NovelToon NovelToon

I Hate You But I Lie

Bab 1

"Pertunangan antara Benjamin Clay dan Mia Hazel resmi dilaksanakan. Lima belas tahun lagi terhitung dari hari ini, keduanya akan mengikat ikatan suci sebagai suami istri. Semoga"

Dengan ucapan pembawa acara, semua orang bertepuk tangan dan bersorak. Nyonya dari dua keluarga ini memang menjalin persahabatan yang sangat dekat dan mereka telah berjanji untuk menikahkan anak mereka.

Tapi, kedua anak mereka tidak berpikir kalau pertunangan ini baik untuk dilakukan. Hal itu karena Benjamin dan Mia terpaut usia yang sangat jauh. Sepuluh tahun.

Kini Mia yang masih berusia lima tahun berada di kursi dengan gaun cantiknya dan melihat ke arah kue-kue yang tertata indah. Sedangkan Benjamin remaja melihat ke arah Mia dengan jijik.

Ben, itulah panggilan anak laki-laki itu, tengah mendekati seorang perempuan yang merupakan teman masa kecilnya. Olivia Quinn. Rumah mereka yang berada di lingkungan yang sama, kekayaan kedua orang tua yang hampir sama besar dan silsilah keluarga yang tanpa cela membuat Olivia menjadi calon istri yang tepat, pikir Ben.

Tapi berbeda dengan anaknya, ibu Ben adalah wanita sederhana yang berasal dari keluarga kaya. Persahabatan yang terjalin sejak remaja dengan ibu Mia adalah yang terpenting baginya.

"Kenapa kau tidak makan, Ben?"

"Aku sudah bilang, tidak mau bertunangan dengan bayi itu!" tegas Ben pada ibunya.

"Ini adalah janji ibu dan ibu Mia. Semuanya akan berjalan lancar. Lihat Mia, bukankah dia sangat cantik?"

Ben merasa ibunya telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan ini. Orang tua Mia bukanlah keluarga yang berada. Ayahnya hanya pegawai biasa dan ibunya tidak memiliki keluarga untuk mendukungnya.

"Aku tidak ingin menikah dengan bayi itu"

"Ben, ini hanya pertunangan. Kalian akan menikah saat Mia berumur 20 tahun. Jadi tenanglah"

"Aku ingin bertunangan dengan Olivia. Sekarang atau lima tahun lagi" teriak Ben yang berlalu pergi meninggalkan ruang tamu keluarga Clay yang kecil. Semua orang yang ada di ruangan kecil itu tentu saja mendengar semuanya dan merasa sangat tidak nyaman.

"Benjamin masih kecil. Dia belum mengerti tentang semua ini" Ibunya mencoba untuk mengembalikan suasana tapi percuma. Semua anggota keluarga Clay dan Hanzel telah mendengar dan mengerti kalau Benjamin tidak menginginkan petunangan ini.

"Ini hanya pertunangan. Semua bisa berubah dan dibatalkan kalau keduanya tidak ingin menikahi satu sama lain" ucap Kathy Hazel membuat semuanya mengerti.

Kathy Hazel memang yatim piatu dan tidak memiliki apa-apa saat menikahi ayah Mia. Tapi , dia memiliki hati yang besar dan kelakuan baik. Hal itu memungkinkannya bersahabat dengan anak keluarga kaya seperti ibu Benjamin.

"Kathy maafkan aku, Ben ... "

"Tidak apa-apa Laura, kita membuat pertunangan ini karena persahabatan. Bukan berarti kita akan memaksa keduanya benar-benar menjadi pasangan suami istri kalau mereka tidak mau. Apalagi, Mia masih sangat kecil dan memiliki keingin tahuan besar tentang kue"

Keduanya menoleh ke arah Mia yang mencicipi semua jenis kue yang ada di atas meja dengan berusaha mengangkat tubuhnya.

"Mia belum mengerti dan perbedaan usia mereka jauh sekali. Benjamin berhak menikahi perenpuan yang dia sukai kalau dia telah menginjak usia yang pantas"

Ucapan Kathy membuat Laura sangat senang. Keduanya berpelukan disusul oleh Mia yang sudah kenyang.

Sepuluh tahun berlalu dengan cepatnya dan Mia sekarang berusia 15 tahun. Badannya sedikit gemuk, rambutnya pendek sebahu dan wajahnya berubah dari anak-anak menjadi seorang perempuan polos yang cantik.

Sedangkan Benjamin. Berubah dari remaja pemarah menjadi laki-laki dewasa dengan badan gagah dan tinggi serta wajah yang tampan dan mengeluarkan aura kepemimpinan sejak bekerja sebagai penasehat ayahnya di perusahaan manufaktur mereka.

Perusahaan tersebut menghasilkan beberapa macam kebutuhan rumah termasuk, atap, jendela sampai interior dalam rumah berupa sofa, meja, meja makan, cat dinding, ubin dan masih banyak lagi.

Sedangkan keluarga Hazel masih tetap memelihara kesederhanaan hidup mereka karena kepala keluarganya adalah pegawai kantor pemerintah biasa. Tapi, Mia tumbuh dalam keluarga yang sangat bahagia. Dia menjadi remaja yang penuh keceriaan dan memiliki banyak teman dari berbagai kalangan.

Tepat seperti ibunya.

"Maafkan aku Kathy"

Tiba-tiba saja, Laura Clay menghubungi sahabatnya di malam har dan menjelaskan kalau Ben telah memilih Olivia menjadi istrinya. Benjamin melakukan lamaran indah di pantai dan berhasil mendapatkan persetujuan dari Olivia.

"Tidak apa. Benjamin sudah dewasa dan berhak melakukan itu. Selamat ya" seru Kathy

"Maukah kalian datang besok dan mengatakan pada Benjamin bahwa pertunangan antara Ben dan Mia dibatalkan?"

"Kenapa? Pertunangan itu hanyalah ucapan kita, bisa dibatalkan begitu saja kalau keduanya memang tidak berjodoh" jawab Kathy.

"Benjamin menginginkan kalian datang ke rumah dan membuat surat perjanjian tidak akan menuntut apapun karena pertunangan antara Ben dan Mia batal"

Kathy tidak bisa percaya dengan yang didengarnya. Laki-laki bernama Benjamin Clay ini telah membuatnya kesal. Tapi, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Kathy dan keluarga akan berada di rumah keluarga Hanzel besok siang untuk secara resmi membatalkan pertunangan.

"Ada apa, Bu?" tanya Mia selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Benjamin ingin kita pergi ke rumahnya besok siang. Hanya untuk secara resmi membatalkan pertunangan"

"Berita tentangnya memang sudah ada dimana-mana, lalu kenapa mereka meminta hal seperti itu?" tanya ayah Mia yang sedang bersantai di depan tv.

"Benjamin ingin kita membuat surat pembatalan resmi agar kita tidak akan menuntut di kemudian hari" Mia dan ayahnya melihat Kathy yang kesal dan berpandangan satu sama lain.

Benjamin memang tidak kali ini saja berusaha membatalkan pertunangan, tapi tidak pernah disangka kalau semuanya harus dianggap serius seperti ini.

"Kita datang saja. Lagipula besok hari libur, kita bisa makan di luar dan pergi ke taman hiburan" jawab ayah Mia.

Tentu saja hal itu membuat Mia dan ibunya bersorak kegirangan. Ketiganya adalah keluarga yang sangat seru dan tidak peduli dengan masalah kekayaan.

"Ayah, boleh Mia membawa kamera ayah yang itu? Mia ingin mengambil gambar yang bagus besok"

Ayah Mia memang memiliki hobi memotret dan kini anaknya menunjukkan minat yang sama.

"Tentu saja. Nanti juga semua akan menjadi milikmu. Ayah adalah pemilik dua kamera terbagus di rumah ini" Seru ayah Mia berpura-pura seperti dia adalah orang kaya dengan uang tak terbatas.

"Kau seperti orang gila" kata Kathy tiba-tiba, masih merasa kesal dengan perkataan sahabatnya.

"Ibu, ayah adalah ayah terpintar untuk Mia. Jangan marah hanya karena hal itu. Bibi Laura pasti juga merasa sangat menyesal dengan kabar pernikahan Benjamin"

Kathy menarik napas panjang dan bersyukur anaknya memiliki hati yang besar. Mungkin, pertunangan ini memang tidak bisa dipaksakan. Mia bisa saja menikah dengan laki-laki yang tidak terlalu kaya tapi baik seperti ayahnya. Malam itu, ketiganya menghabiskan waktu bersama dalam kehangatan sebagai keluarga.

Bab 2

"Mia, apa kau tahu kalau ayah lebih senang memotretmu daripada ibu?"

"Apa?Jadi aku tidak cantik menurutmu?"

Mia hanya bisa tertawa melihat ayah dan iunya bertengkar dan saling menggoda satu sama lain. Dalam perjalanan ke rumah keluarga Benjamin dan tante Laura, Mia tidak memiliki perasaan sedih atau marah. Pertunangan yang mereka lakukan bahkan tidak ada di dalam ingatan Mia, Dan pembatalan pertunangan ini merupakan keuntungan besar untuk Mia. Menikah dengan pria berumur sepuluh tahun lebih tua bukanlah pilihan menarrik untuknya.

Gerbang besar menyambut keluarga Hazel saat mereka sampai. Istana besar dan megah membuat Mia tidak bisa mengedipkan mata. Ya, Tuhan. Ternyata memang ada orang yang tinggal di rumah seperti ini. Bagi Mia, semua yang ada di depannya sangatlah menarik. Termasuk dua air mancur dengan patung dewi yang ada di samping istana besar itu. dan tidak perlu menyebutkan taman yang sangat luar biasa luas dengan rumput hijau terhampar.

"Mia, ayo masuk" ajak ibunya membuat Mia tersadar lalu melangkah di tangga dan masuk ke dalam istana itu.

"Wah, besar sekali, Bu. Ada macam-macam peralatan kristal dipajang dan lukisan itu. Wahhh" Mia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat duduk di atas kursi berhiaskan ukiran emas dan karpet persia tebal dan lembut itu.

Seseorang muncul dengan gaun rumah yang melambai mewah, Tante Laura, sangat cantik.

"Selamat datang, Mia. Kau cantik sekali" Pasti tante Laura memiliki penyakit di matanya. Bagaimana bisa Mia yang memilii wajah tembam dan badan agak gemuk ini dibilang cantik.

"Selamat siang, Tante. Apa kabar?" Aku berusaha sopan saat Tante laura memelukku dan ibu secara bergantian.

"Ben dan Ayahnya sangat sibuk dan mereka menghadiri rapat yang tidak bisa diwakilkan. bagamana kalau kita makan siang dulu lalu menunggu mereka datang" ajak Tante Laura dengan anggunnya. Apa dia tidak capek berkata seperti itu?

"Sepertinya masalah pembatalan pertunangan ini tidak perlu menunggu kehadiran mereka. Bisakah kita menyelesaikan semuanya sekarang?" ajak ibu.

"Kau marah padaku, Kathy? Maafkan aku, Benjamin ternyata memiliki pilihan sendiri dan tiba-tiba saja berita itu muncul begitu saja"

"Ohh. Tidak. tentu saja aku tidak marah. Hanya saja, kami sudah berjanji pada Mia akan mengajaknya ke taman hiburan karena hari ini libur" ucap ibu tenang lalu memegang tangan sahabatnya.

"Wah, sungguh menyenangkan. Aku tidak pernah ke taman hiburan sejak kita berumur 25 tahun" kata Tante Laura, membuat kami merasa tidak enak.

"Apakah kami harus membuat surat pernyataan atau apa?" sela ayah tidak sabar.

Tak lama Tante Laura memanggil seseorang dan muncullah pria berpakaian serba hitam membawa map. dia meletakkannya di depan ayah dan ibu dengan sopannya, lalu meninggalkan ruangan. Ayah mulai membuka map dan melihat kertas bertuliskan surat pernyataan yang dibuat oleh Benjamin Clay.

"Tidak akan mengingkari janji dan menuntut sejumlah uang kepada keluarga Clay?"

"Tidak akan pernah mengatakan kepada media tentang pertunangan sebelumnya dan mendapatkan keuntungan dari itu?" Ayah dan ibu mulai membaca dan merasa tidak percaya dengan semua tulisan yang ada di atas kertas itu.

"Laura, apa ini tidak keterlaluan?" tanya ibu dengan nada sedikit agak marah.

"Kathy, maaf. Benjamin yang membuatnya. Dia takut kalau pertunangan antara dia dan Mia akan membuat masalah di masa depannya nanti"

Ibu terlihat marah lalu melemparkan kertas itu di atas meja.

"Memangnya kalian pikir kami itu siapa? Laura, aku tidak percaya dengan semua ini"

Terlihat kalau Tante Laura juga tidak menyuaki semua ini tapi, dia kalah dengan anaknya. Benjamin memang merupakan pewaris satu-satunya dari perusahaan manufaktur mereka dan berita tentangnya dijaga dengan baik. Tapi, kabar tentang pertunangan Ben dan Mia tidak pernah keluar kepada siapapun. Keluarga Hazel juga telah menganggapnya hanya gurauan pada masa kecil.

"Sudah, kita tanda tangan saja dan semuanya tidak menjadi masalah bagi kita" kata ayah berusaha menahan emosi ibu yang terlanjur tersulut.

"Tapi lihat. Ini ada sejumlah uang yang akan diberikan pada kita untuk tutup mulut. Sejauh mana kita mau direndahkan anak kecil itu?" Ibu benar-benar marah dan tidak suka pada seseorang yang berani merendahkannya.

"Anggap saja uang itu untuk kuliah Mia. Benjamin yang menyiapkan semuanya"

"Baiklah, kami akan menandatangani surat ini. Tapi, kami tidak akan menerima uang itu. Karena, seperti yang kau lihat, kami masih sanggup bekerja dan membayai Mia" kata-kata ayah benar-benar terdengar sangat bijak. Ibu yang tadinya emosi menjadi tenag tapi tidak bagi Tante Laura. Dia merasa gelisah entah karena apa.

Setelah menadatangani surat itu, ayah dan ibu mengajakku segera keluar dari rumah bak istana ini. Tentu saja aku hanya mengikuti mereka dari belakang dan tidak mengatakan apapun.

"Kathy, biasakah kita bertemu nanti malam atau besok siang?" tanya Tante Laura yang menyusul kepergain kami ke taman depan.

"Sepertinya kita tidak bisa bertemu lagi sementara waktu ini, Laura. Aku merasa terhina karena kelakuan anakmu"

Ternyata Tante Laura merasa tersiksa karena dia akan kehilangan satu-satunya sahabat yang dimilikinya. Tangisan sedih meluncur di pipinya tapi ibu seperti tidak peduli tentang itu. Kami keluar dari rumah keluarga Clay dengan suasana hati yang tidak menyenankan. Dan semua berubah saat kami pergi ke taman wisata.

ibu mengajakku menaiki semua wahana dan hari itu berubah menyenangkan. Ayah dan ibu terus menerus tertawa menjadikan hari ni menyenagkan. Sangat menyenangkan. Kami pulang setelah makan malam dengan daging panggang lalu beristirahat dengan teh dan kopi pahit di rumah yang hangat.

"Aku benr-benar tidak percaya dengan Benjamin yang melakukan semua itu" kata ibu saat aku pergi ke dapur.

"Sudahlah, semuanya sudah berlalu. Kita harus membesarkan Mia dengan baik lalu menikahkannya" jawab ayah tenang.

"Iya, Kita nikahkan Mia dengan pria yang baik dan sederhana"

Ayah, ibu dan aku menikmati malam setelah hari melelahkan. Tidak ada lagi yang membahas tetang keluarga Clay atau kelakuan Benjamin yang mengesalkan.

Sedangkan di rumah keluarga Clay, Laura mengeluarkan kemarahannya yang sejak siang terbendung.

"Puas kau merendahkan sahabat ibu? Mereka tidak menerima uangmu dan menandatangani suratnya dengan sukarela"

Kepala keluarga Clay yang memiliki sifat keras berusaha menenangkan istri yang sangat dicintainya. Tapi Laura terlanjur marah. Dia kehilangan sahabat yang disayanginya sejak kecil hanya karena keinginan Benjamin menikahi Olivia yang memiliki banyak masalah kepribadian itu.

"Aku tetap akan menikahi Olivia dan ibu tidak bisa menghentikannya. Aku akan mengantar uang ini pada keluarga Hanzel besok dan memastikan mereka menerimanya" ucap Benjamin lalu pergi ke lantai dua untuk beristirahat.

"Mereka tidak akan menerimanya karena mereka orang baik. Tidak seperti keluarga Olivia yang memanfaatkanmu" teriakan Laura hanya bergema di rumah itu tanpa balasan. Tangis lalu jatuh lagi di pipinya karena hatinya terasa tersiksa

Bab 3

"Apa yang akan kaulakukan selanjutnya? Keluarga Clay akhirnya mengetahui semua hutang yang ayah miliki" kata Sarah Quinn, ibu dari kekasih Benjamin. Malam ini Olivia harus menjawab pertanyaan orang tuanya tentang lamaran tiba-tiba yang dilakukan oleh Benjamin.

"Benjamin mencintaiku dari dulu. Dia akan menikahiku walaupun keluarganya tidak setuju" jawab Olivia percaya diri.

Olivia adalah putri satu-satunya keluarga Quinn. Wajahnya cantik seperti neneknya yang keturunan Spanyol dan badannya sempurna bak model. Karena tubuhnya yang lemah sejak kecil, Olivia dapat menarik perhatian banyak laki-laki di sekolahnya. Termasuk Benjamim.

Pada saat mereka masih sama-sama berusia lima belas tahun, Olivia memiliki kekasih yang merupakan anak dari politisi. Setelah menjalin kasih selama dua tahun, Olivia hamil di usia tujuh belas tahun dan mendapatkan perlakuan kejam dari keluarga kekasihnya sehingga bayi di dalam kandungannya meninggal begitu saja. Sedih karena putus cinta dan dihina begitu berat, Olivia memutuskan berkuliah di luar negeri.

Pada awalnya, Keluarga Quinn adalah keluarga yang juga bergerak dalam bidang politik. Tapi karena kasus korupsi ayahnya, keluarganya menjadi hancur berantakan dan hutang mulai menjadi pilihan ibu dan Olivia untuk hidup. Tapi, lama kelamaan hutang menjadi semakin besar dan keluarga Olivia terpaksa harus melepaskan rumahnya.

Seteah menyelesaikan pendidikannya, Olivia kembali ke negerinya dan menemukan berita kalau Benjamin masih mencintainya seperti saat mereka remaja dulu. Tentu saja ini merupakan angin segar baginya dan keluarganya. Benjamin yang merupakan pewaris tunggal keluarga Clay, dapat dimanfaatkannya.

Hanya sekali Olivia mengikuti pesta yang dihadiri juga oleh Benjamin, dia dapat menarik perhatiannya. Caranya menggoda dan kecantikan wajahnya membuat Benjamin mudah ditaklukkan. Dan puncaknya adalah Sabtu kemarin saat akhirnya Benjamin berlutut dihadapannya dan menyematkan cincin berlian besar di jari manisnya.

Tapi, keluarga Clay yang berhati-hati mulai meresahkannya. Dalam sehari saja, keluarga Benjamin dapat menemukan semua kenyataan tentang Olivia dan keluarganya termasuk kejadian keguguran serta hutang besar itu. Olivia tidak peduli tentang itu karena Benjamin akan selalu mencintainya walau apapun yang terjadi.

"Pastikan Benjamin tidak akan pernah bisa meninggalkanmu atau kita akan berada dalam masalah besar" kata ibu Olivia yang hobi belanja.

"Benjamin sangat mencintaiku. Asalkan dia menikahiku, keluarga kita tidak akan pernah pindah dari rumah ini" jawab Olivia lalu masuk ke dalam kamarnya.

Benjamin, laki-laki itu memang tampan dan kaya, tapi membosankan. Gaya hidupnya yang sempurna membuatnya tampak seperti malaikat yang memuakkan. Kalau bukan karena uang, Olivia tidak akan pernah mau mendekati orang membosankan seperti Benjamin. Sebelum menikah, dia harus berhasil membuat Benjamin membayar semua hutang keluarganya lalu meninggalkkannya begitu saja untuk mangsa yang lebih besar.

Pagi harinya, saat Mia sudah berangkat sekolah, Benjamin datang ke rumah kecil dan sederhananya untuk memberikan cek sebesar ratusan juta. Kathy Hazel yang melihatnya di depan rumah sudah malas menerimanya ke dalam rumah.

"Selamat pagi, Tante Kathy, aku kesini untuk ..." Belum selesai bicara, Kathy Hazel menghentikannya.

"Kami sudah menandatangani surat pernyataan itu dan tidak ada lagi yang bisa dibicarakan antara kita, Tuan Muda Benjamin Clay"

Benjamin memang merasa kalau ibu Mia pasti tidak akan senang dengan semua yang disiapkannya. Tapi, demi cintanya pada Olivia, Benjamin tidak ingin ada gangguan dari pihak manapun termasuk sahabat ibunya.

"Tante Kathy, aku kesini hanya untuk memberikan ini" Benjamin mengeluarkan cek yang tertulis besaran uang yang tidak sedikit lalu menyodorkannya pada Kathy Hazel.

"Kami tidak semiskin itu Ben. Ayah Mia masih bekerja dan kami bisa menghidupi Mia dengan layak.Ambil saja uang itu untuk pernikahanmu. Kudengar, calon istrimu memiliki gaya hidup yang luar biasa mewah" kata Kathy lalu berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Benjamin yang berdiri di luar pagar pendek rumah Mia.

Kehidupan keluarga Hazel pun berlanjut tanpa adanya pertemuan antara kedua keluarga yang sebelumnya sangat akrab. Persahabatan yang diuji ternyata dapat menyebabkan kedua ibu dari masing-masing keluarga merasa sedih.

Persahabatan itu kembali saat kepala keluarga Hanzel yang seharusnya menyatukan keluarga meninggal karena kecelakaan. Kejadiannya adalah saat ayah Mia pergi bekerja dan sebuah truk menabrak mobilnya dari belakang. Luka parah di bagian kepala membuat ayah Mia koma selama beberapa jam sebelum menghembuskan napas terakhirnya di samping anak dan istrinya.

Kathy Hazel merasa hidupnya hancur saat kehilangan belahan hatinya, tapi dia berusaha kuat demi Mia yang masih membutuhkan banyak perhatian. Tangis terus mengalir di keluarga Hazel, bahkan setelah mereka pulang dari pemakaman. Lemah, sakit di hati dan merasa bingung dengan hidup yang akan dijalaninya, Kathy mendadak pingsan dan membuat Mia histeris ketakutan.

"Ibu, Mia sayang ibu. Jangan pergi, jangan " Mia menangis dan terus menangis karena ibunya terlihat tidak merespon semua yang dikatakannya.

Dokter dan perawat terpaksa memerintahkan Mia keluar dari ruang perawatan karena teriakannya yang mengganggu pasien lain. Dan sekitar tiga puluh menit kemudian, datanglah dua orang yang berpakaian mahal ke depan Mia.

"Mia, maafkan Tante. Mia maafkan Tante" Mia mengangkat wajah yang disembunyikannya di balik tangan dan melihat Tante Laura berdiri di depannya.

"Ibu ... ibu ... Mia ... ibu" Sekali lagi, tangis menghiasi wajah Mia dan Laura Clay segera menghiburnya.

"Tante akan masuk, tenanglah. Ibumu akan baik-baik saja" jawab Laura tidak yakin. Tapi dia tidak bisa melihat sahabatnya hancur seperti ini.

Setelah Laura masuk, tinggallah Mia yang kembali menangis dan seorang laki-laki dewasa berusia dua puluh enam tahun. Laki-laki itu adalah Benjamin Clay yang tidak percaya dengan yang dilihatnya. Sejak kapan anak kecil yang gempal itu berubah seperti perempuan dewasa?

Mia Hazel, mantan calon tunangannya yang berusia enam belas tahun menyita perhatiannya. Kaki dan lengan yang kurus, rambut tergerai berantakan tapi mempesona dan wajah menangis yang sangat cantik. Belum pernah Benjamin melihat seorang perempuan tetap cantik saat menangis, tapi kini dia melihatnya.

Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah tinggi perempuan di depannya. Benjamin mewarisi tinggi badan yang sempurna dari ayahnya, 187 cm dengan proporsi badan bagus. Perempuan di depannya mungkin setinggi 175 cm, membuat badannya kurus semampai seperti model. Bahkan lebih tinggi dari Olivia, tunangannya.

"Mau kemana?" Benjamin memegang pergelangan tangan perempuan itu.

"Aku ingin masuk"

"Biarkan ibuku yang bicara dengan ibumu. Duduklah, kau seperti mau pingsan"

Kulit putih dan halus yang tertutup dress hitam, membuatnya tampak sangat pucat. Mungkin juga karena terlalu banyak menangis. Perempuan itu menurut dan kembali duduk di kursi depan ruang perawatan. Air matanya dihapuskan secara sembarangan dan tidak mengurangi kecantikan polosnya.

"Apa kau sudah makan?"

Perempuan itu menggeleng lemah. Benjamin pergi ke penjual minuman otomatis dan membeli secangkir teh hangat untuknya. Dalam satu tahun saja, Benjamin dapat terkejut melihat perubahan Mia. Apa yang terjadi kalau Benjamin memenuhi tugasnya untuk menikahi Mia empat tahun lagi?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!