NovelToon NovelToon

JAVANESE SECRETS

TIM TRAVELER

Tanah Jawa pada umumnya dikenal dengan penduduknya yang hidup rukun dan memiliki sikap sopan santun. Yang muda selalu menghormati orang tua. Begitu juga sebaliknya, yang tua menghargai orang muda. Tanah Jawa juga menjadi kesaksian tentang kemisterian yang tersembunyi sejak zaman kerajaan hingga detik ini. Tak luput dengan masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang, Tanah Jawa sudah memiliki kemisterian tersendiri. Tanah Jawa juga dikenal dengan mistis yang tak pernah lepas hingga akhir zaman.

Bahkan mereka lebih percaya dengan adanya mistis dan santet daripada sains yang masuk akal. Orang mengatakan anak yang sakit terlalu lama adalah akibat dari santet. Meskipun Dokter akan mengatakan bahwa itu adalah penyakit, mereka tak akan percaya. Semacam hal mustahil seperti mengganti nama bayi akan bisa menjauhkan anak mereka dari hal negatif. Sungguh aneh, tapi itu nyata. Begitulah kenyataan yang bahkan masih dipercaya hingga saat ini.

Bahkan hingga tahun ini, orang-orang masih percaya dengan mistis, dukun serta santet. Ada yang melakukan tes khodam ke salah satu dukun untuk memastikan apa yang ia miliki, dan apa yang menjaganya saat ini. Dalam setiap Agama, percaya dengan hal mistis serta dukun adalah sesuatu yang salah. Meskipun hanya sekedar "candaan" untuk melihat khodam apa yang ada pada dirinya, tentu masih salah. Sebab,

Meskipun ada beberapa agama yang mengatakan bisa mempercayainya sihir. Mereka membedakan mana sihir yang positif, serta ilmu hitam yang dianggap sebagai sihir membawa aura negatif. Hingga tahun ini, sedikit orang yang mempercayai sihir. Tetapi, banyak yang mempercayai hal mistis. Seperti contoh adalah dedemit.

Dedemit adalah roh yang dipercaya akan membawa aura negatif pada seseorang. Penduduk Indonesia selalu percaya dengan adanya dedemit. Jadi, tak hanya di Jawa saja. Mereka akan senantiasa berhati-hati apabila bertemu dengan dedemit. Para dedemit dipercaya akan membawa kesialan atau musibah pada seseorang.

Banyak masyarakat Indonesia yang juga menggunakan mereka (para dedemit) sebagai bentuk balas dendam atau pelaris. Ada pula dedemit yang digunakan untuk mencuri atau menyebabkan pemiliknya bisa kaya dalam sekejap. Meskipun mereka tau hal itu dilarang oleh agama, tapi mereka tetap melakukannya.

Sama halnya dengan pacaran yang dianggap normal pada masa kini, tapi sebenarnya sangat dilarang karena bisa mendekatkan pada zina. Lalu, mengapa kebanyakan orang muslim berpacaran? Jawabannya adalah, mereka sebenarnya membaca apa yang dilarang. Namun, mereka pura-pura tidak mengetahuinya. Dalam artian yang mereka baca adalah lembaran kosong.

Dalam ajaran Islam, disebutkan tentang sihir bahwa :

"Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya)." (Al-Baqarah ayat 102).

Sementara di agama Kristen :

"merapal mantra, atau seorang cenayang, atau ahli roh, atau yang berkonsultasi dengan orang mati. Siapa pun yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian di mata Tuhan, dan karena praktik-praktik keji ini maka Tuhan, Allahmu akan mengusir negara-negara itu sebelum kamu." (Alkitab, Ulangan 18: 1-2).

Sementara di agama lain belum menjelaskan bagaimana tentang sihir. Agama seperti Hindu, mereka bisa membedakan mana sihir yang baik dan sihir yang buruk. Mereka sepenuhnya memperbolehkan sihir asalkan untuk gak yang positif. Namun, sepenuhnya belum diketahui dengan jelas bagaimana tentang sihir.

Tanah Jawa juga dikenal dengan penduduknya yang lebih banyak memeluk agama Islam. Dikarenakan Wali Songo adalah tokoh-tokoh penyebar agama Islam. Meskipun begitu, banyak masyarakat yang masih mempercayai hal mistis dan sihir. Walau sudah dikatakan bahwa percaya pada dukun adalah Syirik.

Akan tetapi, apa benar masyarakat sepenuhnya mempercayai sihir dan dukun? Tidak. Semakin maju peradaban, hal mistis serta pamali akan dianggap cerita dan mulai ditinggalkan pada akhir zaman. Meskipun masih banyak yang hingga detik ini percaya dengan adanya sihir hitam.

Apa yang akan terjadi jika pengguna sihir hitam meninggal dunia? Dukun atau orang yang bisa menggunakan sihir dan melihat hal gaib, mereka akan sulit untuk meninggal dunia. Saat mereka mati, roh mereka akan menyangkut pada tenggorokan apabila makhluk gaib peliharaannya belum terlepas.

Ada beberapa dukun yang turun temurun memberikan makhluk gaib peliharaannya itu kepada keturunan mereka. Yang bisa dimaksud sebagai penyembah iblis atau pengikut setan. Mereka akan diterima sebagai pengikut setan dengan syarat mau diganggu selama tujuh keturunan. Yang artinya mereka harus mau diganggu selama generasi ke-tujuh dan seterusnya apabila ingin menjadi pengabdi setan.

Menggunakan dupa dan sesajen sebagai bentuk penghormatan serta rasa terima kasih kepada makhluk gaib atau leluhur yang mensejahterakan kehidupan mereka. Dengan adanya makhluk gaib itu, kehidupan mereka akan menjadi lebih baik di kemudian hari. Meskipun tidak akan menjamin di akhirat nanti.

Kita akan banyak menemukan orang yang berkata, 'Udah deh. Gak usah sok suci. Lagian kita tau kok kelakuan asli kamu. Jangan sok bener begitu deh. Daripada nasehatin orang, mending jaga tuh mulut. Berhijab tapi kok kelakuan masih mirip iblis.' LALU BAGAIMANA DENGAN ORANG YANG MEMBUKA AURATNYA TERANG-TERANGAN DAN MENGGUNJING ORANG LAIN?! MEREKA YANG MEMBUKA AURATNYA TERANG-TERANGAN MENGANGGAP DIRINYA TIDAK MUNAFIK! MEREKA BERKATA ORANG YANG BERHIJAB ADALAH MANUSIA MUNAFIK! PADAHAL SUDAH DIJELASKAN BAHWA MENUTUP AURAT ADALAH HAL YANG WAJIB! BERIBADAH ADALAH HAL YANG WAJIB! LANTAS MENGAPA DIANGGAP SEBAGAI TANDA SOK SUCI DAN ALIM?! ADA APA DENGAN DUNIA?

Masyarakat mulai menganggap hal wajib menjadi aneh. Sementara yang dilarang menjadi hal biasa terjadi di sekitar mereka. Ada apa dengan mereka? Apa mereka mulai lupa dengan ajaran agama? Atau mereka hanya mengikuti gengsi agar terlihat sama dengan orang lain? Itu bisa saja terjadi.

Pada cerita kali ini, akan kami jelaskan mengenai kehidupan di Tanah Jawa serta rahasia dibalik penghuninya yang sopan santun. Kami akan menceritakan kejadian mistis yang melegenda hingga detik ini dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Terutama mengenai para dedemit dan roh yang dianggap membawa kesialan serta malapetaka. Bagaimana kisahnya? Ikuti kelanjutannya.

....

"Wuhuuuuuu!!!! Halo, geeessss. Balik sama Dava Aditya disini!!! Tau gak tim traveler bakal kemana? Bakal ke Jombang! Kita bakal main-main di Jombang dan menikmati semua pemandangan alam disana! Gak lupa sama makanan enaknya dong! Makanan Khas Jombang apa sih? Ada yang tau gak?" Ucap seorang pria berkulit kuning langsat tengah merekam kegiatan mereka di dalam mobil.

Ia tampak sangat percaya diri saat merekam diri dan teman-temannya melalui live streaming miliknya. Sementara pria di sebelahnya tengah tertidur pulas sembari memeluk ranselnya, Roni Pratama. Dua gadis didepannya juga sama-sama tertidur. Dan dua pria lainnya berada di depan. Pria berkulit sawo matang dengan Hoodie abu-abu tengah menyetir mobil, Bayu Prayoga. Sementara pria di sebelahnya tengah memegangi ponselnya untuk melihat arah peta digital, Ilham Pamungkas.

"Dava! Berisik tau!" Kata Seorang gadis berambut panjang, Yuna Cantika. Gadis berambut sebahu disebelahnya ikutan terbangun saat mendengar ocehan sahabatnya itu, Vina Caraka.

"Apaan sih? Udah deh tidur lagi aja." Kata Dava yang lelah dengan ocehan Yuna. Gadis itu selalu cerewet dan banyak mengeluh. Dava lebih suka bersama Vina karena tak banyak mengeluh.

"Gak bisa." Jawab Yuna dengan kesal.

"Lagian Roni sama Vina biasa aja kok. Roni malah nyenyak tuh. Vina kebangun gara-gara kamu." Kata Dava sembari menatap Yuna yang mengomel, lalu beralih ke Vina yang masih mengumpulkan nyawanya sebelum melihat arah jendela mobil.

"Apa sih berisik amat!?" Kata Roni yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dilihatnya secara bergantian Dava dan Yuna.

"Dava nih. Masa orang tidur digangguin mulu." Ucap Yuna sembari menunjuk ke arah Dava.

"Aku?! Aku gak ganggu ye. Kamu tuh yang tiba-tiba bangun terus ngomel-ngomel." Jawab Dava yang tak terima.

Roni mengacak-acak rambutnya saat kembali mendengar dua temannya berdebat. Ia tak tahan dengan kedua orang ini. Dimana saja dan kapanpun mereka akan terus berdebat tiada henti. Mereka akan berhenti apabila Bayu dan Ilham sudah bertindak. Namun, kini dua pria itu tengah fokus dengan tujuan mereka. Yaitu sampai ke tujuan.

"Udah deh. Kalian bakal tambah capek kalau terus berantem." Suara lembut Vina akhirnya bisa menenangkan ke dua orang itu.

"Akhirnya." Kata Roni yang kembali memeluk ranselnya dan tidur.

Gadis berambut sebahu itu melirik kedua temannya yang mulai tenang. Dava mematikan live streaming miliknya dan menyimpan ponselnya. Sementara gadis berambut panjang itu duduk dengan tenang sembari memainkan ponselnya. Gadis berambut sebahu itu tersenyum melihat kedua temannya bisa menurut. Meskipun gak memungkinkan mereka bisa kembali akrab dengan cepat.

"Nih arah sana gak sih?" Tanya Bayu kepada Ilham. Pria yang memegang ponsel itu mengiyakan ucapan Bayu.

Mobil berwarna hitam itu mulai berbelok ke arah kanan. Masih belum menunjukkan tentang tanda-tanda gapura pedesaan yang katanya memiliki keindahan pantai. Pria yang bernama Ilham itu kembali memeriksa ponselnya untuk memperhatikan peta digital.

"Kita belum sampai ya?" Tanya Vina kepada dua temannya.

"Belum, sayang." Jawab Bayu dengan nada bicara yang lembut.

"Hubungan kalian masih teman. Belum ada kemajuan." Ucap Ilham yang seketika membuat hati kecil Bayu tertusuk oleh kenyataan.

"Apa salahnya manggil temen dengan kata sayang?" Tanya Bayu yang masih fokus menyetir mobilnya. Ia masih berusaha membela dirinya.

"Masalahnya cowok ke cewek, Bay. Yang ada salah paham. Cewek ke cewek mah udah biasa. Kalau cowok ke cowok manggil sayang ya wah luar biasa." Jawab Ilham sembari tertawa kecil.

Bayu hanya bisa menghela nafas setelah mendengar ucapan dari Ilham. Sejak masa SMP, Bayu sudah menyukai Vina. Bahkan hingga umur mereka yang sudah 23 tahun, Bayu masih bertahan dengan perasaannya pada Vina. Ilham yang menyadari itu selalu memberikan nasehat untuk menyatakan perasaan. Namun Bayu justru menolak.

Ia tak berani mengatakannya karena takut ditolak serta pertemanan mereka akan hancur. Bayu tak ingin hal itu terjadi. Jadi, ia menyimpannya sendiri sampai waktu yang tepat. Ilham yang awalnya tak sabaran dengan sikap Bayu, akhirnya ia menyerah dan membiarkan apa keinginan Bayu.

"Kita bakal kemana sih?" Tanya Vina lagi.

"Kita bakal ke salah satu desa yang deket sama pantai, Vin. Namanya... desa Garuda." Jawab Ilham yang masih fokus memperhatikan peta digital.

"Desa Garuda?"

"Iya. Kenapa?" Tanya Ilham.

"Gak kok. Aku cuman denger disana ada banyak gosip."

"Gosip?" Tanya Ilham yang tak yakin.

"Iya gosip. Vina dan Yuna harus hati-hati di sana. Mengerti?" Kata Bayu.

"Emangnya kenapa?" Tanya Yuna yang ikutan saat namanya disebut.

"Hati-hati aja." Jawab Bayu yang membuat Yuna dan Ilham semakin penasaran.

Sementara Vina sudah mengetahui apa yang terjadi di desa tersebut. Gadis itu juga memberitahu Bayu sebagai ketua tim Traveler. Mereka diminta untuk menjelajahi pulau Jawa. Sementara tim lain diminta menjelajahi pulau Sumatra, Sulawesi, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, serta Papua. Bayu awalnya mengira mereka akan pergi ke Papua.

Namun, mereka justru kebagian Pulau Jawa. Yang artinya membutuhkan waktu cukup lama untuk berkendara. Untung saja Roni yang tipikal orang tak suka diatur, ia dengan senang hati mengendarai mobil di malam hari. Sementara Bayu di pagi hari. Sebagai gantinya, Vina menjadi pengganti Ilham untuk membaca peta digital saat malam hari.

Gadis berambut sebahu itu dengan senang hati menerima tugasnya. Meskipun Bayu melarang, tapi Vina bisa mengerti bagaimana keadaan jika Dava yang menjadi pembaca peta digital. Dava dan Roni pasti akan berdebat satu sama lain. Dan kemungkinan tersesat adalah 60%.

Anak lain juga setuju jika gadis berambut sebahu itu yang menjadi pembaca peta digital. Roni juga tak mempermasalahkan. Asalkan gadis itu tidak membuat perkara dengannya. Mobil tersebut masih melaju di jalanan kota. Mereka pun tiba di sebuah gapura bertuliskan 'Selamat Datang di Desa Garuda'.

"Sampai." Cetus Ilham sembari tersenyum senang.

Mereka segera menuju sebuah penginapan yang tak jauh dari pantai. Mereka bisa melihat di sisi kiri, terbentang lautan air biru.

"Aku gak bisa bedain mana laut, mana langit." Kata Vina.

"Benar. Cantik banget!" Kata Yuna sembari mengambil beberapa gambar diikuti oleh Dava. Sementara Roni masih tertidur pulas.

"Deket sini gak sih?" Tanya Bayu kepada pria disebelahnya itu.

"Dikit lagi sampai kok. Deket sama pantai."

"Oalah gitu ya. Oke deh."

Pria itu kembali fokus menyetir mobil. Meskipun sesekali ia memperhatikan Vina dari kaca mobil. Gadis berambut sebahu itu tampak sangat gembira melihat laut. Melihatnya tersenyum, membuat jantung Bayu berdebar. Ia tak kuasa menahan wajah manis dari Vina.

Saat Ilham menyenggol lengannya, Bayu kembali fokus menyetir mobil. Dava yang menyadari hal itu, ia punya cara untuk merekam dan memotret Vina yang sedang memperhatikan keindahan laut dan langi di luar jendela mobil.

"Aku akan mengirim ini nanti!" Batinnya.

DESA GARUDA

Desa Garuda dikenal dengan penduduknya yang ramah. Berlokasi di daerah Jombang, Jawa Timur. Seorang gadis berambut sebahu tengah melihat ke arah jendela mobil. Orang-orang disana terlihat sedang melakukan aktivitas pekerjaan harian mereka. Mencangkul ladang, berjualan sayur mayur, ikan dan bahan masak lainnya. 90% orang yang tinggal di tempat ini adalah petani dan nelayan.

Meskipun luas wilayah mereka hanya cukup untuk 50 keluarga, mereka hidup dengan damai. Anak-anak berlarian ke sana kemari, bermain bersama, serta belajar bersama di sebuah gubuk pinggir jalan dekat dengan toko. Mata gadis berambut sebahu itu dibuat takjub dengan desa tersebut.

"Kita bakal ke penginapan, kan?" Tanya Roni yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia mengusap-usap matanya dengan perlahan sebelum melihat ke arah jendela mobil.

"Iya, bentar lagi sampai kok. Kita akan istirahat di sana. Besok kita akan berkeliling desa ini sekaligus ke pantai." Jawab Ilham yang masih fokus dengan ponselnya.

Mobil berwarna hitam tersebut berhenti di sebuah rumah bertingkat dua. Atapnya terbuat dari tanah liat berwarna kecoklatan. Dindingnya terbuat dari kayu jati pilihan yang membuatnya tetap bertahan hingga puluhan tahun. Halaman depan rumah tersebut memiliki taman yang sangat indah dipenuhi dengan bunga-bunga mawar biru. Pohon apel berjejeran di sudut pagar. Terlihat sangat hijau dan asri.

Bayu mulai mengendarai mobilnya memasuki area parkir rumah penginapan. Begitu mereka berhenti, satu persatu anggota tim mulai keluar dari mobil dengan tas ransel dipunggung mereka.

"Sini aku bantu bawa." Ucap Bayu saat melihat tas Vina yang sepertinya sangat berat. Pria tersebut berusaha membawa tas milik Vina. Seperti yang ia duga, tas ransel milik Vina sangat berat. Gadis berambut sebahu itu menoleh dan menggelengkan kepalanya.

"Aku bisa kok." Jawab gadis itu sembari membawa tas dipunggungnya.

Melihat hal tersebut membuat Bayu membelalakkan kedua matanya. Seolah ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Vina dengan tubuh kecilnya membawa tas ransel berat tersebut tanpa beban sama sekali. Dia berpikir apa yang sudah dimakan oleh Vina hingga badannya tidak membesar? Sejak dulu, gadis itu selalu makan banyak. Bahkan bisa dibilang porsi kuli. Tapi, tubuh gadis itu juga tidak melebar bahkan hingga usianya yang 23 tahun.

"Dia strong woman tanpa seorang pangeran." Cetus Ilham yang berada di belakang Bayu.

"Kedepannya dia bakal butuh aku, kan? Iya, kan?" Tanya Bayu yang mulai panik. Ia tak ingin gadis yang disukainya seperti tidak membutuhkan seorang pria dalam hidupnya.

"Who knows." Jawab Ilham sembari mengangkat kedua bahunya. Bayi mulai manyun.

"Mending kita temui Pak Seno deh. Dia pemilik penginapan ini. Sebelumnya aku udah chat orangnya dan beliau bilang akan menunggu kita di depan rumah." Lanjut si wakil ketua tim.

Sang ketua tim hanya bisa mengangguk dan mengikuti saran dari wakilnya. Ia mengikuti ke empat temannya yang sudah berjalan lebih dulu menuju rumah penginapan. Roni masih berusaha mengumpulkan nyawanya sembari berjalan. Dava mulai merekam aktivitas mereka saat memasuki pagar rumah tersebut. Vina mengambil foto rumah penginapan tersebut melalui ponselnya. Sementara Yuna berjalan di sebelah Vina yang sibuk memotret pemandangan luar rumah penginapan.

Ilham berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Bayu. Mereka melihat seorang pria yang sedang duduk di teras rumahnya dengan secangkir kopi. Pria yang kemungkinan berusia 60 tahun, beliau tampak sangat menikmati kopi tersebut. Di sebelah pria tua itu ada seorang wanita dengan rambut yang sudah setengah memutih. Wanita tua tersebut adalah istri dari pemilik rumah penginapan.

Beliau melihat enam orang anak muda berjalan menuju rumahnya. Orang tua itu tersenyum dan menyapa mereka setelah sudah tiba di terasnya. Ia mempersilahkan mereka duduk. Sementara sang istri masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan hidangan kepada sang tamu.

"Terima kasih kalian sudah datang berkunjung. Sudah lama kami tidak menerima tamu." Ucap Mbah Seno, pemilik rumah penginapan.

"Kami yang harusnya berterima kasih karena Mbah Seno sudah bersedia menerima kami menginap di sini." Kata Bayu.

"Hahaha santai saja, le. Lagipula, kalian ke sini hanya untuk berkeliling Jawa. Kalian sudah darimana saja?" Tanya Mbah Seno. Istrinya keluar dari rumah dan membawa beberapa camilan serta minuman. Lalu, meletakkannya di meja. Mbah Seno mempersilahkan tamu-tamunya untuk menikmati hidangan yang disajikan.

"Kami baru datang ke sini saja, Mbah. Karena, ini rekomendasi dari atasan langsung. Makanya kami ke sini. Kami diminta mengambil beberapa pengalaman saat kami di sini. Saya harap, Mbah Seno sekeluarga tidak keberatan." Kata Ilham.

Mbah Seno terkekeh, "ora opo-opo, le. Mbah malah seneng kalau kalian mau menginap disini. Kalian disini berapa hari?"

"Sekitar 3 harian, Mbah." Jawab Bayu.

"3 hari? Cepat sekali. Ndak seminggu pisan, le?"

Bayu tersenyum, "kami maunya sih gitu, Mbah. Tapi, kita harus nurut sama atasan."

Mbah Seno mengangguk. Beberapa saat kemudian setelah mereka mengobrol. Mereka dibawa ke kamar masing-masing. Kamar pertama milik Ilham, sebelah kanannya adalah kamar Dava, sebelahnya lagi adalah kamar Vina. Semenjak didepan pintu kamar Ilham, adalah kamar Roni. Sebelah kirinya adalah kamar Bayu dan sebelah lagi adalah milik Yuna. Setelah Mbah Seno pamit, mereka berbincang sebentar sebelum masuk ke dalam kamar.

"Kita istirahat untuk hari ini. Besok pagi jam 8 kita berkumpul di ruang makan. Mengerti?" Kata Bayu.

"Iya deh." Jawab Roni sembari membuka pintu kamarnya.

"Kita keliling deket sini gak apa-apa, kan?" Tanya Yuna.

Bayu mengangguk, "boleh kok. Asal jangan jauh-jauh. Ini masih jam 3 sore. Pastiin kalau ada yang keluar dari penginapan, seenggaknya jam 5 udah balik ke sini."

"Oke, Pak Ketua!" Jawab Dava.

Bayu mengangguk dan membuka pintu kamarnya. Kamar berukuran 6 meter dengan tempat tidur di tengah ruangan. Bayu merasa ruangan ini sangat tradisional dan sederhana. Semua terbuat dari kayu dengan ukiran bunga atau semacamnya.

"Berasa dirumah nenek." Ucapnya sembari meletakkan ransel di dalam lemari.

Setelah itu, Bayu mencoba berkeliling isi kamarnya. Ada kamar mandi, ruang nyuci dan tempat untuk menjemur pakaian. Tak banyak tempat penginapan dengan ruang mencuci baju seperti ini. Bayu merasa sangat nyaman saat berada di tempat ini. Dibukanya jendela kamar dan terlihat pedesaan yang membentang luas.

Burung-burung berterbangan di sekitar pohon apel penginapan. Terlihat anak-anak yang berada di luar pagar penginapan tengah berlarian ke sana kemari. Salah satu diantara mereka membawa sebuah bola di tangannya. Bayu tersenyum saat melihat pemandangan seperti ini. Ia sudah lama tinggal di kota selama bekerja. Ini mengingatkan dirinya tentang tempat tinggal neneknya. Ia sering berkunjung di desa tempat tinggal neneknya, sehingga ia bisa merasakan pedesaan.

"Jadi kangen nenek." Ucapnya dengan pelan.

Sementara itu di kamar Vina, gadis berambut sebahu itu merasa bosan. Ia berniat untuk keluar dari kamarnya. Begitu ia keluar, Yuna juga keluar dari kamarnya.

"Eh Vina. Bosan?" Tanya Yuna. Vina mengangguk.

"Jalan-jalan mau? Aku sekalian mau ke toko sih." Kata Yuna.

"Boleh deh. Sekalian nyari jajan."

Kedua gadis itu berjalan keluar dari area penginapan. Mereka menuju sebuah toko kelontong yang tak jauh dari penginapan. Di depan toko kelontong tersebut, ada beberapa anak yang berusia 10 tahunan tengah bermain bersama. Anak-anak perempuan bermain masak-masakan. Sementara beberapa anak laki-laki bermain egrang yang terbuat dari bambu dan kayu. Mereka tampak bahagia bermain bersama.

Vina dan Yuna masuk ke dalam toko kelontong. Ada beberapa makanan ringan yang berjejeran di rak toko tersebut. Minuman dingin dan panas juga dijual di sana. Tak hanya itu, mereka menyediakan berbagai perlengkapan masak dan sekolah. Seolah toko tersebut sangatlah lengkap. Dengan begitu warga di desa itu tidak akan kesulitan ke kota hanya untuk membeli alat masak serta perlengkapan sekolah. Karena, desa tersebut letaknya cukup jauh dari perkotaan. Membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai ke kota.

"Wah es krim!" Kata Vina dengan mata berbinar.

"Mau!" Yuna ikutan mengambil es krim.

"Bawain yang lain sekalian, Vin." Ucap Yuna yang disambut anggukan penuh semangat dari Vina.

Vina mengambil dua es krim coklat, dia es krim kacang hijau, serta satu es krim rasa kacang merah. Sementara Yuna mengambil satu es krim talas. Saat Vina berniat membayarnya, Yuna mengambil beberapa barang yang ia butuhkan.

"Aku tunggu diluar ya!" Kata Vina dengan sekantong es krim.

"Oke, Vin!"

Gadis berambut sebahu itu akhirnya menuju keluar toko. Tiba-tiba ia mendengar suara sekumpulan ibu-ibu yang berada di rumah sebelahan dengan toko kelontong. Mereka tampak membicarakan sesuatu yang buruk.

"Eh masa? Anak Bu Tarni hamil? Sama siapa?! Kan dia gak pernah punya pacar."

"Iya bisa aja dong. Dia kan anak SMA. Bisa saja saat dia nyimpan sesuatu yang gak kita ketahui."

"Udah berapa bulan?"

"Kayaknya sih baru mau ke 4 bulan ini."

"Hamil gede ya? Pantesan. Si cowok Dateng ke rumah gak?"

"Gak. Kayaknya si cowok gak tanggung jawab, Bu."

"Kasihan betul."

Vina tetap berdiri di tempatnya. Meskipun ia menghadap ke depan, ia masih bisa mendengar suara ibu-ibu tersebut. Beberapa saat kemudian mereka membicarakan orang lain dengan kasus yang sama. Vina teringat dengan berita yang ada di desa ini melalui internet. Kasus pemerkosaan dan hamil diluar nikah semakin meningkat.

Beberapa dari mereka mengatakan bahwa tidak pernah melakukan hubungan intim bersama kekasihnya. Serta diantara mereka mengatakan tidak pernah memiliki pacar dan tak pernah pula melakukan hubungan haram tersebut. Begitu ditanya dengan kasus pemerkosaan, desa mereka hidup dengan aman dan damai. Tidak ada kasus pemerkosaan sekalipun di desa itu. Namun, kenapa banyak sekali kasus ini?

"Ada yang gak beres disini." Ucap Vina dengan pelan.

"Vina!!!" Panggil Yuna yang baru saja keluar dari toko kelontong dengan satu kantong belanjaan.

"Ayo balik!" Ajak Yuna yang disambut anggukan dari Vina.

Mereka berdua berjalan menuju rumah penginapan.

"Yuna." Panggil Vina.

"Ya, Vin?"

"Aku tadi denger ibu-ibu lagi ngomongin anak orang yang hamil di luar nikah. Ini ngingetin aku sama gosip yang pernah aku baca di internet."

"Gosip tentang?"

"Kasus pemerkosaan dan hamil diluar nikah." Jawab Vina.

"Setauku desa ini aman-aman aja deh. Kok ada ya kasus macam itu?"

"Nah makanya itu, kebanyakan diantara anak remaja itu gak punya pacar atau gak pernah melakukan hubungan intim tersebut." Kata Vina.

"Bisa aja mereka punya rahasia yang gak  orang lain ketahui, kan?" Tanya Yuna.

"Benar. Tapi, kata ibu-ibu tadi banyak anak cewek yang hamil diluar nikah tanpa pasangan. Entah karena cowoknya gak mau tanggung jawab atau gimana? Who knows."

Yuna mengangguk. Ada beberapa alasan tentang kenapa Yuna dan Vina mendapatkan kata hati-hati dari ketua Tim. Vina hanya mengetahui kasus di desa ini. Sementara Bayu, entah apa dia lebih mengetahui desa ini atau tidak. Sementara Ilham tak mengetahui tentang desa ini selain pemandangan yang indah untuk mereka kunjungi.

....

Malam harinya, Yuna terbaring di kamarnya. Merasa bosan, ia pun berniat ke kamar Vina. Namun, saat keluar dari kamar. Gadis berambut hitam panjang itu justru bertemu Mbah Seno, pemilik rumah penginapan tersebut. Mbah Seno memperhatikan penampilan Yuna. Celana pendek sepaha, serta baju tanpa lengan yang ketat.

"Nduk, lek nek tempat liyo seng uduk asale samean, tulong dijaga cara berpakaiannya. Ojo lali, jaga sikap." Ucap beliau dalam bahasa Jawa.

Yuna terdiam saat melihat pria tua itu pergi begitu saja. Ia tak paham apa yang dikatakan oleh Mbah Seno. Kata 'tolong dijaga cara berpakaiannya' terus memutar di kepala Yuna.

"Kenapa sih? Perasaan pakaianku biasa aja." Kata Yuna dengan pelan. Ia pun mengetuk pintu kamar Vina sebelum gadis itu mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Gadis berambut panjang itu merebahkan diri di kasur Vina. Sementara Vina dengan menyisir rambutnya.

"Mbah Seno aneh."

"Kenapa sih?" Tanya Vina dengan lembut.

"Masa dia bilang ke aku untuk jaga cara berpakaianku. Emang aku aneh?"

Vina menoleh ke arah Yuna. Mendapati bagaimana cara berpakaian gadis itu. Ia terdiam sejenak untuk menyusun kata yang tepat agar tidak menyinggung hati temannya.

"Dia bilang apa?" Tanya Vina.

"Gak tau. Bahasa Jawa gitu loh. Yang aku tangkep cuman kata tolong dijaga cara berpakaiannya." Jawab Yuna.

Vina mengangguk. "Maaf nih, Yun. Tapi, cara berpakaian kamu terlalu ketat. Mungkin Mbah Seno gak mau kamu jadi korban kasus pemerkosaan."

"Ha? Ya ampun, Vin. Siapa sih yang mau melakukan pemerkosaan? Lagian kamar juga akan kita kunci." Jawab Yuna.

"Iya aku tau, tapi tolong dong. Kita di tempat lain loh. Di tempat asal kita, kita diminta jaga sikap, kan? Apalagi di tempat orang lain. Kita pendatang baru loh."

"Ya terus? Masa kita diminta buat nurutin aturan mereka?"

"Namanya juga rumah orang, Na. Sana balik ke kamarmu. Pakai baju yang longgar dan panjang. Ngerti?" Kata Vina yang disambut anggukan Yuna.

Gadis berambut panjang itu kembali ke kamarnya. Lalu mengunci pintu dan merebahkannya badan di atas tempat tidur.

"Males ah. Enak gini kalau tidur." Ucapnya dengan enggan.

WIS TAK KANDANI

Gadis berambut panjang itu kembali ke kamarnya. Lalu mengunci pintu dan merebahkannya badan di atas tempat tidur.

"Males ah. Enak gini kalau tidur." Ucapnya dengan enggan.

Yuna memejamkan matanya karena kantuk mulai menghampiri dirinya. Rasa lelah seharian berada di dalam mobil, membuat badannya terasa sangat pegal. Terdengar suara jangkrik di luar rumah penginapan yang berada pada area sawah. Jangkrik-jangkrik bernyanyi riang bersamaan dengan para katak.

Diikuti pula suara burung gagak yang bertengger di atas atap rumah. Sementara burung hantu bertengger di atas pohon apel penginapan. Saling sahut menyahut seolah bercerita tentang yang dilalui mereka para hari ini.

Yuna tertidur lelap di kamarnya tanpa sehelai selimut menutupi dirinya. Hingga gadis itu terbangun di tengah malam saat mendengar suara aneh. Seolah suara seseorang membuka pintu.

"Siapa sih?" Tanyanya sembari berjalan dengan setengah mengantuk ke arah pintu.

Pintu kamar Yuna terkunci semenjak ia kembali dari kamar Vina.

"Masih ke kunci kok. Aku tadi kayak denger suara orang buka pintu deh. Apa salah denger ya?" Ucapnya.

Gadis itu membuka pintu kamar dan melihat lorong-lorong gelap yang hanya diterangi dengan cahaya lilin. Tak ada siapapun di sana. Bahkan kamar-kamar lain juga tertutup. Yuna mengerutkan dahinya sembari menoleh ke kanan dan kiri.

Tak ada siapapun. Gadis berambut panjang itu kembali masuk ke dalam kamar serta mengunci pintunya. Perasaan aneh mulai mengikuti dirinya. Ia kembali ke tempat tidur. Namun, kini kedua telinganya mulai mendengar suara-suara aneh.

Raaaarrr.....

"Suara apa itu?" Tanya Yuna. Ia pun menoleh ke belakang. Tak ada siapapun.

Ia menoleh ke arah pintu, juga tak ada siapapun. Pintu masih tertutup. Yuna pun berjalan menuju jendela, membuka sedikit tirainya dan melihat keadaan sekitar. Seseorang tinggi besar tampak berdiri menghadap ke kamar gadis itu.

Perasaan takut mulai menghampiri dirinya. Bulu kuduk Yuna berdiri saat sosok tersebut menatap ke arahnya. Sosok tersebut menyeringai di tengah kegelapan malam yang hanya diterangi sinar rembulan.

Yuna segera menutup tirai kamarnya dan mulai bersembunyi di bawah selimut. Pikiran gadis itu masih berputar wajah menyeramkan dari sosok tersebut.  Ia benar-benar merasa takut. Suasana hening dengan jarum jam yang berdetak setiap detiknya, membuat jantung Yuna berdebar sangat kencang. Ia tak bisa kembali tidur dengan nyenyak setelah apa yang dia lihat.

"Tolong.... siapapun." Ucapnya.

....

Keesokan paginya, Vina menemukan Yuna keluar dari kamarnya dengan kelopak mata yang menghitam. Mereka berniat untuk sarapan terlebih dahulu sembari menunggu yang lain keluar dari kamar mereka.

"Yuna, selamat pagi!" Sapa Vina dengan senyum hangatnya.

"Pagi, Vin." Jawab Yuna dengan suara lemas.

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Vina dengan khawatir jika Yuna sakit.

"Gak apa-apa kok. Vin, semalem aku lihat sesuatu." Kata Yuna sembari menatap ke arah Vina yang sedikit lebih pendek darinya.

"Ada apa?"

Sebelum menjawab, Yuna menoleh ke sana kemari berharap tak ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua. Gadis itu pun menghela nafas sebelum akhirnya berbicara kepada Vina.

"Semalem aku denger suara aneh. Terus aku lihat di jendela ada sosok hitam gede tinggi gitu. Serem."

"Sosok hitam? Kayak gimana?"

"Berbulu lebat kayak monster. Itu makhluk apa sih?" Tanya Yuna yang semakin ketakutan saat menceritakan kejadian semalam.

Vina berpikir apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini. Seingat Vina, semalam ia tidur larut malam hingga jam 2 dini hari. Ia tak mendengar suara apapun dan saat melihat ke arah jendela hanya untuk melihat sinar rembulan, tak ada apapun di yang ia temui dibawah jendela.

"Kamu sudah bertemu dia?" Tiba-tiba saja istri dari Mbah Seno muncul di belakang mereka berdua.

"Eh Mbah, selamat pagi." Sapa Vina dan Yuna bersamaan.

"Selamat pagi. Yang kamu temui semalam itu adalah genderuwo. Mbah Seno sudah memberitahu kamu kalau harus menjaga cara berpakaianmu, kan?"

Yuna mengangguk.

"Kamu melihat dia karena dia sedang bernafsu untuk menyetubuhi kamu. Sebaiknya, malam ini kamu tidur dengan pakaian panjang dan longgar." Ucap wanita tua itu dengan suara lembut.

"Iya, Mbah."

Genderuwo adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. Genderuwo dikenal paling banyak dalam masyarakat di Pulau Jawa. Asal usul genderuwo dipercaya berasal dari arwah orang yang meninggal secara tidak sempurna, bisa akibat penguburan yang tidak sempurna ataupun kecelakaan sehingga arwah orang tersebut merasa penasaran dan belum mau menerima kematiannya.

Genderuwo sendiri dianggap sebagai makhluk mesum yang suka melakukan hubungan intim dengan para perempuan manusia. Sehingga beberapa wanita yang pernah melakukan hubungan intim dengan Genderuwo, mereka akan memiliki anak dengan makhluk mengerikan tersebut.

Mbah Seno, selaku pemilik penginapan serta pemimpi dari desa tersebut. Mengatakan bahwa pelaku pemerkosaan dan kehamilan diluar pernikahan adalah ulah dari genderuwo ini. Akan tetapi, para warganya tidak mempercayai hal tersebut. Banyak gadis remaja yang berpakaian tak senonoh dan menunjukkan lekuk tubuhnya. Hingga pada malam hari, genderuwo akan mendatangi mereka dan mulai melakukan hubungan intim tanpa disadari oleh para gadis itu.

Genderuwo dipercaya tinggal di sebuah pohon Gayam. Tumbuhan ini berbentuk pohon, dengan tinggi mencapai 20 m, diameter kanopi sekitar 15-16 m. Kayunya bermanfaat untuk membuat perlengkapan rumah seperti tempat tidur. Daun gayam berwarna hijau tua, letak anak daunnya berselang-seling. Ada pula yang berkata bahwa, sejak dahulu kala, pohon sawo kerap dikait-kaitkan dengan keberadaan makhluk halus genderuwo, Pohon ini menjadi tempat tinggal makhluk gaib kasta tinggi. Penunggu pohon ini terkadang berwujud seperti punokawan dalam pewayangan.

Mbah Seno berusaha menebang pohon sawo, pohon Gayam dan pohon lain yang dipercaya sebagai sarang genderuwo. Namun, tetap saja cara itu tak berhasil.

Mbah Seno selalu melakukan ritual pada malam Jumat untuk menyingkirkan genderuwo itu dari desanya. Akan tetapi, justru yang ia lakukan gagal dan malah membuat korban pemerkosaan dari genderuwo semakin meningkat. Warga juga tak bisa diajak kerja sama. Sehingga Mbah Seno mulai menyerah untuk menyingkirkan genderuwo itu.

...

"Wuhuuuu!!! Akhirnya kita ke pantai!!! Weh keren gila!" Kata Dava sembari mengambil potret pantai.

Roni, Yuna dan Ilham berjalan di belakangnya dengan membawa barang untuk bersantai. Sementara Vina dan Bayu berada di belakang sendiri.

"Gimana tidurmu semalem?" Tanya Bayu dengan gugup. Ia tak berani menatap Vina karena takut jantungnya bisa lepas. Bercanda.

"Nyaman kok." Jawab Vina dengan senyum manisnya.

Mereka mulai mendirikan tenda dan menyiapkan makan siang. Yuna dan Vina ditugaskan untuk memasak. Sementara anak laki-laki ditugaskan untuk mendirikan tenda. Setelah semua selesai, mereka mulai berenang menuju lautan. Hanya Bayu dan Vina yang hanya duduk di tenda.

Hari ini Vina sedang datang bulan, sementara Bayu memang mencari kesempatan untuk bisa bersama gadis yang ia sukai. Diliriknya gadis berambut sebahu tersebut. Hanya memakai celana pendek selutut dengan kemeja berlengan pendek. Gadis itu tampak sangat menikmati pemandangan alam pantai ini. Ia tak berhenti mengambil potret melalui ponsel miliknya.

Bayu melihat yang diambil oleh Vina hanya gambar berupa langit pantai berwarna biru muda dengan awan putih menghiasinya.

"Kamu suka langit?" Tanya Bayu yang terfokus pada kamera Vina.

"Iya. Aku suka langit." Jawab gadis itu.

"Banyak juga yang kamu ambil."

"Aku suka langit dengan segala cuacanya." Jawab gadis berambut sebahu itu sembari tersenyum.

Bayu mengangguk. "Apa yang paling favorit menurut kamu?"

"Langit biru."

Bayu kembali mengangguk. Pria berkulit sawo matang itu mengangkat kepalanya dan melihat langit biru yang dipenuhi dengan awan putih. Terlihat sangat indah. Meskipun mata akan sakit melihatnya saat siang hari karena cahaya dari matahari. Diliriknya gadis berambut pendek tersebut. Ia tampak menikmati indahnya langit dan lautan yang berpaduan warna biru.

"Perasaanku padamu seluas lautan biru. Beriku sedikit peluang untuk mengenalimu." Terdengar Dava menghampiri mereka berdua dengan nyanyiannya.

Pria tersebut duduk di sebelah Vina dan mengambil air botol yang diberikan gadis tersebut. Dengan segera ia meminum air mineral pada botol itu.

"Seneng banget nih kayaknya." Ledek Vina.

"Iya dong. Lihat lautan berasa melihat masa depan."

"Apa maksudmu?" Tanya Bayu yang tak paham dengan ucapan Dava.

"Indah." Jawab Dava. Seketika dua orang disebelahnya mengangguk mengerti. Melihat masa depan yang indah. Itu maksud dari ucapannya.

Pria tersebut masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Tidak ada 15 detik, ia sudah tertidur pulas dengan suara dengkuran. Bayu dan Vina yang mendengarnya hanya bisa terkekeh pelan.

"Dia capek banget pasti." Ucap Bayu.

"Iya pastinya. Yang di sana malah sibuk nyari kerang." Kata Vina sembari menunjuk ke arah Yuna, Ilham dan Roni.

Bayu menoleh ke arah yang dimaksud Vina. Mereka tampak mengumpulkan beberapa kerang dan memasukkannya ke dalam ember kecil. Roni yang biasanya sangat emosian dan bersikap paling dewasa. Kini ia mirip seperti anak kecil saat bersama Ilham dan Yuna.

"Roni anteng banget kalau sama mereka." Kata Bayu.

"Benar. Biasanya dia kayak preman." Ucap Vina yang menyetujui ucapan Bayu.

"Dia bisa diatur itu udah bagus sih. Aku capek ngadepin dia kalau udah emosi begitu. Tapi, giliran sama Ilham, dia kayak nurut banget."

"Ilham spek emak-emak sih. Dia kalau marah kan kayak emak-emak yang lagi ngomelin anaknya." Kata Vina sembari tertawa pelan.

"Bener juga. Ngeri tau lihat dia marah begitu. Kayak wah aku aja merinding."

"Berasa lihat hantu." Kata Vina yang disetujui anggukan dari Bayu.

"Bay, ngomong-ngomong tadi Yuna bilang ke aku. Katanya semalem dia lihat genderuwo." Ucap Vina.

Mendengar itu, Bayu terdiam sejenak sembari menatap gadis berambut pendek itu. Sebelumnya dari kasus yang ada di desa ini disebabkan oleh genderuwo. Bayu sudah mengetahui ini sebelumnya dari Mbah Seno sendiri. Semalam, Bayu bertemu Mbah Seno berada di ruang tamu. Saat itu, Bayu hendak untuk kembali ke kamarnya.

Saat itulah, Mbah Seno memberikan saran kepada Bayu sebagai ketua tim Traveler. Pria tua itu meminta tolong kepada Bayu untuk memberitahukan teman-temannya supaya mereka bisa menjaga sikap. Terutama Yuna yang diminta untuk menjaga cara berpakaiannya.

"Gitu ya. Vin, kamu bisa tolong aku?" Tanya Bayu dengan tatapan yang serius saat melihat ke arah Vina.

"Boleh."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!