NovelToon NovelToon

PLEASE!! CALL ME PAPA ANKA'S

PROLOG

...[STOP PLAGIAT,KARYA INI SUDAH MELAKUKAN PENGECEKAN KEASLIAN DI TURNITIN DAN JIKA ADA ORANG YANG MENJIPLAK KARYA INI DIPASTIKAN AKAN DIKENAI SANKSI HUKUM ENTAH BERLAKU DENDA ATAUPUN PIDANA....

...STOP PLAGIAT 🙏🏻...

...KAMI PENULIS MENULIS KARYA DENGAN SEPENUH HATI DARI HATI NURANI DAN HASIL JERIH PAYAH PIKIRAN SENDIRI]...

...*...

Dalam kegelapan masa lalu, Fellora (Casandra) seorang wanita yang pernah terjebak dalam kehidupan yang suram, menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan. Suaminya, yang ternyata adalah seorang penipu dan pembohong, telah mengecewakannya dengan memperlakukan dirinya seperti sampah.

Tidak hanya itu, sahabatnya yang paling dekat telah berkhianat dan menjalin hubungan gelap dengan suaminya secara diam-diam. Tidak hanya merasa dikhianati oleh orang-orang yang dicintainya, Fellora juga diusir oleh keluarganya sendiri, meninggalkannya terlunta-lunta dalam kesedihan dan keputusasaan.

Dengan isakan tangis yang memecah kesunyian malam, Casandra berdiri di tepi jembatan yang tua dan memegang erat pagar besi yang dingin. Matanya terpaku menatap ke bawah, di mana aliran sungai yang meluap mengaduk-aduk air dengan ganas.

"Gue udah nggak sanggup lagi!" ucapnya dengan suara yang penuh keputusasaan, suaranya gemetar dan terhanyut oleh angin malam yang menusuk tulang. Setiap nafasnya terasa berat, seolah-olah menyedot habis segala harapan yang tersisa.

TTINTT...suara klakson mobil yang menggema dari belakang membuat Casandra kaget ketakutan. Tubuhnya bergetar dan seketika itu juga, dia berteriak dengan nada yang penuh kemarahan.

"Aaa.. SIALAN.. Lo mau bikin gue mati!" teriaknya dengan keras, suaranya terdengar putus-putus karena emosi yang meluap dari dalam dirinya.

Telunjuknya menunjuk dengan penuh kebencian ke mobil berwarna hitam yang berada di belakangnya.

Seorang lelaki bertubuh tinggi kemudian turun perlahan dari mobil itu seraya berkata dengan suara tenang namun penuh keceriaan.

"Masih hidup?? Gue kira lo setan yang mau loncat karena bosen jadi setan!" canda Farka, senyumnya merekah di wajahnya yang tampan.

Casandra menatap Farka dengan mata yang masih basah oleh air mata. Suaranya terdengar lemah saat dia menanggapi.

"Lo kira gue setan?" tanya Casandra, suaranya terputus-putus akibat sesekali segukan karena menangis, tapi ada kekuatan yang bergetar di dalamnya.

"Ya habisnya, ngapain berdiri di sana mau loncat? Udah bosen hidup?" celetuknya dengan nada tegas.

Perempuan itu terisak dan mencoba menahan tangis.

"Hiks!!" desisnya.

"GUE NGIDAM! PENGEN MAKAN SEAFOOD!!" ujarnya sambil memegang perut yang keroncongan. Sambil menunjukkan dengan telunjuknya ke arah bawah, di dekat aliran sungai dekat batu terlihat sesuatu.

"Eh buset, tanpa senter lo bisa ngeliat itu!" ucap Farka dengan kagum.

Dia segera menyalakan flash di handphone-nya, dan cahaya terang dari senter itu menyinari area di bawah batu. Ternyata, ada udang besar yang sedang muncul di permukaan air dekat batu.

Pertemuan itu bukan pertemuan biasa.

Seorang lelaki bernama Farka memutuskan untuk melamar perempuan itu sebagai calon istrinya. Dengan mengajukan suatu syarat oleh Farka, dia akan membantu perempuan itu membalaskan dendam yang dia simpan selama ini. Sejak saat itu, perempuan itu diubah namanya menjadi Fellora oleh Farka.

..."Mengapa kita tidak memotongmu menjadi potongan kecil dan memberikannya untuk...

...anjingmu? Hm? Kemudian kita akan lihat seberapasetia anjing lapar yang sebenarnya....

...Kamu tidak akan pernah mengerti kehancuran yang kamu lakukan pada seseorang sampai ha lyang sama dilakukan padamu." -Fellora-...

...next chapter>>>...

the night incident

Pada suatu malam di kediaman rumah pasangan Casandra dan Ryzard, tiba-tiba terdengar Pring suara keras dari vas bunga yang jatuh benturan yang cukup kuat dengan lantai. Suara tersebut disertai dengan teriakan seorang wanita hamil yang sedang mengandung, memecah keheningan di sekitar kamar.

Nafas Ryzard tersengal-sengal, terhenti di tenggorokannya akibat gelora emosi yang membara. Tangannya yang gemetar masih memegang erat beberapa gulungan dokumen yang tampak kusut terlipat, menyerupai amarah yang melingkupi dirinya.

Wajahnya merekah menjadi merah menyala, seperti bara api yang menyala di dalam dada yang terbakar oleh emosi yang tak terkendali.

"Sampai segitu marahnya kamu Zar sama aku, emangnya salah kalau aku datang ke kantor untuk nganterin makan siang untuk kamu Zar?" tanya gadis itu dengan nada kesal, sambil matanya berkaca-kaca.

"Kenapa?? Kamu nanya kenapa? Ya udah jelas-jelas kamu mempermalukan aku di depan para klien, gara-gara kamu bilang kalau kamu istri aku mereka jadi ngebatalin kerjasama perusahaan!!" ujar Ryzard dengan suara yang penuh amarah.

"Emangnya aku salah apa sih sampai-sampai klien nolak kerjasama?" tanya Casandra dengan nada heran.

Ryzard menghela nafas panjang, dengan gerakan tangan yang tegas melemparkan file-file yang masih digenggamnya ke belakang tubuhnya, lalu langkahnya mantap mendekati istrinya yang berdiri di dekat pintu kamar yang tertutup.

Ryzard dengan tegas memposisikan dirinya di depan istrinya, memojokkannya hingga punggung istrinya bersentuhan dengan pintu. Dengan tangan yang kuat ia mencengkram dagu Casandra dengan keras oleh tangan kekarnya,menatap dalam matanya dengan intensitas.

"Kamu nanya salah kamu apa?? Aku susah-susah jaga rahasia kalau aku udah nikah dan kerja mati-matian agar bisa bekerja sama dengan perusahaan terkemuka itu,Dan kamu datang seenaknya ngasih makan siang di lobi persis dihadapan klien! Apa kamu masih mau nanya kesalahan kamu dimana?" jawab Ryzard dengan bisikannya yang menakutkan.

Ryzard mencekik leher gadis itu, membuat Casandra sesak nafas. Perempuan itu meremas tangan Ryzard mencoba untuk melepaskan diri.

Tetapi bukannya mengendur, cekikkan itu malah semakin menguat.

"Zar!! Lepas zar!" Ucapnya yang tampak mencoba untuk bernafas,air matanya keluar terus menerus.

"Sebagai hukumannya kamu harus menjalani tugas sebagai seorang istri malam ini," bisikan menusuk sampai bulu kuduk Casandra berdiri.

Kemudian ia mengangkat tubuh perempuan itu untuk dinaikkan ke atas ranjang.

Namun Casandra meronta saat dirinya sudah duduk di atas ranjang, ia menolak untuk memberi kewajiban kepada suaminya malam ini karena ia khawatir dengan bayi yang dikandungnya.

"Zar!! Jangan kasihan bayi kamu!" seru Casandra dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Suaminya, Ryzard terkejut dengan perlawanan tiba-tiba yang ditunjukkan Casandra.

"B-bayi? Gue nggak peduli! Siapa yang nyuruh lo buat punya bayi!" Ryzard mengeluarkan kata-kata itu dengan nada marah yang tajam, matanya melotot menatap perempuan di depannya.

"Gue cuma pengen lo jadi milik gue, bukan buat ngurus bayi, paham!" tambahnya dengan suara berbisik, mencoba mempertahankan dominasinya.

Namun, tiba-tiba, tamparan keras dari Casandra mendarat di pipi Ryzard, meninggalkan bekas merah yang terlihat jelas. Air mata perempuan itu mengalir deras di pipinya, mencerminkan rasa sakit dan kecewa yang mendalam.

"Bisa-bisanya lo ngomong gitu!" isak tangis Casandra sambil mendorong tubuh suaminya menjauh.

"Hiks," dengan isakan sedihnya,

Casandra bergerak dari ranjang, wajahnya basah oleh air mata, pergi menjauh dari tempat tidur menuju lemari pakaian.

Dengan setiap langkah, kemarahannya semakin memuncak, dipicu oleh kata-kata yang menyakitkan yang telah mereka pertukarkan.

Casandra membuka pintu lemari dengan keras, tangan gemetar menggenggam baju-baju Ryzard satu per satu. Dia melemparkannya ke arah suaminya, suaranya penuh dengan keputusasaan dan kemarahan.

"Pergi lo zar! PERGI DARI RUMAH GUE!" Jari telunjuknya menudingnya dengan setiap kata, menjadi gambaran visual dari kepercayaan yang hancur dan impian yang terluka.

Ryzard, emosi dalam dirinya terus memuncak, bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Casandra. Suaranya bergema di ruangan saat dia menyahut,

"Pergi? Seharusnya lo yang pergi dari sini!" Nada suaranya tajam dan penuh dengan kepahitan, kefrustrasiannya meluap

Ryzard melangkahkan dirinya mendekati istrinya, ia menggenggam kuat lengan Casandra, berusaha membuatnya memahami pandangannya. Namun, karena tubuhnya yang lemah dirasakannya,Casandra berjuang untuk melepaskan diri.

Dalam ironi kejam, dia tersandung, siku nya terbentur tepi ranjang, membuatnya jatuh ke lantai dengan rasa sakit.

"Arhh!!" teriaknya, rasa sakit itu bergema di ruangan.

Tanpa terpengaruh oleh konsekuensi dari tindakannya, Ryzard menatap Casandra yang terjatuh, ekspresinya penuh dengan frustrasi

"Rumah dan perusahaan milik Lo udah jadi milik gue sepenuhnya jadi lo yang seharusnya pergi dari sini!" gumamnya, suaranya dipenuhi dengan kegembiraan yang tersirat, saat dia mulai mengemas barang-barang milik Casandra ke dalam koper.

Casandra, tubuhnya gemetar oleh rasa sakit dan ketidakpercayaan, mengumpulkan kekuatan untuk bangkit dari lantai. Wajahnya yang ditutupi oleh air mata menanggung beban impian yang hancur dan janji-janji yang terputus.

🍃🍃

Disebuah gedung megah yang dipenuhi dengan cahaya gemerlap, acara penghargaan model selebritas bergengsi sedang berlangsung. Gedung ini dirancang dengan aksen mewah dan modern, dengan panggung yang spektakuler sebagai pusat perhatian.

Di sekeliling panggung terdapat banyak set kursi sofa mewah yang disusun dengan rapi, lengkap dengan meja bundar yang dihiasi dengan hiasan bunga segar. Setiap meja disajikan dengan menu mewah khusus untuk para selebritas yang hadir.

"Eh, Bro! Lo kagak minum malam ini?" tanya seorang cowok berjas biru yang duduk di sebelah Farka.

"Nggak! masih mau nyantai dulu," jawabnya sambil melipat tangan di depan dada.

Saat Farka lagi asik menikmati suasana, tiba-tiba perhatiannya terganggu karena temennya itu terus-terusan nuduh-nuduh bahu lelaki bermarga Zevallo itu.

"Bro, liat tuh, ada cewek cantik sendirian!" ucapnya sambil nengok ke arah seorang cewek yang duduk seorang diri di salah satu kursi.

"Lebih cantik daripada tunangan lu, Bro! Ini kesempatan langka, bisa liat di acara ini" godanya sambil ngejek

Farka senyum simpul sambil memperhatikan cewek itu dari jauh. Emang sih, kulitnya putih mulus dan bentuk tubuhnya bikin mata melek setiap lelaki yang memandangnya.

"Yaudah gue kesana dulu!" Ia bangkit dari tempat duduk .

Farka melangkah dengan mantap mendekati meja tempat wanita itu duduk. Ia memilih tempat di sebelahnya, mencoba memulai percakapan dengan sedikit basa-basi.

"Dari ekspresi Anda, terlihat Anda memiliki sesuatu yang mengganggu. Apakah ada yang salah?" tanya Farka dengan ramah.

Wanita itu sedikit terkejut namun mencoba tersenyum.

"Oh, tidak, tidak ada yang salah," jawabnya dengan senyuman tipis.

Farka memperhatikan wajahnya yang tampak sedikit tegang, dan memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.

"Maaf jika terlalu lancang, tetapi apa Anda seorang model atau aktris? Saya merasa belum pernah melihat Anda sebelumnya," kata Farka dengan penuh rasa ingin tahu.

Wanita itu terlihat sedikit terkejut oleh pertanyaan itu, namun senyumnya semakin mekar.

"Saya sebenarnya seorang model... Namun, saya direkrut di Amerika dan kebetulan diundang untuk hadir di acara ini," ungkapnya dengan bangga.

Farka merasa tertarik dengan cerita wanita itu. Ia ingin lebih mengenalnya, dan mengajaknya untuk melanjutkan percakapan di tempat yang lebih tenang.

"Anda sungguh menarik...Jika Anda tidak keberatan, saya ingin mengajak Anda untuk minum malam ini. Apa Anda bersedia?" tawar Farka sambil mengambil dua gelas minuman dari meja.

Wanita itu memandang Farka dengan tatapan berbinar, kemudian menerima tawaran itu dengan senyuman.

"Tentu, Dengan senang hati" jawabnya sambil mengambil salah satu gelas yang ditawarkan.

Keduanya mengangkat gelas mereka, bersiap untuk bersulang, ketika tiba-tiba seorang gadis kecil muncul dari balik kursi wanita itu. Dengan cepat, ia melompat dan memeluk erat wanita itu,

"MAMII!" teriaknya,

Membuat Wanita itu terkejut dan tanpa disadari menumpahkan minuman ke pakaian Farka,terkejut dengan kejadian tumpahan minuman itu, tapi dia mencoba untuk tetap tenang.

"Oh tidak apa-apa, jangan khawatir. Itu hanya kecelakaan kecil," ucap Farka sambil tersenyum pada wanita itu.

...Bersambung...

not care

Wanita itu terlihat khawatir dan berusaha membersihkan noda minuman di pakaian Farka dengan tisu yang ada di meja.

"Maaf sekali, saya benar-benar tidak bermaksud membuat Anda kotor" wanita itu dengan raut wajah yang sedikit cemas.

Farka menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Itu hanya pakaian, bisa dicuci kok?"

Anak kecil itu masih berpegangan erat pada ibunya,

"Jessie minta maaf dulu sama om nya! ," Ujar wanita itu sambil mengusap punggung anaknya dengan lembut.

"Maafin Jessie om" ucapnya sembari menunduk dengan nada penyesalan

Farka mengusap lembut rambut Jessie,

"Iya sayang om gapapa,ini cuman minuman nanti bisa dikeringkan"ucapnya.

"Putri mu sangat cantik Persis seperti ibunya, apa suami mu tidak datang kesini?"tambah farka

Wanita itu menggelengkan kepalanya "Ngga, kami sudah bercerai saat Jessie lahir," jawabnya dengan suara lirih.

"Ouh maaf aku tidak bermaksud"

Wanita itu tersenyum lembut, mencoba menenangkan Farka,

"Tidak apa-apa, Farka, itu sudah biasa"

Farka mengangguk mengerti,

"Aku permisi mau ke kamar mandi dulu!" Ucapnya yang diangguki oleh wanita disebelahnya itu.

Farka beranjak dari duduknya dengan tergesa-gesa. Ia buru-buru meninggalkan meja dan meminta izin untuk ke kamar mandi.

Sebenarnya, Farka ingin segera pergi dari acara ini karena ia memang tidak suka dengan anak kecil sejak dulu. Ia merasa terpaksa untuk bersikap manis didepan anak kecil tadi.

Dengan wajah cemberut, ia terus melangkah keluar dari ruangan yang mewah itu.

"Loh, dia mau kemana?" gumam teman lelakinya yang masih duduk, sambil menoleh ke belakang.

Setiba di parkiran, lelaki itu melihat Farka membuka pintu mobilnya, namun tiba-tiba Lelaki itu menyusul dari belakang.

"Hei, Farka! Lo mau kemana?" tanyanya.

"Pulang!" jawab farka singkat.

"Kenapa pulang? Bukannya lo belum selesai pdkt sama cewek tadi?" tanya dia dengan kebingungan.

"Lo nggak liat baju gue ini?" ucap Farka sambil menunjukkan bajunya yang basah dengan noda minuman.

"Baju lo kenapa, sih?"

"Itu semua gara-gara anaknya! Mau secantik apapun cewek itu, kalau dia udah punya anak, gue nggak akan mau!" jelas farka sambil langsung masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.

Farka melaju dari parkiran dengan kecepatan tinggi, mengendarai mobilnya dengan penuh kekesalan.

"Baru setengah acara, baju udah basah kuyup!" gerutu Farka dengan kesal, sambil melonggarkan dasi dan menekan tombol untuk membuka jendela. Angin malam pun masuk berhembus, mencoba meredam emosi yang tengah membara di dalamnya.

Sementara malam menghampiri, Casandra mengemban perasaan yang kacau. Dia berjalan di sisi jalan jembatan yang sepi, di bawah cahaya temaram lampu jalan yang terus berkedip.

Angin malam berhembus dengan dingin, menyebabkan rambutnya yang lembut terbang liar, seperti menyuarakan kesedihannya yang mendalam.

Langkahnya terhenti sesaat, dan dia memandang ke bawah, melihat aliran sungai yang meluap akibat curahan hujan yang deras. Air mengalir dengan ganas, mengingatkan Casandra akan keganasan nasibnya sendiri. Tubuhnya yang rentan terasa diterkam oleh berbagai masalah yang tak kunjung usai.

Ia merasa lesu dan letih, dan akhirnya terduduk di pinggir pagar jembatan yang dingin. Air mata mengalir di pipinya saat ia menyadari perlakuan keluarganya yang kejam, yang dengan seenaknya membuangnya begitu saja. Rasa kesepian dan kehampaan melanda hatinya, menyebabkan isakan tangisnya memecah keheningan malam.

Tak lama sebelum pergi jembatan, Casandra tiba di rumah keluarganya dengan harapan menemukan tempat perlindungan.

Kehadirannya tidak disambut dengan kehangatan yang diharapkannya. Ibunya, Yunezza, membuka pintu dengan ekspresi campur aduk.

"Siapa?" tanya Yunezza, suaranya penuh dengan keraguan.

Casandra, dengan penuh harapan, menjawab dengan nada lemah,

"Bunda!"

Walaupun Yunezza terkejut melihat putrinya berdiri di depannya, namun tatapan matanya mengungkapkan kekecewaan yang dalam. Ia hanya membuka pintu setengah tertarik, memberikan sedikit celah untuk Casandra masuk.

"Ca.. Casandra? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Yunezza dengan suara yang terdengar dingin.

Casandra, yang melihat keraguan di wajah ibunya, merasa jantungnya semakin hancur. Dalam hati, dia berharap untuk mendapatkan kehangatan dan dukungan dari ibunya, namun realitasnya jauh dari harapan.

"Bunda, maafkan aku! Harusnya aku tidak menikah dengan Ryzard! Tolong, Bunda aku mohon terima aku dikeluarga ini lagi!" Casandra berlutut di depan ibunya dengan suara gemetar.

Namun, alih-alih mendapatkan penjelasan atau dukungan, Yunezza hanya menatap putrinya dengan ekspresi kecewa. Wajah Casandra yang lebam dan bekas darah menggores di wajahnya hanyalah bukti dari kesalahan yang telah dia lakukan.

"Kamu datang kemari dengan wajah seperti ini? Apa kamu pantas datang kemari setelah sadar perlakuan lelaki itu?" Yunezza berkata dengan suara yang penuh kekecewaan.

Tangis Casandra semakin memecah keheningan ruangan.

Ia merasakan keputusasaan dan penolakan yang tajam dari ibunya. Hati Casandra terasa hancur karena perlakuan memilukan yang dia terima dari keluarganya sendiri.

Dalam ketidakberdayaannya, Casandra mencoba membela diri,

"Bunda, aku sangat menyesal. Aku tidak tahu bahwa Ryzard akan menjadi seperti ini. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku."

Namun, Yunezza hanya menggelengkan kepala dengan dingin.

"Kamu telah membuat pilihanmu sendiri. Sekarang, tanggunglah konsekuensinya sendiri."

Dengan kata-kata itu, Yunezza menutup pintu di depan mata Casandra, meninggalkannya terpuruk dalam kesedihan. Casandra merasa terbuang dan terluka secara emosional, ditolak oleh keluarganya sendiri.

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!