NovelToon NovelToon

Benih CEO Impoten

01:terjebak

Awal.

"sebisa mungkin aku harus kabur dari sini."

Ucapnya tersengal sengal, dengan deru nafas yang memburu. Ia berlari dengan sekuat tenaga, mencoba menjauh dari mereka yang berusaha mengejarnya. Meskipun saat ini tubuhnya dalam pengaruh obat, tak membuat dirinya menyerah, dia harus lolos dari kejaran mereka.

"Jangan sampai lepas! kejar dia, aku sudah menghabiskan uang banyak hanya untuk menikahinya!"

Bentak seseorang pria yang umurnya sudah berkepala empat lebih itu. Ia berkacak pinggang di hadapan para anak buahnya, dengan raut wajah yang dipenuhi dengan nafsu amarah.

Para anak buah itu segera mengikuti perintah sang bos. Mereka berpencar, untuk mendapatkan hasil yang cepat. Namun nihil, semuanya tak mampu menemukan keberadaan seseorang yang mereka cari. Orang itu hilang, bak di telan bumi.

 Perempuan itu masuk ke sebuah ruangan yang gelap, hanya remang remang yang bisa ia lihat. Dan bersembunyi dari kejaran mereka.

Mungkin yang ia lakukan adalah gegabah, karena sembarang masuk kedalam kamar. Karena kamar itu sama sekali tak di kunci, perempuan itu dengan leluasa masuk kedalamnya. Tanpa ingin tahu apakah ada orang atau tidak, yang terpenting baginya sekarang adalah bisa bersembunyi saja.

"sit... Kemana perempuan itu, cepat sekali larinya." umpat seorang bodyguard, membuang nafas kasarnya. Berjongkok, ngos ngosan karena sudah berlari. Mereka sekarang berada tepat di depan pintu salah satu kamar. Dan tanpa mereka sadari, kamar itulah tempat persembunyian perempuan itu.

"Mungkin ke arah sana." seorang bodyguard lagi menunjuk lurus, mengarahkan kepada para temannya.

Tanpa fikir panjang, mereka berlari kearah yang di tunjuk.

"fyuh.... Beruntung mereka tak membuka pintu ini." gumam Bella mengelus dada. Kini ketegangannya sedikit menurun, dan akhirnya bisa bernafas lega, dia bisa lolos dari kejaran para bodyguard yang mencarinya.

"tapi, ruangan apa ini? gelap sekali?" Ia mengerutkan keningnya, memperjelas penglihatannya. Walau tetap saja, ia tak bisa melihat dengan jelas seisi kamar itu.

"Ah aku gak bisa melihat dengan jelas lagi, mana tubuhku sangat panas." Bella merasakan sekujur tubuhnya sangat panas, kepala pusing, mungkin karena efek obat yang ia minum tadi.

Ia buka dua kancing kemeja hingga menampilkan belahan dadanya, dan mengibas ngibaskan tangannya.

Bella mulai menatihkan tubuhnya, meraba dan menyusuri dinding, berusaha untuk mencari stop kontak lampu di ruangan itu.

Namun tiba tiba, tangannya di cekal oleh seseorang yang berperawakan besar juga tinggi. Perempuan itu terkejut, ternyata kamar itu ada penghuninya

"Mau apa kamu ke ruangan saya?" Bisik seorang lelaki dengan nada seraknya. Mendekatkan wajahnya pada wajah Bella.

"M-maaf, aku tidak tahu jika ada orang di sini." ucap Bella meram. Ia tak berani memandang, meski orang itu sama sekali tak terlihat jelas.

Perempuan itu berusaha melepaskan cengkraman pria itu sekuat tenaga, namun tenaganya kalah telak dengan lelaki yang ada dihadapanya itu.

"Diam!"

pria itu mengukung Bella dengan tubuhnya, Bella tak bisa lagi memberontak. Ia hanya bisa diam dalam kukungan nya.

Pria itu semakin menghimpit tubuh Bella, membuat tak ada lagi jarak di antara mereka. Kala itu juga, tubuh Bella semakin merasakan panas yang amat mengganngu, ingin sekali rasanya ia langsung melucuti tubuhnya. Karena rasa panas itu terasa sangat menyiksa.

 Apalagi menghirup aroma maskulin dalam tubuh pria itu, membuat ia hampir tak bisa terkontrol. Desiran desiran aneh kala merasakan sesuatu yang keras bersentuhan dengan perut nya.

"Aku di bius obat perangsang, tolong kamu bantu aku." Bella kini tak mampu menahan lagi, dengan beraninya ia berterus terang menginginkan sesuatu terjadi.

"Kamu ingin aku mengobatimu?" pria itu mengelus pipi mulus Bella, membuat Bella semakin terangsang.

"Ah,,,, tolong aku." Bella semakin kepanasan, ia tidak tahan lagi, apalagi saat pria itu membuainya. Dengan frontal, perempuan itu langsung memulai ci*man panasnya dengan pria itu.

"aku juga terangsang obat, kita kerjasama malam ini." pria itu menghentikan ci*man nya, menggendong Bella ke atas ranjang besar, melanjutkan aktivitas panas mereka dengan penuh gairah.

Ada sepasang mata di ambang pintu sedang memandangi mereka dengan wajah penuh kekesalan juga amarah yang meletup letup.

"seharusnya aku yang berada bersama Ricard, kenapa malah ada perempuan lain yang duluan masuk." kesal seorang perempuan itu mengepalkan tangannya. Dia langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

*

*

*

Bella Mahendra, seorang perempuan karier berusia dua puluh empat tahun. Dia adalah anak pertama dari keluarga Mahendra, yakni anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal dunia saat Bella berusia lima tahun. Mahendra menikah dengan Dina dan memiliki anak perempuan yang umurnya sama dengan Bella, hasil dari perselingkuhan yang bertahun tahun.

Keluarga Bella cukup berada, namun karena kekejaman Dina (ibu tiri) dan juga Fani (adik tiri) membuat Bella tak pernah merasakan kebahagiaan. Ia selalu di siksa dan di caci, hanya karena orang orang tahu Bella anak haram, padahal berbanding balik dari fakta.

Seperti hari ini, Bella di paksa harus menikah dengan pak tua kaya karena mahar sebesar tiga ratus juta. Walaupun Bella bersikeras menolak, ibu tirinya tetap saja memaksa.

Sang ayah yang seharusnya menjadi tempat per sandaran seorang anak, hanya acuh tak peduli dengan apa yang akan istrinya lakukan pada Bella. Saking cintanya ia pada Dina, ia selalu mendukung pada apa yang dilakukan pada anak pertamanya. Sekalipun itu bersifat kekerasan, yang ia anggap itu hanyalah teguran dan didikan. Padahal pada Fani adiknya, mereka tak pernah memakai kekerasan. Mereka memanjakan Fani anak semata wayang, memenuhi apapun keinginannya.

"Aku mohon buk, ampuni aku. Aku tidak mau menikah dengan pria tua." Bella bersimpuh di kaki sang ibu, memohon agar ibunya berbelas kasihan padanya.

"Keputusanku ini sudah bulat, kamu harus nikah dengan tuan Romi. Uang nya sudah di transfer ke rekening ibu." ucap Dina dengan nada tinggi. Dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

"Tapi buk..."

"Tidak ada tapi tapian. Kamu itu seharusnya beruntung bisa menikah dengan tuan Romi, dia itu orang kaya meski sudah tua, kamu gak perlu susah payah bekerja di luar. Cukup menggoyangkan pantat mu di ranjang dan sering seringlah transfer uang padaku."

"Ayah..." kini perempuan itu menghampiri ayahnya. " aku tak mau menikah, tolong ayah beri penjelasan pada ibu. Ayah sayang aku kan?" ucap Bella, mengharapkan ayahnya akan membelanya.

"Turuti saja apa kata ibumu. Ibumu benar, jika kamu menikah dengan tuan Romi, kau tidak perlu bersusah payah bekerja." Ucap Mahendra, berlalu pergi meninggalkan Bella, ia sama sekali tak peduli dengan apa yang di alami anaknya.

"kenapa bukan Fani aja yang menikah dengan tuan Romi? kenapa harus aku!"

"Fani itu berbeda dengan mu, dia itu anak ku yang cantik juga pintar, mana mungkin aku menikahkan nya dengan pak tua bangka."

"Ibu sungguh jahat!"

"Iya, aku memang jahat, karena aku selalu ingin buat mu hancur, hahaha." Tawa Dina menggema di ruangan itu, menertawakan nasib Bella yang selalu hancur di tangannya. Dan merasa bangga karena suaminya berpihak padanya.

*

*

*

" Dina, mana perempuan yang kau janjikan kemarin?" seorang pria yang sudah berumur yakni tuan Romi, datang dengan para anak buah di belakangnya.

"Ah iya, ini dia" Dina menyeret Bella paksa, dan mendorongnya kehadapan tuan Romi.

"Cantik, aku menyukainya." Tuan Romi mengelus dagu Bella, namun perempuan itu langsung menepisnya.

"Cantik, kamu jangan galak begitu, aku ini suami mu loh."

"Aku tidak sudi menikah dengan mu!" bentak Bella pada Romi.

"Tuan Romi tak perlu khawatir, seteleh kau menikahi nya pasti dia akan patuh padamu." ucap Dina menyunggingkan senyuman ramahnya.

"oke, tapi malam ini aku ingin membawanya dulu ke hotel, untuk bersenang senang." Senyum licik mengembang di bibir tuan Romi. Ia berencana mencicipi dahulu tubuh indah Bella

"Terserah tuan, Bella kan sudah hampir milik tuan." Dina mengiyakan.

Kini Bella di seret ke mobil, di paksa untuk ikut pada tuan Romi, air matanya terus membanjiri pipinya. Bella tak bisa berbuat apa apa, keputus asaan telah memenuhi jiwanya. Dia pasrah dengan keadaan.

Sesampainya di hotel.....

"cepat masuk!"

Bella di paksa masuk ke dalam hotel, di hempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

"Kalian berjaga di luar" Titahnya pada para anak buah, lalu menutup rapat pintu kamar itu dan menguncinya.

"baik tuan"

Tuan Romi menuangkan jus pada gelas, ia memasukan bubuk perangsang pada gelas itu. Memaksa Bella untuk meminum nya. Alhasil, membuat Bella hampir tak sadar.

Romi mulai menyentuh tubuh Bella, di belainya tubuh Bella.

"Panas sayang? sini biar aku bantu membukanya."

'Tidak, aku tidak mau di sentuh oleh si tua bangka, aku harus cari cara untuk kabur.' Gumam Bella dalam hati.

Romi hampir membuka dan melucuti pakaian Bella, beruntung dia masih memiliki kesadaran.

Dugh.......

Perempuan itu menendang alat tempur Romi, membuat ia kesakitan.

"Aaaa..." Romi merasakan kesakitan yang tiada tara, ia terhuyung, sembari memegang miliknya itu. Tendangan Bella sangat keras, membuatnya hampir saja tak sadarkan diri.

Dengan kesempatan itu, Bella segera bangkit dari ranjang dan merebut kunci dari saku celana Romi. Ia bersusah payah menuju pintu dan berusaha membukanya.

"Kau jangan kabur! Aku tak akan melepaskanmu!" teriak Romi yang masih berguling guling menahan rasa sakit pada alat vitalnya.

Bella tak menghiraukan ancaman si tua bangka itu, yang ia fikirkan saat ini adalah bisa kabur dari tuan Romi.

"loh, nona mau kemana?" tanya salah satu bodyguard yang berjaga di depan pintu.

"saya mau keluar dulu beli alat pengaman." jawab Bella dengan tubuh sempoyongan. Ia mengetuk ngetuk kepalanya, untuk tetap menjaga kesadarannya.

"Biar saya yang belikan." tawar salah satu bodyguard lagi.

"Tidak perlu, aku fikir pasti kalian akan malu membeli ini." segera Bella menolak.

"oke, kalau begitu nona jangan terlalu lama, nanti tuan tidak tahan menunggu." canda bodyguard itu dan di susul oleh tawaan teman nya.

Bella sekuat tenaga berlari menjauhi mereka, walau kepala nya sudah sangat pusing juga tubuh sudah kepanasan.

*

*

"kalian sedang apa?! Kenapa tidak mengejar wanita sialan itu?!" Bentak Romi pada para anak buahnya itu. Ia berusaha bangkit dari penderitaannya itu.

"Kami kira nona sedang membeli sesuatu tuan." mereka menunduk.

"Gak becus kalian! cepat kejar dia!"

"Baik tuan." Segera para bodyguard itu mengejar Bella.

Ricard Ricardo

Pukul 04:30

Bella mengerjapkan mata, di kuceknya bola mata itu.

"hhh.... Kenapa gelap, perasaan aku tidur tak pernah matikan lampu." Heran nya segera mengumpulkan kesadaran nya.

"Apa ini? kok berat." Bella meraba perutnya yang terasa berat.

"Astaga!" Betapa terkejutnya ia mendapati sebuah tangan melingkar di perut nya. Pelan pelan ia membalikkan tubuhnya.

"Ya ampun, aku tidur dengan seorang lelaki." gumamnya. Bella hampir tak percaya, bisa bisanya dia tidur dengan orang yang tidak ia kenal.

"Apa semalam,,, (mengingat) Aaaa....." dia bergumam dalam hati. Mengingat kejadian semalam, dia sendiri yang merayu lelaki itu agar menyentuhnya.

"Bisa bisanya aku tidur dengan lelaki yang tak aku ketahui, hilanglah kesucianku." Perempuan itu terus bergumam.

perlahan, ia bangkit dari ranjang itu tanpa membangunkan lelaki yang sudah menidurinya. Karena dia fikir, percuma membangunkan pria itu dan marah marah padanya, sedangkan Bella lah yang mulai duluan.

Karena keadaan di ruangan kamar itu gelap, hanya remang remang yang terlihat. Bella tidak mengetahui siapa lelaki yang tidur bersamanya juga dia tak mau cari tahu, karena menurutnya ini adalah kesalahan terbesar di dalam hidup nya. Kesucian nya di renggut oleh pria yang sama sekali ia tidak ketahui.

Segera Bella mencari baju dan memakainya, di simpannya sebuah surat yang ia tulis, tak lupa menyimpan sepuluh lembar uang pecahan seratus. Ia bergegas meninggalkan kamar itu.

*

*

*

Di kediaman keluarga Mahendra

Plak........

sebuah tamparan keras melayang tepat mengenai pipi mulus Bella.

"Habis darimana kamu?! Kamu tidak melayani tuan Romi kan!" sentak Dina pada Bella.

"jika aku tidak melayani tuan Romi, memangnya ibu mau apa?!" Bella berusaha melawan. Pipinya ia usap karena rasa panas yang dihasilkan oleh tamparan itu.

"Kamu! Berani melawan sekarang!."

"Tuan Romi sudah memberiku banyak uang, aku tak ingin dia menariknya lagi dari rekeningku!" ucap Dina berkacak pinggang, mengintimidasi Bella dengan kejam.

"Jika ingin uang itu, kenapa bukan ibu saja yang menikah dengan nya? kenapa harus aku?" ucap Bella yang kini berani melawan ibu tirinya, karena ia sudah yak tahan dengannya.

"Kamu!. Ikut aku, biar ku hukum kamu!" Dina menyeret tubuh Bella dengan paksa agar masuk ke dalam gudang.

"Aku tidak mau bu.." tolak Bella, menahan tubuhnya dari tarikkan Dina.

"Ayo cepat!" Dina terus memaksa Bella untuk mengikutinya.

"Besok, kamu harus tetap menikah dengan tuan Romi."

Brukh....... segera Dina menutup pintu dengan keras dan menguncinya.

Bella kini terkurung di gudang yang gelap juga kotor, air matanya tak terbendung lagi, berhasil membasahi pipinya.

"kenapa nasibku seperti ini, kesucianku kini telah hilang, hidupku hancur. Hiks hiks. Aku tak pernah merasakan kebahagiaan." Isaknya meratapi kehidupannya yang tak pernah merasakan kebahagiaan lagi semenjak ibu nya meninggal. Penistaan dan kekejaman ibu tirinya hampir membuatnya putus asa untuk menjalani hidup.

"Aku harus bagaimana, hik hik....."

"Stefan, ya aku harus menghubungi Stefan." tiba tiba ia mengingat seseorang yang mungkin bisa menyelamatkan nya. Segera Bella merogoh ponsel yang berada di saku jacket nya. Di hubungi nya Stefan itu.

"Halo."

"Halo Bella, akhirnya kamu menghubungiku. Sudah lama kita tidak mengobrol."

"iya, kamu bisa tolong aku?"

"Kamu kenapa? Apa si nenek lampir itu menindasmu lagi?"

Bella diam

"Dasar nenek jal*ng, gak habis habisnya dia menyiksa mu."

"Aku sudah putuskan untuk ikut dengan mu, tolong jemput aku nanti malam."

" syukurlah kamu mau ikut denganku, saat ini juga aku akan terbang dengan pesawatku dan menjemput mu."

"terima kasih stefan, aku menunggu mu" segera Bella menutup sambungan telponnya dengan stefan. Ia meringkukkan tubuhnya di atas karpet usang di dalam gudang itu.

Stefan adalah sahabat Bella sejak kecil. Dia selalu membantu Bella jika sedang mengalami kesulitan, termasuk melawan Dina ibu tiri Bella.

Stefan termasuk anak orang paling kaya ke tiga di negara itu, harta juga aset orang tuanya berserakan di mana mana. Stefan pindah dari negara Indonesia ke negara Singapura karena ingin mencapai cita citanya sekaligus memimpin perusahaan ayahnya di negara itu. Stefan dan orang tuanya menawarkan Bella untuk pergi bersama ke negara Singapura. Agar bisa mencapai citacita Bella menjadi ahli teknologi di sana. Namun, perempuan itu menolak karena ia tak ingin jauh dari ayahnya, orangtua satu satunya.

kini Bella sadar, jika terus terusan tinggal bersama ibu tirinya dia tidak akan pernah bahagia. Lagian ayahnya sekarang tak pernah perduli dengannya, ayahnya selalu mendengarkan ucapan ibu tirinya tanpa bertanya apakah Bella bahagia atau tidak.

*******

Di hotel Mawar....

Seorang lelaki bangkit dari peristirahatan nya, matanya mengelilingi ke setiap sudut ruangan mencari seseorang.

"kemana wanita malam itu?" dia mencari sosok perempuan yang tidur dengan nya.

segera ia memakai pakaian nya, membawa ponsel yang tersimpan diatas nakas.

"kertas apa ini." Ricard membuka isi kertas itu. Kertas itu di tersimpan di dekat ponselnya.

Aku tidak tahu siapa dirimu dan tak ingin cari tahu identitasmu.

Wajahmu pun aku tak ingin melihatnya agar aku tidak selalu mengingat mu.

Maaf jika aku telah lancang masuk ke kamar mu dan berhubungan dengan mu. Ini adalah kali pertamaku, aku dalam pengaruh obat.

Pertemuan malam tadi adalah pertemuan pertama sekaligus terakhir untuk kita.

Kita harus saling lupakan, aku tak ingin menghancurkan reputasimu juga reputasiku.

Anggap saja uang di atas nakas itu adalah uang per minta maafku padamu walau tak seberapa.

Selamat tinggal........

"Ck, rupanya dia ingin melupakan kejadian malam itu, dan ingin kabur dariku, jangan harap.... Aku akan terus mencarimu semampuku."

Ricard mengambil uang selembaran itu dan menyimpannya di sebuah kotak bersama surat itu.

Saat ia akan berjalan untuk ke kamar mandi, tak sengaja menginjak sebuah kalung perak yang tergeletak di lantai. Kalung itu bertuliskan huruf B yakni nama Bella, mungkin kalung Bella terlepas di kamar itu.

"Ternyata namamu berinisial huruf B, aku akan terus mencarimu. Kau telah menyembuhkan penyakitku." senyum tipis terlukis di bibir Richard, dia segera menyimpan kalung itu ke sebuah kotak bersama surat dan uang.

Ricard Ricardo

Adalah seorang Ceo terkaya di Indonesia, dia adalah anak dari seorang konglomerat yang hartanya tak akan habis tujuh turunan. Memiliki perusahaan terbesar juga cabang cabang di setiap kota. Apalagi setelah Ricard turun untuk mengelola, perusahaan itu semakin melejit dan terkenal akan kesuksesan nya. Umur Ricard saat ini menginjak usia dua puluh delapan tahun, selain umurnya yang masih terbilang muda, dia juga memiliki paras yang amat tampan juga rupawan . Tubuhnya yang begitu atletis dan tegap .

Banyak perempuan yang tergila gila padanya dan ingin menjadi istrinya, bahkan menjadi simpanan nya saja mereka rela.

Namun, tak ada orang yang tahu selain asistennya bahwa dia memiliki penyakit langka sekaligus aneh.

Dia tak bisa berhubungan dengan perempuan karena alat tempur nya itu tak bisa hidup. Jiwanya sangat ingin berhubungan dengan perempuan seperti orang orang normal, dia impotrn dari lahir. Bahkan ia pernah mencintai seorang perempuan namun selalu ia sangkal dan berusaha melupakan. Ricard terus mencari pengobatan untuk mengobati penyakitnya di dampingi asistennya, namun dari setiap dokter yang ahli juga profesional tak ada yang mampu menyembuhkan penyakit nya. Bahkan hampir setiap hari dia menonton video yang mengandung sexs agar bisa terangsang, tetap saja si juniornya itu tak mampu hidup.

Kejadian malam tadi bersama Bella adalah kejadian pertama kali yang ia rasakan. Bella mampu membuat Ricard merasakan nikmatnya bercinta, membuat Ricard tak akan pernah lupa dengan kejadian itu.

Aku ubah lagi visualnya, kasian kalo ayang Miles disuruh ngrokok😁😁

Bella Mahendra

Stefan Anderson

Kabur

Malam telah tiba, malam yang di nantikan Bella menunggu Stefan menjemputnya. Kini keputusan Bella telah bulat untuk meninggalkan negeri tercintanya beserta ayah juga kenangan buruk nya.

Ia sudah tidak sanggup lagi jika harus berhadapan dengan ibu tirinya, karena tidak ada kemampuan untuk melawan. Bella berniat untuk mengembangkan bakatnya di luar negeri dan menjadi seseorang yang sukses, kembali ke tanah air untuk membalaskan semua dendam pada ibu juga adik tirinya.

Bruuugh......

suara pintu di tendang oleh seseorang dari luar yang ternyata itu adalah Stefan.

"Bella...." cemas Stefan dengan panik karena melihat Bella yang sudah terkulai lemas akibat seharian tidak di beri makan. Stefan segera menggendong Bella, membawa keluar dari gudang segera di masuk kan ke dalam mobil.

Beruntung tidak ketahuan oleh Dina, karena Stefan sudah hafal betul lingkungan rumah itu.

"Kamu bertahan ya Bel, aku akan membawa mu jauh jauh dari tempat neraka ini." Segera Stefan melajukan kemudi nya, meninggalkan rumah Mahendra.

Stefan segera membawa Bella untuk menaiki jet pribadinya, segera meluncur ke Singapura.

kediaman Mahendra

Dina sedang kebingungan juga panik karena mendapati Bella yang hilang dari gudang. Sedangkan tuan Romi sudah menunggu untuk membawa Bella ke penghulu untuk di nikahi.

"Mana Bella?" tanya tuan Romi pada Dina.

"A-anu tuan, itu...." Dina terbata bata, bingung untuk menjelaskan. Tangannya meremas ujung pakaiannya.

"Anu apa!" Bentak tuan Romi tak sabar.

"B-bella hilang," ucap Dina menunduk, tak kuasa memandang wajah tuan Romi yang sudah memerah karena amarah.

Braak....

"Apa! Kenapa Bella bisa hilang." Amarah tuan Romi semakin memuncak, meja di hadapan nya di gebrak dengan dua tangannya. Membuat Dina semakin menunduk ketakutan.

"Jika Bella tidak menikah denganku, aku ingin kau mengembalikan uang yang telah aku transfer padamu!"

"Tapi tuan, uang itu sebagian sudah aku pakai."

"Aku tak mau tahu, bagaimana caranya hari ini kamu harus mengembalikan uang itu dengan utuh." Tuan Romi bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan Dina yang masih ketakutan juga kebingungan karena harus mengembalikan uang itu pada Romi.

"semua ini gara gara si Bella sialan, anakmu itu. Aku harus menanggung malu juga mengembalikan uang pada aki aki kolot itu. Kemana sekarang dia." Geram Dina, dia mengepalkan tangannya sangat bulat.

"Kau terlalu kasar padanya, jadinya dia kabur..." ucap Mahendra, ia memijat keningnya yang terasa pening. Bukan karena uang yang gagal ia terima dari Romi, ia tak peduli dengan uang itu. Tapi, di dalam lubuk hatinya yang amat terdalam, ia merasa bersalah dengan Bella.

*

*

*

Seminggu telah berlalu.

"Hanya mencari seorang perempuan lo gak sanggup!" Bentak Richard pada asistennya.

"Maaf bro, gue kesusahan jika harus mencari seseorang tanpa identitas terperinci. Lo nyuruh gue mencari perempuan berinisial B, sedangkan yang memiliki nama dari huruf B itu banyak." Jelas assitennya itu yang sama sekali Richard tak ingin mendengar.

"Itu hanya alasan lo saja. Sudahlah, keluar dari ruangan, gue gak mau ngeliat tampang lo yang penuh minyak." Usir Richard pada Ray, mengibas ngibaskan tangannya.

"Idih, gara gara cewek, lo sampe segitunya ngusir gue." Ejek Ray, segera keluar dari ruangan kerja Richard. Tak habis fikir dengan kelakuan sang bos selama seminggu ini.

Ray adalah assisten sekaligus sahabat baik Richard, dia mengabdi sebagai assisten Richard karena ingin balas budi pada keluarga Ricardo. Dulu keluarga Ray mendapat bantuan dari keluarga Ricardo.

"Kemana aku harus mencarimu." Gumam richard, mengelus kalung yang selalu ia bawa kemanapun, manakala dia bisa bertemu dengan perempuan yang bersamanya malam itu.

Tok tok tok....

"masuk."

"Permisi pak, ini adalah berkas berkas yang harus anda tandatangani." Bianca menyodorkan berkas berkas pada Richard. Dengan genitnya, ia melenggak lenggokkan tubuh sexinya. Berharap bosnya itu tergoda dengan kemolekannya.

"simpan dimeja." ucapnya tanpa menoleh, ia terus memadangi kalung itu.

"kalung siapa yang ada di tangan Richard. Apa kalung wanita itu." Gumam Bianca dalam hati.

"Maaf pak kalau Boleh tanya, itu kalung siapa ya yang ada di tangan bapak?." Bianca memberanikan untuk bertanya.

"Ini (melirik), ini adalah kalung seseorang yang sedang saya cari, entah dia siapa atau dimana, saya tidak tahu dan akan tetap mencarinya." ucap Richard, membayangkan sesosok perempuan yang pernah tidur bersamanya.

'Jangan jangan pak Richard gak tahu bagaimana rupa cewek itu.' Hati Bianca.

"Boleh saya melihat kalung itu."

Richard menyodorkan kalung itu pada Bianca.

'kalungnya berinisial huruf B, ini bisa buat alat untuk ku menjadi istri seorang Richard.' Senyum mengembang di dalam hati Bianca, ada celah untuk menjadi seorang nyonya Richard dari kalung itu, impian Bianca sejak lama kini akan tercapai.

"Ini seperti kalungku, huruf B itu inisial namaku, namun kenapa bisa ada di tangan bapak." ucap Bianca asal. Seolah olah ia sedang heran.

"jika ini milikmu, apa malam itu adalah kamu?" Tanya Richard menelisik.

"Malam yang mana?"

"Malam saat kita ada pertemuan dengan kolega di hotel mawar."

"Maaf pak, sebenarnya malam itu adalah malam dimana aku kehilangan kesucian ku oleh seseorang yang mabuk, aku di paksa untuk meladeninya. Aku ingin meminta bantuan bapak, namun hp ku lowbat hingga mati. maaf ini adalah aibku, aku tidak seharusnya menceritakan ini." Bianca bercerita asal penuh kebohongan. Dengan gimik wajah yang dibuat sedih, membuat Richard percaya dengan karangan nya.

"Boleh saya tanya nomor kamar yang kamu tiduri dengan lelaki itu."

"nomor enam kosong enam."

"Itu adalah nomor kamarku, berarti itu adalah kamu yang tidur dengan ku." Ucap Richard yang sedikit bahagia karena sudah menemukan perempuan itu, namun sedikit gak percaya dia bisa meniduri sekretarisnya.

"Apa kamu tahu ini." segera Richard mengeluarkan kotak berisi surat juga uang kehadapan Bianca. Bianca segera membaca surat itu.

'Ternyata cewek itu meningggalkan surat juga uang, aku harus berakting bagus hari ini agar Richard percaya.' ucapnya dalam hati.

"Ini adalah surat dan juga uang yang aku tinggalkan untuk lelaki itu, kenapa bisa ada pada bapak,jangan jangan.."

" Itu adalah saya. Kenapa kamu mau kabur dari saya?"

"Maaf pak, aku tidak tahu itu adalah anda, saya membuat surat itu karena tidak ingin menghancurkan reputasi saya, ini adalah aib buat saya." Ucap Bianca menjiplak isi surat itu.

"Jangan takut reputasi mu hancur, saya akan bertanggung jawab atas kejadian malam itu" Segera Richard memeluk tubuh Bianca yang terlihat seperti orang rapuh.

"Yes, ikan paus berhasil aku jaring." Dalam hati Bianca penuh kebahagiaan.

"Apa bapak mau menikahiku?" Tanya Bianca pada Richard.

"Jangan terburu buru, lebih baik mengadakan pertunangan dahulu, kita saling mengenal lebih jauh dulu, baru kita fikirkan untuk menikah, saya akan bertanggung jawab." Ucap Richard, dia tidak ingin langsung menikah hanya karena kejadian satu malam, dia harus konsultasikan dulu ke dokter juga mengenal lebih dekat dengan Bianca, apakah Bianca bisa mengobati penyakit Richard selamanya atau tidak.

"Bertunangan dulu tidak apa apa, setidaknya membuatku status." Ucap Bianca bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!