...****************...
"Aluna,,," ucap seorang wanita paruh baya yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang gadis kecil yang terus menatapnya dengan bingung.
"Mama,," ucap gadis kecil yang bernama Aluna
Mendengar ucapan dari Aluna membuat wanita paruh baya itu langsung meneteskan air matanya dan mencoba meraih tangan Aluna.
"Sayang,,, kamu sayang mama kan?"
"Emm, Aluna sayang mama"
"Hiks,, kalau begitu Aluna tidak akan membenci mama kan?"
"Benci??, kenapa Aluna benci mama?" ucap Aluna yang masih begitu polos
"Karena Mama harus pergi sayang, hiks, hiks,"
"Mama mau pergi kemana? Aluna mau ikut sama mama!"
Mendengar hal itu membuat sang mama kembali menangis karena dia harus pergi dan tidak akan pernah kembali ke sisi putri kesayangannya itu. Sang mama telah menderita kanker hati stadium akhir dan sudah tidak bisa bertahan lama lagi.
"Maafkan mama sayang, nanti setelah kamu dewasa kamu pasti akan mengerti semua ini"
Tepat setelah mengatakan hal itu sang mama langsung kehilangan kesadarannya dan hari itu detik itu dokter menyatakan pasien meninggal dunia. Aluna kecil hanya bisa diam sambil melihat para perawat melepaskan alat bantu kesehatan dari tubuh sang ibu.
Beberapa saat kemudian beberapa orang pria masuk dan berbicara dengan perawat yang ada di sana dan mereka sesekali melihat ke arah Aluna yang sedang berdiri di samping jenasah sang mama.
Dia mengira jika sang ibu hanya tertidur lalu akan terbangun lagi di pagi hari dan berbicara dengannya lagi.
Sementara itu para pria itu terlihat sudah selesai berbicara dengan para perawat dan mereka mulai melangkah ke arah Aluna berada. Mereka mendekati Aluna dan membuat pandangan Aluna langsung mengarah kepada mereka.
Pandangan gadis kecil yang masih polos dan tidak mengerti apapun hanya bisa melihat ke arah jenasah sang ibu yang dibawa pergi oleh para perawat sedangkan dirinya yang langsung di tahan oleh para pria itu tanpa bisa melawan.
Pada detik itu adalah kali terakhir dia melihat sang ibu sebelum akhirnya berpisah untuk selamanya.
......................
10 Tahun Kemudian........
"Dimana gadis itu?" ucap seorang wanita paruh baya berpenampilan sangat mewah yang sedang duduk di ruang tamu yang begitu mewah
"Nona muda ada di kamarnya"
"Jam segini dia masih berada di kamarnya??"
"Iya Nyonya," ucap seorang wanita yang merupakan pelayan di rumah besar itu
"Dasar gadis tidak berguna!! Kenapa Mas Arya harus menjemputnya pulang ke rumah ini?. Benar-benar menyusahkan!!" ucap wanita kaya itu yang kesal
Para pelayan yang mendengar hal itu terlihat sangat takut dan terus menundukkan wajahnya
"Suruh dia untuk turun sekarang!!"
"Eee Baik Nyonya"
Sementara itu di sebuah kamar terlihat seorang gadis muda cantik dengan rambut hitam panjang dengan gaun malam yang masih berada di tubuhnya yang asik menggambar tanpa peduli dengan sekitarnya karena sudah tenggelam dalam imajinasinya.
Setiap goresan pensil seolah hidup dan tanpa dia sadari para pelayan sudah berada di belakangnya
"Nona Muda,," panggil salah satu pelayan
"Nona Muda,,"
Beberapa kali gadis itu dipanggil tapi dia tidak merespon hingga salah satu pelayan langsung maju dan mengambil alat gambarnya dan seketika gadis itu langsung menoleh
"Huh, kenapa diambil??" ucap gadis itu yang terlihat kaget dan dengan mata yang takut langsung berdiri
"Nona Muda, sudah sejak tadi saya memanggil anda tapi anda tidak mendengarnya jadi saya harus mengambil alat gambar ini"
"Maaf Bi, Aluna terlalu asik menggambar" ucap gadis muda yang ternyata adalah Aluna.
Waktu telah berpindah pada 10 tahun setelah mama Aluna meninggal dan Aluna dibawa oleh pria-pria tidak dikenal.
Aluna kini telah tumbuh menjadi remaja cantik seperti sang mama dengan tampilan gadis remaja 17 tahun yang memiliki rambut hitam lurus yang panjang dengan kulit yang putih ditambah dengan pesona matanya yang begitu indah. Membuat siapapun yang melihatnya bisa jatuh hati, ditambah sifat polos dan lugu Aluna yang tidak pernah berubah membuat siapapun dengan mudah mendekatinya hanya dengan beberapa kata manis sudah bisa membuat Aluna langsung percaya.
"Huhh, nona muda anda sudah ditunggu oleh Nyonya di bawah sejak tadi"
"Mama sudah menunggu ku!!! Aduh gawat, mama pasti akan memarahiku lagi" ucap Aluna yang terlihat panik
"Itulah makanya nona jangan keasikan menggambar terus, nona tahu kan kalau Nyonya sangat ketat dan tidak segan untuk memberikan hukuman"
"Iya Bi, Aluna tahu. Bibi bisa bantu Aluna untuk bersiap?"
"Iya non akan bibi bantu"
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Aluna langsung bergegas turun ke ruang tamu untuk menemui wanita paruh baya yang merupakan mama tiri Aluna.
Flashback 10 tahun yang lalu saat mama Aluna meninggal dan Aluna yang didatangi oleh pria-pria tidak dikenal, ternyata mereka adalah suruhan bodyguard dari ayah Aluna.
Pada saat itu kedua orang tua Aluna telah berpisah dan Aluna tinggal bersama sang mama sementara sang papa menikah lagi dengan mama tiri Aluna saat ini. Setelah sang Mama meninggal Aluna dibawa paksa dari rumah sakit untuk tinggal kembali dengan sang papa, padahal saat itu Aluna masih bisa tinggal dengan nenek dan kakek dari pihak mama.
Walaupun sudah berusaha di cegah tapi hak asuh Aluna tetap milik sang papa setelah sang mama meninggal dan hal itu tidak dapat terbantahkan. Aluna juga masih kecil saat itu dia baru berusia 7 tahun jadi dia belum mengerti tentang apapun.
Kembali pada 10 tahun ini Aluna tinggal bersama mama tirinya di rumah besar keluarga Artajaya. Dia biasa menghabiskan waktunya dengan menggambar sendiri di dalam kamar seharian jika diijinkan, namun kebenarannya Aluna tidak terlalu diterima di keluarga itu walaupun Aluna adalah putri kandung di keluarga Artajaya.
Kehadiran Aluna kembali ke dalam keluarga Artajaya 10 tahun yang lalu membawa ancaman besar bagi sang mama tiri karena takut jika Aluna akan mengambil semuanya.
Pada pagi ini pun sang mama tiri selalu berulah dan membuat Aluna tidak betah tinggal di sana.
"Ma,," ucap Aluna dengan perasaan takut
"Bangun juga kamu ya,, mentang-mentang hari minggu kamu berani untuk bermalas-malasan!!"
"Tidak ma, Aluna tidak bermaksud begitu"
"Sudahlah, lagian kamu memang tidak menghormati mama kan karena mama cuma mama tiri kamu?"
"Gak ma,"
"Alah palingan kamu cuma pura-pura menurut dan menjelekan mama di depan papa kamu nanti"
"Ma,,," ucap seorang pemuda tampan yang baru turun dari lantai atas
Pandangan semuanya langsung tertuju pada pemuda tampan itu
"Raka,,, sayang"
Sementara itu Aluna sesekali melihat ke arah pemuda yang bernama Raka dengan perasaan takut.
Bersambung......
......................
...Raka Artajaya, pemuda tampan yang satu bulan lebih tua dari Aluna sehingga menjadikannya kakak tiri dari Aluna. Raka yang tidak memiliki hubungan darah apapun di dalam keluarga Artajaya namun menjadi anak kesayangan dari papanya karena kepintaran dan prestasinya selama ini dalam berbagai bidang pelajaran yang serta dengan dukungan dari sang mama. ...
Walaupun Aluna adalah putri kandung di dalam keluarga Artajaya namun kasih sayang yang di dapatkan Raka melebihi kasih sayang yang dia dapatkan dari sang papa. Hal itu membuat Aluna semakin sulit untuk dapat tinggal di sana karena Raka menunjukkan sikap yang dingin sejak Aluna kembali ke rumah.
Seperti biasa Aluna selalu mendapatkan tatapan dingin dari Raka, seolah-olah Aluna bukan bagian dari keluarga Artajaya.
"Ma, bisa bantu aku sebentar?" ucap Raka pada mamanya
"Tentu sayang, apa yang bisa mama bantu?"
"tolong Raka mencari jam tangan Raka yang hilang" ucap Raka sambil melirik sesekali ke arah Aluna yang sedang menundukkan kepalanya.
"Jam tangan? Jam tangan yang mana sayang? bukannya kamu punya banyak jam tangan?"
"Itu, jam tangan yang mama berikan kemarin. Aku ingin memakai nya hari ini untuk pergi dengan teman-teman, tapi aku lupa menaruhnya dimana"
"Apa sudah suruh Bibi bantu mencarinya?"
"Tidak ma, aku tidak mau orang lain menyentuh barang milikku selain mama"
"Ohh, baiklah akan mama carikan"
Sementara di sisi lain Aluna melihat sang mama dan Raka pergi sehingga Aluna dapat terhindar dari hukuman kali ini.
"Untung saja Kak Raka kehilangan jam tangannya diwaktu yang tepat, jika tidak pasti aku akan mendapatkan hukuman lagi" ucap Aluna sambil tersenyum bahagia.
Dalam kamar terlihat mama dan Raka sedang mencari di berbagai sudut untuk mencari keberadaan dari jam tangan itu, namun jam tangan itu sulit sekali untuk ditemukan.
"Sayang,, sebenarnya dimana terakhir kali kamu menggunakannya?"
"Raka lupa ma, sepertinya kemarin Raka masih memakainya tapi Raka lupa melepaskannya dimana"
"Huhh apa tidak bisa kamu memakai jam tangan lain?"
"Gak ma, aku hanya mau menggunakan jam tangan itu hari ini"
"Duhh anak ini, untung kamu anak kesayangan mama"
"Bagaimana jika Raka mencari di tempat lain? Karena sepertinya kemarin Raka sempat pergi ke dapur"
sang mama yang mendengarnya langsung heran karena mengetahui anaknya pergi ke dapur
"Dapur? Kamu pergi kesana?. Kok mama tidak melihatnya kemarin?"
"Eee iya kemarin pulang dari sekolah, Raka pergi ke dapur untuk mencuci tangan dan sepertinya Raka melepaskan jam tangan di sana"
"Ohh kalau begitu biar mama yang cari di dapur dan kamu cari disini"
"Tidak!!,"
"Huh? Kenapa tidak sayang?" ucap sang mama yang bingung karena Raka menolak ketika sang mama ingin mencari di dapur.
"Eee begini, aku tidak mau membuat mama lelah dengan naik turun tangga jadi lebih baik biar aku saja yang mencarinya di dapur dan mama mencari di kamarku"
"Baiklah mama akan cari disini"
Sementara itu saat ini Aluna sedang berada di dapur untuk mencari makanan karena dia merasa lapar setelah melewatkan jam sarapan tadi pagi. Dia mengambil piring lalu berjalan mengambil roti yang berada di dalam kulkas. Ketika dia hendak berbalik, dia langsung terkejut karena tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuat piring yang dibawanya hampir jatuh namun dengan cepat ditangkap oleh orang itu yang tidak lain adalah Raka.
Raka datang tanpa suara sehingga Aluna tidak menyadarinya, melihat Raka dihadapannya dengan tatapan yang mengintimidasi membuat Aluna langsung menundukkan kepalanya karena takut. Raka yang memiliki tinggi 175 dan Aluna yang hanya memiliki tinggi 159 membuat perbedaan yang sangat mencolok sehingga Aluna merasa sangat terintimidasi oleh Raka walaupun Raka tidak melakukan apapun.
"Apa yang lo lakuin?" ucap Raka dengan nada bicara yang dingin terhadap Aluna.
Aluna yang merasa takut tidak berani menjawab dan terus diam sambil menundukkan kepalanya sehingga membuat Raka kesal
"Kalo ada orang yang nanya itu dijawab jangan malah diem kayak orang bisu!!"
"Huhh,, Maaf kak. Aluna,, Aluna sedang mengambil makanan" ucap Aluna dengan gugup
Dalam pikirannya, dia takut jika Raka akan memarahinya karena diam-diam mengambil makanan dan akan mengadukannya pada sang mama. Namun Raka malah mengembalikan piring yang hampir jatuh tadi kepada Aluna dan membuat Aluna sedikit terkejut.
"Makasih kak" ucap Aluna dengan suara yang kecil dan mungkin tidak di dengar oleh Raka
"Sekarang lo bisa minggir?" ucap Raka dan membuat Aluna langsung menoleh ke arah Raka dengan pandangan bingung.
Dalam beberapa detik pandangan mereka saling bertemu, mata indah yang dimiliki oleh Aluna bertemu dengan mata dingin yang dimiliki oleh Raka. Tidak ada yang tahu apa yang sedang Raka pikirkan namun satu hal yang pasti jika saat ini Aluna merasa sangat kagum karena baru menyadari jika sang kakak begitu tampan jika dilihat dari dekat.
Walaupun Raka memang bersikap dingin terhadapnya tapi tidak dapat dibantah jika Raka memang memiliki pesona yang sangat memikat dan aura dominan yang sangat kuat.
"Udah puas liatnya?" ucap Raka yang langsung membuyarkan lamunan Aluna.
Aluna yang sadar karena telah berani menatap Raka, langsung menundukkan kepalanya dengan cepat.
"Maaf kak, Aluna salah"
"Iya lo salah karena gak mau menghindar dari jalan gue" ucap Raka yang membuat Aluna kaget karena dia mengira jika kakaknya marah karena dia sudah dengan berani menatapnya.
Mendengar hal itu dengan cepat Aluna langsung menghindar untuk tidak menghalangi Raka. Saat itu Aluna melihat Raka yang sedang mencari sesuatu di sekitar wastafel, tapi Aluna tidak berani untuk bertanya.
Aluna yang merasa tidak diperlukan jadi memutuskan untuk pergi dari dapur, namun baru dua kali melangkah dia langsung di hentikan oleh suara dingin Raka.
"Lo mau kemana?"
Mendengar hal itu, Aluna langsung menoleh ke arah Raka
"Aluna mau duduk dimeja makan kak"
"Ohh" ucap Raka dengan singkat dan membuat Aluna hampir mati terkena serangan jantung karena takut jika Raka berubah pikiran
Tanpa Aluna sadari terlihat Raka tersenyum kecil namun langsung hilang setelah kedatangan sang mama ke dapur.
"Raka sayang, ini jam tangan kamu sudah mama temukan"
"Dimana mama menemukannya?"
"Mama menemukannya di laci belajar kamu"
"Ohh sepertinya kemarin setelah belajar, Raka tidak sadar meletakkannya di sana"
"Mungkin saja, tapi seharusnya dari awal kamu bisa menemukannya"
"Eeee Raka belum mencari diarea laci belajar karena mengira tidak mungkin ada di sana"
"Huhh dasar anak ini, makanya lain kali cari dulu yang benar di semua tempat sebelum mengatakan barang hilang"
"Iya ma, Raka salah. Nanti Raka akan lebih hati-hati lagi dalam menaruh barang"
Sementara itu disisi lain Aluna yang sedang berada di meja makan hanya bisa melihat kebersamaan dari mama tirinya dengan Raka yang begitu dekat. Dia merasa cemburu karena sejak sang mama meninggal dia sudah tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.
Bersambung.....
...****************...
Keesokan harinya terlihat Aluna sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah, dia menggunakan seragam sekolah lalu dibalut dengan sweater hitam. Rambutnya yang panjang dia gulung sampai terlihat rapi lalu sentuhan akhir adalah parfum rasa bunga yang menyegarkan.
"Semangat Aluna" ucapnya di depan cermin lalu berjalan keluar untuk sarapan.
Sementara itu di meja makan sudah ada mama dan juga Raka yang sedang sarapan. Melihat itu Aluna langsung duduk dengan diam dan tidak berani membuat suara karena dia tahu jika Raka tidak suka dengan suara ribut dan mamanya juga sangat tegas tentang aturan di meja makan.
Keheningan hilang setelah sang mama membuka suara saat berbicara dengan Raka
"Raka sayang, apa semua buku pelajaran hari sudah dibawa?"
"Emm"
"Baguslah, oh iya kemarin papa telepon dan mengatakan jika besok malam papa akan pulang jadi besok kamu jangan keluar rumah ya!"
"Papa pulang besok?" tanya Raka kepada sang mama
"Iya sayang, papa pulang besok karena pekerjaan di Jepang sudah selesai"
"Apa kita akan menjemput papa ke bandara?"
"Aluna mau ikut ma,," potong Aluna saat Raka sedang bertanya kepada mamanya dan hal itu membuat sang mama langsung terlihat kesal
"Kamu ini, bisa tidak jangan memotong pembicaraan orang lain? Kamu itu sudah remaja jadi belajar etika berbicara!!" ucap sang mama yang membuat Aluna merasa bersalah karena sudah memotong pembicaraan mereka. Namun Aluna juga tidak sengaja melakukan hal itu, sebab dia sangat merindukan sang papa yabg sudah 1 bulan pergi ke Jepang untuk urusan bisnis. Jadi ketika dia mendengar kabar tentang sang papa, tentu Aluna sangat senang dan tidak bersabar untuk bertemu.
"Maaf ma, Aluna salah" ucap Aluna sambil menundukkan kepalanya
"Makanya dengerin dulu!, awas aja kamu kayak gitu nanti mama akan kasih kamu hukuman"
"Emm iya ma, Aluna tidak akan melakukannya lagi"
"Ma,,," panggil Raka karena merasa pertanyaannya belum dijawab
"Iya sayang,,, apa kamu katakan tadi?"
"Aku tanya apa perlu kita menjemput papa di bandara?"
"Ohh,, tidak perlu sayang. Kata papa cukup suruh sopir saja yang menjemputnya dan kita akan makan malam bersama untuk menyambut kepulangan papa"
"Ohhh baiklah, kalau begitu aku berangkat dulu ma. Udah mau telat"
"Iya sayang, hati-hati ya"
Aluna yang melihat Raka akan berangkat langsung berdiri dan berjalan mengikutinya di belakang. Namum belum sempat dia pergi, tangannya langsung di pegang oleh sang mama.
"Ada apa ma?"
"Dengar ya Aluna, jangan membuat masalah apapun saat kamu berangkat sekolah dengan Raka!. Awas saja kalau sampai mama dengar kamu membuat masalah yang membuat prestasi belajar Raka terganggu maka mama tidak akan mengampuni kamu"
"Eemm iya ma, mama tenang saja. Aluna tidak akan membuat masalah yang akan membuat Kak Raka menjadi susah" ucap Aluna dengan takut
"Baguslah kalau kamu mengerti, tapi awas saja kalau kamu berbohong"
Setelah mengatakan hal itu, Aluna langsung berlari menuju mobil yang akan digunakan untuk mengantar Aluna dan Raka ke sekolah. Aluna dan Raka memang berada di sekolah yang sama yaitu di SMA Nusa Bakti, namun Aluna dan Raka berada di kelas yang berbeda.
Raka berada di kelas 12A karena Raka adalah siswa berprestasi dan kebanyakan siswa yang masuk ke kelas 12A adalah siswa pintar dan sering mewakili sekolah dalam berbagai lomba. Selain itu Raka juga sangat menawan sehingga membuat para siswa perempuan banyak yang jatuh hati tapi dari banyaknya siswa perempuan yang menyatakan cinta padanya, hanya satu perempuan yang berhasil menjadi kekasihnya. Orang itu adalah Bella, siswi cantik yang satu kelas dengan Raka dan pernah menjadi kekasihnya saat berada di kelas 10.
Mereka putus setelah 3 bulan berpacaran dan yang memutuskan adalah Raka dan tidak ada yang tahu alasannya kenapa mereka bisa putus. Namun walaupun sudah putus, tapi Bella tidak pernah menyerah untuk dapat balikan dengan Raka walau hasilnya selalu gagal. Dengan kepintaran dan juga ketampanannya membuat Raka menjadi cowok populer No 1.
Sementara Aluna berada di kelas 12C yang termasuk pada kelas sedang karena semua siswa yang ada di kelas itu memiliki kemampuan yang relatif sama tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Aluna termasuk di dalamnya dan walaupun nilainya tidak sebagus Raka tapi dia juga tidak berada dalam kategori rendah. Namun dia tidak pernah berprestasi dalam bidang akademik, walaupun begitu Aluna sangat berbakat dalam bidang seni lukis dan gambar karena saat berada di kelas 11 dia pernah mewakili sekolah dalam lomba melukis walaupun baru mendapatkan juara 3.
Bagi Aluna itu adalah prestasi yang sangat luar biasa karena dia melakukannya dengan penuh gembira dan sesuai dengan bakat yang dia miliki, walaupun papa dan mamanya tidak senang dengan hal itu karena menganggap jika melukis tidak akan pernah sukses.
"Lo gak naik?" ucap Raka yang sudah berada di dalam mobil sambil memainkan tabletnya
"Hahhh, ehh maaf kak. Aluna naik sekarang" ucap Aluna dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
"Dasar lambat, lo mau gue telat ya?"
"Maaf kak, tadi Aluna masih mengurus sesuatu"
"Alasan,, Ayo Pak sopir kita berangkat!"
"Baik tuan muda,,"
Akhirnya mereka berdua berangkat bersama ke sekolah seperti biasa, walaupun Raka menunjukkan sifat dingin terhadap Aluna tapi dia tidak pernah menyakiti Aluna secara fisik. Bagaimanpun mereka berdua adalah kakak adik dan orang-orang juga sudah mengetahuinya jadi tidak ada alasan bagi Raka ataupun Aluna untuk menutupi hal itu. Walaupun Raka tidak terlalu suka karena dia selalu mengabaikan Aluna dan tidak peduli dengannya. Sementara Aluna juga tidak berani terhadap Raka karena dia tahu Raka tidak menyukainya dan tidak mau dianggap kakak adik di sekolah, sehingga sebisa mungkin dia akan selalu menghindar dari pandangan sang kakak.
Seperti biasa di dalam mobil hanya ada keheningan dengan Raka yang sibuk dengan tabletnya dan Aluna yang sibuk dengan gambarnya. Keduanya memiliki dunia yang berbeda dan tidak memerlukan interaksi apapun dan orang-orang juga mengetahuinya.
Namun ketika berada di lampu merah, secara tidak sengaja sebuah pengendara motor yang tidak sabaran malah menabrak pejalan kaki yang sedang lewat sehingga membuat mobil mereka tidak bisa maju.
"Ada apa pak sopir??" tanya Raka
"Ini Tuan, ada pengendara motor yang ugal-ugalan dan menabrak seseorang pejalan kaki"
"Uhhh dasar bodoh, jaman sekarang masih ada aja orang seperti itu. Mengganggu saja!" ucap Raka yang terlihat kesal
Sementara Aluna melihat dari kaca mobil jika pemotor yang menabrak pejalan kaki itu terlihat tidak peduli dengan korban yang sudah terjatuh di aspal. Aluna yang polos merasa tidak tega dan memutuskan untuk keluar dari mobil dan membantu pejalan kaki itu.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!