Rembulan Anjani atau yang biasa dipanggil Bulan , gadis cantik berusia 17 tahun itu baru saja lulus sekolah menengah atas .
Putri kedua dari pasangan Ayah Harsa seorang pengusaha terkenal dan juga Bunda Via yang berprofesi sebagai dokter kandungan . Kakak perempuannya bernama Senja Maheswari yang sudah bekerja sebagai staff manager disalah satu perusahaan tersukses di Jakarta .
Bulan hidup dalam lingkungan keluarga yang saling menyayangi dan melindungi satu sama lain , bisa dibilang jika keluarga Ayah Harsa biasa dijuluki sebagai keluarga Cemara .
.
"Dek , tumben udah dandan cantik mau kemana ?" Tegur Senja sang kakak ketika melihat Bulan sedang berjalan menuruni anak tangga dengan penampilan rapi .
Ayah Harsa yang mendengar itu sontak menutup majalah yang dibaca nya dan langsung menatap putri bungsu nya itu .
"Mau kerumah Silvia kak , hari ini om nya nikah jadi Bulan diundang ". Jawab Bulan
"Om nya Silvia itu bukannya yang nama nya Sadewa itu yaa ?" tanya Senja
Bulan mengangguk lalu mendekati Ayah Harsa dan duduk disamping nya
"Iya nama nya Sadewa , dia juga anak dari sahabat ayah . Ayah juga diundang keacara pernikahannya , mau bareng sama ayah berangkatnya ?" ucap Ayah Harsa menyela obrolan kedua putri nya .
"Gak usah yah , tadi Silvia bilang mau jemput Bulan . Mungkin udah dijalan ". Tolak Bulan
"Ya sudah , hati-hati nanti dijalan ". Ucap Ayah Harsa mengingatkan
"Siap ayah ku sayang ..."
"Sarapan sudah siap , ayo kemari ". Teriak Bunda Via dari arah dapur
"Iya Bun " sahut Ayah Harsa
"Yuk , kita sarapan dulu ". Ajak Ayah Harsa pada kedua putri nya
Senja dan Bulan mengangguk lalu segera beranjak menuju dapur .
.
.
.
Sadewa Biantara Adhiyaksa , pria tampan dan mapan berusia 30 tahun . Putra kedua sekaligus pewaris tunggal perusahaan Adhiyaksa .
Karena tuntutan menikah dari Eyang Wijaya membuat Sadewa terus mendesak Vania- sang kekasih agar mau segera ia nikahi . Tapi sayang , dihari pernikahannya Sadewa harus menelan kekecewaan lantaran Vania melarikan diri disaat detik-detik ijab qobul akan dimulai .
Dengan terpaksa Sadewa menarik tangan seorang gadis cantik yang tak lain adalah Bulan , sahabat dari keponakannya dan juga putri dari sahabat papa Andra untuk dijadikan pengganti mempelai pengantin wanita nya .
"Om Harsa .. Tante Via , saya meminta restu untuk menikahi putri anda .." ucap Sadewa tegas
"Kau gila Wa , anak ku masih muda . Masih ingin mengejar cita-cita nya" bentak Ayah Harsa seraya menarik tangan Bulan agar berdiri dibelakang tubuhnya .
"Saya tidak akan melarang putri om untuk mengejar cita-cita nya , saya hanya -"
"Apapun itu , saya tetap gak setuju Wa ". Sela Ayah Harsa menolak nya dengan tegas .
"Sadewa ..." panggil Eyang Wijaya pada cucu nya seraya menepuk pundak pria itu .
"Iya yang ". Sahut Sadewa
"Biar Eyang sama papa mu yang bicara dengan Harsa " ucap Eyang Wijaya
Sadewa mengangguk .
"Andra .. Harsa .. Ikut saya ". Perintah Eyang Wijaya lalu mengajak mereka nya menuju ruang kerja .
"Iya yah ". Jawab kedua nya kemudian berjalan mengikuti langkah kaki Eyang Wijaya .
Ayah Harsa memang memanggil Eyang Wijaya dengan sebutan ayah , karena Eyang Wijaya sudah menganggap Ayah Harsa seperti anak nya sendiri .
.
Sedang ditempat acara , Bulan sudah menangis dalam dekapan Bunda Via .
"Bulan gak mau nikah Bun .." ucap Bulan sesegukan sambil memeluk erat ibu nya .
"Iya sayang , Bunda ngerti " ujar Bunda Via menenangkan Bulan seraya mengusap punggung gadis itu .
Sadewa yang melihat itu langsung meraup wajah nya kasar .
"Om , apa gak ada cara lain selain menumbalkan Bulan sebagai pengganti nya ?" ucap Silvia lirih seraya menatap tak tega pada sahabatnya itu .
Sadewa hanya diam tak menjawab .
Tak berselang lama , Eyang Wijaya , Papa Andra dan juga Ayah Harsa berjalan mendekati penghulu yang sedari tadi menunggu .
"Pak, nikahkan mereka " titah Eyang Wijaya pada penghulu
Bola mata Bulan dan Bunda Via membulat sempurna mendengar ucapan Eyang Wijaya . Bulan langsung berlari memeluk Ayah Harsa dan memohon untuk membatalkan pernikahan ini .
"Ayah , Bulan gak mau nikah yah .." pinta Bulan sambil memeluk ayah Harsa
"Maaf sayang ", ucap Ayah Harsa dengan sendu . Hanya kata itu yang terlontar dari bibir Ayah Harsa sembari membalas pelukan putri nya dan menundukkan kepala nya .
.
Sadewa segera duduk berhadapan dengan Ayah Harsa dan menjabat tangan calon mertua nya .
"Sadewa " ucap Ayah Harsa dengan mata memerah dan bibir bergetar
"Saya .." sahut Sadewa
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Rembulan Anjani binti Harsa dengan mas kawin uang tunai 2 milyar dibayar tunai ..."
"Saya terima nikah dan kawinnya Rembulan Anjani binti Harsa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai ..." ucap Sadewa lantang .
"Bagaimana para saksi ?" ujar pak penghulu
"SAH ".
Pak Penghulu segera membacakan doa untuk kedua mempelai , setelah itu ia meminta agar pengantin wanita duduk disamping pengantin pria .
Bulan yang saat itu belum bisa menerima keadaan tiba-tiba tak sadarkan diri ketika Bunda Via menuntunnya untuk duduk disamping Sadewa .
"Bulan ..." pekik Bunda Via terkejut , begitu juga semua orang yang ada disana juga ikut panik . Termasuk Ayah Harsa dan juga Sadewa , ia pun langsung bangkit dari duduknya dan mendekati Bulan .
"Nak , bangun ". Ucap Ayah Harsa seraya menepuk pelan pipi Bulan .
"Ayah, biar Dewa saja ". Sela Sadewa lalu mengangkat Bulan dan membawa nya menuju kamar .
.
Semua orang harap-harap cemas menanti Bulan yang tak kunjung sadar , padahal Bunda Via juga sudah memeriksa nya . Mungkin karena terlalu syok dan juga mental nya yang tiba-tiba down membuat Bulan jatuh pingsan .
"Sadewa ..." panggil Ayah Harsa
"Iya yah " sahut Sadewa , kini pria itu membiasakan diri untuk memanggil mertua nya dengan sebutan ayah dan bukan lagi dengan sebutan 'Om' .
"Kita bicara sebentar ". Titah Ayah Harsa
Sadewa mengangguk dan lekas menghampiri Ayah Harsa . Tapi sebelum itu Sadewa meminta Bunda Via dan Mama Dewi untuk menemani Bulan .
.
Didalam ruang kerja papa Andra , ada Eyang Wijaya , dan juga Ayah Harsa serta Sadewa .
Wajah mereka dipenuhi dengan keseriusan dan rasa penasaran . Apa yang ingin Eyang Wijaya sampaikan ?
"Ekhem.." Eyang berdehem sebelum mulai berbicara .
"Wa .." panggil Eyang pada cucu nya
"Ya yang ?"
"Maaf , jika Eyang terpaksa menikahkan mu dengan Bulan ". Ucap Eyang sendu
"Bukan salah Eyang , semua salah Dewa yang terlalu memaksa Ghania untuk Dewa nikahi ". Sahut Sadewa
Eyang menghela nafas panjang
"Harsa , apa ada yang ingin kamu sampaikan untuk dewa ?" tanya Eyang
"Dewa .."
"Ya yah ?"
"Ayah titip Bulan , tolong jangan sakiti dia . Ayah terpaksa melepaskan putri bungsu ayah untuk kamu nikahi karena Eyang sudah banyak berjasa untuk hidup ayah . Jadi ayah mohon , jika kamu tak suka dengan sikap ataupun sifat Bulan tolong tegur dia secara halus dan jangan menyakiti fisik atau pun hati nya . Jika itu terjadi kembalikan saja Bulan pada ayah , Ayah sangat begitu menyayangi putri bungsu ayah , kau paham Wa? ". Ucap Ayah Harsa mengungkapkan kegelisahan hati nya .
"Dewa paham yah , Dewa akan berusaha untuk menyayangi dan menjaga istri Dewa ". Kata Dewa tegas .
.
.
.
( jangan lupa like dan komen ya gaes , dukungan kalian berarti banget buat karya author .. Terimakasih ♥️)
Setelah berbincang dengan para tetua , Sadewa bergegas menuju kamar nya . Dilihat nya sang istri masih belum sadarkan diri dengan ditemani oleh Mama Dewi dan juga Bunda Via yang duduk disofa sudut kamar .
"Belum sadar juga mah ?" tanya Dewa pada Mama Dewi .
"Belum Wa , padahal sedari tadi mbak Via juga udah ngecek kondisi nya terus ". Jawab mama Dewi
Dewa menghela nafas pelan lalu duduk di sisi ranjang , tangan kekar nya meraih jemari lentik istri nya .
"Nak Dewa ..." panggil Bunda Via
Dewa menoleh menatap Bunda Via ."Ya bunda ?"
"Boleh Bunda tanya sesuatu sama kamu nak ?" ucap Bunda Via lembut
"Silahkan bunda ".
Bunda Via menarik nafas lalu menghembuskan nya perlahan , mata nya melirik ke arah mama Dewi kemudian beralih menatap Dewa .
"Kenapa kamu memilih Bulan untuk kamu jadikan pengganti nya , padahal disana tadi masih banyak wanita-wanita cantik dan sebaya umurnya dengan kamu ?". Tanya Bunda Via hati-hati takut menyinggung perasaan Dewa maupun mama Dewi
"Tak ada alasan yang bisa Dewa berikan sebagai jawaban dari pertanyaan Bunda . Dewa hanya mengikuti naluri dari hati Dewa , Bunda . Mungkin memang Bulan ditakdirkan Allah untuk menjadi istri Dewa , meskipun dengan cara yang seperti ini ". Ucap Dewa menjabarkan perasaannya
"Tapi Dewa janji , akan berusaha menjadi suami yang menyayangi dan bertanggung jawab atas segala hidup Bulan ", imbuh nya
"Apa ucapan mu bisa Bunda pegang nak ?" ujar Bunda Via
"Insya Allah bunda ". Sahut Dewa tegas .
"Mama juga berharap begitu Wa , semoga kamu bisa menepati janji mu itu ". Sela mama Dewi
Dewa mengangguk seraya mengulas senyum tipis .
.
"Bunda ..." lirih Bulan kemudian mengerjapkan kedua matanya
"Bunda disini sayang " sahut Bunda Via lalu beranjak dari duduk nya dan mendekati ranjang
Dewa yang mendengar suara Bulan , langsung memutar badannya dan menatap pemilik bulu mata lentik itu .
"Bunda.." ucap Bulan lalu berusaha bangun dari dan bersandar pada headboard ranjang . Tiba-tiba dirinya kembali menangis karena teringat akan kejadian dia yang dinikahkan oleh Sadewa tadi .
"Cup .. Sayang ". Ujar Bunda Via kemudian memeluk Bulan dan mengusap punggung putri nya lembut .
"Bulan gak mau nikah Bunda .. Via pengen ngejar cita-cita Bulan " Bulan sesegukan dipelukan Bunda Via
"Bunda paham sayang .."
Dewa yang mendengar itu tertegun , tenggorokannya seakan sulit untuk menelan ludah nya .
Apa tindakan nya salah , telah menikahi gadis muda yang tengah berpelukan dengan mertua nya itu? Batin Dewa
"Bunda , boleh tinggalkan kami berdua ?" pinta Dewa
Bunda Via segera mengurai pelukannya dan mengangguk .
"Sayang , bunda keluar sebentar ya .. Sudah jangan nangis lagi ". Ucap Bunda Via lembut seraya menghapus air mata yang masih membasahi pipi mulus putri nya .
Bulan menggeleng kepala nya kuat dan memegang tangan Bunda Via erat."Gak mau bunda , jangan tinggalin Bulan sendiri "
Bunda Via segera melepas genggaman tangan itu lalu melangkah keluar dari kamar Sadewa bersama dengan mama Dewi .
Sadewa segera menutup pintu kamar nya dan mengunci nya , kemudian ia kembali melangkah mendekati ranjang .
"Om Dewa jahat , kenapa nikahin Bulan ? Bulan gak cinta sama om Dewa... Bulan masih mau ngejar cita-cita Bulan om , tolong lepasin Bulan ".Mohon Bulan seraya menangkup kan kedua tangannya memohon pada Dewa .
Dewa yang melihat itu langsung menarik tubuh ramping Bulan lalu memeluknya erat .
"Maafkan saya Bulan , maafkan saya ..." ucap Dewa sembari mengecupi puncak kepala Bulan berkali-kali .
"Apa salah Bulan Om ? Kenapa Om tega renggut masa depan Bulan ?"
Bulan terisak-isak dalam dekapan Dewa , bahkan Bulan juga memukul-mukul dada bidang Dewa .
Dewa diam tak membalas , ia biarkan istrinya itu melampiaskan kemarahan serta kekecewaannya . Dewa hanya terus mengusap punggung Bulan memberikan ketenangan pada gadis itu , setelah dirasa Bulan mulai tenang . Dewa segera mengurai pelukannya dan menghapus air mata Bulan dengan ibu jari nya .
Dewa kecupi mata sembab Bulan dengan dalam .
"Maaf jik saya menikahi mu dengan cara seperti ini. Tapi semua ini juga demi menutupi reputasi keluarga saya .." ucap Dewa
"Om bisa berpikir menjaga reputasi keluarga Om sendiri , tapi Om gak bisa mikir kalo tindakan om udah ngehancurin masa depan orang lain ". Teriak Bulan menggebu-gebu
"Saya gak hancurin masa depan kamu , kamu tetap masih bisa kejar cita-cita mu . Hanya status mu saja yang berubah sekarang , dengar ..." Dewa mencengkeram kedua bahu Bulan dan menatap intens wajah cantik sang istri .
" Saya tidak akan menyentuh mu selama kamu menjadi istri saya , saya juga bebasin kamu bergaul dengan siapapun asal kamu tau batasan sebagai istri , hm?" ucap Dewa tegas
"Tapi om-"
"Tapi apa ?" sela Dewa
"Aku gak mau orang-orang tau tentang pernikahan ini , terutama teman-teman bulan " ujar Bulan sendu
"Kita bisa sembunyikan pernikahan ini , hm.."
"Tapi Bulan gak siap om , Bulan juga gak cinta sama om . Mending kita cerai saj-.."
Belum selesai Bulan berbicara, bibir nya dilumat habis oleh Dewa .
"Jangan ucapkan kata itu , saya tidak suka dan saya tidak segan-segan memberikan kamu hukuman jika bicara seperti itu lagi , kau paham ?" ucap Dewa menatap dingin ke arah Bulan .
Bulan hanya menganggukkan kepala nya paham .
"Good girl . Sekarang kita mulai jalani pernikahan ini dengan semesti nya . Dan hari ini kamu juga ikut tinggal bersama saya ". Ujar Dewa
Bulan hanya pasrah meskipun didalam hati nya ingin memberontak .
Dewa tersenyum tipis melihat istri nya itu penurut .
Dewa juga berharap semoga pernikahannya dengan gadis muda didepannya ini bisa menjadi pernikahan pertama dan selama nya .
"Mau keluar sekarang ?" ajak Dewa
Bulan mengangguk , kemudian Dewa mengulurkan tangannya agar Bulan berpegangan .
"Istriku ..." ucap Dewa lirih seraya mengecup sayang kening Bulan .
Bulan yang diperlakukan seperti itu merasa canggung . Selama ini belum pernah ada seorang pria selain Ayah Harsa yang berani mencium nya seperti apa yang Dewa lakukan .
Dan Dewa juga orang pertama yang mencium bibir nya .
Oh , astaga Dewa sangat beruntung sekali !
Sudah dapat istri daun muda , masih segel seluruh tubuh nya .
"Bulan .." panggil Dewa saat ia akan meraih handle pintu dan membuka nya
"Ya om ?" jawab Bulan pelan
"Bisa tidak jangan panggil saya om . Sekarang saya suami mu ". Ujar Dewa
"Mau panggil apa ? Bulan udah terbiasa panggil Om sama seperti Silvia ". Ucap Bulan
"Terserah mau panggil apa asal jangan om . Saya berasa seperti pedofil ". Kata Dewa
"Bukankah memang fakta nya ?" celetuk Bulan
Dewa yang mendengar itu membulatkan mata nya lalu menunduk menatap wajah Bulan .
Tinggi badan Bulan yang hanya sebatas lengan Dewa , membuat Bulan seperti berdiri disamping Gapura .
"Apa kamu bilang ? Coba bicara sekali lagi ?"
"Om kan memang pedofil .."
.
.
.
Kini kedua pengantin baru itu ikut berkumpul bersama dengan para tetua diruang tamu . Disana juga ada Arimbi kakak perempuan Sadewa .
"Ekhem.." Eyang Wijaya berdehem sebelum memulai obrolan .
"Wa " panggil Eyang pada cucu nya yang sedari terus menatap sang istri yang duduk disamping bunda nya .
"Ya yang ?" sahut Dewa lalu menoleh menatap Eyang Wijaya
"Apa rencana mu setelah ini ?" tanya Eyang Wijaya
Sejenak Dewa menarik nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Eyang .
"Bulan harus ikut tinggal bersama Dewa , dan Dewa akan memberikan kebebasan untuk Bulan selagi ia tau batasan sebagai istri ". Jawab Dewa tegas
Eyang Wijaya beralih menatap Bulan ." Bagaimana dengan mu nak Bulan ?"tanya nya
Bulan melirik ke arah Ayah Harsa dan beliau menganggukkan kepala nya .
"Bulan akan ikut kemana pun mas Dewa pergi yang, asal Bulan masih diperbolehkan untuk kuliah dan mengejar cita-cita Bulan ". Ujar Bulan pelan
"Hm.. Kamu bisa pegang kata-kata saya ". Sahut Dewa
.
Setelah pembahasan tadi , Bunda Via dan Ayah Harsa langsung berpamitan pulang karena mereka belum sempat memberi kabar pada Senja jika Bulan menikah . Di mansion Eyang Wijaya hanya tinggal Papa Andra , Mama Dewi , Arimbi dan juga Silvia serta kedua pengantin baru .
"Mah pah , Dewa pamit ajak Bulan pulang kerumah ". Pamit Dewa pada orangtua nya
"Apa gak sebaiknya nginep dulu disini wa ? Kasihan Bulan pasti dia kecapekan ". Kata Mama Dewi
"Masih ada lain hari mah ". Ujar Dewa
Mama Dewi menghela nafas pelan , susah sekali membujuk putra nya yang keras kepala itu .
"Pulanglah Wa , kalian butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain ". Ucap Eyang Wijaya
Dewa mengangguk dan lekas berpamitan pada keluarga nya . Tangannya segera meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat .
"Kita pamit yang , mah , pah , mbak .." Ujar Dewa kemudian mengajak Bulan keluar dari mansion Eyang Wijaya .
.
"Bulan ..." teriak Silvia memanggil Bulan yang sudah akan masuk kedalam mobil Dewa
Bulan berbalik badan dan menatap Silvia sedang berlari kearah nya . "Ada apa Sil?"
Silvia langsung memeluk tubuh ramping sahabatnya itu .
"Selamat atas pernikahan loe , tadi gue belum sempat ngucapin .." ucap Silvia
Bulan membalas pelukan itu sembari tersenyum kecut ."Makasih , aku juga gak nyangka ternyata aku yang jadi pengantin nya ".
Silvia melepas pelukan itu dan mencengkeram pelan kedua lengan Bulan .
"Bilang sama gue kalo om Dewa nyakitin loe , Gue bakal jadi garda terdepan buat lindungin loe ". Ujar Silvia
Dewa yang berdiri disamping Bulan langsung menoyor kening ponakannya itu .
"Jangan bicara macam-macam dengan istriku ". Ancam Dewa menatap tajam Silvia
Sedang Bulan terkekeh melihat itu , bisa-bisa nya Silvia yang bertubuh kecil seperti dirinya berani menantang Dewa yang memiliki tubuh tinggi tegap . Mungkin Silvia sudah kalah duluan jika gelud sama Dewa .
"Makasih Sil , kamu udah mau jadi sahabat terbaikku ". Ucap Bulan tulus seraya menggenggam tangan Silvia
"Sudahlah kita pulang sekarang , saya takut kamu kena rabies jika lama-lama berdekatan dengan dia ". Sela Dewa lalu menarik tangan Bulan seraya menunjuk Silvia dengan dagu nya .
"Enak aja , Lan kamu yang harus hati-hati sama om Dewa bisa kena sakit perut lama kamu ..." teriak Silvia ketika Dewa sudah membawa Bulan masuk kedalam mobil dan melajukan mobil nya perlahan meninggalkan pelataran mansion Eyang Wijaya .
.
Didalam mobil tak ada obrolan antara Dewa dan Bulan , mereka sibuk dengan pikiran masing-masing . Bulan yang melamun seraya menatap luar jendela dan Dewa yang fokus mengemudi . Hingga 1 jam berlalu , mobil yang mereka tumpangi sudah sampai dirumah milik Dewa .
Rumah yang tak kalah jauh mewah dari mansion milik Eyang Wijaya , hanya saja mansion milik Eyang bergaya klasik eropa sedang milik Dewa bergaya modern .
Bulan sempat terkagum-kagum melihat kemegahan mansion Dewa , meskipun rumah nya juga besar tapi Bulan akui mansion Dewa bisa diukur dua kali lipat dari rumah ayah Harsa .
"Turun ..." titah Dewa ketika sudah berdiri membukakan pintu mobil untuk Bulan .
"Iy-iya " sahut Bulan terbata-bata karena terkejut
Dewa mengulurkan tangannya agar Bulan bisa berpegangan . "Hati-hati " ucapnya lembut seraya sebelah tangannya melindungi puncak kepala Bulan agar tak terkantuk bagian atas pintu mobil .
"Makasih om". Ujar Bulan
Dewa berdecak kesal , bukankah tadi Bulan sudah memanggilnya mas ketika berkumpul tadi ? Tapi kenapa sekarang balik manggil om lagi ? Gemas sekali Dewa rasakan .
"Ck , kenapa panggil om lagi ? Sudah saya ingatkan bukan ?" kata Dewa
"Ingatkan apa om?" tanya Bulan
"Saya akan menghukum mu jika berani panggil saya dengan sebutan om, kamu tak lupa kan ?" ucap Dewa seraya menaikkan sebelah alis nya yang tebal
"Kan Bulan manggil om cuma pas kita berduaan gini , kalo didepan keluarga ya panggil nya mas . Kan gak sopan ". Kata Bulan dengan santai nya
Sedang Dewa sudah membulatkan mata nya tak percaya jika istri kecil nya ini bisa melakukan pencitraan . Dewa memijat pelipis nya pelan , merasa pusing dengan tingkah Bulan .
"Saya gak mau tau , mulai sekarang biasakan panggil saya mas . Saya ini suami mu kalo kamu lupa ". Dewa mengingatkan status mereka
"Iya , Bulan tau kalo kita udah jadi suami istri . Tapi-"
"Jangan lagi membantah atau saya akan kurung kamu " ancam Dewa
"Bulan bukan ayam om ". Cerocos Bulan
Oh Astaga ! Dewa pikir istri nya ini gadis pendiam ternyata hanya cover nya saja yang kelihatan lugu serta polos . Padahal asli nya bikin kepala Dewa bisa meledak , bisa dipastikan tensi darah Dewa akan selalu naik jika berhadapan dengan istri kecil nya itu .
Dewa segera menarik tangan Bulan dan membawa nya masuk kedalam rumah . Bahkan Dewa langsung menunjukkan kamar utama yang akan mereka tempati .
Ceklekk
Dewa membuka pintu kamar nya . Kamar yang dominan dengan cat abu-abu serta wangi parfum maskulin begitu mendominasi kamar mewah itu . Bahkan luas kamar nya bisa dijadikan sebagai lapangan sepak bola .
"Ini kamar kita berdua ". Ucap Dewa seraya mendudukan dirinya disofa yang terletak disudut ruang kamar nya .
"Kita tidur berdua om?" tanya Bulan memastikan
"Hm..." Dewa menjawab nya dengan berdehem
"Satu ranjang ?" tanya Bulan lagi
Dewa mengangguk .
"Apa gak ada kamar lain lagi ?"
"CK! Kamu ini banyak tanya , saya sengaja kamu tidur satu kamar karena kamar yang lain sudah ditempati oleh maid ". Ucap Dewa gemas
Bulan menghela nafas pelan
"Saya sudah sediakan pakaian untuk mu diruang walk in Closet , segera bersihkan diri dan istirahat ". Titah Dewa lalu beranjak dari duduknya dan melepas pakaiannya tepat didepan Bulan .
"Om mau ngapain buka baju begitu , malu om ". teriak Bulan seraya menutup mata dengan telapak tangannya .
"Saya mau mandi , kamu pikir saya mau apa ?"
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!