NovelToon NovelToon

Istri Pilihan Anak (Cinta Lama Belum Kelar)

Bab. 1

"Ayah mau kemana?"

Naura heran melihat ayah nya di hari minggu memakai pakaian kantor.

Darren sibuk dengan jas yang melekat ditubuhnya yang dirasa belum rapi namun sesekali melihat jam dipergelangan tangannya.

"Ayah harus ke kantor, sayang." jawabnya akhirnya.

"Kok hari libur masuk sih, Yah?" Protes Naura.

"Hmm...sayang, mungkin Ayah banyak kerjaan." Khanza menjawab pertanyaan anaknya Naura mewakili suaminya. "Mas, tidak sarapan dulu?" tanya nya pada sang suami.

"Tidak usah. Aku sarapan dikantor saja nanti." Jawab Darren datar.

Cup!

Darren mencium dahi Naura sekilas. Sempat heran sejenak melihat sang istri sebelumnya akhirnya Khanza mengulurkan tangan hendak mencium punggung tangan suaminya.

Khanza melihat kepergian suaminya dari balik meja makan hingga badan Darren menghilang dari balik pintu depan. Tidak seperti biasa Khanza tidak menghantar kepergian suaminya hingga didepan mobil sambil membawakan tas kerja.

"Bunda!"

Seruan Naura menyadarkan Khanza dari lamunannya.

"Ya, sayang?"

"Ini kan hari libur, kok Ayah ke kantor? Biasanya Ayah selalu mengajak Naura main dirumah." Naura kembali melayangkan pertanyaan sekaligus rasa kecewanya. Terlihat sekali dari raut wajahnya.

Khanza memberi senyuman kecil untuk sang putri. "Mungkin Ayah sedang banyak kerjaan sayang. Naura main sama bunda saja ya! atau kita jalan jalan sehabis sarapan , bagaimana?

"Mau Bunda.... Kita ke mall aja ya, ke Time Zone." Seru Naura kembali semangat hingga melupakan kesedihan nya tadi.

"Siap, Princess! sekarang habiskan dulu sarapannya." Ucap Khanza sambil membelai rambut panjang Naura yang masih sedikit lembab karena habis keramas.

Naura lantas menyantap sarapan kesukaannya yakni nasi goreng sosis lengkap dengan telor mata sapi yang digoreng setengah matang dengan lahap.

"Pelan pelan sayang makannya. Bunda gak akan minta jatah Naura." Khanza memandang lembut anak sambung nya namun dengan pikiran menerawang.

"Nasi goreng Bunda memang terbaik." Ucap Naura dengan mulut penuh dengan kunyahan nasi goreng.

Khanza tersenyum haru mendengar pujian tulus anaknya.

**

"Sayang, aku ikut ya makan satu meja sama kamu."

"Sayang...aku tuh makan sambil meeting sama klien."

"Aku janji kok gak akan ganggu kamu. Janji!" Felicia mengangkat kedua jarinya ke udara tanda berjanji. "Please...!" Kembali Felicia memohon pada Darren agar mengizinkannya ikut meeting kali ini. Jujur dia penasaran dengan klien Darren kali ini yang konon sang CEO perusahaan dimana kekasihnya akan bekerja sama terkenal dengan ketampanannya. Jauh lebih tampan dari Darren, kekasihnya.

"Felicia..."tekan Darren.

Dengan wajah di tekuk, Felicia akhirnya gagal dengan niat terselubung nya itu.

"Nih!" Darren menyerahkan kartu sakti miliknya pada Felicia. "Sambil menunggu aku meeting mending kamu shooping."

Wajah Felicia seketika secerah mentari. "Uh sayang, kamu memang yang terbaik."

Cup!

Felicia mengecup pipi Darren. Tidak peduli mereka dimana saat ini.

Di restoran, diruang vvip.

"Maaf...," ucap Darren terhenti saat dirinya membuka pintu ruang vvip restoran. "Maaf saya tadi saya sempat ke toilet sebentar Tuan Toni. Hm...Tuan Lintang nya?" Tanya Darren tidak berani lebih lanjut.

"Silahkan duduk Tuan Darren." Toni mempersilahkan terlebih dahulu untuk Daren duduk ketimbang menjawab pertanyaan dari kliennya itu.

Rasa penasaran Darren masih bergelayut. Dimana pemilik FN Group tersebut pikir nya.

"Tuan Lintang kebetulan berhalangan hadir, Tuan Darren. Saya selaku asisten pribadinya mewakili beliau untuk membicarakan perjanjian yang sebelumnya kita telah sepakati. Bagaimana Tuan Darren?" tanya Toni penuh penekanan. Dirinya sebagai asisten pribadi sudah biasa mewakili atasan jika pimpinannya berhalangan hadir. Namun sepertinya di lihat dari sikap yang ditujukan oleh klien barunya itu, Toni dapat menilai jika maunya Darren agar atasan nya tersebut langsung yang menghandle jalannya pertemuan. Karena itulah sengaja Toni bertanya dengan penuh penekanan.

Dengan sedikit gelagapan Darren menjawab pertanyaan Toni. "Oh tidak apa Tuan Toni, saya rasa Tuan Lintang sudah memberi amanat serta mempercayakannya kepada anda."

Dasar manusia sombong batin Toni.

***

"Bunda, ayo cepat!" Seru Naura tidak sabar begitu mereka sudah sampai di lobby salah satu mall terbesar di pusat kota.

Dengan langkah sedikit lebar karena Khanza mengimbangi jalannya Naura yang sedikit berlari. "Sabar, sayang. Kita naik dulu ke lantai atas."

"Naik lift aja Bunda. Kalo naik eskalator nanti lama sampai nya." Dengan tidak sabaran, Naura menuntun Khanza dimana pintu lift berada.

Khanza geleng-geleng kepala mengikuti langkah putri yang sudah dia anggap layaknya anak sendiri itu.

Masuk pintu lift hanya ada mereka berdua, namun begitu tiap lantai di lewati satu persatu pengunjung mall yang hendak memakai fasilitas lift mulai masuk ke dalamnya.

Naura terus berceloteh didalam karena tak sabar ingin segera ke pusat permainan. "Bunda lama sih sampai nya?" Tanya Naura dengan tidak sabar.

Khanza tersenyum mendengar pertanyaan Naura. Dengan lembut dia menjawab, "sebentar lagu sayang, tuh baru lantai 5, satu lantai ya!"

Orang-orang didalam lift tampak cuek dengan celotehan Naura namun ada pula yang memperhatikan interaksi antara Khanza dan Naura. Khanza dengan lembut dan sabar selalu menjawab tiap tiap pertanyaan yang dilontarkan anaknya. Hingga kembali lift berbunyi tanda ada seseorang dari luar hendak masuk kedalam lift juga. Khanza sempat melirik seseorang yang masuk tersebut namun kembali dia berfokus dengan celotehan Naura.

"Sayang kamu udah selesai meetingnya?"

["............."]

"Jadi Mas Darren tidak ketemu dengan pemilik FN Group?"

Deg!

Bab. 2

"Sayang, kamu sudah selesai meetingnya?"

["............."]

"Jadi Mas Darren tidak ketemu dengan pemilik FN Group?"

Deg!

Bukan niat menguping obrolan wanita yang saja masuk dalam lift tapi memang suaranya jelas sekali terdengar bahkan mungkin hanya Khanza yang mendengar, orang orang yang ada dalam lift pun ikut mendengar. Khanza memang pada saat itu sedang mendengar celotehan Naura tetapi saja fokus nya terbagi dengan adanya suara wanita yang sedang bertelepon tersebut.

Refleks mata Khanza kearah wanita yang bertelepon itu. Cantik satu kata terucap dalam hatinya namun full dengan make up. Tubuh proporsional terbalut dalam gaun lengan pendek dengan tinggi bawahannya pun hampir setengah paha. "Astagfirullah, "gumam Khanza.

"Mungkinkah? Astagfirullah, "Kembali Khanza beristighfar dengan hatinya yang sedikit ada pikiran negatif tentang suaminya.

"Iya sayang, aku dah sampai lantai 5 nih! tapi aku mau ke lantai satu."

[",,,,,,,,,,,,,,,,,"]

"Hm...aku mau ke Tiffan* & C*." Ujar nya manja.

Ting!

Kembali bunyi lift. Lantai 5 telah sampai. Segera wanita yang diperhatikan Khanza akan keluar. Kaki Khanza secara tidak sadar melangkah sebelum suara Naura menyadarkannya kembali. "Satu lantai lagi ya Bunda?" Ucap Naura yang sedari tadi memperhatikan floor designator karena sudah tidak sabaran menuju lantai tempat pusat permainan berada. Jika tidak di gandeng Naura, Khanza mungkin sudah mengikuti wanita yang tadi bertelepon.

**

Langkah tegap kaki seorang eksekutif muda tergesa menuju lift hendak menuju basament dengan handphone berlogo apel tergigit keluaran terbaru ditempelkan di telinga. "Iya Mom, Prasta segera ke Rumah Sakit. Iya, meeting nya Prasta serahkan ke Toni." Ucap laki-laki yang diketahui bernama Prasta dengan sedikit menahan kesal. Tanpa mengucap salam penutup Prasta menutup telepon secara sepihak. Kesal karena acara pertemuan dengan klien terpaksa dia wakilkan pada asisten pribadinya.

Prasta, seorang CEO FN Group walaupun di hari weekend tetap bekerja, tidak menyurutkan aktifitas nya dalam bekerja. Baginya tidak waktu untuk beristirahat. Bukti kerja kerasnya, kini walaupun usia nya masih tergolong muda namanya mampu sejajar dengan pengusaha pengusaha top yang telah lebih dulu senior baik dari segi umur maupun pengalaman.

Diusia nya yang terbilang sudah sangat matang yakni 30an namun sampai saat ini dia masih belum mempunyai tambatan hati. Kalaupun ada itu semata hanya karena desakan kedua orangtuanya. Namun dihatinya tetap terukir satu nama yang sampai saat ini tidak pernah bergeser apalagi menghilang. Entah sampai kapan Prasta mampu melupakan sosok wanita yang sudah dia anggap sebagai cinta pertamanya. Sampai hari ini pun dia kehilangan kontak dengan 'pujaan hatinya' yang dulu terpisah karena keadaan dan restu kedua orang tua mereka.

Prasta tiba didepan pintu lift bersamaan dengan keluarnya wanita yang tadi sedang sibuk bertelepon tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Begitupun dengan Prasta yang masih memegang ponsel mahalnya dengan sesekali memperhatikan layar ponselnya yang dia matikan secara sepihak. Kesalnya belum hilang dikarenakan acara meetingnya yang hampir saja batal jika tidak digantikan oleh asisten pribadinya sedang dia ditelepon oleh ibunya, Ny. Melinda untuk segera menemui seseorang yang enggan dia temui di rumah sakit namun demikian dia tidak berani mengungkapkan nya secara langsung. Dia masih sangat menghormati ibunya tersebut. Tak pernah sekalipun dia membantah ucapan kedua orangtuanya apalagi berkata kata kasar. Saking menurutnya Prasta dengan kedua orangtua nya dia sampai kehilangan wanita yang dicintainya. Karena itulah diusianya yang sudah matang tersebut dia masih betah melajang.

Puas menggerutu dalam hati Prasta lantas memasukkan ponselnya kedalam saku celana kerjanya dan segera akan memasuki pintu lift. Namun ternyata karena kelakuannya memandang layar ponselnya dia sampai tertinggal lift. Pintu lift segera tertutup karena baik seseorang didalamnya maupun dia tidak segera menekan tombol hold.

"Sial," decak Prasta begitu pintu lift hampir saja tertutup namun tidak sempat dia meraih tombol hold. Namun sebelum benar benar pintu lift tertutup Prasta melihat seorang wanita yang menghadap membelakangi nya. Sosok yang membuat dia teringat wanita pujaan hatinya dulu.Ya, walaupun sudah bertahun tahun, Prasta seperti sudah hafal bentuk fisik perempuan yang dia cintai ,tingginya, bentuk proporsional tubuhnya sampai wangi parfum yang sama dipakai oleh perempuan itupun sama.

"Khanza..."ucapnya lirih.

"KHANZA...!!!

Bab. 3

"KHANZA!!!"

Teriak Prasta saat dia melihat perempuan yang dia deskripsi nya kan itu menghadap sedikit menyamping. Dari gerakan slow motion nampak hidung mancung perempuan tersebut mulai terlihat. Benar benar mirip dengan Khanza, nama yang diteriakkan Prasta. Refleks dia pun memanggil nama tersebut dengan lantang. Yang membuatnya sedikit ragu sedari tadi hanya karena perempuan tersebut memakai penutup kepala alias hijab sedangkan Khanza-nya tidak.

Bersamaan dengan teriakan Prasta pintu lift benar benar tertutup.

"Astaga Tuan jangan teriak juga kali kalo memang tertinggal temannya didalam lift," gerutu perempuan bermake up menor. "Harusnya tadi mah cepat cepat tekan hold, bukannya teriak," omelnya lagi.

"Oh maaf, Bu!" Jawab Prasta penuh sesal.

Perempuan yang dipanggil ibu oleh Prasta seketika melotot, "eh Tuan saya belum jadi ibu ibu, enak saja panggil saya Ibu. Emang tampang saya setua itu ya?" kesalnya sampai menghentak hentakkan high hill nya.

"Oh maaf maaf tante," Prasta kembali mengucap kata maaf dengan kali ini mengubah panggilannya dari kata ibu menjadi kata tante namun masih tetap mendapat pelototan bahkan kali ini mata perempuan tambah melotot. Prasta mengerutkan keningnya dengan reaksi wanita yang dia ubah panggilannya. Salah lagikah panggilannya menurut Prasta. Bukankah sudah dia ubah panggilannya menjadi lebih sopan sesuai keinginan si wanita bermake up tebal tersebut.

Kali ini Prasta tidak peduli dengan protesan dari sang wanita sang yang kembali tidak terima dengan penyebutan panggilannya. Prasta mencoba peruntungannya dengan menekan beberapa kali tanda hold berharap pintu lift kembali terbuka.

"Percuma kali Mas, sampai lebaran monyet juga tuh pintu lift gak akan terbuka." sarkas wanita yang masih saja kesal pada Prasta. "Sayang ganteng ganteng lemot," ejeknya.

Prasta menganggap angin lalu ucapan si wanita itu. Matanya fokus pada layar di atas lift, memperhatikan kemana tujuan lift itu berhenti. Bergegas dia menuju tangga darurat agar bisa mengejar si penghuni dalam lift yang akan ke lantai 6 tersebut.

***

"Bunda, tadi kayaknya ada yang teriak manggil nama bunda ya?" Tanya Naura yang tahu nama panggilan bundanya walaupun dia tadi asik bercerita dengan Khanza.

"Mungkin oranglain sayang. Kan nama seperti bunda bukan bunda aja yang punya. Masa orang teriak teriak didepan lift." Khanza masih berpikir rasional karena diapun secara sadar mendengar ada seseorang memanggil meneriakkan namanya. Namun jika boleh jujur, jantung berdegub kencang saat dia mendengar suara laki-laki yang meneriakkan nama yang kebetulan sama dengan namanya. Terlintas satu nama yang sampai saat ini belum bisa dilupakannya.

"Prasta, "lirihnya. Tanpa sadar ada rembesan airmata disudut matanya.

Ting!

"Bunda, ayo!"

"Apa, sayang?"

"Itu pintu liftnya dah kebuka, bunda melamun ya?"

"Oh maaf ,Sayang."

Akhirnya Khanza dan Naura keluar dari lift.

"Yey, ayo Bunda!" Naura sudah sangat excited begitu dia melihat dari jarak beberapa meter mesin mesin permainan tampak terang benderang. Dia melepaskan apitan tangannya di jemari Khanza. Dengan sedikit berlari Naura menuju mesin capit. Dirinya sudah tidak sabar ingin mencapit boneka boneka incarannya.

Khanza tidak mencegah Naura yang melepaskan tangannya dari cekalannya. Dia tidak merasa khawatir karena suasana arena tim* zon* belum terlalu ramai sehingga Khanza bisa mengawasi Naura dengan optimal. Senyum tersungging dari bibir mungil nya melihat keceriaan putri sambungnya itu. Untuk sejenak Naura bisa melupakan kesedihannya karena ayahnya yang walaupun weekend masih sibuk bekerja. Mengabaikan anaknya serta dirinya.

Pada awalnya Khanza percaya percaya saja dengan apa yang dikatakan Darren, suaminya yang mengatakan akan menghadiri meeting dengan klien namun dia teringat dengan peristiwa tadi didalam lift. Apalagi ditambah sikap suaminya terhadapnya selama ini. Datar dan dingin.

"Mungkinkan ini yang menjadi alasannya selama ini?" Batin Khanza. Hampir dua pernikahannya dengan Darren, Khanza tidak dapat menembus benteng hati suaminya.

*

Hosh hosh!

Deru nafas Prasta begitu sampai di pijakan terakhir tangga darurat. Segera dia melangkah menuju lantai 6. Mata nya berkeliling, mencari seseorang hingga matanya akhirnya terfokus pada satu titik.

"Khanza," gumam Prasta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!