NovelToon NovelToon

Second Life Valerie

bab 01

******

kedua mata valerie menatap kosong ke arah gundukan tanah yang masih basah di depannya. Air matanya terus luruh tanpa permisi, rasanya tak sanggup menerima kenyataan ini. Kemarin ia mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan. Melihat lelaki itu di tangani di rumah sakit ia masih terlihat biasa saja karena bukan rahasia umum lagi jika ia tak menyukai suaminya itu. karena pernikahan mereka adalah pernikahan politik belum lagi valerie telah memiliki kekasih saat itu. Sehingga membuatnya sangat membenci keberadaan suaminya sendiri.

"sayang ayo pulang" farah merangkul bahu putrinya membantunya agar ia berdiri.

Tanpa kata valerie hanya mengikut saja kemana bundanya akan membawanya. Dan ternyata farah membawa putrinya pulang ke rumah yang selama ini dirinya dan axcel tempati selama 2 tahun terakhir. Di sana masih terlihat banyak orang yang sedang mempersiapkan acara tahlilan yang akan di gelar nanti malam.

Valerie melewati begitu saja orang orang yang tengah menyapanya. Semangatnya hilang entah kemana sejak melihat jasad axcel tertimbun tanah ia merasa ada sebagian hidupnya yang hilang. Entahlah valerie juga gak tahu tapi yang jelasnya saat ini ia sedang tak baik - baik saja.

Farah menatap sedih punggung putrinya yang sedang menaiki tangga. Ia tahu selama ini, jika rumah tangga anaknya tidaklah normal namun, melihat anaknya hari ini ia cukup tahu bahwa valerie saat ini tengah bersedih.

Malam pun tiba dan valerie masih setia mengurung dirinya dikamar.

Tok..

Tok...

Tok...

terdengar pintu kamar valerie diketuk dari luar, sekali, dua kali bahkan sampai 5 kali tak juga membuat valerie mengalihkan pandangannya dari jendela kamarnya. malam yang beranjak gelap tak ada satu pun bintang di sana. Yang ada hanya gelap dan dingin seperti yang valerie rasakan saat ini hampa, kosong dan dingin.

"sayang!!! Valerie ayo buka pintunya nak!!" teriak farah dari luar. Rupanya bunda valerie yang tengah mengetok pintu sedari tadi.

"ada apa bun?" tanya valerie setelah ia membuka pintu dan melihat bunda farah yang tengah berdiri sambil menatapnya heran.

"loh, kok belum siap?. Sebentar lagi acaranya akan di mulai val. Tamu - tamu sudah pada berdatangan. Ayolah sayang ini untuk yang terakhir kalinya axcel merepotkanmu" bagaikan sebilah pisau tajam menusuk jantungnya saat telinganya mendengar penuturan farah barusan. Dadanya sesak nafasnya tercekat air matanya sedikit lagi akan jatuh jika saja ia tak pandai memanipulasi dirinya sendiri.

"ayolah valerie. Bunda mohon untuk saat ini lupakan egomu nak. Apa kamu tidak kasihan kepada ibu mertuamu itu ?" ucap farah ia menarik tangan putrinya agar segera masuk ke dalam.

**********

"valerie mommy minta maaf ya sayang" maria meraih tangan menantunya lalu mengecupnya berkali - kali.

"gak mom, harusnya valerie yang minta maaf sama mommy. Hikss valerie banyak salah mom" valerie menggelengkan kepalanya. Saat ini mereka tengah berada di ruang tengah di mana valerie sedang merebahkan kepalanya di antara kedua paha ibu mertuanya. Maria yang sedang duduk disofa terus mengelus kepala dan punggung tangan valerie dengan sayang. Ia sangat menyayangi menantunya itu karena ia hanya memiliki anak lelaki saja. Betapa bahagianya ia dulu saat pertama kali menyambut kedatangan valerie di rumahnya. Impiannya memiliki seorang putri akhirnya tercapai, valerie adalah gadis cantik dan baik hati di matanya.

Sedangkan valerie terus saja menangis tanpa bisa ia kendalikan air matanya yang terus saja keluar. Rasa sakit muncul begitu saja dan semakin lama semakin menyesakkan dadanya.

"mommy tahu hubunganmu dengan axcel tidak sebaik yang kami lihat. Untuk itu mommy minta maaf yah nak. Mommy sadar sayang! Mommy egois karena terlalu menyukaimu hingga mengikatmu menjadi menantuku. Mommy sangat tahu sayang seperti apa rumah tangga yang sedang kalian jalani. Dan dengan naifnya mommy selalu percaya jika suatu saat nanti anak dan menantuku akan hidup rukun. Namun, ternyata tuhan berkata lain." ucap maria.

Kedua tangan mommy maria menangkup wajah valerie "malam ini mommy membebaskanmu nak!. Tentukanlah kebahagianmu valerie, raih keinginanmu, gapai cita - citamu yang sempat tertunda sayang. Sekali lagi mommy minta maaf sayang, atas nama axcel mommy minta maaf sayang... Hiksss... " valerie diam mematung ia berusaha menolak kenyataan namun, itulah yang terjadi rumah tangganya bersama axcel telah berakhir. Bukankah ini adalah kemauannya? Ingin bebas dari hubungan buruk yang selalu ia ucapkan setiap harinya. Dan mengapa sekarang ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa axcel telah tiada.

"aku tetap anak mommy" lirih valerie ia memegang tangan maria yang masih berada dipipinya.

"tidak ada yang berubah nak. Kepergian axcel tidak merubah segalanya valerie, kamu tetap anak kami" ucap maria menghapus air mata valerie yang terus saja mengalir dengan deras.

"shopia! bantu valerie ke kamarnya nak." maria melihat ke arah menantunya yang lain. Lalu menunduk lagi melihat wajah valerie yang sangat berantakan.

"Beristirahatlah lebih awal valerie" valerie hanya pasrah mengikuti langkah kaki shopia yang tengah menuntunnya menaiki tangga menuju kamarnya.

"terima kasih mbak!" valerie segera merebahkan badannya karena kepala lumayan pusing karena terlalu banyak menangis.

"sama - sama valerie. Mbak turun ya, jika kamu memerlukan sesuatu mbak ada di bawah" shopia mengelus rambut valerie sebelum ia beranjak meninggalkan valerie sendirian.

*******

valerie terbangun ditengah malam karena itu sudah menjadi kebiasaannya akan bangun ditengah malam hanya untuk sekedar minum air mineral. Dan sialnya gelas yang selalu terisi penuh dengan air itu kosong melompong. Valerie mencoba menahan rasa hausnya namun, semakin lama tenggorokannya semakin kering. Dengan terpaksa valerie bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum disana.

Setelah selesai menuntaskan dahaganya ia kembali ke kamarnya dengan membawa sebotol air mineral lagi ke kamarnya. Untuk berjaga - jaga ia kehausan lagi nantinya. Namun, saat di pertengahan jalan tak sengaja matanya menatap pintu kamar axcel. Ya, mereka tidak sekamar dan itu atas kemauan valerie agar memiliki kamar yang terpisah. Katanya ia memiliki privasi sendiri yang tak ada axcel di dalamnya. Axcel menurutinya dengan memisahkan diri dari kamar utama dikediaman itu.

Langkah kaki valerie melangkah mendekati kamar itu dengan ragu valerie membuka pintu kamar axcel. Begitu pintu kamarnya terbuka aroma khas axcel langsung menguar menyambut valerie. Aroma mint yang sangat menenangkan menguasai seluruh ruangan seakan pemiliknya masih ada.

Perlahan namun pasti langkah kaki valerie terus berjalan dan mencari saklar lampu dikamar itu karena kondisinya sekarang sangat gelap. Begitu lampu menyala mata valerie langsung di suguhi dengan beberapa poster dirinya yang menggantung indah di dinding kamar axcel.

Perasaan sesak kembali merayapi hatinya, valerie tidak pernah masuk kedalam kamar itu setelah 2 tahun kebersamaan mereka. Lebih tepatnya tinggal bersama karena tidak ada interaksi yang berlebihan di antara mereka hanya seperlunya saja. Sering axcel mencoba untuk lebih mengenal valerie namun, dengan tegasnya wanita itu membangun dengan kokohnya tembok di antara mereka.

bab 02

******

    malam kian larut namun tak membuat valerie berniat untuk tidur kembali. karena merasakan pegal dipergelangan kakinya yang mungkin telah kebas sebab ia berjalan keliling kamar axcel tanpa menggunakan alas kaki. Dinginnya lantai namun ia tak menghiraukannya. tangan kanan valerie terulur meraih figura kecil di samping nakas dan itu adalah foto axcel saat masih remaja. Tampan valerie baru menyadari jika axcel tampan sebab selama ini jangankan untuk memperhatikan wajah lelaki itu menyapanya saja ia tidak sudi. Baginya axcel adalah mala petaka dalam hidupnya.

     Setelah menaruh figura itu ketempatnya semula ia pun membaringkan badannya di atas kasur king size milik axcel. Namun, kantuknya tak kunjung datang setiap ia memejamkan mata selalu wajah axcel yang selalu muncul sedang tersenyum manis ke arahnya. Valerie menghela nafas seketika sesak menyelimutinya ia sendiri pun tak mengerti dengan kondisinya saat ini.

     Berulang kali ia menyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah sementara. Mungkin ia merasa sedih karena telah bersama axcel selama 2 tahun. Perasaan kehilangannya wajar karena dia terbiasa ada axcel di hidupnya selama 2 tahun ini. Namun, sebanyak apapun ia mensugesti dirinya sendiri tetap rasa sesaknya mendominasi.

    "axcel maaf" lirih valerie menatap foto pernikahan mereka yang menempel sempurna ditembok.

   Valerie tersenyum miris melihat bagaimana expresi wajahnya kala itu. Tak ada senyuman di sana hanya sorot mata kebencian yang sangat jelas. ia masih mengingat dengan jelas bagaimana valerie menghancurkan foto itu ketika axcel memajangnya di ruang tamu waktu itu. Valerie menggila hanya karena sebuah foto pernikahan.

    "jangan menangis valerie. Inikan yang kamu mau, dia sudah gak ada! artinya kamu bebas sekarang. Jangan menangis valerie!!..... Tapi disini sakit hiksss.." valerie menepuk dadanya yang sesak bahkan hanya untuk sekedar menghirup oksigen baru rasanya sulit sekali.

********

    "sayang mommy pamit ya.. Kamu baik - baik disini, jika rindu temui mommy yah nak!" mommy maria mengelus punggung valerie yang berada didalam pelukannya. Setelah seminggu berlalu kini tibalah saatnya mereka untuk pulang karena memiliki tanggung jawab masing - masing.

   "tentu mommy. Hati - hati dijalan" walau berat rasanya melepas kepergian mereka namun, valerie tak ingin egois.

   "apa gak sebaiknya kamu ikut bunda sayang? Ikut yah tinggal bersama bunda" setelah mama mertuanya beserta keluarga berpamitan kini giliran bunda farah dan sekeluarga yang berpamitan.

   "enggak bun, aku masih ingin tinggal di sini" jawab valerie.

   "ya sudah, kami pamit ya baik baik disini. Ada apa - apa segera hubungi bunda yah" peringat bunda farah. Ia tak tegah meninggalkan putrinya sendirian namun, ia juga memiliki tanggung jawab sendiri.

   "sering - sering pulang ke rumah ya nak, bersedih boleh nak. namun, jangan terlalu meratapi itu gak bagus. Jalani hidupmu, perjalananmu masih panjang sayang." ayah kemal menarik putrinya masuk kedalam pelukannya dan berkali - kali mengecupi pucuk kepala valerie.

   Setelah drama perpisahan diteras rumah usai valerie masih berdiri menatap gerbang yang sudah tertutup kembali. Ia pun segera masuk kedalam rumah dan sekarang hanyalah kesunyian yang menyambutnya.

  "biasanya juga seperti ini lalu mengapa baru sekarang terasa berbeda?" tanya valerie pada dirinya sendiri.

Ting... tong.... Ting.... Tong...

  mendengar suara bel di tekan dari pintu utama membuat valerie mengurungkan niatnya untuk pergi kekamarnya. Ia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan namun, kosong! Tak ada seorang pun disana kening valerie mengerut kemana orang - orang ini sebenarnya pikir valerie. Karena bel terus berbunyi valerie memutar badannya kembali menuju pintu.

   "selamat siang nyonya colla. Kami di utus untuk mengantarkan barang barang milik tuan colla kemari" ucap salah satu petugas polisi begitu pintu rumah valerie terbuka.

  "baik pak. Terima kasih" valerie segerah menerima kantong kresek berwarna hitam yang pak polisi itu sodorkan.

  "bagaimana kemajuan kasus nya pak?" tanya valerie karena semua bukti yang ada mengarah terhadap kecelakaan berencana.

  "pihak polisi telah melakukan kerja sama dengan pihak pengacara dari tuan colla. Jadi selebihnya bisa nyonya tanyakan langsung kepada pengacara anda" sahut pak polisi yang bername tag ridwan itu.

  "oh baiklah. Pak terima kasih atas bantuannya" ucap valerie ia pun menjabat tangan pak polisi itu dengan ramah.

    Setelah kepergian para polisi itu valerie kembali masuk kedalam rumah dan menuju kamar axcel. Setelah seminggu ini ia lebih nyaman tinggal dikamar axcel. Dan keheningan mulai menyelimuti wanita itu. Jika, seminggu ini ia masih belum terlalu merasa kehilangan karena perhatiannya masih teralihkan oleh kehadiran beberapa sanak saudaranya. Namun, tidak untuk saat ini semuanya terasa berbeda, sunyi, sepi dan dingin.

     Langkah valerie terhenti kala ia melewati ruangan yang sering axcel gunakan untuk bekerja. Ingin rasanya valerie menghampiri pintu itu yang seakan sedang memanggilnya namun ia kembali sadar ketika melihat kantong kresek yang diberikan oleh bapak polisi tadi. Setelah menghela nafas kasar valerie melanjutkan langkahnya menuju kamar.

    Seperti biasa setelah pintu kamar axcel terbuka aroma mint selalu membuatnya nyaman. Ia duduk di sofa lalu membuka dengan hati yang dag dig dug ia mengeluarkan satu persatu barang - barang yang dikenakan axcel untuk yang terakhir kalinya itu. Seketika air matanya jatuh begitu saja saat ia melihat cincin pernikahannya yang di kemas dalam kantong kecil. Cincin yang ia tolak keberadaannya, bahkan ia tidak pernah memakai benda tersebut. Valerie memasang cincin itu di jari manisnya namun sayang ukurannya terlalu besar. Sangat longgar di jarinya valerie tak kehilangan akal ia pun melepaskan kalung yang ia pakai dan memasukkan cincin tersebut di dalam kalung lalu kembali memakainnya.

    Berulang kali ia mengecupi cincin itu entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini yang pastinya valerie sangat kacau saat ini. Jam tangan, itu adalah jam kesayangan axcel ia lebih selalu memakai itu ketimbang jam tangannya yang lain. Kacanya telah hancur dan tak berbentuk lagi seperti sang pemilik yang lebih memilih menyerah. Air mata valerie terus saja mengalir dengan derasnya, baju, jas dan celana yang sudah tak layak lagi. Sobek dimana - mana dan masih berlumuran darah axcel yang telah mengering. Valerie memeluk baju axcel dengan pilu. Sungguh sangat menyakitkan ia tak pernah menyangka akan sesakit ini.

  Menyesal ? Sungguh sangat menyesal, valerie sangat menyesal sekarang. Mengapa baru menyadari sosok axcel sangat berpengaruh padanya setelah ia tiada. Kabiasaan lelaki itu akan datang menengoknya walaupun ditengah malam. Lelaki itu tidak pernah melewati satu malam pun untuk mengecek valerie. Dan valerie tahu namun, ia diam saja menganggap axcel sangat kurang kerjaan. Namun, baru sekarang ia merindukan momen itu dimana axcel akan mengelus kepalanya dengan sayang dan memberinya ucapan selamat tidur setiap malamnya tanpa mengenal rasa bosan.

Sakit! Sangat sakit ia merindukan perhatian axcel bukan hanya perhatiannya semua yang ada pada pria itu. Memang benar kata petuah 'semua akan terasa berarti jika sudah kehilangan' dan itulah yang valerie rasakan saat ini.

Ting.....

Ponsel valerie bergetar di atas meja nakas, awal ia tidak perduli namun, ponselnya kembali bergetar menandakan ada pesan masuk. Valerie beranjak dan meraih ponselnya disertai dengan helaan nafas yang panjang. Setelah memeriksa ternyata pesan dari pak pengacara keluarga axcel yang tengah mengiriminya file. Valerie mengingat jika tadi pak polisi sempat membahas terkait penyebab terjadinya kecelakaan yang menimpa axcel tempo hari.

"Bagaimana bisa" gumam valerie dengan tangan yang bergetar setelah melihat bukti yang menjadi penyebab kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya.

bab 03

********

"Mengapa?" Tangis valerie pecah tubuhnya luruh begitu saja dilantai. Bagaimana bisa ? Lelaki yang selama ini ia perjuangkan, ia sanjungi dan selalu ia bela tega melakukan hal sangat kejam hanya karena persaingan bisnis. Lelaki yang selama ini ia anggap baik dan lurus tahu tahunya tak lebih dari seorang iblis. Kenyataan yang tak pernah terlintas dibenaknya KELVIN KALANDRA pemuda yang selalu menjadi penyebab pertengkarannya dengan axcel ternyata menjadikannya target, umpan dan batu loncatan untuk meraih ambisinya dan mengalahkan axcel melalui cara curang.

Melihat bagaimana kekejaman lelaki yang ia puja tengah melakukan aksinya terhadap axcel. Dan ternyata kecelakaan itu hanyalah sebuah rekayasa manipulatif semata. Yang kenyataannya axcel telah dibunuh dengan cara yang keji dan menciptakan skenario seolah olah axcel mati karena kecelakaan.

Wanita itu terus memukul dadanya yang terasa sesak sungguh sangat sakit melihat bagaimana axcel merelakan hidupnya demi perempuan yang tak tahu diri seperti dirinya itu. Pukulan demi pukulan yang kelvin layangkan bahkan pria itu tak pernah membiarkan axcel untuk menghirup udara sedikit pun. Kejam! Sungguh kejam, valerie terus menggelengkan kepalanya melihat durasi vidio yang terus terputar di depannya.

Sepanjang malam valerie hanya menangis dan meraung ditengah dinginnya malam. Penyesalan yang ia rasakan saat ini sungguh tiada terkira.

**********

Tak ada kata yang mampu ia ucapkan dimata sayunya terus saja menatap batu nisan yang bertuliskan AXCELIO VAKEN COLLA. 2 jam yang lalu ia telah duduk di samping pusara axcel tanpa niat untuk bergeser sedikit pun.

Kesedihan yang ia sangka hanya untuk sementara itu terus saja menempelinya hingga kini bahkan lebih dan menjadi sakit yang tak memiliki obat.

"Maaf" air matanya terus saja mengalir tanpa henti.

"maafkan aku yang telah lancang memasuki privasimu. Namun, aku gak sanggup bila tidak menghirup aroma tubuhmu yang tertinggal dikamar." valerie mulai emosional bahkan ia menepuk pelan dadanya yang kian terasa sesak.

"katamu tidak akan meninggalkanku, katamu akan menunggu sampai aku membalas perasaanmu!" valerie menjatuhkan tubuhnya dan memeluk gundukan tanah yang masih basah didepannya. Ia tak perduli dengan keadaannya pakaiannya yang kotor, dan penampilan yang acak -acakan.

"apakah kamu ke dinginan di dalam sana xcel?" tangan valerie terus bergerak meraba tanah itu seakan sedang membelai kepala axcel.

Semua perlakuan, kata - kata dan penolakan bahkan tak ayal penghinaan yang sering valerie ucapkan selama mereka bersama semuanya berseliweran di kepalanya. Bagaikan kaset yang sudah di setel dengan otomatis baik yang lama maupun kejadian sebelum axcel mengalami kecelakaan tragis itu. Axcel yang pagi itu pemitan akan berangkat kekantor terlibat percekcokan yang sedikit panas dengan valerie. Berbagai sumpah serapah yang valerie lontarkan untuk suaminya itu. Dan seperti kata orang tua doa istri selalu di jabah oleh tuhan.

"Maaf.... hiksss.... mengapa kamu menghukumku dengan cara seperti ini? Aku tahu penyesalanku tiada artinya tapi harus kamu tahu axcel aku sangat menyesal. Dan untuk dia, dia sudah mendapatkan pelajaran yang lebih sakit darimu. Aku tidak akan membiarkan mati terlalu cepat itu sangat mudah untuknya... hikss maaf hiksss" setelah mengetahui fakta itu baik dari orang tua axcel dan orang tua valerie tak memberi ampun bahkan seluruh keluarga kevin hilang bak ditelan bumi.

Valerie masih membaringkan kepalanya di atas pusara tanpa perduli dengan malam yang mulai datang. Cahaya yang meremang tak membuatnya bangkit, bahkan telapak tangannya dengan erat menggenggam tanah itu dengan sejuta penyesalan. Karena lelah menangis dan kepalanya yang pusing karena kebanyakan menangis. Matanya memberat dan ia pun tertidur dengan posisi yang masih sama.

"nak,,, bangun jangan tidur disini.. Udara malam disini sangat dingin" samar samar suara renta masuk ke dalam indra pendengaran valerie. Namun, ia terlalu nyaman berada di alam mimpinya sambil terus memeluk tanah gundukan itu.l

"nak, ayo bangun" suara itu lagi terdengar kembali namun, lagi lagi valerie mengabaikannya.

"nak!!" sentak pria tua itu lagi sambil menepuk bahu valerie. Ia mulai khawatir karena wanita itu tak kunjung bangun setelah segala upaya ia lakukan untuk membangunkannya.

Setelah melihat wanita itu menggeliat kecil pria tua itu bernafas lega. Ia kembali menepuk bahu valerie yang tak kunjung membuka matanya meski ia sudah bangun.

"shhhhhh" valerie terus meringis bukannya ia tak mau membuka matanya namun, kepalanya terasa sangat berat seperti sedang tertimpa beban berat berton - ton.

Perlahan tapi pasti valerie membuka matanya menegakkan duduknya sambil melihat ke arah sekitarnya. Rupanya malam sudah kian larut terbukti sejauh mata valerie memandang hanya kegelapan yang ada. cahaya lampu penerang hanya remang - remang saja itu pun dengan jarak yang lumayan saling menjauh satu sama lain.

"nak apakah kamu baik - baik saja ? " terdengar kembali suara yang cukup asing ditelinga valerie dari arah belakang.

Valerie tidak langsung menoleh kebelakang karena ia sedikit takut dengan suasana sekarang apa lagi suara yang barusan ia dengar sedikit renta. Apakah itu penghuni di antara kuburan yang barada di situ, bulu kuduk valerie sekita meremang ia pun meremas tangan yang saling bertautan.

"nak" valerie tersentak kaget kala bahunya di tepuk pelan dari belakang.

"nak apa kamu baik - baik saja?" dengan perlahan valerie menoleh kebelakang setelah ia memastikan kakinya menapaki tanah barulah valerie berani untuk mendongak ke atas.

"anda siapa?" tanya valerie.

"kakek bertugas mengurus makam di sini. Nak!" jawab kakek tua itu lagi.

"sekarang sudah jam berapa kek?" tanya valerie karena ia datang kemari tadi dalam keadaan terburu - buru.

Ia bahkan tak membawa dompet dan ponsel yang ada di fikirannya hanyalah ingin segera bertemu dengan axcel saat itu juga. 2 minggu setelah kepergian axcel hidup valerie berubah total, bahkan berat badannya turun drastis ia tak lagi memperdulikan penampilannya bahkan badan idealnya.  Cara tuhan menghukum atas ke Dzolimannya sungguh luar biasa. Setelah menyadari perasaannya yang sesungguhnya axcel pun telah tiada bersama dengan kenangannya. Dan untuk kekasihnya ternyata bukan cinta melainkan obsesi gilanya dan bisa di kata hanya sekedar pelampiasan semata.

"jam 10 malam" jawab kakek itu, dia pun berjongkok di samping valerie yang kembali menatap nisan axcel yang lebih menarik melebihi apapun, ya bagi valerie tidak ada yang lebih berarti selain yang menyangkut axcel di matanya.

"dia suami saya" ucap valerie membuka obrolan.

"dia pergi 2 minggu yang lalu, sebuah kecelakaan yang di sengaja telah merenggutnya dariku" lirih valerie.

"yang sabar nak, semua yang ada di bumi ini hanya titipan semata semuanya akan kembali ketempat yang seharusnya. Mungkin tuhan lebih menyanyangi suamimu nak!. Iklaskan dia agar ia bisa beristirahat dengan tenang di alamnya." ucapan kakek itu sangat mengena tepat di jantung valerie.

"iya. Kakek benar tuhan lebih menyanyanginya di bandingkan denganku yang selalu menyia - nyiakannya. Tapi hukuman ini terlalu berat, mengapa tuhan langsung merenggutnya dariku tanpa memberiku kesempatan" air mata valerie kembali membanjiri pipinya.

"semuanya sudah sesuai ketentuan garis takdir dari setiap masing - masing manusia nak. Kita hanya menjalankannya saja." kata kakek itu lagi menatap iba kepada valerie ia tak tahu masalah apa yang sedang menimpa gadis itu.

"penyesalan! saya tak pernah menduga jika penyesalan yang saya alami begitu menyakitkan kek. Penyesalanku teramat besar, mulut yang kasar tak pernah berhenti mencari masalah dengannya. Telinga yang tuli tak mau mendengar penjelasannya, mata yang buta tak melihat ketulusannya. Otak yang bodoh! mengapa aku bisa sebodoh ini kek?" valerie meraung sambil menepuk dadanya yang sesak.

"nak, allah telah membekali kita dengan banyak kelebihan dari mahluk lainnya di dunia ini, kita di beri hati yang lembut agar bisa merasakan ketulusan, kita di beri mata agar bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk, telinga agar kita bisa mendengar dan mulut untuk memilah kata apa yang yang akan kita ucapkan, namun, semua kembali lagi kepada kepribadian masing - masing semua tergantung kita yang menentukan, karena beda orang beda pemikiran serta pendapat. Kakek tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi namun, kakek hanya bisa bilang iklas, iklas adalah kuncinya." kakek itu pun mengelus punggung valerie dengan pelan. Mendengar penuturan kakek itu yang seolah adalah tamparan keras untuk valerie.

"pulang lah nak, malam kian larut udara malam semakin dingin jangan membuat dirimu berada dalam kesulitan yang lebih dalam lagi" nasehat kakek tua itu sebelum beranjak pergi meninggalkan valerie.

Setelah mendengar langkah kaki kakek tadi semakin menjauh valerie bangkit meski sedikit sempoyongan karena mengalami sedikit pusing namun, ia tetap memaksakan diri. Jika bukan diri sendiri memang siapa lagi yang akan valerie harapkan untuk menolongnya. Satu satunya orang yang selalu ada disaat ia kesusahan hanya axcel meski pun selalu mendapat penolakan namun, tak membuatnya meninggalkan valerie sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!