NovelToon NovelToon

Terpaksa Nikah Muda

Bab 1

Di sebuah kamar yang sangat luas dengan gaya arsitektur yang mewah, terlihat gadis cantik yang sedang memilih brosur pendaftaran masuk kuliah, ya dia adalah mita.

" kira-kira aku pilih fakultas apa ya, sayang banget adit ga bisa di kota ini padahal aku pengen banget bareng sama dia. "

Tiba- tiba suara ketukan pintu terdengar begitu keras.

" Mita Mita keluar dulu nak ayah mau bicara "

" Apa sih ayah ni, teriak teriak mita juga kan masih bisa denger. "

"Ayo kita keruang keluarga ayah ingin bicara penting. "

"Baik ayah, mita juga mau bicara penting sama ayah dan bunda. "

Setibanya diruang keluarga, sudah ada bunda yang tengah menunggu mita.

"duduk nak, ayah tolong bicara yang baik yah sama mita. " dengan wajah cemas bunda memohon kepada ayah.

" Ayah ga bisa janji bund, mita ini sudah keterlaluan. "

" Ada apa sih ayah sama bunda ko kaya gitu, emang aku ngelakuin apa? "

" Mita, sekarang kamu jujur sama ayah dan bunda selama ini kamu sering pergi ke club kan dan apa ini kamu chek in hotel bersama laki laki. "

Ayah melemparkan sebuah foto foto yang diduga adalah mita. Namun mita yang melihatnya begitu sangat santai.

" Oh.. Ayah sama bunda udah tau, iya emang itu aku terus gimana? "

Bunda terlihat sangat kecewa kepada putri satu satunya tersebut dalam hati bunda ada rasa sesak yang begitu dalam. Ia sadar dan menyesal karena tidak becus menjaga anak satu satunya itu. Hingga tak terasa buliran air mata jatuh begitu saja.

" nak, apa yang salah dengan kami? Selama ini kami bekerja keras untuk masa depan kamu. Kenapa kamu begitu tega mengecewakan ayah dan bunda seperti ini. " Bunda menangis dengan tatapan penuh kekecewaan dan penyesalan. Ternyata anak yang dibanggakannya selama ini bisa melakukan hal-hal yang begitu diluar kendali.

Dengan menahan tangis mita pun meluapkan segala keluh kesahnya selama ini. Mita memang anak yang berprestasi disekolah hingga orangtuanya pun tak menyangka mita akan melakukan itu.

" Ayah sama bunda kan ga punya waktu buat aku, bahkan di hari libur pun ayah dan bunda kadang masih bekerja. Dan aku? Aku juga butuh dihibur, aku juga ingin seperti anak-anak yang lain, punya waktu bersama keluarga. Cuma itu yang aku mau yah, bund. " akhirnya tangis mita pun pecah mengeluarkan segala unek uneknya selama ini.

Ayah dan bunda hanya termenung, mengingat ingat kembali betapa sibuknya mereka selama ini mengumpulkan harta yang berlimpah agar anaknya tercukupi dan senang hingga tak pernah berfikir bahwa kebersamaan mereka juga penting.

" Ayah minta maaf nak, jika karena ketidakhadiran kami, kamu harus mencari kesenangan diluar ayah sangat menyesal. " ayah terlihat sedih dan muram.

" Baiklah ayah, bunda semua sudah terjadi biarkan semua berlalu. Toh tidak bisa merubah keadaan. Dan sekarang mita ingin bicara tentang pendidikan mita. Mita ingin kuliah ke luar negri. "

Ayah terlihat sangat berfikir keras dengan keputusan mita itu. Begitupun dengan bunda yang sangat tidak setuju dengan keputusan mita.

" Tidak nak, ayah sudah punya keputusan untuk masa depan kamu, kamu akan kuliah di kota Bandung dan untuk sementara kamu harus tinggal disebuah pondok pesantren di bandung dan terpaksa ayah akan menikahkan kamu dengan laki laki baik pilihan ayah. "

Mita terlonjak kaget dengan keputusan sepihak ayahnya.

" Apa ? Menikah? Ayah ga bisa begini sama mita siapa juga yang mau menikah muda. "

" Ayah tidak menerima penolakan, anggap saja ini hukuman dan penebus kesalahan ayah dan bunda kepada kamu. Agar kamu bisa jadi manusia yang lebih baik lagi. "

" Mita gamau ayah, mita benci sama ayah. "

Mita pun berlari menuju kamarnya yang berada dilantai atas dengan perasaan yang begitu kecewa.

Dua hari kemudian

Ayah dan bunda sedang bersiap mengantar mita pergi ke bandung. Mita akhirnya menyetujui permintaan ayah karena diancam akan dikeluarkan dari kartu keluarga. Dengan berat hati mita menggeret kopernya. Hatinya begitu tak karuan karena dia yang masih berpacaran dengan Adit. Laki laki yang diketahui chek in hotel bersama mita. Yang saat ini sudah menetap di malang untuk melanjutkan pendidikannya.

"Bagaimana mungkin aku akan menikah apa aku kabur aja ya sama adit. Tapi ga mungkin adit juga pasti ga akan setuju." Batinnya terus berkecamuk dalam hati

Didalam perjalanan, tiba-tiba bunda memecahkan keheningan

" Nak, ditas warna merah bunda sudah siapkan jilbab dan baju-baju tertutup untuk kamu. Nanti kamu disana harus nurut dengan pengurus di sana ya , nanti disana juga kamu akan bertemu calon suami kamu. "

" Oh.. Calon suami aku juga disana. Baiklah kita lihat nanti apa dia mau sama aku. "

Bunda hanya menggelengkan kepala, walaupun begitu cemas tapi bunda percaya pada ayah. Ayah telah menceritakan semua. Calon suami Mita bernama Raka. Dia merupakan keponakan dari pengurus pondok yang akan Mita tinggali untuk sementara. Kebetulan seminggu yang lalu Raka baru pulang dari Mesir karena sudah menamatkan sarjananya disana. Raka laki-laki dewasa berusia 25 tahun, ia anak yatim piatu yang dari kecil diasuh oleh bu Riri dan pak Bagas yang merupakan pengurus pondok dibandung tersebut.

Sesampainya di Pondok pesantren bu Riri dan pak Bagas mempersilahkan kedua orang tua Mita untuk masuk sekaligus memperlihatkan lingkungan disana.

" Perkenalkan bu,pak ini anak kami Mita Diandra Putri mohon dibimbing ya bu, pak. Dan untuk masalah perjodohan saya harap bisa cepat diselesaikan agar saya bisa tenang. "

" kau ini seperti sama siapa saja, kita kan berteman sudah lama ya walaupun kita terhitung tak pernah bertemu. " sambil tersenyum simpul.

Pak bagas dan bu riri memang sangat ramah kepada siapapun apalagi ini kepada teman masa sekolahnya dulu. Pak Biyan, ayah Mita dan pak Bagas adalah teman sekolah waktu di SMA walaupun tak pernah ketemu mereka masih saling menyapa disosial media dan ketika Pak Biyan mengetahui pergaulan Mita diluar, ia langsung menghubungi Pak Bagas dan terjadilah ide untuk menjodohkan Mita dan Raka.

" Oh ya dimana Raka?. " Tanya pak Biyan

" Raka sepertinya sedang ada diperpustakaan desebrang masjid sana, nanti biar saya minta riri panggilkan. "

" Ibu panggilkan raka dulu ya pak. " bu Riri bergegas pergi meninggalkan ruangan itu.

Mita yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan para orangtua terlihat sangat tidak senang hingga datang seorang laki-laki yang membuat sepasang mata Mita membulat tak percaya.

" Assalamualaikum, om dan tante perkenalkan saya Raka. "

"Udah toh jangan dipandang terus." bunda yang menyadari Mita yang tak berhenti menatap Raka menyenggol bahu Mita. Mita yang malu pun hanya nyengir kuda.

" ganteng juga ni cowok, tapi penampilannya ga banget deh. Ga sesuai umur. " batin Mita

" Raka, perkenalkan ini pak Biyan dan bu Dewi mereka dari Jakarta dan ini Mita. Seperti yang sudah pakde ceritakan kamu sudah tau kan maksud kedatangan mereka?. "

" Tentu pakde tapi izinkan saya mengutarakan pendapat saya untuk masalah perjodohan. Saya meminta waktu dua minggu untuk istiqhoroh. Bolehkan om, pakde?"

" Tentu saja nak, tapi pakde yakin kamu pasti bisa membimbing dan membahagiakan Mita".

Raka hanya tersenyum simpul sambil sesekali melirik ke arah Mita yang terlihat memajukan bibirnya sampai lima senti. Namun dasarnya memang cantik mau manyun berapa sentimeter pun masih terlihat cantik.

" iissh kepedean banget ini orang. Siapa juga yang mau nikah sama loe ampe minta waktu segala." batin Mita berbicara sambil menunjukan wajah tak suka.

Setelah selesai mengobrol, sampai pada akhirnya perpisahan antara Mita dan orangtuanya. Bunda terlihat terisak menangis dan banyak berpesan kepada Mita diantaranya untuk tetap taat pada aturan di Pondok dan tetap memakai jilbab dan pakaian tertutup seperti sekarang. Ada rasa haru dan penyesalan. Haru karena anak satu satunya sebentar lagi akan jadi milik orang lain dan penyesalan yang dalam karena baru sekarang merasakan bisa begitu dekat dengan Mita.

Pagi pertama di Bandung, Mita baru saja terbangun karena suara bel asrama yang berdenting kencang ditelinga.

" iissh jam berapa ini? Kencang sekali suara bel itu". Dilihatnya jam dinding yang ternyata masih menunjukan pukul 03.30

" Aah ini kan masih gelap, kenapa harus bangun di jam enak-enaknya tidur". Sambil menguap Mita siap untuk menarik selimutnya kembali. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar.

" Kak, kak Mita. ke Masjid yu sudah ditunggu bu Riri, kita akan melaksanakan shalat tahajud bersama. Aku tunggu didepan kamar kakak ya". Terdengar suara dari balik pintu yang ternyata merupakan salah satu santri yang ada disana.

" Aah iya iya sebentar yaa". Walaupun sangat malas akhirnya Mita tetap bangun karena dia merasa tidak enak hati pada anak tersebut, yang sudah mau membangunkannya bahkan mau menunggu.

Selesai shalat subuh dan mengaji, terlihat beberapa anak santri yang sedang telaten bersih-bersih. Tak sengaja Mita melihat ada seorang anak yang begitu murung dipojok serambi masjid. Mita ingat jika anak itu adalah anak yang tadi pagi membangunkannya. Akhirnya tanpa pikir panjang Mita menghampirinya.

" Dek, kamu kenapa? kamu yang tadi pagi bangunin kakak kan? Salam kenal ya aku Mita". Mita tersenyum ramah pada anak itu.

" hah iya kak, aku Andin". Sambil tertunduk lesu Andin tetap berusaha tersenyum pada Mita. karena Andin sebenarnya tahu bahwa Mita adalah calon istri Raka gosip disana memang cepat menyebar.

" Kamu bisa cerita sama kaka Andin. Aku bisa jaga rahasia kok". Mita tersenyum tulus seakan dia mengeeti perasaan lawan bicaranya.

" Aku sedang sedih kak, aku teringat ayah yang sudah tiada. Ayah baru meninggal sebulan yang lalu. Aku merasa belum jadi anak yang baik buat ayah". Andin pun menangis dipelukan Mita. Mita yang merasa tertampar dengan omongan Andin hanya bisa diam. Dia tersadar dengan apa yang selama ini dilakukannya. Mita tiba-tiba merasa takut akan kehilangan orang tersayangnya, seperti Andin.

" Sabar yaa dek, maaf kakak ga bisa bantu apa-apa. Disini ada kantin ga ya? Kita beli sesuatu yuu". Mita terlihat berusaha untuk mengalihkan kesedihan Andin dengan berniat mebelikan makanan-makanan enak yang ada disana. Mita memang gadis yang baik hanya saja pergaulannya yang salah.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Siapa dia? Benar, dia adalah Raka. Raka yang tak sengaja lewat dan melihat betapa Mita berusaha membahagiakan orang-orang disekelilingnya membuat hati Raka bergetar.

" Dia cantik dan baik". Gumam Raka dalam hati.

Seminggu berlalu, Mita sudah terbiasa dengan lingkungan disana. Bahkan dia banyak belajar dari kehidupan anak-anak disana. Seperti saat ini, Mita sedang diajari mengepel lantai oleh Andin. Maklum saja selama ini dia tak pernah sekalipun melakukan pekerjaan rumah, karena semua sudah dikerjakan oleh Asisten rumah tangga.

Disisi lain, ada Raka yang sedang memantapkan diri untuk segera meminang Mita. Pagi ini dia menghadap pakde Bagas untuk mengutarakan niat tulusnya menyetujui perjodohan ini sekaligus ingin mempercepat akad nikah.

" Pakde, Raka sudah yakin dengan Mita. Jika boleh Raka ingin mempercepat prosesnya".

" Alhamdulillah baiklah nak, besok pakde akan undang orang tua Mita untuk datang kesini. Sekaligus membicarakan perihal pernikahan kalian".

" Terimakasih pakde". Raka tersenyum bahagia karena sebentar lagi dia akan membina rumah tangga dengan Mita. Entah kapan rasa itu ada, namun Raka hanya yakin jika Mita memang yang terbaik untuknya.

Mendengar telpon dari pakde Bagas, ayah dan bunda sangat senang. Akhirnya ayah dan bunda akan punya menantu idaman yang pastinya bisa membimbing Mita jadi lebih baik.

" Alhamdulillah yah, bunda senang sekali semoga ini keputusan yang terbaik untuk Mita".

" Aamiin bund. Kita usahakan perbaiki kembali semuanya, semoga Mita juga bisa menerima Raka dengan baik. Malam ini kita siap-siap ya kita besok akan berangkat pagi".

" Iya yah bunda akan persiapkan segala kebutuhan kita untuk selama disana".

"Bundaaa, ayaaah.. Mita kangen banget sama bunda dan ayah". Mita begitu antusias menyambut kedatangan ayah dan bunda. Padahal hanya seminggu mereka berpisah tapi Mita merasa seperti sudah berpisah bertahun-tahun lamanya. Mungkin karena segala fasilitas yang selama ini ada dan mudah jadi tidak ada. Mita tak tahu saja jika sebenarnya kedatangan ayah dan bunda tak lain untuk mempercepat proses pernikahannya dengan Raka.

Sampailah di proses kumpul keluarga yang tentunya semua sudah hadir disana, termasuk Mita dan Raka. Pakde Bagas terlebih dahulu memulai pembicaraan.

" Baiklah pak Biyan, saya sebagai wali Raka ingin menyampaikan maksud undangan kami, kami berencana untuk meminang Mita putri pak Biyan".

Mita yang sedang minum jus jeruk terlonjak kaget hingga tak sengaja jus jeruk tersembur membasahi jilbab yang dikenakannya. Bunda yang disebelah Mita langsung memberikan tisu pada Mita sambil berbisik "Hati-hati nak".

" Sebentar om Bagas, tante saya ingin bicara dulu dengan Raka".

Raka yang merasa terpanggil pun langsung berdiri dan izin untuk berbicara diluar bersama Mita. Ini pertama kalinya mereka berbicara berdua selama ini Mita dan Raka hanya saling memperhatikan dari jauh. Bahkan Mita terkesan memasang muka masam jika tak sengaja bertemu dengan Raka.

" Baik, silahkan jika ada yang dipertanyakan? ". Raka terlihat dingin dan santai

" Langsung saja pada intinya, gue ga mau nikah sama lo".

" lalu?".

" Ya lo bilanglah kalo lo juga gamu nikah sama gue, lagian gue udah ga per*wan. Emang lo masih tetep mau sama gue".

Bab 2

Sejenak Raka terdiam dengan pengakuan Mita yang terkesan terang-terangan itu.

" Saya sudah memutuskan memilih kamu untuk menjadi istri saya, jadi saya juga akan menerima segala yang sudah terjadi tentang kamu". Tanpa mengatakan apapun lagi, Raka langsung berlalu meninggalkan Mita yang masih terdiam diluar.

" Eett tunggu dulu hey, gue belum selesai ngomong. Dasar ga waras". Mita pun akhirnya masuk kedalam ruangan mengikuti Raka.

" Bagaimana nak? om harap kamu tidak berubah pikiran setelah mengobrol dengan Mita tadi".

" Tenang saja om, saya sudah yakin dengan Mita. Bahkan setelah mengobrol tadi saya tambah ingin segera menjadikan Mita istri". Sambil melirik Mita, Raka tersenyum puas.

" Baik, saya bersedia menikah tapi dengan syarat pernikahan ini harus dirahasiakan dan Mita ingin melanjutkan pendidikan Mita tanpa terganggu apapun".

Semua mata tertuju pada Mita yang juga tersenyum miring pada Raka. Namun tentu saja, Raka masih terlihat santai dengan syarat itu.

" Baik, saya setuju dengan syarat Mita, tapi saya ingin lusa kita menikah di Masjid ini. Bagaimana om, tante? ".

Semuanya terlihat kaget dengan pernyataan Mita dan Raka. Namun itulah keputusan mereka jadi para orang tua hanya bisa menuruti permintaan keduanya.

" Saya terima nikah dan kawinya Mita Diandra Putri dengan mas kawin tersebut dibayar tunai".

Bagaimana semuanya? Sah.. Saah

Haru dan bahagia menyelimuti semua yang hadir disana, namun tidak dengan Mita dia terus merutuki semua yang terjadi padanya. Hari ini dia sudah menjadi seorang istri dari laki-laki yang sama sekali tak pernah dikenalnya bahkan dia masih punya nama penting dihatinya. Adit, laki-laki yang selama ini membawa pengaruh buruk dalam hidupnya. Namun bagi Mita, Adit adalah laki-laki yang dicintainya dan dianggap orang yang selalu ada untuknya selama ini. Mita sebenarnya punya sahabat dekat bernama Tasya, namun Tasya juga anak yang broken home hampir sama dengan Mita. Begitulah mereka bertahan, dengan mencari kesenangan diluar tak perduli itu baik atau buruk.

Silahkan pengantin wanita untuk keluar. Suara yang membangunkan lamunan Mita yang saat ini sedang ada dibelakang bilik. Saat Raka mengucapkan ijab qobul memang sengaja Mita tak disandingkan. Mita terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih dan mahkota kecil dengan melati yang merumbai panjang. Semua mata tertuju pada Mita yang sedang berjalan begitu anggun. Walaupun hiasannya tak begitu mencolok, tapi sangat terlihat cantik dan mempesona semua mata para tamu yang hadir menyaksikan. Raka yang melihatnya pun langsung dibuat kagum dengan kecantikan Mita.

Baik silahkan pengantin pria dan wanita saatnya bertukar cincin dan dilanjut sang suami mencium istrinya. Raka melingkarkan cincin berbentuk love dijari manis Mita. Cincin yang baru dibeli Raka kemarin, walaupun sederhana dan tanpa ukiran nama, tapi cincinnya terlihat manis dijari Mita.

Tibalah Raka mencium kening Mita. Mita yang dari tadi masih diam langsung kaget oleh ulah Raka yang tiba-tiba menciumnya tanpa aba-aba.

Semua bersorak bahagia menyaksikan kebahagiaan pengantin yang tak pernah diketahui orang-orang, jika sebenarnya Mita tak pernah ingin menikah dengan Raka apalagi diusianya yang masih muda.

Acara pernikahan masih berlangsung walaupun tak banyak tamu yang hadir. Hanya orang penting saja yang diundang diacara pernikahan Raka dan Mita. Sesuai permintaan Mita yang tak ingin banyak orang tahu jika dia sudah menikah. Bahkan Tasya sahabat dekatnya pun tak tahu jika hari ini Mita menikah. Bagaimana bisa tahu, sebelum pergi ke bandung Ayah menyita hp Mita jadi selama ini Mita tak pernah berhubungan dengan siapapun.

" Gue pegel kapan si nih selesainya?". Mita yang selama dipelaminan masih ngedumel karena lelah berpura-pura bahagia didepan para tamu undangan. Bahkan, banyak juga beberapa tamu yang ingin berfoto bersama. Diantaranya teman-teman dekat Raka yang sengaja diundang, karena sebenarnya Raka tidak ingin merahasiakan pernikahannya tapi itulah, Raka tetap harus mengikuti syarat mutlak istrinya.

" Ta, kamu mau ke kamar kan? Mau digendong atau digandeng? ".

" Sama lo? Ogaah deh".

" Saya hanya menawarkan saja, kan dari tadi kamu bilang pegel terus. Kalau ga mau ya sudah. Saya ke kamar duluan ya. Daaah istriku". Raka berlalu meninggalkan Mita sambil tertawa puas meledek istri barunya. salah sendiri gamau digendong.

" Dasar lo yaa. Untung ganteng". Akhirnya Mita turun dari pelaminan dan ingin pergi ke kamarnya tapi tiba-tiba bunda datang dan menghalangi Mita.

" Ta, kamu mau kemana? ".

" Ya ke kamar aku lah bund, kemana lagi".

" Maaf Ta, barang-barang kamu sudah dipindahin ke kamar Raka di rumah pakde Bagas". Selama tinggal disini memang Mita tidur di asrama. Kamarnya bersebelahan dengan anak-anak santri yang lain.

" Apa bund? Mita gamau ! masa tidur sama dia sih".

" Loh kamu ini aneh dia kan sekarang udah jadi suami kamu. Udah halal, boleh mau ngapa-gapain juga".

" issh kenapa bunda malah senyum-senyum gitu, Mita gamau bund. Mita tidur sama bunda aja ya.oke bund".

" Enak aja kamu, bunda kan juga ada ayah. Udah lah terserah kamu. Kalau kamu gamau ganti baju yaudah. Bunda ke kamar dulu yaa mau istirahat. Selamat malam pertama Ta". Bunda berlalu ke kamar sambil tersenyum puas.

" Terpaksa deh gue harus kesana ga betah juga pake baju gini". Cicit Mita yang harus pergi ke kamar Raka yang sekarang sudah berstatus suaminya.

TOK.. TOK.. TOK " Rakaaa gue mau masuk ya". Mita mengetuk pintu kamar Raka dengan kencang. Tak berselang lama yang punya kamar pun membuka pintu.

" Masuk aja istiriku, ini sekarang sudah jadi kamar kamu juga ko". Raka tersenyum manis menatap Mita yang berkebalikan sedang memajukan bibirnya sampai 5 senti.

" Gausah sok manis gitu deh, dimana baju gue? ".

" Baju kamu ada dilemari sebelah kanan sana, dan kamar mandinya disana, bisa dilihat sendiri kan".

" Iya iya gue tau".

" Mau saya antar istriku?".

" Apaan sih istriku, istriku nama gue Mita. M.I.T.A panggil aja Mita. Inget ya gue gamau temen-temen gue sampe tau kalo gue udah nikah".

" Siap Mita istriku".

" Terserah lo deh". Kabuuur , Mita langsung berlari ke kamar mandi. Sedangkan Raka melanjutkan aktivitasnya yang sempat terjeda karena harus berdebat dengan Mita.

" Mau senyebelin apapun, kamu tetap cantik Ta". Batin Raka.

Pengantin baru yang lagi kasmaran. Ga berhenti senyum-senyum sendiri.

Buugggghhh

" Aaaawww sakit... Tolong

Bab 3

"Aaawww... Sakit. Toloong". Mita meringis kesakitan.

Flashback

Mita akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah diambilnya dilemari. Mita melepas pakaiannya sambil menggerutu.

" Males banget masa gue harus tidur sama dia, tapi kenapa ya dia kekeh banget pengen nikah sama gue. Yaa gue tau sih, gue ini cantik tapi ga perlu sampe ngebet nikah juga kali". Mita cengar-cengir sendiri membayangkan kepercayaan dirinya yang merasa seperti wanita paling cantik dimuka bumi. Saking asyiknya melamun dia sampai tak sadar kalau sabun yang dituangnya sudah tumpah bercecer dilantai. Dan terjadilah, dia terpeleset karena ulahnya sendiri.

Buuggghhh... "Aaaaawwww saakiit. Tolong".

Raka yang mendengar suara minta tolong langsung berlari menuju kamar mandi.

Tok. Tok. Tok " Ta , kamu gapapa?".

" Tolongin gue, gu ga bisa bangun".

" Pintunya dikunci Ta. Saya dobrak aja ya". Tanpa pikir panjang Raka mendobrak pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya Raka melihat pemandangan didepan matanya.

" lo ngapain berdiri terus? Bantuin gue, kaki gue sakit ga bisa berdiri".

" Eh iya, iya maaf Ta. Saya ambilkan handuk dulu, nanti baru saya angkat kamu". Bagaimana Raka tidak kaget, Mita dengan posisi duduk sambil memegangi kakinya yang terlihat bengkak karena terpeleset, tanpa memakai sehelai benangpun membuat mata Raka ternodai oleh istrinya sendiri.

" Cepetan dong". Mita meringis kesakitan, tak peduli dengan keadaan dia yang tak memakai sehelai benangpun. Raka berlari mengambil handuk dan segera menutupi tubuh Mita yang polos itu. Tanpa penolakan dari Mita, Raka menggendong Mita sampai ke kasur.

Tak jadi menggendong di pelaminan, malah jadi menggendong di kamar mandi. Tentunya dengan bonus melihat tubuh polos istrinya.

Jangan-jangan Mita ini kualat ya.

" Kamu disini dulu ya, biar aku ambilkan baju gantinya". Mita hanya mengangguk tanda ia setuju dengan Raka.

" Ini bajunya Ta, mau aku bantu pakein juga? "

" Gamau, gue masih bisa sendiri. Tapi lo ngadep ke belakang ya jangan liat gue".

" Ta, tadikan saya sudah lihat. Kenapa harus ngadep belakang? ".

" Gamau pokoknya lo ngadep belakang. Awas ya kalo ngintip". Mita membulatkan mata karena kesal dengan ledekan Raka. Padahal memang itu fakta, tapi Mita memilih berpura-pura tidak sadar karena rasa malunya yang lebih besar atas kejadian tadi.

" Oke deh oke". Raka hanya bisa menurut karena tidak ingin berdebat panjang lagi.

" Udah selesai. Gue minta tolong panggil bunda".

" Oke, tapi saya lihat dulu ya, kayanya aga parah".

" Ga boleh, lo ini mesum tar gue dinodai". Mita memicingkan mata tanda waspada pada Raka.

" Udah boleh kok Ta kalau saya nodai juga. Dapat pahala lagi".

" Tuh kan lo mulai lagi. Udah sana panggilin bunda".

Raka hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan istrinya. " Sabar, sabar, sabar". Batin Raka sambil mengelus dada. Tak lama bunda, ayah dan yang lainnya datang ke kamar Raka dengan wajah panik.

" Ta kamu kenapa? Kalian kalau mau malam pertama mainnya pelan-pelan dulu aja dong". Cicit bunda

" Bunda ni kenapa sih bund, siapa yang lagi malam pertama. Mita kepleset di kamar mandi bund. Nih kaki Mita bengkak". Mata Mita langsung tertuju pada Raka yang sepertinya memanggil bunda tanpa memberi alasan yang jelas kenapa kaki Mita sakit. Dan orang yang dituju hanya senyum-senyum kuda sambil menutup mulut menahan tawa. Tentu saja Ayah dan yang lainnya hanya garuk-garuk kepala yang tak gatal.

" Oalahh bukan toh, yasudah biar bunda panggil Dokternya ya. Bude Riri, Pakde Bagas apa ada dokter terdekat disini? ".

" Ada bund, Nanti biar saya yang hubungi Dokternya ya". Bude Riri berlalu meninggalkan yang ada dikamar untuk mengambil telpon memanggil dokter.

" Udah diobatin ya Ta, sekarang kamu istirahat. Bunda sama Ayah ke kamar dulu".

" Bunda, Mita mau tidur sama Bunda". Rengek Mita.

" Sekarang udah ada Raka yang jagain kamu, udah deh mending sekarang kamu istirahat. Raka, Bunda titip Mita ya. Sementara tolong jangan diapa-apain dulu". Bunda senyum-senyum kuda bersiap meninggalkan pengantin baru itu.

" Siap Bund. Makasih ya bund Raka pasti jagain Mita dengan baik". Raka tersenyum tulus pada Bunda. Tanpa Raka dan Bunda sadari, sepasang mata elang siap menerkam tertuju pada Raka yang sedang berbincang dengan bunda.

" Awas aja ya. Gue bikin lo ga betah sama gue. Dan bentar lagi pasti lo minta cerai". Batin Mita.

Bunda akhirnya pamit pergi meninggalkan sepasang pengantin itu.

" Lo tidur di lantai, gue tidur dikasur. Gue ga mau tidur sama lo". Mita melempar bantal dan selimut pada Raka dengan asal.

" Boleh, tapi ada syaratnya". Raka tersenyum jahil pada Mita

" Kenapa harus ada syaratnya? Gue ga mau".

" Karena ini kamar saya, kasur yang kamu duduki juga kasur saya. Jadi saya juga punya andil untuk menentukan. Dan kalau kamu ga mau, kamu bisa keluar dari kamar ini. Tapi jangan salahkan saya kalau Bunda ngomel-ngomel". Lagi-lagi Raka tersenyum jahil. Niat hati Mita ingin menguji Raka tapi ternyata Mita yang malah diuji oleh Raka.

Sejenak Mita berfikir, tapi benar juga apa yang dikatakan Raka. Tidak mungkin Mita keluar dari kamar ini karena kaki dia pun sedang sakit. Ditambah lagi bunda yang pasti ga bakal tinggal diam. Terpaksa ga ada pilihan lagi.

" Oke, Apa syaratnya?

" Kamu berhenti manggil lo dan gue. Saya ga suka dengarnya. Lagi pula sekarang kita sudah sah jadi suami dan istri".

" Terus lo mau di panggil apa hm? Pangeran? Atau si tampan dari gua macan? ". Mita tertawa puas meledek Raka. Namun seperti biasa, Raka tetap santai dan malah tersenyum lebar menanggapi pujian atau ejekan Mita.

" Panggil saya Mas Raka. Saya tidak menerima penolakan. Ini syarat yang harus kamu setujui atau kamu keluar dari kamar ini".

" What ? ga mau". Mita memajukan mulutnya sampai 10 senti. Jelas Mita terlihat kesal dengan syarat yang harus dipatuhinya.

" Baiklah, Silahkan keluar nona". Raka tersenyum puas.

" Hmm Iya, iya deh MAS Raka". Mita menekankan kata Mas sebagai tanda ia setuju tapi jelas dia terpaksa.

" Nice, silahkan istirahat istriku". Raka menggelarkan selimut untuk bersiap tidur di lantai sesuai dengan kesepakatan mereka berdua.

Pagi ini Ayah dan Bunda sedang berkumpul dihalaman belakang rumah, tentu saja bersama Pakde Bagas dan Bu Riri. Mereka sedang membahas tentang rencana Ayah dan Bunda yang akan segera kembali ke Jakarta, mengingat Ayah dan Bunda adalah orang yang super sibuk dengan pekerjaannya. Disisi lain ada pengantin baru yang sepertinya belum keluar dari kamarnya. Sedang apakah mereka?.

" Mita, bangun sayang kita sarapan dulu yu". Raka masih berusaha membangunkan Mita yang sedang tertidur lelap setelah dipaksa shalat subuh oleh Raka. Raka menatap lekat wajah Mita, tiba-tiba dia teringat kejadian pagi ini dimana Raka kembali menggendong Mita ke kamar mandi untuk melaksanakan ibadah shalat subuh.

Flashback

" Mita, bangun Ta, Kita shalat bersama yu". Karena terlihat tak ada pergerakan apapun dari Mita, akhirnya Raka menggendong Mita sampai kamar mandi. Raka mendudukan Mita di samping wastafel dan Mita yang terusik pun terlonjak kaget karena menyadari dia sudah ada di kamar mandi.

" Aaah lo mau ngapain gue? Kenapa gue ada disini?" Mita setengah berteriak pada Raka.

" Sayang, kamu lupa persyaratan semalam? Hm".

" MAS Raka, TOLONG jelaskan kenapa saya ada di kamar mandi".

" Mas sudah bangunkan kamu tapi kamu sama sekali ga bangun, jadi terpaksa mas gendong kamu. Kita shalat bersama ya sekalian mas bantu kamu bersih-bersih".

" Ngga, saya bisa sendiri. MAS Raka bisa keluar sekarang".

" Kamu yakin? Kaki kamu masih sakit kan? ". Mita hampir lupa jika kakinya masih bengkak dan sakit. Terpaksa Mita harus minta bantuan Raka untuk membersihkan badannya.

" Oke, tapi MAS Raka ga boleh lihat. Cukup ambilkan sabun dan lain-lain sisanya saya bisa sendiri. Awas aja kalau ngintip-ngintip nanti matanya bintitan". Cicit Mita

" Oke istriku".

" Kalau melihat pun udah boleh ko dasar bocil". Batin Raka

Kembali Raka menggoyangkan tubuh Mita, sambil menepuk halus wajah mulus Mita yang sedang terlelap pulas seperti putri tidur.

"Mita, bangun yu kita sarapan dulu".

" Ngantuk, Mas aja yang sarapan". Setengah sadar Mita mencoba mengusir Raka agar tidak menggangu tidurnya.

" Ga bisa sayang, Nanti yang lain pasti nanyain kamu. Atau mau digendong lagi?".

Mendengar kata di gendong Mita langsung membuka lebar matanya.

" Gausah, saya bisa sendiri".

" Kamu tenang aja Mas udah siapin kursi roda buat kamu". Raka tersenyum tulus pada Mita. Sebenarnya semalam Raka sudah mempersiapkan kursi roda untuk berjaga-jaga jika Mita membutuhkan. Demi kenyamanan Mita, Raka akan menjadi suami siaga. Mita yang tak tahu hanya bisa memicingkan mata. " Kalau ada kursi roda kenapa tadi pagi dia repot-repot gendong ke kamar mandi. Dasar mesum, mencari kesempatan dalam kesempitan". Batin Mita.

" Yaudah tolong bantu saya ke kursi roda".

Sarapan bersama telah selesai, hingga tibalah Ayah dan Bunda yang akan membicarakan masalah tempat tinggal dan pendidikan Mita setelah menjadi istri. Mengingat hari ini, Ayah dan Bunda memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

" Nak Raka, Ayah dan Bunda berencana akan kembali ke Jakarta. Ayah hanya ingin bertanya masalah tempat tinggal dan pendidikan Mita setelah jadi istri nak Raka. Ayah harap nak Raka sudah mempersiapkan semua, atau jika nak Raka perlu bantuan Ayah, Ayah dengan senang hati akan membantu".

" Sebelumnya terimakasih Ayah, Bunda atas perhatiannya. Raka sudah memutuskan, Raka dan Mita akan tinggal di Jakarta. Kebetulan Raka juga punya bisnis disana Yah,Bund. Dan untuk rumah, Raka sudah membelinya. Mungkin tidak besar tapi nyaman untuk ditinggali. Dan untuk pendidikan Mita, biar Mita yang pilih sendiri yah yang penting di Jakarta". Raka tersenyum tulus menatap Mita, berharap Mita akan selalu berada di samping Raka sampai kapan pun.

" Oh..Nak Raka ini ternyata seorang pekerja keras dan mandiri ya. Ayah ga salah pilih mantu ini mah. Baiklah kalau begitu, rencananya kapan kalian akan ke jakarta?".

" Rencananya beberapa hari ini kita disini dulu Yah, Mungkin sampai kaki Mita mendingan baru kita ke Jakarta".

" Ayah senang mendengarnya, baiklah kalau begitu, nanti sampai ketemu disana ya". Ayah tersenyum haru dan bahagia. Akhirnya Mita mendapatkan kasih sayang laki-laki yang tulus, yang mungkin selama ini hilang karena ketidak hadirannya selama ini.

" Bunda titip Mita ya nak Raka, tolong didik dia dan ajarkan dia jadi anak dan istri yang baik". Dengan nada bergetar bunda mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Bagaimanapun bunda merasa gagal menjadi ibu yang baik untuk Mita. Tapi, Bunda juga merasa bahagia melihat Raka yang begitu perhatian kepada Mita.

" Bunda sama Ayah tenang saja, saya akan menjaga Mita sekuat tenaga saya. Mita juga sepertinya mudah untuk diajak kerja sama. Benarkan sayang? ". Raka mengedipkan mata sambil memegang lembut tangan Mita yang sedang mengepal karena lagi-lagi dibuat kesal oleh ulah Raka.

" Tentu saja sayangku, aku ini jinak ko". Hahaha Mita jelas pura-pura tertawa sambil tangannya mencubit lengan belakang Raka.

" Wah baru sehari menikah udah sayang sayangan aja nih ". Pak Bagas tersenyum senang melihat kedua pengantin baru itu.

Sarapan pagi itu terasa lebih hangat dengan adanya kehadiran pengantin baru yang terlihat sedang hangat-hangatnya. Padahal dibalik semua itu, ada Mita yang selalu mengutuk pernikahannya dan Raka yang selalu berusaha bersabar menghadapi tingkah Mita yang pastinya selalu menguji kesabaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!