NovelToon NovelToon

PENGGUNA BATU BINTANG

Batu Bintang & Perantau

Suatu malam langit begitu cerah, bintang gemintang berkelip dengan  jelasnya.

Namun seketika terlihat satu bintang yang semula terlihat kecil di antara bintang lainnya semakin bercahaya besar dan makin benderang dan bintang itu terlihat  meledak, hingga nampak bagaikan kembang api raksasa yang kemudian disusul serpihan-serpihan yang menyala jatuh dan runtuh di suatu negeri yang disebut Negeri Nasutaran.

Suatu Negeri kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dengan banyak sekali kerajaan-kerajaan kecil di tiap pulaunya.

Seorang Resi yang tengah melakukan perjalanan ke puncak gunung karena hendak melakukan ritual bertapa menyaksikan fenomena tersebut dan terpukau dibuatnya, Sang Resi yang sudah berumur tak lagi muda itu berniat mencari petunjuk karena saat itu dia diperintahkan untuk membuat senjata keris yang mumpuni. 

Kejadian yang baru saja dilihat itu  membuatnya tersenyum dan sambil menganggukkan kepalanya sekali dia berkata dalam benaknya.     

" Sungguh Sang Hyang Ika begitu mulia Engkau seakan menjawab dan memberikan kemudahan bagiku menemukan material yang hendak aku perlukan. "     

Sang Resi yg bernama Resi Sundek itu berkata demikian karena beberapa puluh hasta darinya dia melihat salah satu serpihan batu bintang yang menyala bak terbakar api itu jatuh dan masih terlihat nyalanya.     

" Terima kasih oh Sang Hyang Ika atas anugerah yang telah engkau berikan malam ini."

Tak lupa Sang Resi berucap syukur pada Sang Kuasa Alam Semesta. Sembari berjalan menuju batu bintang yang semakin meredup nyalanya itu. Batu sebesar buah nangka itu di tatapnya dengan penuh kekaguman.

Sang Resi masih merasakan panasnya batu yang baru saja jatuh itu di hadapannya.     

"Hmmm, agak unik tidak seperti material lainnya batu ini berwarna merah dan masih terasa sangat panas... "

Sambil mengambil gucinya Sang Resi menumpahkan air yang telah di beri rapalan ke atas batu itu dengan maksud mendinginkan suhu panasnya.     

"Cussssshhhh...!!!! " batu itupun mengepulkan asap putih ketika tersiram air dari guci Resi Sundek.

Dengan hati-hati Resi Sundek menyentuh batu itu dengan jarinya. Ketika dirasa tak terasa panas di jarinya dia pun mengeluarkan kain lenan di tas keranjangnya dan membungkus batu bintang merah dengan lenan yang dibawanya itu.

"Ah, kurasa aku harus menanti dulu semalam di sini sembari istirahat sejenak" batin Resi Sundek sambil duduk bersila membelakangi batu yg telah di bungkusnya itu dan mulai bermeditasi menanti fajar menyingsing.

Ketika matahari mulai mengintip di balik perbukitan, Sang Resi pun membuka matanya dan bangkit dari posisi bersila nya untuk berdiri dan hendak memulai perjalanannya untuk menuruni bukit itu.

Kemudian dia mengambil sesuatu di kantung kecil yang dia ikat di pinggangnya.

Sebuah peluit kecil dari bambu dia tiupkan dua kali.

"WUUUUUIIIIIITTTTT... WUIIIIIIIIIITTTTT!!!!! ".

Dia menunggu sejenak dan tak lama kemudian terdengar deru langkah tapak-tapak kudanya yang sengaja dia tinggal di kaki bukit.

Seekor kuda hitam bersurai panjang meringkik terlihat berlari semakin dekat menuju Resi Sundek dan dengan tenang berjalan berdiri di samping Sang Resi.

"Najar... Ayo berlutut " Resi Sundek memberi perintah pada kudanya yang bernama Najar itu untuk merendahkan tubuhnya yang tinggi.

Dan seakan memahami Sang Resi yang memberi perintah sambil menepuk-nepuk punggungnya kuda itupun menekuk kaki depannya.

Sang Resi mengikatkan kain lenan yg membalut batu bintang itu di pelana Najar dan juga menunggangi kuda itu setelahnya.

" Ayo Najar kita pulang ke rumah, banyak hal yang harus dirampungkan seminggu ini".

Dan dengan sekali tepukan halus Najar pun bergegas menegakkan dadanya berlari kencang menuruni bukit itu.

"Heyaaa...!!!! "

Debu beterbangan seiring berlalunya Sang Resi dan kudanya.

*****

Sementara itu di lain tempat di sebuah dermaga yang terlihat sibuk dengan berbagai aktifitas perdagangan sepasang suami istri mengantar putranya menaiki kapal besar.

"Inga pesan Apak jangan kau sembarangan memakai cincin yang Apak berikan padamu " Sang Ayah mengingatkan putra bungsunya itu.

"Baik Apak, ambo ingat selalu pesan apak " Jawab sang anak.

" Ko pake lah dulu ajaran silek guru ko tu dulu seandainya ado yang mencoba mengganggumu jika memang terdesak barulah ko guna cincin Apak itu, inga bijak bertindak tanduk di rantau agar tak terjadi masalah yang tak dikehendaki" kata Sang Ayah yang bernama Masiak.

Yang adalah seorang saudagar berbagai rempah-rempah terkenal di wilayahnya kota Kaningmuaba memiliki dermaga pribadi di Teluk Rubay dan beberapa kapal dagang yang berukuran besar.

Sudah tradisi keluarga Masiak mendidik putra putranya menjalankan usaha dagang ke seberang pulau diluar pulaunya, Maresuta.

Bahri Masiak nama putra bungsunya itu sudah di amanat kan untuk memulai perdagangan rempah-rempah pertamanya.

Bahri Masiak seorang pemuda bertubuh gempal dan terkesan agak gemuk itu sedikit gugup menerima kepercayaan ayahnya sebab untuk pertama kalinya dia harus merantau diluar pulaunya dan melakukan transaksi dagang perdananya ke pulau Waja yang dia sama sekali baru akan dikunjunginya.

Beberapa kali dia ikut ayahnya berlayar namun seringkali hanya di pusat perdagangan besar di Selat Lakama tak jauh dari Maresuta.

" Tak usah cemas pamanmu itu kan mendampingimu nantinya kalaulah ada yang ingin kau tanyakan mintalah pendapatnya, mengerti? "  Sang ibu yang melihat kecemasan di wajah putranya ikut menasehati nya.

"Iya Amak, Bahri mengerti lagi pula sudah sering melihat Apak bernegoisasi akan ambo ingat selalu itu," ujar Bahri.

"Bagus Amak percaya ko mampu melakukan tugasmu ini," kata ibunya.

Akhirnya semua persiapan awak kapal sudah siap, paman Bahri yang bernama Mangkuto berteriak dari geladak kapal

"Ayolah lekas naik Bahri kita sudah mau berlayar kau tunggu apalagi" teriak Mangkuto adik dari Masiak.

" Kakanda jangan khawatir aku akan menjaganya sebaik mungkin" sambungnya kepada sang kakak.

" Iyo jaga diri di perjalanan adik hati-hati selalu " Jawab Masiak kepada adik satu-satunya itu.

Bahri bergegas naik ke geladak kapal dan melambaikan tangan pada ayah dan ibunya. Kapal pun mulai meninggalkan dermaga. Menyusuri pesisir barat pulau Maresuta ke selatan menuju pulau Waja.

Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Kaningmuaba. Bagi masyarakatnya, berdagang tidak hanya sekadar mencari nafkah dan mengejar kekayaan, tetapi juga sebagai bentuk eksistensi diri untuk menjadi seorang yang merdeka.

Dalam budaya Kaningmuaba yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.

Menjadi subordinat orang lain, sehingga siap untuk diperintah-perintah, bukanlah sebuah pilihan yang tepat.

Prinsip "lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar" (elok jadi kapalo samuik daripado ikua gajah) merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Kaningmuaba.

Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut, sekaligus menjadi orang yang merdeka.

Dengan berdagang, orang Kaningmuaba bisa memenuhi ambisinya, dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan keinginannya, hidup bebas tanpa ada pihak yang mengekang sehingga banyak perantau muda Kaningmuaba lebih memilih berpanas-panas terik di pinggir jalan, berteriak berjualan permadani dari negeri Jugarat atau Sutra dari negeri Cani , daripada harus bekerja menjadi pegawai yang acap kali diperintah.

Tentang Nasutaran & Awal Petualangan Putri Tihu

Terletak di alam tropis yang hangat Negeri Nasutaran adalah Negeri yang sangat subur tanahnya, karena itu Nasutaran merupakan Negeri berciri agraris dan oleh karena Negeri kepulauan menjadikan Nasutaran mempunyai banyak laut yang dipenuhi berbagai macam jenis ikan laut.

Nasutaran terdiri dari lima pulau besar dengan identitas alamnya yang berbeda Pulau Maresuta adalah pulau terbesar kedua di Nasutaran alamnya dipenuhi perbukitan dan terdapat Danau terbesar di Nasutaran yaitu danau Bato.

Pulau Maresuta terletak paling barat di antara empat pulau lainnya dan di antara kerajaan-kerajaan kecil di pulau ini sebuah Kerajaan Besar bernama Wijiyasra yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan terbesar Nasutaran baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Dengan kata lain kerajaan Wijiyasra menjadi awal gerbang perniagaan untuk negeri di luar Nasutaran.

Pulau kedua bernama pulau Waja dengan luas hanya sepertiga dari Pulau Maresuta, secara geografis pulau Waja identik dengan gunung berapi yang masih aktif menjadikan tanah di pulau Waja subur.

Banyak penduduk bercocok tanam padi dan berbagai tanaman yang dikonsumsi untuk sehari-hari. Karena kesuburan tanahnya, panen yang dihasilkan melimpah ruah, pulau Waja ibarat menjadi lumbung makanan bagi negeri Nasutaran.

Namun begitu penduduk pulau Waja juga selalu waspada karena masih banyak gunung berapi yg kadang memuntahkan lahar. Yang diawali gempa bumi terlebih dahulu.

Kerajaan Jhamapati yang terbesar di pulau Waja menjadi Kerajaan yang jadi panutan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Pulau Waja terletak disebelah selatan pulau Maresuta.

Baik Kerajaan Jhamapati dan Kerajaan Wijiyasra mempunyai hubungan yang kuat dan harmonis karena saling mendukung dalam hal ekonomi dan sumber bahan pangan.

Kemudian pulau terbesar pertama di Nasutaran yaitu pulau Lamakintan terletak di sebelah utara pulau Waja dan sebelah timur pulau Maresuta.

Dengan kondisi alam yang kaya akan hutan belantara begitu banyak pepohonan yang tinggi dan besar menjadikan pulau Lamakintan menjadi pemasok kayu terbesar di Nasutaran.

Selain hutan pulau Lamakintan kaya akan batu intan yang berkualitas tinggi di semua sungai yang ada. Dikarenakan hasil hutan yang melimpah dan kandungan batu mulia yang mudah di dapat, penduduk pulau Lamakintan pada umumnya memilih menekuni sebagai penambang atau pengrajin Intan dan sebagian berniaga balok-balok kayu.

Kerajaan terbesar di pulau ini adalah Kerajaan Ikatu yang dibangun di tengah-tengah rimba raya menyatukan Kerajaan kecil di sekitarnya.

Pulau berikutnya adalah pulau Walesisu yang tepat berada disebelah timur pulau Lamakintan. Pulau yang berbentuk seperti huruf "K" Ini termasyur dengan hasil laut.

Kerajaan besar yang berpengaruh di pulau Walesisu ini adalah Kerajaan Wasuwa yg dipimpin seorang Ratu yang bernama Aduyugayi.

Ada suatu legenda menarik dengan pulau ini, konon hidup ikan raksasa yang berukuran panjang bagai naga yang dijuluki ikan Thecalonca yang menjaga pulau Walesisu.

Menurut cerita para leluhur ikan ini mampu menenggelamkan armada laut yang hendak menyerang Kerajaan Wasuwa karena ukurannya yang sangat besar. 

Penduduk pulau ini sangat menghargai kekayaan laut mereka yang melimpah dan tidak bertindak serakah mengeruk hasil laut dengan berlebihan mereka menjaga dan melestarikan alam bawah laut dengan baik dan penuh hikmat.

Mereka sudah menyadari akan keseimbangan alam yang dikaitkan dengan keberadaan ikan Thecalonca dan hidup berdampingan sejak lama.

Beberapa suku pulau ini terkenal dengan kemampuan menyelam ke dasar laut dengan menghabiskan waktu begitu lama ini karena beberapa raja kecil disekitar pesisir Walesisu mempunyai peternakan Tiram yang menghasilkan mutiara dengan kualitas terbaik se-Nasutaran.

Pulau berikutnya adalah pulau Pa'apu. Termasuk pulau yang paling kaya di antara pulau besar lainnya karena pulau ini kaya akan logam mulia yaitu emas.

Terletak di bagian paling timur, pulau ini di bawah kekuasaan kerajaan Luhamua yang dipimpin Raja Hual Suebu, beberapa suku tinggal di pulau ini dan sayangnya sering terjadi perseteruan antar suku, karena memperebutkan beberapa wilayah yang banyak menghasilkan logam mulia yaitu emas.

Ya, emas memang mempunyai pengaruh besar pada semua orang yang ingin memilikinya atau menguasainya.

Raja Hual Suebu adalah raja yang baik dan bijaksana dia selalu berusaha mempertemukan antar kepala suku untuk berunding dan mendamaikan serta menyelesaikan permasalahan dengan seadil-adilnya.

Namun dia sangat kesulitan ketika harus menyelesaikan masalah antara Suku Tamas dan suku Tanusen karena kedua suku ini berbatasan dan diantara pembatas wilayah mereka terdapat bukit yg penuh kandungan emas.

Keduanya mencoba menguasai bukit itu untuk mereka klaim. Selain itu kedua suku ini sangat mahir menggunakan senjata busur panah.

Raja Suebu bahkan pernah mengutus duta perdamaian untuk mereka namun berakhir dengan hilangnya nyawa para duta itu. Mereka disambut puluhan anak panah yang dilepaskan kedua suku yg berselisih kekuatan itu.

Raja Suebu berniat mengatasi hal itu dengan mengirim prajurit sebanyak-banyaknya. Namun putrinya menentang keras rencana ayahnya itu.

Putri Tihu adalah putri semata wayang Raja Suebu dia memberi solusi pada ayahnya agar masalah itu diselesaikan oleh orang-orang yang punya kemampuan istimewa.

Untuk menghindari banyaknya korban jiwa. Untuk itu dia sendiri yang akan mencari orang-orang yang mempunyai kemampuan dan kelebihan yang berbeda dari orang pada umumnya.

Raja Suebu merasa berat hati dengan apa yang akan dilakukan putri satu-satunya itu.

     "Apa kamu sungguh bertekad mencari mereka yang mempunyai kekuatan istimewa sepertimu? "  tanya Raja Suebu  pada putrinya sambil mengerutkan dahinya  karena tak ingin putrinya celaka.

"Ayahanda tak perlu mengkhawatirkan aku, batu bintang di mahkota bulan sabit ku ini akan membawa perjalananku  dengan aman, selain aku juga bisa menjaga diriku ayahanda" jawab putri Tihu sambil menaruh beberapa barang yang baginya penting untuk dibawanya ke dalam Noken nya.

     "Bukankah ayahanda sudah mengalami sendiri, kan. Betapa mudahnya kita mengunjungi  Ratu  Aduyugayi di Kerajaan Wasuwa satu purnama yang lalu, tanpa harus menggunakan kapal laut " sambung  Tihu kembali.

     "Baiklah, tapi setidaknya kau ditemani beberapa pengawal untuk menjagamu juga, bagaimana? " sahut ayahnya masih ragu dengan kemauan putrinya itu.

     " Tidak perlu ayah, seandainya ada sesuatu yang berbahaya, aku kan bisa langsung ke sini  dengan cepat" sekali lagi Tihu meyakinkan ayahnya agar tak mengkhawatirkannya.

Sambil tercenung mendengar jawaban putrinya itu dia sedikit tenang sekaligus terbesit rasa bangga dengan putrinya yang punya keberanian ingin bertualang sendirian itu.

Meskipun dia tahu kemampuan istimewa putrinya itu tetapi tetap saja hatinya was-was.

     "Baiklah putriku yang keras kepala, selalu ingat yang ayah pinta, jika terjadi bahaya segera pulang kembali "  sambil tersenyum tipis Raja Suebu menjewer telinga Tihu dengan lembut. Dia berusaha menaruh rasa percaya kepada putrinya itu.

     " Tentu ayah, itu juga salah satu rencana yang harus aku lakukan. Keselamatan ku kan lebih penting, aku mau berpamitan dulu sama Ibunda, dimana dia Ayahanda? "  ujar Tihu sambil mencari-cari ibundanya.

     " Ibumu ada di Taman Samping  memetik  bebungaan, akhir-akhir ini dia suka sekali merangkai bunga " jawab ayahnya 

     " Baiklah ayah aku pamit dulu ya .. "  Tihu berucap sambil mencium punggung tangan ayahnya.

"Jangan mengkhawatirkan aku ayah, aku akan baik baik saja percayalah." 

Sambil mengedipkan sebelah matanya dia kembali berkata,

" Buka Gerbang Ke Taman Samping menjumpai Ibunda... " dan menjentikkan jarinya. 

Tiba-tiba....

     "ZERERET.... "!!!!!! 

Muncul seberkas sinar yang berbentuk seperti gerbang pada umumnya hanya saja gerbang ini memang seperti terbuat dari cahaya yang benderang.

Ternyata inilah kemampuan istimewa Tihu dia dengan mudah membuat semacam " Pintu " pintasan,  namun darimana sebenarnya putri Tihu mendapatkan keistimewaan itu???

Tunggu ! sebab akan ada bab selanjutnya yang akan mengulas flash back asal muasal putri Tihu mempunyai kekuatan tersebut.

"Ibundaaaa... Tihu mau berangkat bertualang " setengah berlari putri Tihu  menuju ibundanya yang sedang memetik bunga mawar.

Entah petualangan apa yang akan menantinya....

     

Resi Sundek & Jaka Satya

     " Klang.. Klang.. Klang..!! " Suara besi yang ditempa para panjak Resi Sundek berkumandang terdengar sangat nyaring.

Sang Resi sedang membuat keris yang dipesan oleh seorang punggawa kerajaan Jhamapati. Di bantu empat orang panjak yaitu Kirman, Sura, Tejo, dan Jaka.

Keringat dan peluh keluar di sekujur tubuh mereka karena begitu panasnya tempat itu.

Secara beruntun keempat bawahannya menempa logam panas yang telah dilipat berkali kali itu. Sang Resi yang sebelumnya berpuasa dan membuat perhitungan rumit itu sudah meyakini kesaktian apa yang akan terkandung dalam keris buatannya itu.

Pamor yang dia taruh didalamnya adalah dari logam batu bintang yang dua hari lalu di temukannya.

" Baik berhenti sebentar " Perintahnya pada para bawahannya itu.

Dia kemudian mencelupkan keris yang masih belum di tatah itu ke dalam minyak.

     "Nyosssshhhh... "

Dia menunggu beberapa saat kemudian membersihkan keris itu dengan kain.

"Baiklah kalian istirahatlah dulu aku akan membuat sketsa pada keris ini untuk diukir," katanya kemudian kepada para panjak nya. 

     "Baik, resi! Kami ijin istirahat dulu di luar" jawab Sura yang merupakan senior panjak disitu.

     "Silahkan " sembari menjawab Empu Sundek membawa keris itu ke dalam ruang kerjanya yang khusus untuk mengukir keris.

Di luar keempat panjak itu seolah terbebas dari neraka yang panas dan pengap.

     " Sepertinya kali ini kita mendapat pesanan yang lain dari keris keris sebelumnya apa kalian merasakannya " tanya Sura pada ketiga rekannya.

     "Benar, hawa yang dikeluarkan pamor keris itu sungguh tidak biasa " sahut Tejo 

     "Panasnya luar biasa sampai kering kerongkongan ku" celetuk Kirman sambil menenggak air kendi yang terasa menyegarkan tenggorokannya.

     "Entahlah ini kan untuk pertama kalinya aku ikut menempa keris "  Jaka menimpali. Dia yang paling muda diantara panjak itu dan hari itu juga adalah kesempatan pertamanya menjadi seorang panjak atau asisten Empu.

     " Apakah sebelumnya memang tidak sama seperti hari ini? " sambungnya sambil menerima Kendi yang di sodorkan Kirman dan mulai menenggak air kendi.

"Hah...apa kamu tidak merasa terbakar dan pengap tadi waktu menempa keris itu, memang berbeda dengan keris sebelumnya yang hawanya biasa saja " jawab Sura.

     "Tidak paman Sura aku biasa saja tadi , lihat! Aku juga tak banyak berkeringat seperti sampean semua kan? " Jaka sendiri setengah heran. 

     "Oiya itu keris pesanan siapa ? "  tanya Kirman

     " Itu pesanan Punggawa Sudirga katanya akan dia berikan pada putranya."jawab Sura.

"Jaka kamu juga putra punggawa kan kenapa kamu gak ikut meneruskan ikut jejak ayahmu," sambung Sura pada Jaka.

"Tidak paman aku tidak mau menjadi prajurit di keraton aku lebih suka jadi seorang pande besi saja. "  sambil merendah dia menjawab alasannya itu. 

     "Hahahaha... Kamu memang beda Jaka tak seperti anak pegawai istana lainnya " Sura merasa lucu mendengar jawaban Jaka tersebut. 

Jaka seorang pemuda yang bertubuh atletis dan berotot adalah anak seorang punggawa istana.

Ayahnya berharap dia juga turut menjadi punggawa seperti dirinya atau setidaknya prajurit istana namun tak disangka putranya itu sama sekali tak berminat meneruskan jejaknya.

Dan malah memilih menjadi seorang panjak dengan alasan ingin menjadi seorang Empu yang bisa membuat senjata sakti.

Jaka memang lebih tertarik dengan hal-hal yang melibatkan tentang senjata dan pembuatannya tapi dia tidak menyukai penggunaannya yang biasanya menghilangkan nyawa seseorang.

Dia berguru pada Resi Sundek dan yang dipikirkannya betapa hebatnya bisa membuat senjata yang sakti mandraguna dia masih ingat pelajaran yang diberikan Resi Sundek bagaimana proses membuat keris yang baik dan benar. 

Awal pembuatan keris dilakukan dengan menyatukan pamor dan besi. Caranya, bahan pamor dijepit dengan dua besi dan ditempa. Sehingga terbentuk lapisan atau lipatan pada besi dan pamor.

Paling tidak, dalam proses penempaan ini diperlukan minimal seratus dua puluh delapan lipatan.

Sedangkan bila menginginkan kualitas yang bagus, setidaknya diperlukan minimal dua ribu lipatan. Makin banyak lipatannya, makin lama pula waktu yang diperlukan.

Sebab pada dasarnya cara membuat keris adalah dengan pembakaran, penempaan dan pelipatan.

Selama proses tempa, sang empu dan para panjak memasukkan besi dan bahan pamor berulang kali. Sehingga udara terasa sangat panas dengan abu pembakaran yang beterbangan.

Sesekali, besi yang menganga panas akan dicelupkan minyak secara mendadak sebagai proses pendinginan.

Proses pendinginan ini disebut nyepuh. Tujuannya adalah untuk mendapatkan besi yang kuat dan keras.

Setelah melewati rangkaian proses ini, baja dan bahan pamor yang tadinya berat akan berubah menjadi sebilah keris yang ringan, tipis dan kuat.

Keris mentah kemudian ditatah dengan corak. Bisa berupa ukiran hiasan atau pola, seperti motif hewan, tumbuhan, wayang, ataupun rajah dan mantra.

Semua itu ada dalam benak Jaka dan begitu bersemangat menjalaninya.

"TENG.. TENG.. TENG!! " Sang Resi menarik tali lonceng tanda istirahat telah usai.

Mereka berempat beranjak dari tempat itu dan berjalan ke arah Resi Sundek.

" Sura, apakah ada pesanan lain selain keris ini ? " tanya Resi Sundek 

     " Tidak ada Resi  terakhir pesanan Lurah Bronto dari dusun Kedawung sepuluh cangkul  tapi belum diambil beliau bilang lusa akan dia ambil " jelas Sura .

     " Dan kau anak muda adakah kesulitan yang kau alami selama bekerja di sini? " Resi Sundek beralih ke Jaka.

     " Semua baik-baik saja Eyang Resi " jawab Jaka tersentak kaget karena tak menyangka akan ditanya.

     "Maaf Eyang Resi kapan saya akan di ajari mencari bahan pamor untuk keris? " lanjut Jaka yang penasaran dengan bahan material pamor pada keris.

 "Oh itu nanti aku sampaikan pada Sura agar kau ikut dengannya mencari bahan pamor, tapi sepertinya masih belum saatnya kamu le cah bagus " 

" Pelajari dulu cara menempa dan melipat  besi yang baik dan benar dulu " sambung Resi Sundek kepada Jaka. Dia merasa heran ada pemuda yang berminat menekuni profesi sebagai pande besi atau mungkin ingin menjadi Resi seperti dirinya?

"Baik Eyang Resi saya akan berlatih lebih giat lagi." jawab Jaka.

"Bagus segala sesuatu harus dijalani dengan kesabaran dan ketekunan supaya kau punya kepribadian yang lebih dari yang lain, mengerti thole? "kata Resi Sundek.

" Mengerti Eyang Resi. " ucap Jaka dengan cepat.

"Baiklah kalian semua boleh kembali ke rumah hari ini sudah cukup karena aku hanya tinggal mengukir keris itu dan Jaka besok kau akan aku ajari menatah keris dengan benar. "

     " Dan ini bayaran untuk kalian hari ini. "  . sambil berujar Resi Sundek memberikan kantong kecil berisi dua keping perak pada semua asistennya itu.

"Matur nuwun Resi " serentak keempat panjak itu mengucapkan terima kasih mereka sambil sumringah tersenyum.

Resi Sundek memang seorang Empu yang baik dan memahami kondisi pekerjanya, apalagi hari ini dia pun merasa tersiksa ketika harus memegang  keris yang ditempa keempat Panjak nya itu.

Pembuatan keris kali ini baginya pun juga sangat berbeda dengan pembuatan keris sebelumnya.  Dia mengamati panjaknya yang juga mengalami hal yang sama dengan dirinya kecuali satu panjak yang membuatnya heran yaitu Jaka.

Sang Resi heran kenapa Jaka tak seperti merasakan tekanan hawa panas yang dirasakannya juga rekan panjak lainnya?

" Ah sudahlah selanjutnya akan terjadi peristiwa apa jika keris ini sudah aku berikan pada Punggawa Sudirga. " Batin Resi  Sundek ketika melihat para Panjak nya berjalan ke rumah mereka masing-masing dari kejauhan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!