Diaz pria berwajah manis dengan kulit putih bersih, yang baru saja 2 bulan lalu mendapatkan gelar sarjana Arsitektur. Atau biasa di sebut S.Ars.
Hari ini adalah hari pertama nya bekerja, Diaz masih belum tahu banyak tentang daerah ini. Maklum saja, Diaz asli Bandung dan sekarang bekerja di Jakarta. Perusahaan Diaz memberikan fasilitas apartemen yang dekat dengan kantor nya.
Hari ini Diaz sengaja berangkat lebih awal, harusnya masuk jam 09:00 tapi jam 07:15 dia sudah berangkat. Sebenarnya ada dua alasan kenapa Diaz berangkat lebih awal, pertama karena Diaz belum tahu jalan, dan yang kedua untuk membangun image bagus di kantor baru nya itu.
"Seru juga ya, pagi-pagi gini jalan kaki di pinggir trotar," Ucap Diaz menggerutu dalam hati sambil sesekali melihat GPS dari smartphone nya.
Tiba-tiba rintik hujan pun turun dan mengenai layar smartphone nya.
"Loh hujan?" Diaz bingung, "gue kira ini gelap karena masih pagi ternyata mendung," Ucap Diaz menggumam.
Diaz terlihat mempercepat langkah nya dan hujan semakin deras, Diaz berlari sekuat tenaga sambil mencari tempat untuk berteduh. Sampai akhirnya dia melihat taman kota yang di tengah nya ada bangunan seperti saung, tapi ini lebih kokoh dari saung yang biasanya. Di sana Diaz melihat ada seorang wanita yang duduk membelakangi jalan, "mungkin sedang berteduh juga" fikir nya sambil berlari.
***
"Permisi, gue boleh berteduh di sini," Ucap Diaz sambil mengatur nafas nya.
Wanita itu menoleh ke arah Diaz dan memperhatikan Diaz dari ujung kaki sampai ujung kepala, lalu dia tersenyum kepada Diaz dan menganggukan kepala.
Diaz melihat ke layar smartphone nya, dan dia memastikan jarak ke kantor nya melalui GPS, kira-kira 200m lagi dari sini. Tapi hujan semakin deras membuat wanita itu berbalik badan dan berdiri sejajar dengan Diaz, wanita itu terlihat sibuk dengan buku nya.
Suara gesekan pensil wanita itu ke buku pun terdengar sayup, kalah besar dengan suara hujan yang nampak tidak mau mengalah.
"Tunggu dulu, itu seperti sketch book? Apa dia sedang membuat sketsa?" Ucap Diaz dalam hati
Diaz yang penasaran pun mundur satu langkah untuk melihat apa yang sedang dia buat. Setelah melihat nya, Diaz langsung terkejut.
Ternyata benar wanita itu sedang membuat sketsa, sketsa apartemen tempat Diaz tinggal. Sketsa nya pun rapih, seperti nya dia sudah biasa melakukan itu. Kemudian wanita itu menoleh ke arah Diaz, dan menutup bukunya.
"Kenapa berhenti? Gue cuma mau lihat aja kok," Tanya Diaz sambil maju satu langkah agar sejajar lagi dengan nya.
Wanita itu menunduk dan mendekap buku nya, seolah tidak ingin memperlihatkan nya kepada Diaz.
"Gambar lo bagus kok, gue bisa ngerasaian emosi dari coretan lo itu," Cetus Diaz dengan nada pelan.
Wanita itu pun menatap Diaz dengan tatapan yang sinis. Kemudian wanita itu melihat ke langit untuk memastikan apakah hujan masih turun, di ikuti dengan tangan kiri menjulur melewati atap saung, untuk memastikan.
Tiba-tiba wanita itu pergi tanpa mengucapkan satu kata pun.
"Hujan pun baru saja mempertemukan ku dengan paras cantik, dengan senyuman manis yang berasal dari bibir tipis, dan aku yakin itu hanya milik dia seorang," Ucap Diaz dalam hati, sambil tersenyum di bawah hujan yang saat itu turun perlahan.
Tatapan tajam nya membuat Diaz jadi penasaran, dan membuat Diaz memikirkan nya sepanjang perjalanan menuju ke kantor baru nya.
"Semakin Diaz berusaha untuk tidak memikirkan nya, semakin jelas wajah cantik dengan rambut coklat panjang dan sedikit bergelombang itu menghantui fikiran Diaz"
Kejadian itu membuat Diaz jadi senyum-senyum sendiri.
•••
Hari sudah mulai sore Diaz pun sudah selesai pelatihan nya, ternyata bukan hanya Diaz saja yang ikut pelatihan itu. Tapi ada 3 orang lagi yang ikut pelatihan, mereka semua wanita dan sama-sama fresh graduate.
Diaz pulang melewati jalan yang sama dengan yang tadi pagi, berharap bisa bertemu dengan wanita itu lagi.
Diaz hampir tiba di taman itu, kali ini jantung nya berdegup kencang mengikuti irama langkah kaki nya. Sesampai nya di taman itu Diaz tidak melihat ada satu orang pun di sana, dia kurang beruntung rupanya.
Tapi dia yakin pasti akan bertemu wanita itu lagi di sini.
Jantung Diaz sudah agak stabil sekarang dan melanjutkan perjalanan nya dengan wajah lesu dan agak sedikit kecewa.
***
Sesampai nya di apartemen Diaz pun langsung bergegas mandi untuk menghilangkan sedikit rasa lelah nya.
"Ternyata begini rasanya tinggal sendiri?" Ucap Diaz mengeluh saat masuk kamar mandi.
Terdengar suara shower deras sekali, suara nya sesekali berhenti tidak lama kemudian menyala kembali. Tiba-tiba smartphone Diaz berbunyi, sangat terdengar mengganggu.
Diaz segera menyelesaikan mandi nya, "Yaaa tunggu... Siapa sih yang nelfon?" Teriak Diaz dari kamar mandi.
Diaz yang baru saja selesai mandi langsung segera mengambil smartphone milik nya, dan ada notifikasi panggilan tak terjawab dari nomer yang belum di simpan oleh nya.
"Siapa sih ini, iseng banget!" Ucap Diaz menggerutu dan melemparkan smartphone nya ke kasur.
Lalu Diaz mengenakan pakain nya dan segera merebahkan badan ke kasur sambil memainkan smartphone nya, sampai akhirnya mata yang sayup-sayup itu pun terpejam dengan sendiri nya.
***
Diaz membuka mata nya, kemudian mengambil smartphone nya yang tertindih badan nya. Diaz memeriksa semua notifikasi nya, dan menganggap tidak ada yang penting kali ini.
"Ahh udah pagi ya, dingin banget sih!" Ucap Diaz menggigil.
Diaz bangun dari tempat ternyaman nya dan mengambil remot AC dan kemudian mengubah suhu nya dari 17°C ke 23°C.
Diaz pun berjalan ke dapur untuk memasak air "mungkin secangkir kopi bisa menghangat kan nya pagi ini".
Ctekkk...
"Kompor udah, air udah, tinggal kopi nya," ucap Diaz berbicara sendiri.
Sambil menunggu air mendidih Diaz melihat dari jendela apartemen nya, dan ternyata pagi ini turun hujan.
"Hujan nya masih sama seperti kemarin, setiap tetesan air nya membawa pesan yang dingin. Seolah mengisi lubang dengan genangan, dan menutup rapat segala kenangan." Ucap Diaz berbisik dalam hati.
Fhuuuttt...
Suara teko yang berbunyi menandakan air sudah matang pun terdengar, spontan Diaz berlari menuju dapur.
Setelah kopi sudah siap, Diaz duduk dekat jendela balkon dengan posisi menghadap keluar, melihat awan gelap Jakarta sambil menghisap sebatang rokok.
Sudah 30 menit berlalu, Diaz yang menatap ke luar sudah mulai bosan rupanya. Kopi yang tadi di seduh nya tinggal sedikit lagi habis, dan sudah habis pula 4 batang rokok Diaz hisap sendirian. Akhirnya Diaz bangun dari duduk nya, kemudian bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Diaz berharap bisa bertemu dengan si wanita pemilik senyum indah itu lagi.
***
Setelah sudah rapih dengan kemeja warna merah nya, Diaz pun berangkat dengan semangat. Seperti biasa nya dia memang berangkat lebih awal.
Di luar pun gerimis masih saja turun, tapi kali ini Diaz menggunakan payung dan mulai berjalan perlahan.
Saat di perjalanan Diaz berharap agar bisa bertemu wanita itu lagi, tapi harapan nya seakan luntur tersapu oleh air hujan. Diaz yang melewati taman kota itu pun kecewa, kecewa karena tidak melihat satu orang pun di sana.
"Huhft, mungkin dia udah selesai dengan gambar nya," keluh Diaz lemas sambil meneruskan jalan nya.
Setelah melewati taman itu beberapa langkah entah kenapa Diaz penasaran, dan menoleh ke belakang sambil terus berjalan perlahan.
Dugaan nya tepat sekali, terlihat ada seorang wanita berjalan menghampiri tempat itu, dengan tangan kanan memegang payung yang sudah terbuka, dan tangan kiri nya memegang skecth book, yang di dekap kan di dadanya.
"Tidak salah lagi itu pasti dia!" Seru Diaz
Diaz pun memutar arah nya, dan menghampiri wanita yang sudah berada di saung tersebut. Nampak dari jauh si wanita itu sedang menutup payung nya, kemudian menyandarkan payung itu di sisi saung dengan skatch book yang tidak berpindah posisi nya, tetap berada di dekapan nya.
"Segitu berharganya kah buku itu?" Tanya Diaz dalam hati.
***
"Hai," sapa Diaz tersenyum, "lo kesini lagi?"
Tapi lagi-lagi seperti kemarin, wanita itu tidak menjawab dan langsung sibuk dengan gambar-nya.
"Padahal lagi ujan gini, tapi lo masih ke sini buat gambar gedung itu lagi?" Tanya Diaz sambil menutup payung dan duduk di hadapan nya.
Suara gesekan dari pensil dan buku yang di iringi suara rintik hujan, menjadi backsound yang tepat untuk mereka kali ini.
Diaz yang sesekali mencuri pandang ke wanita itu, memalingkan wajah nya saat wanita itu balas melihat ke arah Diaz, Diaz pun mulai salah tingkah.
"Lo hobi menggambar ya?" Tanya Diaz yang masih tidak melihat ke arah wanita itu.
Jari si wanita pun berhenti bergerak dan melihat ke arah Diaz dengan tatapan dingin, lalu melemparkan senyuman indah kepada Diaz.
Diaz yang melihat senyuman itu mengartikan "IYA" untuk jawaban dari pertanyaan nya tadi.
"Gue boleh lihat hasil gambar lo gak?" Tanya Diaz
Wanita itu menggelengkan kepala nya dan terus menggambar tanpa melihat ke arah Diaz.
"Gue juga hobi gambar loh, siapa tahu kita bisa sharing tentang gambar-gambar kita," ucap Diaz yang melihat respon wanita itu menggelengkan kepala nya.
Tiba-tiba wanita itu menjawab dengan nada sinis, "Kita berbeda! Kau baru mulai berenang, tapi aku sudah menyelam jauh ke dasar lautan."
Diaz terkejut, "Akhirnya lo mau ngomong juga sama gue, walaupun gue gak ngerti apa yang barusan lo bilang."
Lagi-lagi wanita itu hanya tersenyum dan menghentikan gerak jari nya.
Kemudian wanita itu bangun dari duduk nya, dan mengambil payung yang tersandar di sisi saung.
Tanpa menoleh ke arah Diaz, wanita itu pun pergi.
Diaz bangun dari duduk nya dan berteriak "HEI... NAMA LO SIAPA?"
Wanita itu tidak menoleh sama sekali malah mempercepat langkah nya.
"Ahh sial... Bahkan buat tahu namanya nya aja gue gak bisa," ucap Diaz kesal dalam hati, "mungkin selain menggambar, hobi nya pasti bikin orang penasaran."
Diaz yang sedang kesal bergegas pergi meninggalkan tempat itu, dengan perasan yang bercampur aduk.
•••
Diaz tiba di kantor tepat 10 menit sebelum training di mulai, berjalan melewati smoking area dan tiba-tiba ada suara yang memanggil nya, "Diaz... Hey... Sini!" Teriak seorang wanita dari smoking area.
Diaz menghampiri nya dan ternyata itu Ghea teman training nya, Diaz juga melihat di sebelah nya ada Jihan dan juga ada Sara.
"Kok kalian semua ada di sini, kan 10 menit lagi masuk," Ucap Diaz bingung.
"Iya udah tahu, tanggung nih dikit lagi" Jawab Sara, sambil menunjukan rokok nya yang sudah mau habis.
"Lo tinggal di mana sih Yaz?" Tanya Jihan
"Gak jauh kok. Tuhh, di apartemen itu," Jawab Diaz sambil menunjuk ke arah apartemen.
"Ohhh... Fasilitas kantor, lo dari luar Jakarta juga ya," Sahut Sara sambil menghembus kan asap sembarangan.
"Iya, kalian juga?" Tanya Diaz, "Jihan dan Ghea iya, kalo gue enggak, rumah gue di belakang kantor," Jawab Sara sambil mematikan rokok nya.
Sara kemudian berdiri dan mulai berjalan meninggalkan smoking area, mereka semua pun mengikuti Sara.
"Oia... Jihan, Ghea, lo tinggal di apartemen itu juga?" Tanya Diaz, mereka berdua pun menganggukan kepala dan menjawab "IYA."
"Di lantai berapa?" Tanya Diaz, "Lantai 17 juga sama kaya lo," jawab Ghea.
"Kamar kita juga sebelahan kali," Sahut Jihan.
"Loh... Kok gue gak tahu ya," Ucap Diaz.
Kami pun masuk ke ruangan training dan sudah bersiap dengan laptop masing-masing.
***
Waktu sudah menunjukan jam 12:01 trainer pun mengizin kan kami untuk beristirahat selama 1 jam.
Saat mereka ingin keluar ruangan, Sara berkata, "Kalian makan di rumah gue aja yuk."
Jihan, dan Ghea pun tidak menolak nya, Sara bertanya pada Diaz, "Lo ikut ga Yaz?"
"Udah ikut aja, makan gratis nih," Sahut Jihan.
Ghea pun nampak senang dan buralang kali mengatakan "MAKAN GRATIS, MAKAN GRATIS," dengan nada gembira.
"Ikut gak?" Tanya Sara menegaskan, Diaz mengangguk dan berkata, "Boleh deh."
Mereka semua akhirnya ke rumah Sara dengan berjalan kaki, karena memang jarak nya tidak jauh dari kantor nya.
Jihan terlihat sibuk membalas chat, Sara pun sedang asik menghisap rokok nya sambil memimpin perjalanan ke rumah nya.
"Sar, emang lo boleh ngerokok sama orang tua lo?" Tanya Diaz sambil menyusul Sara, "Enggak boleh lah Yaz" Jawab Sara sambil menghembuskan asap rokok.
"Nanti kalau ketahuan orang tua lo gimana?" Tanya Diaz, "Orang tua gue udah ga ada dua-dua nya, gue tinggal sama dua kakak gue, Keduanya juga sibuk kerja," Jawab Sara.
"Ummm... Sorry Sar, gue gak tahu," Ucap Diaz.
"Selow aja sih Yaz, kaku banget lo," Jawab Sara.
"Wait... Terus yang masak siapa?" Tanya Diaz bingung, "Setan yang masak" Tegas Sara.
"Dih serius Sar, kalo ujung-ujung nya beli makanan juga mah tadi ngapain jauh-jauh ke rumah lo," Ucap Diaz lemas.
Kemudian Jihan dan Ghea pun tertawa mendengar obrolan Diaz dan Sara.
"Ada bibi yang masakin, masakan nya juga enak kok. Lo tenang aja!" Ucap Sara sambil membuang rokok nya, dan masuk ke salah satu rumah yang lumayan besar, dengan satu mobil terparkir di halaman nya.
Sara berkata, "Nanti kita ke kantor nya naik mobil aja ya guys, gue males jalan, panas banget!"
Diaz pun menghirau kan nya, mata Diaz fokus ke satu rumah yang unik di seberang rumah Sara, yang di kelilingi pagar batu, dengan 2 patung penjaga di pintu gerbang.
"Sar, Sar... Itu ada yang nempatin?" Tanya Diaz sambil menunjuk rumah itu, "Ohh itu... Punya orang bali kayanya Yaz, yang punya juga jarang kelihatan," Jawab Sara sambil masuk ke dalam rumah.
"WOI MASUK CEPET!!! ISTIRAHAT NYA 45 MENIT LAGI NIH," Teriak Sara dari dalam.
***
Sara yang sudah selesai duluan langsung ke depan untuk memanaskan mobil nya, sambil merokok tentu nya.
Mereka bertiga pun menghampiri Sara.
"Yaz, lo gak ngerokok ya?" Tanya Sara, "Ngerokok, tapi rokok gue habis," Jawab Diaz.
"Hisap rokok gue aja dulu, nanti lo beli sekalian kita jalan ke kantor," Ucap Sara.
"Gak suka rokok menthol gue!" Jawab Diaz, "Kenapa gak suka?" Tanya Sara, "Ga suka aja... Rasanya dingin, kaya sikap dia," Jawab Diaz sambil tertawa.
"Hahaha... Apan sih lo norak!" Sahut Sara sambil tertawa, Jihan dan Ghea pun ikut tertawa.
"Yuk ahh ke kantor" Ajak Ghea.
Sara pun menjawab, "Yuk ahh," sambil membuang rokok nya dan kemudian masuk ke dalam mobil.
Mereka semua pun masuk ke dalam mobil, "Kok lo pada songong sih," geram Sara, "lo kira gua supir angkot, salah satu pindah ke depan lah!"
"Ghe, depan Ghe," Sahut Jihan.
"Ribet ahh, lo gak lihat gue duduk di tengah," ucap Ghea, "kan lo di pinggir, lo aja yang turun, pindah ke depan!"
"Malah berantem, pokok nya gue gak mau jalan ya sebelum ada yang pindah ke depan" Cetus Sara.
Diaz pun akhir nya keluar dan berkata, "Hadeh... Dasar perempuan!"
***
Hari ini berjalan seperti biasa nya dan sore pun menggati terik nya matahari dengan suasana sendu khas sore hari.
Training juga sudah selesai dan mereka sudah di perboleh kan pulang.
Sara mengajak Diaz, Ghea, dan Jihan untuk main kerumah nya, "Main di rumah gue yuk guys!"
"Ayo-ayo aja gue, BT juga di apart," Jawab Ghea.
"Lo ikut ga Yaz?" Tanya Sara, "Engg... Skip dulu gue kayanya," Jawab Diaz.
Diaz menolak karena perasaan nya yang sedang bercampur aduk, dan itu terlihat jelas di wajah nya.
"Lo yakin gak mau main ke rumah gue?" Ucap Sara menegaskan, "Enggak Sar, gue mau istirahat," Jawab Diaz.
"Kalo ada masalah cerita aja bro," Sambar Jihan.
Diaz tertawa dan menjawab, "Iya nanti, via E-mail aja gue cerita nya."
"Kenapa gak lo share di Google Drive aja woi," Sahut Ghea kesal.
Diaz pun tertawa dan berjalan meninggalkan mereka, terlihat Sara mengejar Diaz.
"Yaudah kalau lo gak mau main ke rumah gue gak apa-apa, tapi gue anter lo balik ya," Ucap Sara yang sudah berada di samping Diaz.
"Gak usah Sar, kan beda arah! Rumah lo aja di belakang situ!" Ujar Diaz, "Tapi lo yakin gak apa-apa," Tanya Sara "gak ada kata-kata gue yang nyinggung perasaan lo kan Yaz?"
Diaz menggelengkan kepala sambil melemparkan senyuman kepada Sara, Sara pun berhenti mengikuti Diaz dan menepuk pundak nya, sambil berkata, "Yaudah gue balik ya... Kalo ada masalah cerita aja sama gue!"
Sara akhir nya kembali ke Ghea dan Jihan.
Itu dia, Sara Wicaksana wanita cantik yang super humble, dengan rambut hitam sebahu.
Gaya nya memang selengean dan juga pecandu rokok, tapi walaupun image nya buruk di mata orang-orang, tapi Sara adalah wanita baik dengan hati yang sangat tulus.
Sara juga sangat perduli pada teman-teman nya, meskipun dia baru mengenal teman nya itu.
•••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!