Waktu menunjukkan pukul tujuh Ting...Ting..Ting.7x
Waḍ-ḍuḥā. wal-laili iżā sajā. mā wadda'aka rabbuka wa mā qalā. wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā. wa lasaufa yu'ṭīka rabbuka fa tarḍā. a lam yajidka yatīman fa āwā. wa wajadaka ḍāllan fa hadā. wa wajadaka 'ā`ilan fa agnā. fa ammal-yatīma fa lā taq-har. wa ammas-sā`ila fa lā tan-har. wa ammā bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ.
Ya saat ini matahari telah bersinar hangat bahkan denting alarm otomatis masjid telah berbunyi di susul lantunan surat Ad-dhuha yang menunjukkan waktu Dhuha telah tiba.
Diwaktu-waktu tersebut juga merupakan tanda bahwa orang-orang telah memulai aktifitasnya kembali. Namun tidak bagi seorang gadis yang masih asik dalam mimpinya lengkap dengan berbuntal selimut.
" Ya Allah, Anak gadis kok jam segini masih tidur kebiasaan deh abis sholat subuh tidur lagi. Ayo bangun sayang, memangnya gak ke toko hari ini? " seru Anggun menarik selimut yang menutupi anak gadisnya yang menyerupai ikan buntal
" Emmmhh Ummah. Adek masih ngantuk semalam tidur jam dua. " Rengeknya dengan mata masih terpejam
" Iya ummah tau. Waktu adek masuk ummah baru selesai sholat tahajud. Lagian ngapain pake ikut begadang sih nak, kan udah ada yang kerja shift malam. Ummah khawatir kamu sakit karena kecapekan kalau begadang terus sayang" Ucap Anggun khawatir
" Gak enak sama anak-anak ummah, kasihan kalau ditinggal tidur. Sekalian Maureen cek hasil penjualan siangnya kan " Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur
" Yaudah bangun gih siap-siap sholat dhuha, mandi terus sarapan. udah ummah masakin nasi goreng pake telur ceplok setengah Mateng kesukaan adek " ucap Anggun mengelus kepala anaknya lalu pergi meninggalkan Maureen yang mulai membuka matanya
Bukan tidak beralasan dia sampai bangun siang dikarenakan pekerjaan yang membuat nya kelelahan. Maureen memiliki usaha online shop yang menjual berbagai macam jenis pakaian dewasa dan anak-anak sesuai trend terhangat. Tidak hanya itu berbagai alat rumah tangga,sekolah, make up atau skincare juga dijualnya. Bahkan Frozen food dan buah-buahan juga jadi salah satu etalase penjualannya. Tokonya lumayan ramai pembeli baik secara online maupun offline, disamping harganya murah juga lumayan lengkap.Banyak diminati ibu-ibu rumah tangga dan remaja membuat usahanya berkembang pesat. Yang awalnya hanya iseng berjualan hijab jahitan sendiri dengan bermodalkan uang tabungannya selama kuliah benar-benar diluar dugaannya usahanya bisa berkembang hingga saat ini memiliki 26 karyawan yang bertugas sebagai admin, host live, packing, melayani pembelian offline dan lain sebagainya. Ya itulah Maureen Maulana gadis yang cantik manis dan mandiri dengan sekelumit cerita kesuksesannya.
Setelah sarapan Maureen langsung ke tokonya yang tepat berada di pekarangan samping rumahnya. Melihat kesungguhan putrinya dalam berusaha Maulana pun membuat toko lengkap dengan gudangnya untuk menyokong usaha putrinya tersebut. Besar dan luas tempatnya, halamannya pun di lengkapi area permainan anak-anak sehingga menarik perhatian ibu rumah tangga yang berbelanja offline untuk membawa anaknya.
" Kalian lagi bahas apa sih pagi-pagi gini kok kayaknya seru gitu " tanya Maureen pada pegawainya yang terlihat sedang membicarakan sesuatu
" Aduh mbak Maureen ngagetin aja. Ini lho mbak nanti malam kan ada acara pengajian di alun-alun kecematan, kita janjian mau berangkat bareng. Mbak Maureen mau ikut? " Tanya Ani
" Oh ya, Aku kok baru tau kalau ada pengajian An. Memangnya siapa penceramahnya? "
" Itu lho mbak kyai kondang yang di TV yang sering kita tonton juga di YouTube. Kyai Abdul Aziz yang terkenal itu." Seru Ani dengan semangatnya
" oh iya aku sering lihat cuplikan video nya di Tik Tok " Jawab Maureen sambil menganggukkan kepalanya
" Gimana mbak, mau ikut gak nanti? " tanya Ani lagi
" Insyaallah kalau nanti gak capek. Liat nanti aja lah ya "
Saat makan siang yang sedikit terlambat Maureen tak melihat abahnya sama sekali dari pagi. Biasanya Maulana selalu menyempatkan waktunya ke toko sekedar bertanya soal penjualan atau obrolan basa-basi. Tapi sampai menjelang sore dia belum melihat abahnya.
"Abah kemana ummah? Maureen kok belum lihat Abah sama sekali dari pagi." Tanya Maureen pada Anggun
" Lagi tugas jemput kyai Abdul Aziz, sayang. Abah dimintain tolong pak camat buat bantu penjemputan." Jawab Anggun dengan lembut
" Lho kok bisa Abah ummah?" Tanya Maureen heran karena setahunya ini acara kecamatan sedangkan Abahnya bukan pegawai kecamatan atau desa. Memang sih orang tua nya termasuk tokoh masyarakat atau orang yang disegani di lingkungannya yang kalau ada acara sering jadi imam contohnya saat tahlilan, khataman Al Qur'an dan lain sebagainya. Tapi kan banyak tokoh-tokoh yang lain atau kyai-kyai langgaran se- kecamatan nya. ia jadi heran abahnya terpilih ke panitia an di acara sebesar ini
" Ya mungkin ada yang tau kalau Abah sering sowan ke kyai Abdul Aziz. Adek tau kan setiap malam Jumat manis Abah selalu pergi sowan ke gurunya. Ya ke pondok nya kyai Abdul Aziz itu." Seru Anggun
" Kok Maureen gak tau kalau gurunya Abah kyai terkenal itu " beo Maureen
" Ya gimana mau tau nak. Kalau dulu adek selalu sibuk sama tugas sekolah, kuliah dan sekarang sibuk soal kerjaan. Jangankan soal guru Abah, soal ummah dan Abah yang udah makin tua aja adek gak tau kayaknya" Goda Anggun
" Apaan sih ummah kok ngomong gitu." ucap Maureen mengerucutkan bibirnya
" kan emang iya dek, Abah sama ummah udah makin tua. Udah gak sabar pengen lihat anak gadis ummah nikah." godanya lagi
" kok malah bahas nikah sih ummah. Udah ah, adek udah selesai makannya mau balik kerja." jawab Maureen dengan pipi menggembung dan bibir mengerucut
" Ummah juga gak sabar pengen gendong cucu dari Adek lho yaa" seru Anggun sedikit berteriak karena Maureen telah beranjak keluar rumah
"Apaan sih ummah ini, lagian aku juga baru 24 tahun kali. Masih terlalu muda untuk menikah dan apalagi tadi gendong cucu katanya. nggak banget deh." batin Maureen
malam hari tepat setelah ba'da Maghrib seluruh keluarga Maureen menghadiri acara pengajian tersebut. Awalnya Maureen tidak ingin ikut karena banyaknya check out-an hari ini, dia ingin bantu karyawan bagian packing. Namun Maulana memaksa untuk ia ikut bersama bahkan Kakak Maureen Akbar beserta anak istrinya pun juga ikut.
Sesampainya disana ada sesi sowan untuk seluruh panitia dan diperbolehkan membawa keluarga untuk ikut serta sowan termasuk Maulana sekeluarga.
" Ini istri dan anak-anak mu Pak Maulana? " tanya Kyai Abdul Aziz yang dijawab dengan anggukan penuh takzim oleh Maulana lalu memperkenalkan istri dan anak cucunya satu persatu.
" Pak Maulana nanti setelah acara bisakah menemui saya sebentar ? " Tanya Kyai Aziz
" Baik kyai " Jawab Maulana dengan menunduk
Serangkaian acara pun berjalan dengan lancar dan khidmat. Namun Maureen masih belum meninggalkan arena pengajian walau matanya kini berat untuk diajak terbuka tapi ia harus sabar menunggu abahnya yang tengah menemui kyai Aziz.
Sementara di dalam ruangan yang hanya ada kyai Aziz, Maulana dan Ustadz Rohim yang merupakan tuan rumah. Nampak tiga orang sedang berbicara dengan serius.
" Maaf Pak Maulana, putrimu belum menikah kan?" Ucap Kyai Aziz membuka percakapan
" Belum kyai." jawab Maulana
" Apakah saat ini dalam masa bertunangan?." Tanya lagi
" Tidak kyai." Jawab Maulana jujur
" Alhamdulillah. Aku berniat melamarnya untuk putraku." Ucap Kyai Aziz menyampaikan tujuannya meminta Maulana untuk menemuinya saat ini
Maulana terdiam bukan tidak mendengar hanya saja dia masih mencerna apa yang dikatakan oleh gurunya tersebut. Sebab selama ini tidak pernah sama sekali terlintas dalam pikirannya perihal jodoh anaknya walau istrinya berulang kali membahas tentang Maureen yang belum mau menikah. oh apa lagi ini, kyai Aziz mengucapkan benar-benar diluar dugaannya dan tidak pernah terbesit sama sekali. ia kaget hingga tanpa sadar mendongakkan kepalanya menatap sang guru yang tersenyum kepadanya. Bukan hanya dirinya saja yang kaget, ustadz Rohim pun juga sama kagetnya terlihat dari alis wajahnya yang sedikit terangkat dengan mulut yang terbuka. entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
" Mohon maaf kyai, maksudnya bagaimana?" tanya Maulana seolah belum sadar dari keterkejutannya
" Mungkin ini sedikit membuatmu terkejut Pak Maulana. Namun aku bersungguh-sungguh melamar putrimu untuk putraku. Bagaimana menurutmu?." Terang kyai Aziz
" Mohon maaf kyai. Sungguh sebuah kehormatan bagi kami bisa mendapatkan anugerah niat baik dari kyai." Jawab Aziz
" Saat ini anakku dalam perjalanan bisnis dari Bali. Besok siang akan singgah transit di masjid Al ikhlas sekalian menjemput ku. Aku berharap kau juga datang dengan istri dan anakmu. Aku bermaksud untuk mempertemukan mereka dalam bentuk ta'aruf. Itupun jika kau berkenan Pak Maulana." tutur kyai Aziz
" Insyaallah kyai. Besok saya akan datang dengan istri dan anak-anak." Jawabannya dengan suara pelan namun bisa di dengar oleh kyai Aziz
" Saat ini anakku dalam perjalanan bisnis dari Bali. Besok siang akan singgah transit di masjid Al ikhlas sekalian menjemput ku. Aku berharap kau juga datang dengan istri dan anakmu. Aku bermaksud untuk mempertemukan mereka dalam bentuk ta'aruf. Itupun jika kau berkenan Pak Maulana." tutur kyai Aziz
" Insyaallah kyai. Besok saya akan datang dengan istri dan anak-anak." Jawabannya dengan suara pelan namun bisa di dengar oleh kyai Aziz
Sepulangnya dari rumah ustadz Rohim, Maulana tampak banyak diam. Hingga ia kembali membuka suara saat baru turun dari mobil
"Abah minta waktunya sebentar, ada yang ingin Abah sampaikan. Kecuali Wulan, istirahatlah bawa Bella ke kamar nak." ucap ayah berlalu menuju ruang tengah dengan diikuti istri serta anak-anaknya. Ya walaupun mereka juga bingung mengenai apa yang akan disampaikan oleh abahnya.
Saat ini Maulana telah duduk di kursi ruang tamu beserta istri dan anak-anaknya. Ia tidak ingin menunda-nunda untuk menyampaikan perihal niat baik dari Kyai Aziz kepada keluarganya. Walau ia sendiri juga tahu bahwa istri dan anak-anaknya pasti lelah apalagi jam telah menunjukkan pukul 01:07 WIB
" Ada apa Abah, tengah malam begini kok ngajak ngumpul. Anak-anak juga pasti capek." Seru Anggun yang sebenarnya udah mengantuk sedari tadi saat masih pengajian namun suaminya malah ngajakin ngobrol
" Tadi Kyai Aziz panggil Abah karena ingin melamar Maureen untuk Gus Faiz " Ucap Maulana tanpa basa-basi yang sukses membuat istri dan anak-anaknya kaget bukan kepalang hingga kantuk mereka hilang seketika khususnya Maureen
" Ma-maksud Abah apa?" Akbar menimpali
Sejenak Maulana terdiam lalu menghirup udara panjang seolah menggambar bahwa ia juga terkejut akan berita ini
" Abah pun kaget,sama seperti kalian.Abah kira salah dengar tadi.Tapi Kyai Aziz benar-benar menyampaikan niat baik itu hingga dua kali tadi." Ucap Aziz
" Lalu Abah jawab apa?." kini Anggun buka suara
" Abah belum jawab apa-apa, tapi besok Kyai Aziz minta kita ke masjid Al ikhlas karena saat ini Gus Faiz dalam perjalanan bisnis ke Bali besok pulang dan transit di masjid Al ikhlas sekalian jemput kyai Aziz." jawab Maulana dengan memandang Maureen yang masih menundukkan kepalanya
" Maksud Abah, biar Maureen ketemu Gus Faiz?." tanya Anggun memandang Maulana lalu berpindah ke Maureen
" Iya, Adek mau ya nak besok ikut Abah ketemu Gus Faiz?" Ucap Maulana dengan lembut
" Yaa Allah Abah, Kok bisa jadi seperti ini sih. Adek masih belum ingin menikah Bah. Adek gak mau pokoknya." tegas Maureen dengan mata berkaca-kaca
" Tolong Abah nak. Abah akan sangat tidak menghormati kyai Aziz kalau ayah langsung menolak. Ini adalah sebuah kehormatan bagi keluarga kita yang dari kalangan biasa-biasa ini sayang. Abah mohon ikutlah dengan Abah besok apabila ada ketidakcocokan diantara kalian besok maka tidak apa-apa. toh ikhtiar dulu nak, jangan permalukan Abah didepan guru Abah." mohon Maulana dengan wajah sendu
" Tapi Abah.."ucap Maureen yang langsung dipotong oleh Anggun
" Ummah paham perasaan adek, tapi benar kata Abah Yang penting ikhtiar dulu. Besok kita akan berangkat temani Abah ke masjid Al ikhlas." Ucap Anggun yang benar saja langsung diterima oleh anak-anaknya tanpa penolakan. Kini Anggun dan Maulana telah masuk ke kamarnya
"Istirahat dulu dek. Kau pasti sangat lelah kan" ucap Akbar sembari mengelus pucuk kepala Maureen lalu pergi ke kamarnya
Di dalam kamarnya Maureen benar-benar tak bisa memejamkan matanya. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa bisa seperti ini. Ya walau telah beberapa kali ada yang melamar nya selama ini. Namun pasti Maulana bisa menjawab dengan jujur ketidak siapan Maureen tapi kenapa sekarang tidak bisa. Hanya karena ia putra dari gurunya,putra seorang kyai kondang terkenal SE Indonesia Raya bahkan ke negeri tetangga. Tapi tetap saja Maureen belum siap. Ia masih ingin fokus terhadap usahanya, cita-citanya dalam berkarir. Ya walau dihati kecilnya menyadari bahwa situasi ini mungkin memang tidak akan bisa ia hindari walau sekeras apapun ia menolak. Jika mungkin saat ini ia tidak berjodoh dengan Gus Faiz,pasti suatu saat masih akan ada laki-laki lain yang datang untuk melamarnya. Ia menangis hingga benar-benar tak bisa tidur, padahal waktu sebentar lagi akan masuk waktu subuh.
Ia bergegas ke kamar mandi, untuk mandi menyegarkan tubuh beserta fikirannya. Ia ambil wudhu lalu bersiap mengadukan isi hatinya kepada Sang Khalik. Berharap doa dan harapannya berjalan dengan mulus sesuai target impiannya yang tercatat pada peta impian yang tertempel di dinding kamarnya.
Sementara di tempat lain nampak seorang tengah mengobrol via video call dengan serius
" Abuya berniat melamar gadis untukmu nak. Sudah saatnya kau berkeluarga, Abuya dan Umi udah makin tua ingin lihat kamu menikah dan memberikan cucu untuk kami le. Apakah kamu keberatan?"
" Faiz manut Buya saja. insyaallah Faiz yakin pilihan Buya tidak akan salah." Jawa Faiz dengan kepala menunduk
" Alhamdulillah, insyaallah. Abuya juga udah sampaikan ini kepada umi dan jawaban umi mu juga keputusan ada ditanganmu iz. Mendengar jawabanmu barusan Abuya lega. Namanya Maureen nak, besok dia akan ke masjid Al ikhlas juga beserta keluarganya. Abuya tunggu besok di sini ya le, hati-hati diperjalanan. Banyak-banyak dzikir dan baca sholawat." tutur kyai Aziz lembut
" Iya Abah. Assalamualaikum" tutup Faiz
"Waalaikumsalam wr. wb."
Masjid besar dengan nuansa timur tengah mix modern yang dilengkapi rest area. cafe yang strategis, minimarket yang lumayan lengkap dan minimalis, mesin ATM yang berguna bagi orang yang kehabisan uang cash saat dalam perjalanan. area istirahat yang sejuk, aesthetic dan nyaman menjadikan masjid Al ikhlas tak pernah sepi oleh orang yang ingin sholat dan beristirahat dari perjalanan mereka.
Di masjid Al ikhlas inilah mereka berada, Maureen dengan keluarganya tengah duduk di cafe sembari menunggu Maulana tengah menghampiri Kyai Aziz yang sedang duduk di serambi masjid bersama beberapa orang Paniti yang bertugas mengantar sang kyai tersebut termasuk ustadz Rohim. Tak berselang lama panitia terlihat meninggalkan area masjid menyisakan kyai Aziz, dan 3 orang lelaki yang entah belum diketahui siapa orang tersebut. Dan kini Maulana tampak melambaikan tangannya hingga dibalas anggukan oleh Akbar. Kamipun memasuki serambi masjid.
Kini Maureen duduk disebelah kanan Anggun dan sebelah kirinya Wulan memangku Bella putri kecilnya. Sedangkan Maulana dan Akbar tepat berada di sisi tak jauh dari Maureen. Disebelah kyai Aziz terdapat 3 orang lelaki yang selama percakapan singkat diketahuinya bahwa yang berperawakan tinggi besar itu adalah sopirnya dan disebelahnya adalah asisten pribadi dari Gus faiz.berarti Gus Faiz adalah lelaki yang posisi duduknya tepat disamping kyai Aziz.
" Maaf Pak Maulana, kami ingin melanjutkan niat yang saya sampaikan semalam yaitu ingin mengajak ta'aruf nak Maureen untuk Faiz putraku ini. Dia adalah putraku satu-satunya, yang insyaallah akan menjadi penerusku setelah ini, pendidikannya telah ia selesaikan 2 tahun lalu di Mesir dan saat ini masih proses membangun usahanya sendiri. Yang insyaallah bisa untuk tabungan masa depan dengan keluarga kecilnya sendiri nanti " ucap Kyai Aziz dengan mengelus punggung Faiz, seolah menunjukkan bahwa inilah putranya
" njih matur nuwun sanget kyai. Pangapunten nuwun Sewu keputusan saya serahkan kepada Maureen, sebab dia yang akan menjalaninya. Bagaimana nak?." Tanya Maulana lembut pada putrinya yang sedari tadi menundukkan kepalanya
" Bismillahirrahmanirrahim" ucap Maureen sangat lirih yang hanya nampak menggerakkan bibirnya saja
" Pangapunten sebelumnya kyai, sejujurnya saya sangat terkejut mendengar berita ini semalam dari Abah. Bahkan hingga saat ini rasanya pikiran saya masih belum selesai dengan keterkejutan itu. Untuk itu saya tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan sehingga melukai hati keluarga saya, keluarga kyai terkhusus diri saya sendiri. Mohon berikan saya kesempatan untuk istikharah dulu, setidaknya berikan saya waktu 2 hari." Ucap Maureen tanpa mendongakkan kepalanya dan terlihat jelas bahwa gadis itu menangis, ada tetesan air mata pada kerudungnya yang berwarna dusty pink
" Bagaimana menurutmu le? tanya Kyai Aziz pada Gus Faiz
" Mohon ijin untuk saya berbicara dengan dek Maureen sebentar. Tidak Jauh kok Buya, tetap diserambi ini." Mohon Gus Faiz dengan wajah datarnya yang dibalas anggukan oleh kedua kepala keluarga tersebut
Sesuai dengan yang dikatakan Gus Faiz,kini mereka berada di serambi yang tak jauh dari pandangan keluarga serta kanan kiri terlihat banyak orang namun asik dengan obrolan masing-masing
" Maaf dek jika ini membuatmu terkejut, tapi sejujurnya aku pun sama. Bahkan baru ba'da subuh tadi aku mendengar beritanya. Maaf telah membuatmu terkejut" Ucap Gus Faiz tanpa berani memandang Maureen
" Kenapa Gus tidak menolak? Aku belum siap menikah." Protes Maureen namun dengan suara yang lirih
" Maaf,Aku tidak bisa menolak permintaan Abuya." Gus Fahmi beralasan
" Tapi aku tidak bisa, aku belum siap menikah. Terus gimana cita-citaku." jelasnya dengan suara yang mulai parau
" Istikharah Lah dek, insyaallah jika kita berjodoh aku tidak akan jadi penghalang cita-citamu selagi itu baik." ucap Gus Faiz lalu segera bangkit bergabung dengan Kyai Aziz
pertemuan itupun ditutup dengan keputusan kyai Aziz yang tentunya atas persetujuan Gus Faiz
" Baiklah nak, kami menerima itu. Nanti akan kami hubungi lagi 2 hari kedepan. Semoga hal baik ini senantiasa membawa kemaslahatan bagi keluarga kita. Aamiin."
" Baiklah nak, kami menerima itu. Nanti akan kami hubungi lagi 2 hari kedepan. Semoga hal baik ini senantiasa membawa kemaslahatan bagi keluarga kita. Aamiin."
Setelah sampai di rumah Maureen langsung masuk ke tokonya. Sebab menurut Maureen jika ia masuk ke dalam rumah saat ini tentu orang tuanya akan membahas soal perjodohan ini. Ia malas untuk membahasnya saat ini.
" Mbak Maureen darimana? tumben cantik banget gini." cletuk Risa salah satu pegawainya
" Emangnya kamu kemana aja selama ini Ris, Mbak Maureen kan emang cantik." respon Ani
" Ya gak gitunya mbak, biasanya kan siang-siang begini mbak Maureen itu penampilannya sederhana kasual gitu. tapi tetep cantik. hehe"
" kamu ini ada-ada aja Ris. Bilang aja kalau iri sama kecantikannya Bu boss."
Namun candaan mereka harus terhenti saat memperhatikan Maureen yang tampak murung dan tak menghiraukan mereka. Padahal biasanya Maureen tak segan-segan untuk ikut bersenda gurau dan tak pernah sekalipun mengabaikan pegawainya. Hingga sore dan akan pergantian shift pun Maureen masih tampak murung mengetuk-ngetuk kan pulpen ke mejanya juga terlihat berulangkali membuang kasar nafasnya. Jelas itu tak luput dari perhatian para pegawainya yang saling menyikut satu sama lain
Hingga akhirnya ia sadar jika waktu ashar udah hampir habis, segera ia pulang untuk melaksanakan sholat ashar.
•POV GUS FAIZ
Beberapa kali Umi menanyakan perihal kapan aku akan menikah dan selalu aku jawab nanti jika sudah waktunya. Memang semenjak kepulanganku dari Mesir, beliau gencar sekali menginginkan aku untuk segera menikah. Namun pagi ini aku dibuat tak bisa berkata-kata sebab Abuya sendiri yang mengatakan bahwa beliau telah menentukan pilihan calon istri untuk ku. Padahal sebelum-sebelumnya Abuya tak pernah sekalipun menanyakan perihal kapan aku akan menikah. Jelas aku tidak bisa menolak keinginannya.
Siang ini aku telah tiba di masjid yang Buya katakan. Entah mengapa aku gugup sekali. Padahal aku sama sekali tak mengenalnya, yang ku tau namanya Maureen.
Iya,namanya Maureen. Nama yang mulai pagi ini membuat hatiku berdebar walau tanpa ku ketahui seperti apa pemilik nama tersebut. Aku hanya yakin bahwa Abuya tak akan sembarangan dalam memilih calon istri untukku.
Gadis itu telah tiba beserta keluarganya. Sekilas ku lirik ke arah cafe terdapat 2 orang wanita muda yang ku yakini salah satunya merupakan ibu dari balita cantik yang asik berlari kesana-kemari itu. Sebab terlihat ia begitu telaten menyuapi anak itu makanan. Berarti Maureen yang berbaju pink kalem itu.
Hatiku semakin berdebar dan membuatku gugup saat Buya mulai menyampaikan kembali maksud bertemunya kami sekarang. Namun segera ku alihkan pandanganku ke lafadz Allah SWT di dinding bagian dalam masjid yang bisa ku lihat dari celah angin-anginan dekorasi serambi.
Maureen mulai mengungkapkan perasaannya yang katanya sangat terkejut.Hingga meminta waktu untuk istikharah.Namun kini semakin membuatku tak mengerti dengan apa yang ku rasakan. Tubuhku terasa dingin, bahkan jemari tanganku mulai gemetar namun bisa ku tangani dan ku sembunyikan dibalik bajuku. Tak ku pungkiri suara Maureen begitu lembut dan merdu ditelingaku. Ku beranikan diri meliriknya yang masih setia menunduk. Bulu matanya yang lentik terlihat menggenang bulir air mata. Bahkan sebagian telah ada yang lolos membasahi kerudungnya yang berwarna pink kalem itu.
Yaa Allah maaf kan aku yang tanpa sengaja terpana dan lupa bahwa tak baik memandang begitu lama gadis yang belum menjadi mahramku. Akankah Kau lah jawaban dari doa disepertiga malamku Maureen?
untuk lebih memantapkan diri dan hati kami berdua. Ku beranikan diri untuk meminta ijin bicara berdua. Walau aku sendiripun tak tahu apa yang inginku sampaikan padanya. Entahlah yang pasti aku ingin mengenalnya.
Ku bawa dia tak begitu jauh dari keluarga kami dan masih diserambi yang terlihat banyak orang untuk sekedar istirahat.
Ku beranikan diri memulai percakapan dengan meminta maaf kepada nya, karena pasti dia sangat terkejut hingga membuatnya gugup. Terbukti kedua jari jempolnya saling beradu satu sama lain sedari tadi hingga kini.
" Kenapa Gus tidak menolak? Aku belum siap menikah." Protesnya yang ku yakini wajahnya kini menggemaskan, namun ku mantapkan hati ku untuk tidak melihatnya.
" Maaf,Aku tidak bisa menolak permintaan Abuya." Ucapku yang bukan hanya alasan belaka. Memang benar aku tak mampu menolak setiap perintah Abuya.
" Tapi aku tidak bisa, aku belum siap menikah. Terus gimana cita-citaku." Lagi-lagi ia protes namun kini dengan suara yang mulai parau.
" Istikharah Lah dek, insyaallah jika kita berjodoh aku tidak akan jadi penghalang cita-citamu selagi itu baik." ucapku tak ingin berlama-lama dan membuat hatiku goyah, lalu aku segera bangkit bergabung dengan Abuya dan keluarganya.
Aku akan bersabar menunggu dalam waktu 2 hari ke depan Maureen, semoga kita berjodoh. Ku Amini dalam lubuk hatiku yang paling dalam.
Saat dalam perjalanan pulang ku banyak diam merenungi lika liku perjalananku saat di Mesir, hingga tiba kembali ke rumah kelahiran saat ini. Saat merenung tersebut aku kembali tersadar bahwa benar yang umi dan Buya katakan bahwa kini mereka semakin tua. Namun mengapa selama ini aku seolah abai, ku pandangi wajah Buya disampingku yang mulai terlihat jelas garis keriputnya. Ku ingat-ingat juga wajah umiku, senyumnya yang benar saja ternyata selama ini aku kurang memperhatikan ke dua orang tuaku. Hingga akhirnya suara khas penuh wibawa menyadarkanku
" Le beberapa hari yang lalu sebelum Buya berangkat kemari, Buya sempat mimpi didatangi Mbah putri. Kamu tahu apa yang beliau katakan?" ucap Buya yang kubalas dengan gelengan
" Sepatu Faiz ada di Jember yang satu ger, ketinggalan disana.
Begitu Mbah putri bilangnya, makanya saat Pak Maulana jemput Buya iseng-iseng Buya tanya punya anak berapa. Beliau jawab dua anaknya yang pertama laki-laki dan telah menikah. Tinggal anak gadisnya yang belum menikah lalu ba'da Maghrib sebelum acara dimulai ada sesi sowan untuk panitia dan boleh membawa keluarganya. Saat itu Abuya pertama kali lihat Maureen dan langsung teringat Mbah putri. Langsung aja Buya gak mau menunda-nunda selesai acara minta Pak Maulana temui Buya. Akhirnya terjadilah proses pengenalan seperti barusan. Ya semoga saja kalian berjodoh, Buya udah tua pengen cepet-cepet liat kamu nikah le." seru Buya dengan mata berkaca-kaca yang lantas ku jawab dengan kata "Aamiin" yang bisa didengar oleh Abuya dan 2 orang yang sedang duduk didepan. Sontak saja mendengar jawabanku tersebut semuanya tersenyum. begitupun aku yang tak dapat menahan bibirku untuk tertarik melengkung.
" Bismillahirrahmanirrahim.. semoga saja Maureen benar-benar jodohku. Doakan Faiz Mbah putri" doaku dalam hati
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!