Leon Abraham adalah anak dari Artur Abraham dan juga adik dari Arshaka Abraham. Dia baru saja menduduki jabatan CEO di perusahaan papahnya beberapa bulan yang lalu di AB-Grup perusahaan yang sangat terkenal dalam dunia bisnis.
(Sequel dari Hallo Cinta Pertamaku)
Sebelumnya perusahaan itu di pimpin langsung oleh papah dan kakaknya. Tapi karena suatu hal, papahnya tidak bisa lagi memimpin perusahaan itu. Dan di alihkan ke tangan Leon. Begitupun kakaknya Arshaka Abraham yang sudah mempunyai perusahaan sendiri.
Leon sendiri sebelum menjabat jadi CEO di kantor itu, dia bekerja ikut kakaknya Arshaka. Dia menjabat sebagai direktur perusahaan itu.
Ada satu wanita yang selalu dia kejar ketika bekerja di perusahaan kakaknya, namanya Aisyah. Wanita yang sangat sulit dia taklukan. Butuh perjuangan untuk mendapatkan gadis shalehah seperti Aisyah. Gadis polos dan pintar juga mandiri.
Tapi tidak ada yang tahu kehidupan Aisyah di dalamnya. Diluar dia sangat manis dan ramah tapi senyumannya membawa luka mendalam. Selama bertahun tahun dia merawat ibunya yang sakit-sakitan akibat kecelakaan yang menewaskan ayahnya.
"Aisyah, nanti pulangnya aku antar ya. Aku ingin bertemu ibumu." Ucap Leon dengan tangan yang masih fokus menandatangani berkas di mejanya.
Aisyah berdiri dan menunduk menunggu bossnya itu. Dia belum menjawab. Jika ibunya bertemu Leon, Aisyah takut ibunya ngamuk. "Tidak usah pak saya bisa pulang sendiri. Terima kasih tawarannya pak." Jawab Aisyah.
Leon menutup berkas itu lalu membuka kacamata beningnya dari hidung bangirnya. "Kenapa menolakku? Aku juga tidak akan macam macam denganmu." Leon mendengus kesal dengan Aisyah.
"Bu-bukan begitu pak maksud saya_"
Leon menarik lengan Aisyah keluar ruangan menuju lift. Aisyah nampak terkejut dia mengikuti kemana Leon membawanya. Ray yang baru datang langsung mengikuti kemana bossnya pergi. Aisyah bahkan tak sanggup berucap jika Leon sudah mode galak seperti ini.
Di dalam lift Leon masih menggenggam tangan Aisyah. Ray yang sedari tadi mengekor dibelakang bossnya hanya bisa menghela nafasnya.
"Ekhem ...pak maaf tangannya." Ucap Aisyah dengan hati hati. Leon menoleh lalu reflek melepaskan tangan Aisyah dari genggamannya. Keduanya kikuk gelagapan, Leon juga memalingkan mukanya begitupun dengan Aisyah. Dia juga sedikit malu terlebih ada Ray dibelakang mereka.
TING
Lift itu sampai ke lobby. Ketiganya menuju mobil. Ketika Aisyah ingin membuka pintu depan, Leon melarangnya.
"Aisyah kamu duduk sama saya."
BRAK
Aisyah dan Ray kaget mereka kompak mengusap dadanya. Leon menutup pintu mobilnya seperti ngajak berantem "Sana ke belakang sebelum singa ngamuk." Ucap Ray yang langsung masuk ke mobil. Aisyah juga menyusul Leon ke dalam mobil.
Di dalam mobil Leon sibuk dengan ipadnya. Jika sedang serius seperti ini, Leon sangat berwibawa dan tampan. Senyum tipis terbit di bibir Aisyah.
"Tampan sekali mas Leon!"
"Jangan di tatap terus nanti cinta." Sindir Leon dia melihat Aisyah dari sudut ekor matanya. Aisya sedikit gelagapan dia memalingkan wajahnya ke kaca mobil. Dia menetralkan hatinya yang dedegan.
"Enggak kok pak. Sa-saya kebetulan aja lihat sekilas!" Sanggah Aisyah yang sudah kepalang malu. Leon tidak menjawab lagi.
-
-
Mobil Leon sampai di rumah sakit tempat ibunya Aisyah di rawat. Dia bahkan menggenggam tangan Aisyah tanpa sadar. Aisyah seperti tidak menolak tapi malu juga. "Pak maaf tangannya, saya mali!" Ucap Aisyah dengan pelan.
"Kita di luar kantor Aisyah."
"Iya maaf mas, maaf. Ini tangannya, nanti ada setan lewat gimana?" Sahut Aisyah dengan menyebikan bibirnya. Leon reflek melihat Ray di belakangnya. Dan menunjuk Ray dengan telunjuknya.
"Dia setannya?" Tanya Leon.
"Astaga bukan mas. Ya ampun maksud aku jangan gini kita kan belum menikah mas!" Aisyah menjawabnya dengan sedikit kesal. Leon melepaskan tangannya. "Ayo jalan duluan dimana ruangan ibu kamu!" Leon menyuruh Aisyah duluan.
"Susah banget mau pegangan tangan juga. Di ajak nikah banyak mikir. Dasar wanita."
Ketiganya sampai di kamar ibunya Aisyah. Bu Dina. Aisyah mendekati ibunya perlahan. Semenjak kecelakaan bu Dina sering sakit dan mengamuk. Seperti ada trauma dan luka yang dia pendam.
"Ibu, Aisyah datang!" Aisyah mengelus pipi ibunya lembut yang sedang tidur. Bu Dina melenguh dia membuka matanya perlahan.
Seperti melihat seorang musuh, matanya melotot dan tangannya men cekik leher Aisyah. "SIAPA KAMU? MANA SUAMIKU? KAMU BU NUH SUAMIKU HAH?" Bu Dina teriak histeris.
Leon yang melihat itu langsung mendekat dan mencoba melepaskan tangan bu Dina dari leher Aisyah.
Aisyah sendiri sudah tersedak akibat ulah ibunya. Ray juga memanggil dokter karena keadaan sudah chaos.
"Astaga Aisyah ayo periksa leher kamu!" Ucap Leon yang membawa Aisyah duduk. Sementara bu Dina langsung di tangani oleh dokter dan perawat. Aisyah melirik Leon yang sangat perhatian padanya. Hatinya berdesir ini pertama kalinya Leon memanggilnya sayang.
Bu Dina di suntikan obat penenang supaya tertidur. Perawat itu juga mengobati lebam di leher Aisyah. Sebab tadi bu Dina men cekik nya dengan sangat kencang. Leon menunggunya di luar kamar. Karena Aisyah membuka hijabnya.
"Kasihan Aisyah, Ray kamu udah dapat info soal kecelakaan itu?" Tanya Leon
"Masih abu-abu boss. Kami masih berusaha menyelidikinya!" Jawab Ray.
Tak lama Aisyah keluar dari kamar perawatan ibunya. Dia mendekati Leon yang sudah menunggunya. "Sudah selesai?" Tanya Leon. "Sudah mas." Jawab Aisyah dengan lembut
"Ayo kita pulang, aku lapar!" Ucap Leon yang menggenggam lagi tangan Aisyah. Namun perempuan berhijab itu segera melepaskan tangannya. "Mas maaf...!" Aisya menunduk dia tidak mau Leon kebablasan.
"Ma-maaf Aisyah...kamu duluan!" Leon mempersilahkan Aisyah jalan duluan ke depan. Leon dan Ray mengekor di belakangnya.
-
-
Ketiganya pun masuk mobil dan menuju Caffe untuk makan siang dulu. Ketika sampai di sana dan mereka sudah duduk, kecuali Ray yang duduk di meja terpisah. Tiba tiba ada seorang wanita cantik menghampiri Leon.
"Leon ?"
"Elena ?"
Elena adalah mantan kekasih Leon semasa kuliah dulu. Mereka putus karena beda keyakinan. Dan orang tua Elena tidak merestui hubungan keduanya.
Aisyah yang melihat Leon tersenyum ke wanita lain, merasa kan sesak di dadanya. Gimana tidak? Elena sangat cantik wajahnya blasteran, dan tubuhnya seperti model.
Aisyah sendiri merasa insecure jika di bandingkan dengan Elena. Padahal Aisyah sendiri gadis yang sangat cantik dan lembut.
Elena menghampiri Leon dan memeluknya. Leon sendiri tidak ada reaksi apapun, dia juga enggan membalas pelukan Elena.
"Kebetulan kita ketemu di sini yah!" Ucap Elena
"Ehem...oh iya kenalkan ini Aisyah!" Jawab Leon. Dia mengenalkan Aisyah pada Elena.
Kedua wanita dewasa itu nampak kikuk ketika berkenalan. Ada kecanggungan diantara mereka. Padahal Aisyah sendiri sampai sekarang masih menarik ulur hubungannya dengan Leon.
Sehabis bertemu dengan Elena dan seusai makan siang, Leon tak banyak bicara selama di dalam mobil. Aisyah melirik sekilas ke samping.
Seperti ada yang di pikirkan Leon. "Ehm...pak" Aisyah basa basi memulai obrolan.
"Hmm iya kenapa sayang?" Lamunan Leon buyar ketika wanita yang di cintainya memanggil. "Pak Leon kenapa? Enggak apa-apa kan?" tanya Aisyah.
Aisyah mengatupkan bibirnya dia selalu degdegan jantungnya terasa mau copot setiap kali Leon memanggilnya sayang.
"Aman kok." Ucap Leon singkat. Dia menoleh lagi ke arah kaca mobil sebelahnya. Dia tengah berpikir hubungannya dengan Aisyah sudah hampir 8 bulan mereka bersama tanpa ada kejelasan.
Aisyah enggan bertanya lagi. Dia juga memalingkan mukanya. Keduany larut dalam pikiran masing-masing.
Mobil itu sampai di kantor AB_Grup. Leon jalan duluan bersama Ray. Sementara Aisyah mengekor di belakang Ray. Dia heran entah kenapa sikap Leon berubah semenjak pertemuannya dengan wanita bernama Elena.
"Apa mereka menjalin hubungan? Katanya cinta aku, tapi... Ah ya sudahlah.. Pasrah."
-
-
Leon dan Ray sedang mengerjakan pekerjaan mereka di ruangan masing-masing hingga sore hari. Dia tidak sadar jika Aisyah sudah pulang duluan.
Pria single itu menghela nafasnya dia berdiri dan berjalan ke balkon minimalis ruang kerjanya. Dia menatap awan cerah sore hari.
CEKLEK
"Boss maaf mengganggu. Kita pulang sekarang?" tanya Ray dengan hormat.
Leon berdiri memunggungi Ray. Kedua tangannya dimasukan ke saku celananya. "Ray, Elena ...sudah menjadi mu'alaf. Aku harus bagaimana?" Tanya Leon dengan hati yang gelisah.
Ray mearik nafasnya dalam dalam. Sedikit banyak tahu Leon pernah bercerita tentang Elena.
"Eum...boss anda harus ikuti kata hati. Dan...jangan sampai menyakiti keduanya. Baik Elena maupun Aisyah." Ucap Ray
Leon tidak menjawab dia masih diam di tempatnya. Tak lama dia berbalik badan lalu bersiap-siap pulang. Dia akan pulang kerumah kakaknya, Jinan dan shaka.
-
-
Leon membelikan makanan dulu untuk kakaknya yang lagi hamil. Sampailah di rumah kakaknya Leon menenteng beberapa keresek makanan.
"Kakak... Ini aku bawa banyak makanan. Aku tidur sini yah, males pulang ke apartment." Ucap Leon yang langsung menaruh makanan itu di atas meja ruang tamu.
Jinan memanggil mbok Surti untuk menyiapkan makanan. "Kamu kenapa lesu banget?" tanya Jinan melihat Leon langsung rebahan di sofa panjang itu.
"Aisyah kak." gerutu Leon
"Langsung lamar aja sih, tipe cewek kayak Aisyah enggak akan mau di ajak pacaran."
"Nah itu masalahnya, dia tuh kayak narik ulur hubungan ini kak. Tau deh kak, pusing aku." Leon menutup matanya sungguh dia tak bisa mengerti maunya Aisyah apa.
Jinan ikut duduk di pinggi sofa itu. "Terus kamu maunya gimana? Apa karena Elena kamu jadi goyah?"
"Leon ih malah tidur." Jinan menghela nafasnya dia pun ke meja makan menikmati makanan yang dibawa Leon sembari menunggu suaminya pulang.
-
-
Di tempat lain tepatnya di rumah Aisyah, dia rebahan menatap langit langit kamar. Dia memikirkan hubungannya dengan Leon.
Jauh di lubuk hatinya dia mencintai Leon. Tapi dia tidak mau jika menikah nanti Leon direpotkan dengan ibunya yang sakit sakitan.
"Maakan aku mas Leon...aku juga menyayngimu. Aku juga cemburu lihat kamu sama cewek tadi." Aisyah sudah bolak balik posisi di kasurnya.
"Apa aku telepon aja ya mas Leon? Ahh enggak! Harga diri masa cewek duluan. Tapi..."
TING TONG
Bel rumah Aisyah bunyi. Belum terlalu malam sih baru jam 8 lebih. Tantenya Aisyah berteriak dia bilang ada tamu yang mencari Aisyah.
Selama ibunya di rumah sakit, Aisyah tinggal bersama tante Rosma. Adik dari mamahnya. "Siapa tan?" tanya Aisyah yang sudah memakai hijab instannya.
"Ayo keluar dulu, jangan sampe malam banget yah enggak enak sama tetangga." ucap tante Rosma. Aisyah mengangguk dia pun berjalan ke ruang tamu yang pintunya di buka lebar.
Ternyata Leon datang dengan membawa makanan untuk Aisyah dan tantenya. "Hai sayang... Sini duduk. Makan dulu yah." Ucap Leon yang mulai membuka makanan itu.
Aisyah tersenyum manis melihat perlakuan Leon. Dia dan Leon makan malam bersama di ruang tamu. Tante Rosma makan di meja makan. Dia tidak ingin mengganggu ponakannya itu.
"Terima kasih ya mas, ngerepotin."
"Demi kamu...aku enggak masalah. Udah jam 9 aku pulang yah. Kamu istirahat yah. Langsung tidur." Ucap Leon dengan lembut.
Aisyah tersipu malu ketika dihadapkan dengan kelembutan Leon. "Aku akan menerima mu mas."
Leon juga pamitan pada tante Rosma. Dia pergi dari rumah Aisyah. Hanya satu jam saja dia ada disana. Dia ingin mengecek apa Aisyah sudah makan atau belum.
Karena di kantor Aisyah sering telat makan. Dia tidak mau wanitanya sakit. Jadi dia kesana dengan membawa makanan yang banyak. Padahal tadi dirumah kakaknya dia sudah makan banyak.
-
-
Leon pulang menuju rumah, saat dijalan dia hampir tidak sengaja menyerempet orang.
CKIIIITTT
"Astaga."
Leon membuka seatbeltnya dan turun dari mobil. Orang di serempetnya tersungkur ke bawah mobilnya. Leon membantu wanita itu berdiri. Ketika wanita itu menoleh ternyata lelaki yang di cintainya.
"Leon."
"Elena, kamu enggak apa-apa kan? Maaf aku enggak fokus menyetir." ucap Leon
Elena tiba-tiba memeluknya dia menangis sesegukan di pelukan Leon. Awalnya Leon tidak membalas, tapi akhirnya kedua tangannya terulur membalas pelukannya itu.
Leon hanya merasa kasihan saja pada Elena. "Aku antar pulang yah. Orang tua kamu pasti khawatir."
"Antar aku pulang ke apartment."
Leon mengiyakan permintaan Elena. Dia mengantarkan wanita itu ke apartmentnya.
-
-
"Aku pulang yah."
Keduanya sudah sampai di depan pintu apartment Elena. Wanita itu menarik tangan Leon ketika Leon akan melangkah pergi.
"Jangan pulang, aku butuh kamu."
Leon yang menatap lekat Elena akhirnya luluh juga, anggap saja dia sedang menolong sahabatnya. Itu saja. Leon tidak ada pikiran yang aneh aneh.
Keduanya masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Leon menanyakan kenapa Elena malam-malam ada di jalan. Elena ternyata habis bertengkar dengan orang tuanya.
Elena menangis kepalanya terasa pusing. Leon berdiri dan ke dapur membuatkan teh hangat. Dulu ketika pacaran Leon pernah sekali ke apartment Elena. Jadi dia sedikit hapal bahwa wanita itu selalu stock teh camomile kesukaannya.
Selesai Leon membuatkan teh hangat, dia duduk lagi di pinggir Elena.
Elena meminum teh hangat itu. Leon masih menatapnya dengan intens. "Gimana? Udah tenang kan?" tanya Leon.
"Terima kasih Leon, maaf udah ngerepotin kamu."
Tatapan mereka bertemu. Keduanya semakin mengikis jarak. Deru nafas keduanya pun terasa hangat.
CUP
Elena duluan mencium bibir Leon. "Aku merindukanmu Leon."
Leon sendiri mematung dan tidak bereaksi. Elena makin berani dia mencium lagi bibir Leon dengan lembut. Tak disangka Leon membalas ciuman itu.
Tiba-tiba Leon melepas ciuman itu dan mendorong Elena. "Tidak El, aku sudah mencintai wanita lain, maaf aku harus pulang." ucap Leon dia buru buru pergi. Leon tidak mau ada hal-hal yang tidak di inginkan terjadi.
Besokannya Leon seperti biasa dia pergi ke kantonya bersama Ray. Sesampainya di kantor menuju ruangannya, tatapan nya bertemu ketika Aisyah juga baru datang dan duduk di kubikelnya.
"Selamat pagi pak!" Sapa Aisyah dengan hormat.
"Morning sayang!" Sahut Leon dengan tersenyum kikuk.
Leon dan Ray masuk ke dalam ruangan. Lalu Aisyah sendiri mengerjakan pekerjaannya. Cukup lama ke tiganya bekerja sampai makan siang.
Tiba tiba ada tamu seorang wanita datang ke kantor Leon. Siapa lagi kalau bukan Elena. "Hai..aku mau ketemu boss kamu!" Ucap Elena.
Aisyah menelan salivanya ketika melihat Elena wanita yang sangat cantik bak seorang artis, datang ingin bertemu Leon. Dia mencoba menetralkan perasaannya yang sedikit cemburu.
"Aa-ada di dalam. Silahkan!" Aisyah mengantarkan Elena ke dalam ruangan Leon dengan perasaann yang campur aduk.
CEKLEK
"Maaf pak ada tamu!" Ucap Aisyah dengan menunduk.
Elena melewati Aisyah tanpa permisi "Leon...kamu pasti lupa deh ini sapu tangan kamu ketinggalan di apartment aku tadi malam!" Ucap Elena dengan wajah tanpa dosa.
Aisyah bagai di sambar petir di siang bolong. Ternyata Leon semalam ke apartmentnya Elena. Setelah pulang dari rumah Aisyah. Leon juga sama terkejutnya dengan ucapan Elena.
"Elena, jangan lancang keluar masuk kantorku!" Ucap Leon dengan sedikit meninggikan suaranya. Elena yang sedikit di bentak itu terkejut. Dia mengatupkan bibirnya. Semalam Leon baik baik saja. Tapi kenapa sekarang berubah?
Aisyah tanpa permisi dia pamit dia berlari ke toilet dan menangis di sana. Leon yang melihat Aisyah pergi gitu saja dia pun segera menyusulnya dan mengabaikan Elena.
"LEON MAU KEMANA ?" Elena berbalik dan berteriak ketika melihat Leon lari mengejar Aisyah.
"Kenapa di kejar sih?" Elena menggerutu. Dia juga pergi dari sana dengan perasaan kesal. Ray sebagai penonton hanya bisa memijat pangkal hidungnya.
Dia kembali duduk dan memesan makan siang untuk bossnya juga Aisyah. "Dasar si boss, katanya cinta Aisyah, tapi malah ke apartement wanita itu, huft !"
-
-
-
Leon menunggu Aisyah di depan toilet. Aisyah akhirnya keluar dari sana dengan wajah yang sembab dan hidung yang memerah.
"Aisyah kamu salah paham dengerin aku dulu."
"Aku enggak apa-apa kok pak. Permisi."
Leon menarik lengan Aisyah. "Bisa dengerin aku dulu sebentar? Kamu udah dewasa kan?" Leon sedikit emosi karena Aisyah tidak mau mendengarkan penjelasannya.
GLEG
Kata-kata Leon menusuk ulu hatinya. Dia menarik nafas dalam dalam dan melepaskan tangan Leon. Dia menatap Leon dengan lekat. "Aku dengarkan!"
Leon menjelaskan kejadian semalam tidak ada yang terlewat ya kecuali ciuman itu. Sama saja Leon bu nuh diri kalau harus menceritakan itu.
"Jadi gitu ceritanya...tolong percaya sama aku Aisyah. Aku mencintaimu Aisyah."
Aisyah mendongakan kepalanya menatap Leon lagi. Dia bahagia saat Leon mengucapkan cinta padanya.
"Aa-aku juga mas, maaf baru bilang sekarang!" Ucap Aisyah dengan menunduk dan meremas jarinya.
Leon melongo hatinya berbunga-bunga akhirnya cintanya terbalaskan oleh Aisyah. "Coba bilang sekali lagi!" Ucap Leon
"Malu mas!"
Aisyah malah pergi dari hadapan Leon. Dia sungguh malu sekali pasti mukanya bak kepiting rebus.
"Yessss....yuhu.. Jadi kawin jadi kawin yeyeyeyeee...!" Leon malah joget joget di depan toilet wanita. Sebenarnya di lantai itu khusus ruangan CEO dan sekertaris juga tempat meeting saja. Karyawan lain ada di lantai bawah.
"BOSS..." Teriak Ray yang menepuk jidatnya melihat kelakuan tuannya yang sedikit miring.
"Astaga RAY... Kenapa teriak teriak?" Sentak Leon dia tidak ingin ketahuan jika dirinya tengah salting.
"Boss sendiri ngapain joget joget di sana? Mau senam SKJ?"
Leon melirik tajam asistennya dia mendekati Ray hingga Ray terpojok. "Mau ku potong gajihmu 3 bulan ke depan hah?"
"Hehehe, canda boss." Ucap Ray menaikan 2 jarinya dan kabur lari dari bossnya.
-
-
Ketika Leon sedang serius di depan laptopnya, tetiba Aisyah masuk keruangannya dengan mata yang sudah berlinang air matanya.
"Kamu kenapa?" Ucap Leon yang langsung berdiri menghampiri Aisyah. "Ibu.. Ibu ngamuk pak. Saya ijin pulang yah maaf pak." Ucap Aisyah dengan suara seraknya.
"Ayo aku temani."
Leon langsung menyambar jasnya dan menarik Aisyah pergi dari sana. Di lift dia menghubungi Ray agar segera menyusul ke mobil.
Ray juga dengan cepat menyusul bossnya. Kini mereka sudah di mobil dan langsung kerumah sakit. Tanpa mereka sadari ada mobil sedan hitam di seberang parkiran sedang memantau mereka.
"Ada hubungan apa Leon dengan wanita itu? Seperti bukan boss dan sekertaris." Gumam Elena. Dia mengikuti kemana mobil Leon pergi.
-
-
Leon dan Aisyah sudah sampai di rumah sakit. Keduanya berlari menyusuri lorong itu. Aisyah langsung masuk ke ruangan ibunya.
"Ibu... Ini Aisyah.. Bu tolong sadar." Ucap Aisyah yang sudah menangis.
"CARI PEREMPUAN ITU CEPAT, DIA SUDAH MEM BU NUH SUAMIKU CEPAT." Bu Dina teriak histeris menggoyangkan bahu Aisyah.
Aisyah dan Leon saling tatap, masih mencerna omongan bu Dina. "Ray, cari tahu." Ucap Leon yang melirik Ray.
Ray segera keluar menghubungi Ethan, detektive yang pernah menangani kasus papahnya Leon.
Dokter itu menyuntikan obat penenang ke bu Dina. Akhirnya bu Dina tertidur. "Saya yakin, ada trauma yang membekas dari bu Dina. Beliau harus segera di bawa ke psikolog. Tapi tidak dengan kondisinya yang sekarang." Ucap Dokter Rika.
"Kita harus menunggu beliau sembuh baru bisa kita bawa. Kalau dalam keadaan seperti ini dikhawatirkan kondisi beliau makin parah." Lanjut dokter Rika.
Aisyah dan Leon pun mengerti. Dokter itu pamit dari sana. Dibalik tembok ada Elena yang sedang mengintip. "Apa yang mereka lakukan di sana?"
Leon menenangkan Aisyah yang menangis. "Aku akan mencari tahu kebenarannya. Kamu tenang yah. Ada aku disini." Ucap Leon.
"Coba aja kita udah nikah, aku pasti peluk kamu Asiyah." Gumam Leon dalam batinnya.
-
-
"Ternyata seperhatian itu kamu sama Aisyah? Apa aku udah enggak ada di hati kamu Leon?" Lirih Elena daam hatinya dia menangis dan pergi dari sana.
Dia tak sanggup jika harus melihat kedekatan pria yang di cintainya dekat dengan perempuan lain. Dia akan kembali lagi besok ke kantor Leon.
-
-
Leon mengajak Aisyah pulang karena hari sudah menjelang malam. Tapi sebelum pulang mereka makan dulu. Aisyah sedari tadi hanya mengaduk-ngaduk makanannya. Sungguh dia tak nafsu makan sekali.
Leon yang melihatnya agak kesal, dengan inisiatifnya dia mengambil sendok yang di pegang Aisyah, dan menyuapinya dengan sedikit paksaan.
Aisyah sedikit terkejut tindakan Leon, tapi dia juga tidak menolaknya. Dia menerima suapan dari Leon. "Makasih mas." Lirih Aisyah.
"Kamu harus sehat dan kuat kalau mau temani ibumu, mengerti?"
"Iya mas."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!