NovelToon NovelToon

Calon TUMBAL 2.

EPS. 1. Sebuah peringatan.

JAKARTA, 10 Oktober 2022.

"Tess!"

"Kricik - kricik."

"Tess!"

"Aku dimana.."

Seorang gadis menggunakan dress putih panjang berjalan di sebuah tempat yang aneh, ia bahkan dengan ragu melangkah maju kedepan karena takut dengan sekeliling nya. Adalah Jingga..

Jingga sedang berjalan di tempat yang lembab dan penuh kabut, tempat nya aneh dan terlihat sangat suram sampai jarak pandang nya saja hanya beberapa meter dari tempat Jingga berdiri sekarang.

"Papa??" Jingga memanggil - manggil ayah angkat nya karena di sana terasa sangat aneh bagi Jingga.

"Gani??"

Jingga berjalan kedepan seperti orang yang buta, lalu tiba - tiba dari balik kabut yang ada di depan matanya Jingga melihat sosok perempuan yang sedang berdiri menggunakan pakaian kerajaan jaman dahulu dengan bunga melati di sisi kanan kepalanya.

Perempuan itu membelakangi Jingga, Jingga penasaran siapa dia, tapi Jingga tetap diam dan tidak bertanya dan dia hanya diam saja di tempat nya.

"Kamu jangan ikut campur, nak." Ujar perempuan itu tiba - tiba.

"Anda bicara denganku?" Tanya Jingga dengan heran.

"Ya, menurutmu dengan siapa lagi? Aku ucapkan sekali lagi, jangan ikut campur atau kamu akan mendapat akibat nya." Ujar perempuan itu lagi.

"Maaf saya tidak mengerti maksud anda, nyai." Ujar Jingga, ia memanggil sosok itu dengan sebutan nyai.

"Aku tidak mengganggumu karena kamu di lindungi, tapi jika kamu terus ikut campur urusanku maka sebesar apapun pelindungmu akan aku hadapi." Ujar nya.

Sosok itu lalu berjalan pergi meninggalkan Jingga dan hilang di antara kabut - kabut.

"Nyai, tunggu!" Panggil Jingga, tapi perempuan dengan pakaian kerajaan kuno itu sudah pergi.

Jingga berjalan semakin ke depan untuk mencari sosok perempuan yang sudah berbicara aneh padanya, dengan menajamkan pandangan nya tapi dia tetap tidak menemukan nya. Sampai tiba - tiba sebuah wajah mengerikan dengan mata hitam legam dan mulut terbuka lebar muncul di depan Jingga percis..

"AAAH!!" Jingga terkejut.

Rupanya Jingga hanya bermimpi, sekarang dia bangun karena terkejut dengan wajah seram tadi.

"Astagfirullah.. Udah berkali - kali aku mimpi hal serupa, ada apa ya Allah.." Jingga sampai tersenggal - senggal saking terkejut nya.

Jingga bangun dan meminum air putih yang berada di nakas nya, dan saat itu sosok teteh putih terlihat sedang memperhatikan Jingga. Jingga pun heran mengapa teteh putih menatap dirinya sangat serius.

"Teteh, kenapa?" Tanya Jingga.

"Hati - hati ya Jingga.." Ujar nya sambil mengusap - usap rambut panjang nya.

"Hati - hati? kan aku tidur, bukan mau pergi." Ujar Jingga.

"Pokonya hati - hati, Jingga.." Ujar si teteh putih, lalu dia menangis dan hilang.

Jingga pun keheranan melihat itu, tidak biasanya si teteh putih murung. Tapi Jingga tak memikirkan nya lagi, dia melihat jam dan ternyata sudah menjelang pagi. Jingga pun bangun dan masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Sudah beberapa bulan setelah kepergian Ilham ke luar negeri, Jingga masih tetap menolong sosok, atau orang yang ketempelan tanpa bantuan Ilham. Kini Jingga di bantu Gani yang sudah tinggal di rumah ayah Ilham juga sebagai penjaga Jingga sekaligus teman Jingga.

Dan saat ini sedang memasuki musim penghujan, dan setiap harinya pasti turun hujan.. seperti hari ini, saat Jingga sudah siap dengan seragam sekolah nya di luar turun hujan lebat.

"Nak, nanti papa ada operasi, mungkin papa pulang malem, ya.." Ujar ayah Ilham.

Mereka sedang duduk dan melakukan sarapan, Gani juga duduk di satu meja bersama mereka dan ikut sarapan.

"Iya, pa." Sahut Jingga sambil tersenyum.

"Tumben abangmu nggak telpon? Biasanya tiap pagi udah heboh kayak orang demo." Tanya ayah Ilham, Jingga pun terkekeh.

"Semalem bilang katanya pagi ini libur telpon, katanya lagi ada sibuk." Sahut Jingga.

"Hmm, sok sibuk.." Ujar ayah Ilham sambil terkekeh, Jingga pun ikut terkekeh jadinya.

"Mungkin nggak si pah, kalo bang Ilham udah punya pacar??" Tanya Jingga sambil cengengesan.

"Bisa jadi iya.." Sambung Gani.

"Hmm.. menurut penilaian papa, mustahil abangmu mau pacaran sama orang asing. Apalagi budaya barat sangat kontras sama budaya kita, dan pergaulan di sana sangat.. bebas." Sahut ayah Ilham.

"Iya juga.. Bang Ilham mah kayak tembok." Celetuk Jingga ayah nya pun terkekeh.

"Tanyain aja, barang kali abangmu bisa menjawab rasa penasaran kamu." Ujar ayah Ilham.

"Papa pergi dulu ya, kalian hati - hati ke sekolah." Ujar ayah nya Ilham.

Jingga pun mencium tangan ayah Ilham, pun dengan Gani yang juga sama mencium tangan ayah Ilham. Walau posisi Gani di sana adalah bekerja, ayah Ilham memperlakukan Gani sangat baik seperti dia memperlakukan anak nya sendiri.

Setelahnya, Jingga dan Gani pun berangkat ke sekolah. Tapi saat di dalam mobil ternyata Ilham akhirnya menghubunginya juga, Jingga pun tersenyum melihat panggilan Video dari Ilham.

"Abang!!" Panggil Jingga dengan semangat dan terdengar kekehan dari seberang sana.

"Mau sekolah ya?" Tanya Ilham dan Jingga mengangguk.

"Iya, abang kok suaranya bindeng? abang sakit!?" Tanya Jingga khawatir.

"Hm, beberapa bulan nggak ketemu anak cerewet jadinya sakit." Sahut Ilham, Jingga pun manyun dan terkekeh.

"Bilang aja kangen, kan..." Ledek Jingga, Ilham pun terkekeh.

Gani tersenyum melihat keakraban Jingga dengan abang nya, Jingga yang baik pasti siapapun akan menyayanginya. Gani jadi ingat dengan masa kecil mereka dulu, dimana ia menjadi satu - satunya teman Jingga karena Jingga selalu di anggap aneh, tapi kini.. semua orang menyayangi Jingga, Gani senang melihat itu.

Jingga dan Ilham hanya mengobrol sebentar, hanya sekitar sepuluh menitan saja karena Ilham di sana sedang sangat sibuk katanya, tapi menyempatkan diri menghubungi Jingga.

Sesampainya di sekolah, mereka mengerjakan pelajaran seperti biasanya, sampai akhirnya saat jam istirahat tiba, Jingga di datangi Elang. Pemuda berwajah dingin dan bersikap dingin juga, yang tak pernah terlihat sama sekali senyum.

"Elang, kenapa?'' Tanya Jingga.

"Bisa ikut gue?" Tanya Elang.

"Eh, kemana?" Tanya Jingga, Elang hanya diam dan menatap Jingga, Jingga pun ngeri karena tatapan Elang sama sekali tidak bisa terbaca apa maksudnya.

"Jingga, kenapa?" Tanya Gani, lalu menatap Elang dan Elang juga melirik Gani.

Ayolah.. di kelas itu tiba - tiba menjadi tegang karena Jingga di kelilingi dua cowok tampan yang kepribadian nya seolah bagai air dan api, mengingat betapa dingin nya wajah Elang dan kalem nya wajah Gani.

"Ntar aja." Ujar Elang lalu dia pergi dari sana meninggalkan Jingga, Jingga pun menghembuskan nafas nya setelah Elang pergi.

"Kenapa Jingga? Dia ganggu kamu?" Tanya Gani khawatir.

"Ayo kita keluar dulu, tar aku ceritain di kantin." Ujar Jingga, Gani pun mengangguk.

Mereka pun keluar dari kelas dan Jingga menceritakan apa sebab sampai dia di datangi Elang, Gani pun manggut - manggut mendengarkan cerita Jingga.

"Hm.. tapi kayaknya dia anak nakal, ya? Muka nya bengis banget, nggak ada senyum - senyum nya." Ujar Gani, Jingga pun terkekeh mendengar nya.

"Jangan gitu, ntar orang nya denger." Ujar Jingga, mereka lalu masuk ke kantin.

'Cuma nggak nyangka aja.. aku harus ketemu dengan calon tumbal dari pesugihan di jaman yang sudah sangat maju ini.. entah orang tua Elang adalah pelaku, atau Elang bernasib kayak aku dulu.' Batin Jingga..

Jingga sudah tau apa arti dari asap hitam yang muncul mengikuti orang.. artinya orang itu akan segera meninggal karena akan di tumbalkan oleh seorang pelaku pesugihan, untung nya Jingga sudah di latih oleh ustad Sholeh dan ayah Ilham, jadi dia bisa mengenalinya dan mengusir nya, di bantu oleh sosok aki juga..

Jingga pergi ke toilet dan meninggalkan Gani di kantin sendirian, Gani bilang mau ikut JIngga tapi Jingga melarang nya dan menyuruh Gani untuk melanjutkan makan nya. Jingga merasa sakit perut yang teramat sangat, entahlah.. dia sepertinya salah makan sesuatu.

"Aduhai.. sakit banget gila.." Gumam Jingga sambil meremas perutnya yang melilit.

Saat Jingga keluar dari toilet tak sengaja dia berpapasan dengan Elang yang juga baru keluar dari kamar mandi, dan Jingga melihat asap itu kembali ada di sekitar Elang lagi.

'Asap nya ada lagi..' Batin Jingga.

"Ikut gue." Ujar Elang, dan dia menarik tangan Jingga menjauh dari toilet dan kini mereka berada di samping lapangan tenis.

"Elang Sorry." Ujar Jingga dan dia menggenggam tangan Elang dengan erat lalu memejamkan matanya.

Elang hanya diam dan terkejut sambil memperhatikan tangan nya yang di genggam Jingga, ia juga memperhatikan Jingga yang memejam kan matanya dan seperti sedang sangat fokus.

Sementara di Jingga sendiri saat ini sedang melihat satu sosok yang sangat cantik seperti ratu dengan pakaian kuno, namun matanya seperti mata reptil, Jingga hanya melihat setengah badan nya saja dan sosok itu mengatakan sesuatu pada Jingga.

"Jangan ikut campur, nak.." Ujar sosok itu dengan senyuman tapi senyum nya sangat penuh arti.

"Aku akan menyelamatkan nya." Ujar Jingga tegas, lalu dia membuka matanya dan bertemu tatap dengan Elang.

"Lu, mau menyelamatkan siapa?" Tanya Elang heran.

"Elu.." Sahut Jingga, dan ia melepaskan genggaman tangan nya dari Elang.

Waktu istirahat untuk kelas Jingga sudah berakhir, Jingga langsung buru - buru lari meninggalkan Elang yang masih kebingungan dengan apa yang Jingga maksudkan.

"Nyelametin gue?" Gumam Elang. Dia yang sebelum nya ingin bertanya sesuatu pada Jingga jadi lupa karena Jingga malah berkata hal aneh.

BERSAMBUNG..

EPS. 2. Di datangi sosok Ratu.

Jingga langsung pulang ke rumah bersama Gani setelah dari sekolah, tap di pikiran nya sangat kacau sekarang, ia terus terpikirkan dengan sosok yang seperti ratu yang ia lihat saat ia menggenggam tangan Elang. Sampai akhirnya dia tidak fokus belajar dan akhirnya dia hanya mengobrak abrik isi tas nya saja.

"Eh, lupa.. ini buku nya Gani." Gumam Jingga saat is melihat buku Gani di tas nya.

Jingga akhirnya keluar dari kamar nya dan turun ke bawah menuju ke kamar Gani. Setelah mengetuk pintu kamar Gani beberapa kali, pintu kamarnya pun terbuka.

"Jingga, kenapa?" Tanya Gani dengan senyum nya.

"Balikin bukumu, nih." Ujar Jingga sembari menyodorkan buku Gani, Gani pun menerima nya.

"Makasih ya, Ni." Ujar Jingga dan Gani terkekeh.

"Siap, kamu ada acara apa nggak?" Tanya Gani dan Jingga mengerutkan kening nya mendengar itu.

"Acara apaan?" Tanya Jingga.

"Pergi kemana atau mau ngapain gitu?" Tanya Gani, Jingga pun langsung menggeleng.

"Santai aja, aku nggak kemana - mana, kamu belajar aja." Ujar Jingga, akhirnya dia tahu pasti Gani sedang mempertanyakan pekerjaan nya karena Gani di tugaskan untuk menjaga nya.

"Oke, hehe...'' Gani tersenyum.

Jingga pun lalu pergi dari sana dan Gani menutup pintu kamar nya. Jingga melihat pintu jendela rumah belum tertutup, ia pun berjalan kearah jendela dan akan menutup pintu nya tapi tiba - tiba ia melihat kelangit seolah ada kereta kencana terbang menjauh.

"Apaan tuh tadi?" Jingga sampai kebingungan karena itu kali pertama dia melihat kereta kencana terbang.

Jingga lalu menutup pintu jendela nya dan menutup hordeng nya, ia lalu naik ke atas ke kamar nya sendiri dan ponsel nya berdering, rupanya adalah panggilan dari Ilham.

"Halo babang." Ujar Jingga, Ilham terkekeh mendengar riang nya suara Jingga.

"Halo, lagi ngapain kamu dek?" Tanya Ilham.

"Mau belajar, nih.." Ujar Jingga dan menunjukan buku nya pada Ilham.

"Kok abang masih rebahan? Nggak masuk kelas?" Tanya Jingga.

"Siang ntar masuk nya, butuh bantuan bikin PR nggak, dek?" Tawar Ilham, seketika Jingga menyengir dan mengangguk - angguk lucu.

"Butuh banget, tau aja abang adek nya kurang pinter." Ujar Jingga, Ilham pun terkekeh.

"Bentar, cari buku yang lain dulu." Ujar Jingga dan Ilham setia menunggu.

Ilham memperhatikan layar ponsel nya dengan lamat - lamat, tapi bukan wajah Jingga yang dia tatap melainkan sebuah sosok yang berdiri di belakang Jingga dengan pakaian warna hijau ala kerajaan dan rambut yang di sanggul. Ilham memperhatikan dengan seksama dan sosok itu sedang memperhatikan Jingga dari belakang.

"Dek, papa udah pulang belum?" Tanya Ilham, dia khawatir dengan Jingga sekarang.

"Belum, papa tadi pagi bilang katanya ada operasi di rumah sakit jadi pulang nya akan larut malem." Ujar Jingga..

Tapi ternyata bukan Ilham saja yang melihat sosok seperti ratu kerajaan kuno itu, Jingga pun melihat nya.. ia merasakan memang ada yang tidak beres sehingga dia menggunakan mata batin nya dan ya.. sosok nya ada di belakang dia sekarang. Sosok yang sama dengan sosok yang dia lihat saat dia memegang tangan Elang di sekolah, hanya saja kini mata nya bukan seperti reptil.. melainkan seperti manusia biasa.

"Dek.." Ilham khawatir sekarang.

'Aki..' Jingga memanggil sosok aki dalam hatinya dan sosok nya langsung datang di samping Jingga.

Sosok perempuan berbaju hijau itu tiba - tiba tampak tersenyum penuh arti lalu hilang. Sosok aki tak mengejar nya karena ratu itu belum melakukan apapun pada Jingga, jika aki menyerang lebih dulu itu artinya dia yang memulai perang nya.

"Huufftt.." Jingga menghembuskan nafas nya setelah sosok nya pergi.

Mengapa Jingga memanggil aki, karena dia bukan lawan nya sosok ratu tadi. Jingga tahu batas kekuatan nya dan sosok ratu itu jauh lebih kuat dan berbahaya jika Jingga menghadapinya sendirian, jadilah dia memanggil aki agar aki menolong nya.. untung nya aki rupanya lebih kuat dari sosok ratu itu sampai ratu itu akhirnya hilang dengan sendirinya.

"Dek, kamu nggak apa - apa?" Tanya Ilham dan Jingga menggeleng sambil tersenyum.

"Ada aki, hehehe.." Sahut Jingga, dan sosok aki itu pun hilang.

"Kok bisa ada sosok kayak Ratu? Nanti bilang papa suruh pagari rumah lagi, dek." Ujar Ilham, Jingga mengangguk.

"Mm.. Bang, aku udah nyinggung dia karena nolong calon tumbalnya." Sahut Jingga, Ilham pun memejam kan matanya.

"Dek, kan abang nggak sama kamu, gimana kalo kamu kenapa - kenapa??" Ilham khawatir sekali sekarang.

"Nggak bang, aku pasti baik - baik aja.. InshaAllah. Kan ada papa, Gani, Ustad Sholeh." Ujar Jingga.

"Tolong jangan sampe kamu kenapa - kenapa ya dek, kalo sekiranya kamu nggak mampu.. Jangan memaksakan. Bukan tugas kamu menyelamatkan nyawa orang dari yang Ghoib." Ujar Ilham, Jingga pun tersenyum sambil mengangguk.

Jingga bisa merasakan kasih sayang Ilham sangat tulus walau dia bukan adiknya. Dan karena ketulusan dan kebaikan Ilham itu, Jingga menjadi adik yang sedikit manja pada Ilham, hanya pada Ilham.

"Kalo dia nggak selamat berarti memang takdir nya dia memang begitu, kamu nggak perlu membahayakan nyawa kamu sendiri, okay?" Sambung Ilham.

"Iya bang." Sahut Jingga.

"Janji sama abang dulu, kadang kamu iya - iya tapi masih diem - diem nolong orang." Ujar Ilham ngomel, Jingga pun terkekeh.

"Iya, Janji." Ujar Jingga.

"Ya udah, nggak usah di matiin video nya, abang temenin kamu dari sini sampe papa pulang, kamu belajar aja." Ujar Ilham.

"Siap, komandan!" Ujar Jingga dan Ilham tersenyum.

Akhirnya Jingga belajar dengan video Ilham yang masih menyala, sesekali bahkan Jingga bertanya pada Ilham tentang PR nya. Bukan sedarah tapi Ilham sangat sayang dengan Jingga, entah karena amanat mendiang Raka atau memang Ilham sangat menyayangi Jingga, hanya Ilham sendiri yang tahu.

Sampai akhirnya Jingga mulai mengantuk dan sudah menyelesaikan PR nya, dia pun berpamitan pada Ilham untuk tidur. Ilham Panggilan Video itu pun di akhiri Ilham dari sebrang sana karena Jingga sudah lelap dalam tidur nya.

Dan di sisi Ilham saat ini, seseorang mengetok pintu kamar nya. Ia bangun dan membuka pintu kamar nya, rupanya teman nya dengan wajah bantal.

"Kenapa lu?" Tanya Ilham, teman nya adalah sesama orang tanah air yang kebetulan satu universitas dengan nya.

"Ham, pinjemin gue baju dong, gue lupa belom laundry." Ujar teman Ilham, ia bernama Saif.

"Kebiasaan, cari sendiri di lemari." Ujar Ilham, lalu ia masuk kedalam kamar mandi.

Ilham tinggal di sebuah apartemen, ayah Ilham membeli apartemen di sana. Dan teman Ilham tadi hanya menumpang di sana karena Ilham kasihan padanya, bagaimanapun biaya sewa di sana sangat mahal dan juga tinggal di asrama tidaklah bebas.

Saat Ilham sedang di kamar mandi, Saif melirik layar ponsel Ilham yang menyala karena notifikasi pesan masuk, tapi yang menjadi fokus Saif adalah wallpaper layar handpone Ilham. Foto seorang gadis yang sangat cantik dan manis walau dari penampilan terlihat tidak terlalu feminin tapi terlihat gadis itu sangat menggemaskan dan lucu, Jingga.

Ilham terlihat keluar dari kamar mandi, Saif pun tak bisa menahan lagi rasa penasaran nya.

"Ham, serius gue tanya.. Yang di HP lu itu beneran adek lu??" Tanya Saif, Ilham pun melirik ponselnya.

"Iya, kenapa?" Tanya Ilham balik.

"Dari sejuta wallpaper keindahan dunia atau wallpaper artis, emang harus foto adek lu yang lu pasang?" Ujar Saif.

"Lu tau sendiri kan kalo gue nggak mau berkomitmen sama siapa - siapa di sini? Gue nggak mau ada cewek deket - deket gue, makanya senjata satu - satunya ya foto adek gue.." Sahut Ilham, Saif hanya melongo saja mendengar nya.

"Agak laen emang lu.. padahal cewek bule cakep - cakep." Ujar Saif.

"Udah sono, gue mau siap - siap." Usir Ilham, akhirnya Saif pun pergi masih dengan kepalanya yang di geleng - gelengkan.

Ilham melirik layar ponselnya yang terlihat foto Jingga sedang memegang cup boba favorit nya, ia pun tersenyum lalu membuka lemari pakaian nya.

BERSAMBUNG..

EPS. 3. Firasat

Paginya.. Jingga datang ke sekolah bersama Gani, Gani benar - benar seperti seorang bodyguard yang melindungi Jingga, ia bahkan menempatkan dirinya selangkah di belakang nya Jingga.

"Aku juga nggak ngerti, ntar aku mau nanya sama Ustad Sholeh juga." Ujar Jingga, mereka sedang membahas sosok Ratu yang medatangi Jingga semalam.

"Jingga, kamu nggak harus ngelakuin ini kan? Aku khawatir kamu nanti yang kena." Ujar Gani.

"Aku akan mencoba dulu, Ni. Aku nggak mau mengulang kejadian yang sama, seperti waktu aku di bangku SMP." Ujar Jingga, tapi tentu Gani tidak tahu apa maksud Jingga kejadian di bangku SMP.

"Terus ngomong - ngomong, (Jingga berputar menghadap Gani) kenapa kamu dari tadi di belakang aku terus si?" Tanya Jingga.

"Mm, kan aku jagain kamu." Jawab Gani, Jingga pun menepuk kening nya.

Jingga lalu merangkul pundak Gani dan berkata..

"Gani, kita teman sejak kecil.. nggak perlu ada formalitas, aku malah jadi ngerasa jauh dari kamu. Bersikap kayak biasa aja, kita sahabatan dari kecil, kalo kamu bilang gitu itu berarti kamu nggak anggap aku sahabat." Ujar Jingga.

"Ng- nggak gitu, aku cuma menjalankan pekerjaanku aja Ngga." Ujar Gani, dia gugup di rangkul Jingga.

"Pokok nya kamu nggak boleh di belakang, jalan sejajar sama aku. Aku juga bukan siapa - siapa, Ni. Aku cuma anak angkat papa." Ujar Jingga, Jingga tidak mau sahabat kecilnya itu jauh darinya.

Mereka pun berjalan lagi sambil Jingga merangkul Gani, padahal tubuh Gani lebih tinggi darinya yang hanya sebatas pundak Gani. Mereka masuk kedalam kelas dan di dalam kelas Jingga mengedarkan pandangan nya mencari keberadaan Elang, tapi tidak ada.

'Dia nggak masuk, ya?' Batin Jingga.

Tapi ternyata yang di cari baru masuk kedalam kelas dan melihat Jingga yang sedang menatap kearah tempat duduk nya, Elang pun berjalan menghampiri Jingga yang masih berdiri  dan itu mengejutkan Jingga.

"Eh!"

Semua itu tak lepas dari perhatian Gani dan teman kelas mereka yang menatap Jingga dengan Elang, Gani tidak suka dengan Elang karena wajah nya terlalu dingin dan tidak sama sekali menunjukan keramahan sejak dia masuk di kelas itu.

"Thanks." Ujar Elang, entah makasih untuk apa.

Elang tak berkata apapun lagi lalu dia pergi ketempat duduk nya, setelah itu Jingga juga pergi ke tempat duduknya sendiri dengan sedikit heran.

Jingga kembali menoleh kearah Elang yang saat ini di belakang nya kembali terdapat asap hitam, Jingga tidak tahu mengapa asap itu tetap kembali lagi di tubuh Elang. Sadar dirinya di tatap, Elang menoleh menatap Jingga, dan seketika Jingga langsung menoleh kedepan.

'Ya Allah, bantu aku.. bantu aku menyingkirkan iblis itu.' Batin Jingga.

Di tempat lain..

Ustad Sholeh sedang duduk sendirian di bawah pohon yang rindang di depan rumah Jingga di kampung, entah mengapa sejak kemarin malam dia bermimpi hal yang aneh, ia terus di datangi seorang ratu yang menatap nya dengan bengis.

Sampai hari ini Ustad Sholeh menjadi memikirkan nya, karena itu berarti ada yang tidak baik - baik saja..

"Semoga tidak terjadi apapun." Gumam Ustad Sholeh.

***

Setelah jam istirahat tiba, Jingga dan Gani berjalan ke kantin sambil mengobrolkan hal yang menurut mereka lucu, dan saat itu Elang rupanya menunggu Jingga di koridor sambil menyenderkan tubuhnya di dinding dan melipat kedua tangan nya di depan dada.

Tiba - tiba Elang berjalan menghampiri Jingga dan Gani, Jingga sampai tegang sendiri karena muka Elang seperti orang yang marah.

"Lu, bisa ikut gue?" Ujar nya menatap Jingga.

"Aku?" Tanya Jingga menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, gue mau ngomong." Ujar Elang, lalu meraih tangan Jingga, tapi Gani menahan tangan Jingga yang satunya.

"Ngomong di sini aja, emang nggak bisa!?" Gani langsung menghalau dan maju kedepan Elang.

Semua yang melihat itu menutup mulut, mengira Jingga sedang menjadi rebutan cinta. Apalagi mereka sejak melihat interaksi Jingga dengan Elang, dan kini mereka mengira ada cinta segi tiga antara Jingga, Elang dan Gani.

"Bukun urusan lu, minggir!" Ujar Elang menatap Gani dengan tatapan dingin, lalu kembali menarik tangan Jingga lumayan keras.

"Aduh!" Jingga sampai terhuyung, Gani pun panik.

"Jingga!" Gani menahan tubuh Jingga.

"Yang sopan lu sama anak cewek, lepas!" Ujar Gani, tapi Elang enggan melepaskan tangan nya.

"Lu yang lepas, gue mau ngomong sama dia." Ujar Elang, ia masih menggenggam erat tangan Jingga.

"Oi! Kelian berdua lepas nggak!" Jingga mengibaskan kedua tangan nya dari Elang dan Gani.

"Apa si!? Liat tuh, di liatin sama orang orang jadinya." Ujar Jingga. Memang mereka bertiga sedang jadi tontonan sekarang.

"Gue mau ngomong sama lu, temen lu aja yang rese!" Ujar Elang, lalu membuang muka.

Jingga kesal sekarang, tapi dia langsung beristighfar dalam hatinya. Jingga pun menatap Gani dan menggeleng.

"Nggak apa - apa Ni, aku ngomong dulu sama Elang. Kamu duluan ke kantin aja gih.." Ujar Jingga. Elang pun menatap Gani dengan remeh dan tersenyum miring.

"Tapi Ngga.." Gani khawatir, apalagi Elang kelihatan dingin dan seperti anak nakal.

"Nggak apa - apa." Ujar Jingga, ia menepuk lengan Gani.

"Ayo kalo mau ngomong." Ujar Jingga pada Elang lalu menarik tangan Elang pergi.

"Wahh.. Jingga lebih milih sama si Elang kutub utara itu, bodoh banget.. Padahal Gani lebih ganteng, terus sikap nya lembut sama cewek." Ujar yang melihat kejadian itu.

Gani hanya bisa menatap kepergian Jingga dengan Elang dengan tatapan khawatir, bagaimanapun Jingga adalah tanggung jawab utamanya.

Sementara itu, Jingga dan Elang sampai di pinggir lapangan bola karena di sana yang tidak begitu ramai.

"Kenapa?" Tanya Jingga.

"Lu, bisa liat apa yang ada di badan gue, kan?" Ujar Elang, dan Jingga tertegun mendengar nya.

"Maksudnya?" Jingga pura - pura tidak mengerti.

"Lu.. bisa liat bayangan hitam yang ada di badan gue, bener kan!?" Ujar Elang.

Jingga menatap Elang dan menatap asap hitam yang kini membentuk seperti siluet kepala dan setengah badan manusia di belakang Elang, lalu kembali menatap Elang. Asap itu seakan memperingati Jingga untuk tidak ikut campur lagi.

"Tolong gue." Ujar Elang, seketika Jingga kembali tertegun. Tidak Jingga sangka Elang yang selalu dingin dan cuek meminta tolong padanya.

"Gue tau lu bisa liat, lu bahkan sempet ngusir bayangan itu. Tolong gue.." Ujar Elang lagi.

Jingga terkejut bahwa Elang ternyata tahu dia pernah mengusir bayangan di tubuh Elang sebelum nya.

"Tapi aku nggak yakin aku bisa, asap nya balik lagi." Ujar Jingga dan melirik asap yang ada di belakang Elang, Elang pun terdiam.

"Kalo boleh tau, kenapa asap itu ngikutin kamu?" Tanya Jingga, Elang pun menatap Jingga.

"Ceritanya panjang.." Sahut Elang.

"Mungkin kalo aku tahu asal muasal nya, lebih gampang untuk di tindak lanjuti." Ujar Jingga, Elang pun menatap Jingga sambil berpikir dalam benak nya.

"Pulang sekolah, bisa ikut gue?" Tanya Elang, Jingga pun mengerutkan alis nya.

"Kemana??" Tanya Jingga.

"Akan gue ceritain ke lu, tapi nggak di lingkungan sekolah." Ujar Elang, Jingga berpikir sejenak lalu kemudian mengangguk.

"Okay." Sahut Jingga, Elang pun sedikit tersenyum tipis.

"Thanks, kamu.." Elang menggantung.

"Jingga, namaku Jingga." Ujar Jingga mengulurkan tangan nya sambil tersenyum.

Elang pun menjabat tangan Jingga, aneh memang mereka berada di dalam satu kelas tapi Elang tidak kenal Jingga. Mungkin kenal, hanya saja Elang acuh dengan sekitar di tambah karena kedua nya memang sama - sama pendiam dan Jingga juga tak banyak berinteraksi dengan teman kelas nya selain urusan sekolah.

"Thanks, Jingga." Ujar Elang, dan Jingga tersenyum sambil mengangguk.

Setelah selesai sekolah, Jingga berjalan dengan Gani, dia menuju ke perpustakaan karena Gani ingin meminjam buku untuk dia belajar, dan saat itu Jonah mendatangi Jingga.

"Jingga.." Jonah muncul dengan wajah sedih.

"Eh, kamu kenapa?" Tanya Jingga.

"Nggak punya temen main.. Kamu nya sibuk." Jonah tampak sedikit sedih, karena dia baru mendapat teman (Stela) dan teman nya sudah pergi lebih cepat.

"Kenapa kamu nggak pergi? Kamu nggak mau ke tempat yang lebih baik??" Tanya Jingga dan Jonah tampak diam berpikir.

"Aku.." Jonah menggantung dengan wajah sedih nya.

"Jonah.. kamu semestinya sudah tidak di sini, kalo kamu nungguin sesuatu.. kasih tau aku biar aku bantu kamu cari." Ujar Jingga, Jonah malah menghilang tiba - tiba. Jingga celingukan karena tiba - tiba Jonah menghilang tanpa aba - aba atau pamit.

"Jonah.. kamu marah?" Panggil Jingga tapi Jonah tidak muncul lagi.

Sejak Jingga mengenal Jonah, dia sama sekali belum di beri tahukan apa penyebab dia masih berada di sana dan tidak mau pergi ke tempat yang seharusnya. Jingga tahu Jonah terikat dengan sesuatu yang masih membuat nya berada di dunia, tapi Jonah tidak pernah memberi tahu.

Jingga tidak pernah memaksa Jonah untuk bercerita, semua tergantung Jonah sendiri. Jingga pun akhir nya pergi dan mencari Gani yang sedang mencari buku di rak yang lain.

"Dapet Ni?" Tanya Jingga dan Gani mengangguk sambil menunjukan bukunya.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!