"Pergi kau dasar anak kecil,. Sana pergi ke orang tuanmu berada dan jangan mengganggu ku.
"kenapa kau mengacau Dan mengganggu orang lain? " Ucapku dengan sedikit berteriak, berharap agar dia segera menjauh.
Bukannya takut dan menjauh dia justru duduk di dekat ku
"Apa penampilan ku yang kacau. tidak cukup seram untuk mengusir anak ini,.yang ku perkirakan baru berumur lima atau enam tahun itu.
" Heii......
Kenapa kau tidak pergi juga?..
Pergi dari sini, dan jangan perdulikan aku.
Dia menatap ke arahku
"Aku tidak punya teman, Aku ke sini hanya ingin berteman dengan kaka,,
gadis kecil itu memberitahu tujuannya.
Krena ini rumah sakit, sudah pasti tidak banyak anak-anak seumuran nya di sini pikir ku.
Terlihat dia mulai sibuk,
Dia Memasukkan tangannya yang kecil ke dalam saku tas berwarna coklat,yang sejak awal sudah melekat di punggungnya
Tak lama munculah beberapa bungkus permen dari jemarinya yang kecil"Ini ambillah". dia mengulurkan tangannya padaku.
"Aku tidak membutuhkan nya"
Jawabku cepat, berharap dia segera pergi setelah aku menolaknya.
"Tapi kata Ayah"...
Kalimat yang ingin di sampaikan nya belum lengkap, tapi kata-kata nya tertahan.
Bola mata gadis itu berwarna cokelat cerah dengan bentuk bulat sempurna.kulitnya putih bersih membuat sinar matahari yang memantul ke arahnya seolah saling berlawanan dengan kilauan kecantikan nya.
Terlihat dari kejauhan laki-laki berlari ke arah kami..
Dapat ku pastikan mereka adalah keluarga karena terlihat wajahnya yang mirip juga warna rambut pirang nya.
Aku merasa lega setelah laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai ayahnya bocah ini tiba.
"Mohon maafkan ketidak sopanan anak saya" Ucapnya ramah,
Terlihat garis halus melengkung di wajahnya saat tersenyum.
"Nama saya Welly Xaverius "laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku.
Sejenak aku melirik ke sudut lain,dimana gadis kecil itu berada,
Dia menatapku dengan bibir cemberut nya, mungkin dia kesal dengan sikapku yg kasar.
Aku tak menyambut dan menjawab salam dari ayah anak itu.
Hanya kepergian mereka dari sini harapanku.
Setelah mendapat penolakan dari ku dia segera mengajak putrinya pergi..
Ternyata dia cukup peka, bahkan dia menyuruh putrinya meminta maaf padaku.
"Rara minta maaflah pada kaka,.
" Kenapa harus minta maaf aku hanya ingin berteman ".
" Aku tidak bersalah,. Kenapa harus meminta maaf?
"Tidak mau,,,, Keukeuh.
kini dia terlihat mulai merajuk pada ayahnya.
" Astaga,, Siapa yang mengajarimu tidak sopan seperti ini.
"Tuan muda saya harap anak bisa memaafkan ke-tidak sopannya,.. Saya benar-benar meminta maaf"
Biasanya dia tidak seperti ini,,
"Rara..
bocah kecil itu sama sekali tak menghiraukan panggilan ayahnya.
"Ayo Rara kita harus pulang,,
Ajaknya ramah, dan seutas senyum terus menghias wajahnya. dia perlihatkan pada putri kecilnya.
Tak lama dia sudah mengangkat, dan membawa putrinya menjauh dariku.
.
.
Kisah cinta ini terjadi pada tahun 1980-1990 Awal, Di masa itu tekhnologi belum berkembang pesat seperti sekarang. Dimana komunikasi seperti telpon hanya di miliki oleh orang-orang dengan tingkat ekonomi tinggi, dan para pejabat negara.
.
.
Note: Hai reader, terimakasih sudah membaca karyaku. Mohon di maafkan dan di maklumi kalo penulisnya masih berantakan 🙏 Semoga suka dengan alur ceritanya 😉.
Jika berkenan, tolong tinggalkan saran dan kritikan kalian, agar aku bisa memperbaikinya dan menulis lebih baik lagi kedepannya 🥰
Althaf melihat ke arah mereka pergi. Meski kini bayangan mereka sudah semakin menjauh, sebelum akhirnya benar-benar tidak terlihat lagi oleh Althaf.Setelah mereka pergi Althaf tetap bertahan di sana, meski Hari sudah semakin sore.
Terlihat matahari mulai meredupkan sinarnya yang cerah, dan kini berganti dengan kegelapan yang datang.
Tempat ini terasa sangat sunyi ketika malam tiba.
kini Althaf duduk bersandar pada pohon besar di sebelahnya.
Dahannya yang rindang, dengan daun-daunan yang menjuntai, menyembunyikan anak remaja itu dari pandangan orang-orang di sekitarnya
Apa yang terjadi hari ini kembali terlintas di ingatannya.
Sudah tiga hari Ayahnya pergi mengurus bisnisnya di luar kota sana. dan meningalkan Althaf hanya dengan ibu dan kakaknya
.............
Pagi tadi Arjuna berdebat dengan ibunya,, Samar-samar aku mendengar perbincangan mereka, Karena letak kamarku berasa tepat di sebelah kamar Arjuna.
'Ibu menanyakan apa yang telah di lakukan anak kesayangannya,, Hal itu sampai membuat Kepala sekolah memanggilnya.
"Cepat katakan pada ibu,, Apa yang kau lakukan?.
" Kita selamat hari ini.
"Hanya karena Ayah sedang tidak di rumah. Kau tau apa yang akan terjadi jika ayahmu tau?
" Ya Tuhan.....
"Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika Ayah mengetahui ini,,
" Ibu tidak tau harus berbuat apa sekarang.
Suara ibu terdengar semakin keras,Pertanda dia benar-benar murka saat itu. tapi itu tak berlangsung lama, karena mungkin saja saat itu Arjuna sudah mengatakan apa kesalahannya, Apa yg dia lakukan sampai sampai membuat ibu harus datang memenuhi panggilan dari sekolah.
Aku bersikap seolah-olah tak mendengar apapun dan melakukan rutinitas ku seperti biasa,Saat aku sudah siap dengan seragam sekolah ku. Aku bergegas keluar kamar dan berjalan menyusuri anak tangga menuju lantai dasar untuk sarapan bersama.
Disaat yang sama ibu keluar dari kamar Arjuna dengan tergesa-gesa.
Ibu berjalan ke arahku.Aku memperlambat langkah kakiku, sampai akhirnya ibu tepat berada di samping ku.
"Selamat pagi Ibu "
Aku menyapanya dengan ramah
Aku berharap sapaan ku bisa sedikit membuat hati ibu menjadi tenang. Ternyata harapanku sia-sia. Dan ibu terus berlalu meninggalkanku yang kecewa.
Lima menit sudah berlalu. Aku telah selesai dengan sarapan pagi ku.
Meski yang sarapan hanya aku seorang diri.
Tapi Di meja makan yang luas ini tetap tersaji dengan berbagai macam hidangan yang di masak oleh juru masak terbaik.
"Aku sudah selesai"
Seperti biasa seorang pria dewasa dengan tubuh tegap datang menghampiriku dan membantu membawakan tas sekolah ku.
"Silahkan tuan muda _ saya akan mengantar anda ke sekolah" Ucapnya tegas. Dia berjalan menggiring ku menuju pintu
Mobil mewah kami melaju membelah keramaian kota. Hingga akhirnya menepi di depan halaman bangunan sekolah yang sangat megah.
...............
Sepulangnya dari sekolah. aku melihat mobil petugas kepolisian terparkir di halaman rumah. Dengan perasaan gelisah aku bergegas masuk, karena tidak seperti biasa mereka datang saat ayah tidak ada di rumah. begitu masuk aku mendapati beberapa orang petugas yang sering datang ke rumah, biasa mereka datang untuk menemui Ayah di paviliun belakang,
Tapi bukan Ayah yang tengah berbincang dengan mereka saat itu Melainkan Ibu.
Tanpa sengaja mata ku dan ibu saling bertemu
Raut wajah ibu yang sebelumnya terlihat baik-baik saja kini berubah setelah melihat kehadiranku, kemudian ibu memalingkan wajahnya melihat ke arah Doni salah satu orang yang selalu berdiri di belakang ibu.
"Don. _ Kenapa kau hanya diam Cepat bawa anak itu pergi"
Ibu memerintahkan salah seorang bawahannya untuk memastikan aku tidak akan mendengar apapun perbincangan mereka, Ya aku sudah tau, karena ini bukan kali pertama ibu memperlakukan ku seperti orang asing. Dia memintaku segera masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar aku mengganti pakaianku dan kembali belajar.
Yaa... Hanya dengan belajar aku akan menjadi lebih cerdas, dan Ayah akan selalu menyayangiku itu yang selalu aku tanamkan di pikirku.
Waktu yang ku habiskan setiap harinya memang hanya untuk belajar belajar dan belajar.
Sekitar pukul satu siang Ibu masuk ke dalam kamarku,,. "Ibuu" Suaraku keluar begitu saja saat melihat kehadirannya.
Setelah menutup pintu dengan sempurna Ibu berjalan semakin mendekat ke arahku, Sampai akhirnya dia duduk tepat di sampingku
"Kau selalu menjadi anak ibu yang paling pintar,, Althaf anakku". Ibu berkata dengan lembut bahkan senyum tipis terlihat di wajah cantiknya. Dia juga sempat mengusap halus rambut di kepalaku.
" Apa ibu senang karena aku berhasil mendapatkan nilai terbaik di ujian kali ini?
Ibu kembali tersenyum, Rasanya seperti ini tidak nyata melihat ibu tersenyum ramah kepadaku saat Ayah tidak ada di rumah.
Selama ini ibu memang selalu tersenyum dan bersikap ramah padaku. Tapi itu hanya terjadi saat ada Ayah di antara kami.
Kali ini sikap ibu yang tidak biasa kembali terjadi, dia menarik tanganku dan di genggamnya. Dia meletakan tangan kami pada pangkuannya, tangan ibu yang halus terasa hangat, Aku sangat menyukai moment ini. Sampai rasanya aku tidak ingin ibu melepaskan tangannya. Mungkin aku terlihat kekanak-kanakan sekali.
"Andai saja Althaf tidak pernah hadir. " Kini ibu berkata pelan.
Aku yang selalu merasakan sikap ibu yang dingin padaku, rasanya sudah terbiasa dengan ucapannya saat ini, meski genggaman tangannya terasa hangat. Hanya saja rasanya kali ini sorot matanya berbeda.
" Apa ibu tidak senang aku lahir?.
pertanyaan yang selalu ku simpan rapat, tapi juga pertanyaan yang selalu ku ingin dengar jawabannya.
"Jujur saja..
" Tidak ada seorang wanita pun yang akan senang,. jika dia harus merawat dan mencintai anak yang lahir dari perempuan lain bersama suaminya. " Ibu melanjutkan kata-katanya
Aku bukan anak yang bodoh sampai tidak memahami arti ucapannya.
Ternyata sikapnya yang acuh dan dingin selama ini memiliki alasan..
Hanya saja, Aku benar-benar belum siap menerima kebenarannya.
"Apa yang ibu katakan.?
Tanpa ku sadari aku bertanya dengan suara yang tinggi, Seolah ingin menyangkal perkataannya saat ini. Aku benar-benar tidak ingin mendengar perkataannya itu. Aku berharap ini hanya karena ibu yang sedang kesal saja dan melampiaskan kekesalannya padaku.
Tapi ternyata itu sebuah fakta
Mataku kini mulai terasa panas,Dan air bening mulai mengalir dari sana tanpa seijin dariku.
Aku yang selalu berusaha Terlihat kuat dan baik-baik saja, ternyata tidak bisa membohongi perasaanku. Hatiku sakit mendengar apa yang ibu ucapkan, meski itu sebuah kebenaran.
.
.
."Anak Malang suamiku "
............
Brakk.....
Suara pintu yang di buka dengan kasar
Wajah pucat pasi tergambar jelas di wajahnya yang cantik.
Tanpa sadar tangannya mengepal menunjukkan pertahanan dirinya yang sedang terancam.
Langkah kaki itu terus berjalan cepat ke arahnya, itu semakin membuatnya ketakutan. Apa lagi sorot matanya tajamnya yang ia tujukan pada wanita cantik itu.
Dengan kasar dia menarik wajah cantik istrinya. Tentu saja wanita itu semakin ketakutan. Tubuhnya gemeteran matanya kini ia pejamkan, untuk mengurangi rasa takutnya Meski sebenarnya tidak berhasil.
"Katakan,,,
"Kemana kau mengirim putraku.?
Laki-laki itu berteriak di wajah istrinya
Wanita itu semakin ketakutan saat ini
Hhaaah...
Hembusan kencang nafas laki-laki itu menyapu wajah cantiknya, membuat bulu kuduk di sekujur tubuhnya ikut merinding karena takut.
" Kau mulai berani bermain denganku rupanya,,
Sebuah senyum mengerikan kini di perlihatkan pada istrinya.
Wanita itu mencoba untuk berpikir cepat, alasan apa yang akan dia berikan pada suaminya, Mungkin saja saat ini suaminya sudah mengetahui apa saja yang dia katakan pada Althaf. dan mungkin juga suaminya sudah mengetahui apa yang di lakukan putranya Arjuna.
"Shalim,,. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau melakukan ini?? Tolong lepaskan.
Hahahaha.....
Gelegar suara tawa kerasnya membuat orang lain yang mendengar akan terkejut.
Suaminya kini tertawa dengan ekspresi mengerikan yang bahkan tidak pernah di bayangkan oleh Sania.
" Sania,. Apa kau belum cukup mengenal ku selama ini huh,?
"Kali ini biar ku tunjukkan siapa aku.!
" Aku bisa melakukan apa yang bahkan tidak pernah kau bayangkan, Kau tau itu kan? "
"Cepat bawa anak itu. " Ia kembali berteriak keras.
Beberapa orang yang sejak tadi berjaga di sana segera bergegas pergi. Tak butuh waktu lama mereka kini kembali dengan menarik paksa anak laki-laki berumur lima belas tahun.
" Ibuuu,,
Ucapannya yang terlihat kebingungan dan takut dengan situasi yang ada.
Dia paham betul apa yang membuat Ayahnya sangat marah saat ini.
"Shalim apa yang kau lakukan,,? Dia anak kita. Kau tidak bisa menyakitinya seperti itu"
Wanita itu mulai histeris saat melihat kehadiran anaknya di sana.
"Anak bodoh mu. Aku akan melenyapkannya." Jika saja aku tahu lebih awal, Kalian akan menjadi orang tidak berguna seperti sekarang, sudah sejak lama aku menghilangkan nya.Ucap Shalim di dalam hatinya.
"Apa yang kau katakan? Shalim!
" Samm....,,
Dengan nada tinggi Shalim memanggil salah satu orang kepercayaannya. Pengawal itu datang dengan sebuah pistol di tangannya seolah mereka bisa saling berkomunikasi hanya dengan sebuah kata. Samm memberikan benda ilegal dan terlarang untuk masyarakat umum seperti mereka itu pada Tuanya.
"Tidak... Shalim aku mohon jangan...
" Jangan lakukan...
Air mata Sania mulai menetes, mendengar kata-kata yang tak pernah ia bayangkan terucap dari suaminya.
" Dia juga anak mu..
Sania kembali mengingatkan.
"Anak,, Shalim mengulang
" Ya kau benar,, Dia anakku.. Anak yang menghilangkan nyawa seseorang tanpa rasa bersalah,. Itu benar-benar kesamaan ku dengannya kan? "
Arjuna sangat terkejut,.setelah mendengar sang Ayah sudah mengetahuinya. Wajahnya pucat ia tidak bisa berpikir,. Apa yang harus di katakannya untuk membela diri di hadapan Ayah-nya.
Sesaat ia kembali mengingat kejadian semalam,. Seperti biasa ia sering pergi untuk mencari hiburan di malam hari.
Dia akan datang ke club night, untuk sekedar bersenang-senang dengan beberapa wanita cantik dan Gelas-gelas berisi wine.
Malam itu...
Arjuna yang telah menghabiskan satu botol penuh wine. Memaksakan diri membawa mobil dan mengantar seorang gadis.
Dalam perjalanan pulang ia sedikit kehilangan kesadarannya sampai akhirnya.
Brugggg....
Hantaman keras terjadi.
Arjuna perlahan membuka matanya,. Kini kesadarannya benar-benar sudah kembali. Dia melihat Sebuah mobil berputar-putar di hadapannya sebelum membentur beton pembatasan jalan dan akhirnya mobil itu terbalik.
Kecerobohannya itu menghilangkan nyawa seseorang. Di umur nya yang belum dewasa sudah pasti ia tidak memiliki ijin berkendara. Dan di perparah pengaruh alkohol yang di minumnya.
Ibunya sudah berusaha keras agar kasus ini tidak sampai pada suaminya,. Nyatanya sia-sia saja. Kini Ayahnya sudah mengetahui semuanya.
"Cepat katakan dimana dia?. Sebelum aku benar-benar melenyapkan anak tidak bodoh itu"
Shalim kembali menanyakan keberadaan Althaf.
"A.. Aku..
" Aku tidak tau,,. Aku memberikan alamat ibunya di rawat, dan dia pergi begitu saja ".
Prakkkkk....
Pukulan keras mendarat di wajahnya yang putih.
Setelah mendapat jawaban dari istrinya, Shalim bergegas pergi, Dan meninggalkan ibu dan anak itu.
" Ibuu...
Anak remaja itu berlari ke arah ibunya yang sudah terduduk lemas menahan perih di wajahnya.
"Ibu... Bagaimana ini aku takut,, Ayah akan benar-benar membunuhku sekarang,. Apa yang harus aku lakukan. " Arjuna terlihat sangat ketakutan sampai ia yang biasanya terlihat kuat kini menangis kebingungan.
Melihat putranya ketakutan Sania mulai menenangkan nya..
"Tenanglah saat ini kita hanya perlu berdoa, dan berharap anak itu tidak akan kembali ke sini. Dengan begitu kita akan aman. Ayah tidak akan menghukum kita. "
Sania memberikan pelukan hangat untuk putranya.
...........
Di dalam sebuah mobil, Shalim menghisap batang rokok yang sejak tadi menempel di sela bibirnya. Dengan sesekali dia memerintahkan Sambo kaki tangannya untuk segera mengirim orang dan membawa anaknya kembali.
Butuh waktu sekitar dua jam perjalanan dengan kecepatan penuh untuk tiba di rumah sakit tempat Shalim mengurung wanita yang sudah memberinya seorang putra.
Setibanya di sana beberapa anak buahnya sudah lebih dulu tiba. Dan memberi informasi pasti apa saja yang sudah di lakukan Althaf di sana. Dan dimana posisi pasti anak itu.
Shalim kembali memastikan pada Sambo bahwa informasi nya tidak keliru."Jadi wanita itu benar-benar menutup mulutnya dengan rapat? "
"Benar Tuan..
Jawab Sambo cepat.
Langkah kakinya yang panjang dengan cepat mengantarkan Shalim ke tempat dimana " Indriana,, berada.
Kamar berukuran tiga kali tiga meter persegi menjadi tempat dimana Shalim selama ini mengurung indriana.
Cahaya lampu yang redup menggambarkan dengan jelas tidak ada harapan yang akan datang menyinari tempat itu.
"Sudah lama kita tidak bertemu lily. Lihatlah dirimu yang bersikeras melahirkan anak itu,. kini kau harus membayarnya".
Shalim kembali meng ingatan apa yang pernah terjadi di antara mereka.
note : Indriana susan adalah nama ibu kandung Althaf,, Saat mudanya ia bekerja di salah satu tempat hiburan malam, Dimana dia menghabiskan waktunya bersama dengan Shalim sampai melahirkan buah cinta mereka.
"lily" Adalah sebutan namanya di tempat ia bekerja.
Saat mengetahui bahwa lily hamil Shalim sudah memintanya untuk melenyapkan bayi dalam kandungan lily. tapi wanita itu menolak. dan bersikeras untuk melahirkannya. dengan harapan laki-laki yang di cintainya itu akan membawanya hidup bersama.
Harapan itu sia-sia saja,. faktanya setelah bayi itu lahir justru dirinya di paksa untuk berpisah dari bayi yang baru saja dia lahirkan.tak cukup di situ saja,. khawatir lily akan membuka aibnya ke hadapan publik Shalim mengirimnya ke rumah sakit jiwa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!