NovelToon NovelToon

Menjadi Suami Kilat CEO Cantik

Bertahan Dengan Satu Cinta

"Segar sekali."

Daris menikmati udara pagi di taman mansion yang indah, dengan wangi bunga bermekaran.

Lampu kristal taman baru saja dimatikan. Kemilau embun sirna di pucuk dedaunan.

"Serasa mimpi. Tiga hari lalu aku masih tinggal di rumah petak."

Mansion ini milik keluarga Felicia, pacarnya semasa SMA.

Tiga tahun mereka menulis cerita indah. Setelah lulus, mereka hilang kontak. Felicia melanjutkan studi ke London.

Kemudian mereka bertemu dalam reuni SMA.

"Apa tidak kecepetan, Fel?" tanya Daris saat Felicia membahas soal pernikahan. "Kita baru bertemu setelah delapan tahun tanpa kabar."

"Tiga tahun di SMA sudah cukup untuk mengenalmu," sahut Felicia. "Aku tahu kau bertahan dengan satu cinta, kau hidup menjomblo sejak kepergianku."

Daris tidak tahu, bertahan dengan satu cinta atau inferior untuk mencari pacar baru. Kemewahan hidupnya tersapu bencana sehingga ia tak pantas dicintai perempuan terhormat. 

"Setelah kembali ke tanah air, aku mencari kabarmu lewat teman-teman," kata Felicia. "Kamu seperti hilang ditelan bumi, sampai aku bertemu dengan circle bestie mu semasa SMA dan menggagas untuk reuni."

Mereka inilah yang menghantarkan Daris ke pelaminan. Pesta perkawinan dilaksanakan di hotel bintang lima dan berlangsung sangat meriah.

Mereka adalah sahabat yang ingin membalas kebaikan Daris dengan drama kolosal yang berbahaya.

Daris sempat khawatir, cinta menguasai segalanya, tapi apakah mungkin mengalahkan segalanya?

Satpam datang dan mengangguk hormat. 

"Selamat pagi, Tuan."

"Ya. Ada apa?"

"Tuan ditunggu Nyonya di depan."

Tuan. Panggilan itu disematkan sejak resepsi di Luxury. Biasanya dipanggil akang.

"Kata Nyonya secepatnya."

"Ya."

"Saya permisi, Tuan."

"Ya."

Felicia seakan tak bisa jauh darinya. Padahal Daris meninggalkan istrinya belum satu jam.

Sudah tiga hari Felicia berkeramas tanpa dikeringkan, seolah ingin memberi tahu seisi rumah bahwa semalam terjadi sesuatu yang indah.

Pamer kemesraan belum hilang sejak SMA. Felicia selalu menggandeng lengan Daris bila tampil di depan umum. Ia pantas bangga menjadi pacarnya.

"Aku berharap Felicia sampai tua masih bucin." Daris tersenyum sendiri. "Laksana gurita, makin tua makin biru tintanya."

Daris melangkah sedikit cepat. Ia tidak mau Felicia menunggu lama. Istri seanggun bidadari perlu dimuliakan dengan perhatian istimewa.

Daris sebenarnya risih sepanjang hari selalu bersama. Tapi Felicia menciptakan segalanya jadi biasa, sehingga ia terhanyut dalam derasnya cinta masa lalu.

Karena Daris hanya punya masa lalu.

Tiga hari di mansion serasa tiga menit. Bukan saja indahnya kamar pengantin yang memanjakan Daris, kesempurnaan cinta juga.

Tapi pesona pengantin baru itu tiba-tiba buyar.

"Jahanam!"

Sebuah hardikan menyambut kedatangan Daris di beranda. Wajah yang sangat menawan itu tampak sangat kejam dengan bola mata bening berkilau memancarkan kemarahan.

"Kau sudah membohongi diriku! Aku benci kamu!"

Daris terkejut. "Membohongi apa, beb?"

"Jangan panggil aku beb! Aku muak dengan panggilan itu!"

Padahal Felicia biasanya marah kalau tidak dipanggil beb, panggilan mesra sewaktu SMA. Ada kejadian apa sampai ia demikian murka?

Daris sampai tidak mengenali perempuan yang berdiri di depan pintu itu.

"Kau ternyata bukan pengusaha soto mie! Kau cuma tukang soto mie di Alun-alun!"

"Aku tidak pernah mengaku pengusaha soto mie," sahut Daris pahit. "Aku sudah berusaha menjelaskan, tapi kau tidak percaya."

Kesalahan berawal dari kicauan Rido yang menyebutnya pengusaha soto mie saat reuni. Teman-temannya percaya karena melihat latar belakang keluarga. Ketika Daris berusaha mengklarifikasi, mereka menganggap dirinya rendah hati seperti dulu.

Padahal kehidupannya benar-benar sudah berubah! Ia bukan lagi Daris anak miliarder! 

Mereka baru percaya menjelang akad nikah. Tapi sudah terlambat. Kepalang basah, mereka iuran untuk mengadakan pesta secara eksklusif dan tertutup untuk wartawan.

"Aku minta kau pergi detik ini juga! Dan jangan pernah kembali!"

Dengan marah Felicia mendorong travel bag yang berisi pakaian suaminya.

Travel bag meluncur deras dan berhenti membentur kaki Daris.

Daris memandang tak percaya.

"Beb...."

"Jangan panggil aku beb!" bentak Felicia gusar. "Apa perlu aku lapor polisi karena kau sudah menipu diriku?"

Daris tahu Felicia tidak main-main dengan ancamannya. Ia memiliki kekuatan untuk merekayasa kasus sehingga kehormatan keluarga terjaga.

Meski itu bukan sifatnya.

"Aku tidak pernah menipu dirimu," kata Daris sabar. "Kau sudah kena prank mereka."

"Akan kuseret semua temanmu ke meja hijau! Mereka telah memperdaya diriku!"

"Mestikah itu?"

"Jika kau tidak segera pergi!"

Daris mencoba memadamkan api yang berkobar dengan siraman sejuk sinar matanya.

"Kita baru tiga hari menikah...."

"Tiga menit pun aku tidak ragu untuk mengusirmu!"

Kehormatan adalah segalanya bagi Felicia. Ia berani berbuat apa saja demi nama baik dirinya. Apa kata orang nanti kalau puteri tunggal konglomerat mempunyai suami tukang soto mie?

Dengan segala cara Felicia akan berusaha menghapus jejaknya!

Meski itu bukan kebiasaannya.

"Seharusnya aku tahu dari pakaianmu kalau kau tukang soto mie!"

"Kesadaran datangnya selalu terlambat," sahut Daris getir. "Maafkan aku sudah mengecewakan dirimu."

"Bukan cuma mengecewakan! Kau sudah membuat aku rugi banyak!"

"Kau merasa rugi setelah percaya siapa diriku," ujar Daris tercekat. "Padahal aku sudah mengingatkan sebelumnya, tapi...."

"Tapi mataku dibutakan oleh masa lalu, pasti itu yang mau dikatakan!" sambar Felicia sengit. "Sebelum buta segalanya, aku harus mengakhiri sesegera mungkin!"

Felicia pasti sudah melihat gawainya. Ada beberapa foto dirinya yang lagi jualan soto mie di Alun-alun.

Kiriman dari teman jualan yang memfoto secara diam-diam.

Daris tidak biasa memfoto diri sendiri.

"Mau ke mana?" sergah Felicia saat Daris hendak melangkah masuk. "Aku bilang pergi dari rumahku!"

"Ijinkanlah aku untuk ganti pakaian," pinta Daris datar. "Aku pasti jadi tontonan kalau keluar dari mansion dengan tampilan seperti ini."

"Kaos crew neck dan celana kargo short sudah kebagusan untuk tukang soto mie!" dengus Felicia sinis. "Pantas bestie mu ngasih kado pakaian bermerek! Rupanya untuk menutupi belangmu!"

"Aku tidak pernah menutupi belangku," bantah Daris sabar. "Pernikahan terjadi karena kebodohanmu sendiri. "

"Oke! Aku bodoh! Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu untuk menutupi kebodohanku! Tapi jika berkicau pun terserah! Orang pasti tidak percaya kalau tukang soto mie pernah jadi suami puteri konglomerat! Jadi apa lagi yang membuatmu pantas masuk ke rumahku?"

"Berilah aku kesempatan untuk mengambil barang-barangku."

Daris berusaha sabar. Ia tidak mungkin bertahan untuk tinggal karena sudah diusir. Ia masih punya harga diri.

"Arloji dan gawaiku ada di kamar."

Felicia berteriak memanggil pelayan, "Ineeem!"

Seorang perempuan muda datang tergopoh-gopoh membawa arloji dan gawai.

"Kasih ke tukang soto mie!"

Inem bingung. "Tukang soto mie?"

"Yang berdiri di depanmu!"

"Tuan Muda maksudnya?"

"Jangan panggil lagi Tuan Muda!"

Dengan ketakutan Inem menyerahkan gawai dan arloji ke Daris, lalu pergi lagi ke dalam.

"Apa lagi yang kau tunggu?" bentak Felicia bengis. "Cepat pergi!"

Daris menyeret travel bag dengan separuh hati hancur.

Kau Menabur Angin Aku Menuai Badai

Dengan lesu Daris berjalan di trotoar sambil menyeret travel bag. Tak dihiraukan bunyi klakson angkutan kota yang kejar setoran.

Daris tak mungkin kembali ke mansion untuk mengambil dompet yang ketinggalan. Pintu gerbang sudah tertutup rapat.

"Nanti dikirim lewat paket," kata Satpam. "Saya hanya menjalankan perintah."

Masa lalu sudah membuat hatinya tercampakan. Tapi bahtera rumah tangga sudah seharusnya tidak dilanjutkan. Mereka berlayar dengan perahu yang salah.

   

Daris menyayangkan, mereka mestinya berpisah secara baik-baik. Sejak kebangkrutan ayahnya, ia selalu menerima apapun perlakuan orang lain. Ia hilang kemampuan untuk menyuarakan hatinya.

Kemampuan Daris terkuras untuk membangun kembali kehidupan keluarga. Ia berjualan soto mie untuk membiayai kuliah sampai lulus.

"Kau seharusnya mendapat gelar SSM," kata Rido saat wisuda. "Bukan SM."

"Swiss School of Management?"

"Sarjana Soto Mie."

Daris tidak meratapi perjalanan hidupnya yang terjun bebas, di mana ia biasa naik turun mobil mewah kemudian naik turun mobil pick up belanja bahan.

Daris ingin menjadi pelindung yang kokoh bagi kedua adiknya. Ratapan hanyalah milik orang yang berputus asa.

Daris kehilangan selera untuk membina rumah tangga, padahal usia sudah cukup, hingga kemudian muncul perempuan dari masa lalu dan mengikat janji suci, untuk dihempaskan.

"Felicia benar-benar kelewatan," keluh Daris. "Ia melampiaskan kebodohan cintanya kepadaku."

Tapi Daris tidak dendam dan benci. Perasaan itu hanya membuat hatinya makin terpuruk dan sulit bangkit kembali.

Ayahnya terkurung dalam lingkaran dendam, dengan memenjarakan istri muda yang memperdaya dirinya. Lalu apa yang terjadi? Dua-duanya terjatuh.

Kemudian ayahnya pergi selamanya mewariskan penderitaan untuk anak dan istri.

Daris menjadikan sejarah ayahnya sebagai cermin.

"Awas!"

Tiba-tiba terdengar teriakan dari kaki lima. Tapi terlambat. Daris tersungkur jatuh terserempet sedan dan mukanya belepotan kecipratan air kotor dari kubangan yang terlindas ban.

Orang-orang berdatangan mengerubungi Daris yang berusaha bangkit.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya bapak-bapak yang membantunya berdiri. "Tanganmu berdarah."

"Cuma lecet," sahut Daris menahan perih.

"Baiknya ke dokter," saran ibu-ibu. "Takut kena infeksi."

"Dikasih obat luka saja cukup."

"Dasar orang kaya brengsek!" geram pria berkumis sambil mendelik ke arah perginya sedan. "Bukan tanggung jawab, malahan kabur!"

Daris tersenyum. "Ia bukan tidak bertanggung jawab, tapi takut melihat kalian bawa senjata tajam."

"Orang seperti itu harus dikasih pelajaran!" tukas pria berbadan atletis. "Sudah tahu jalanan sempit, ugal-ugalan!"

"Barangkali lagi diburu waktu."

"Diburu waktu apa?" gerutu pemuda kerempeng. "Kebelet ke toilet, atau sudah ditunggu check in?"

Daris merasa tidak enak berbantahan dengan mereka, meski ia menentang keras main hakim sendiri.

Pengendara jadi takut bertanggung jawab.

"Kamu lagi cari alamat siapa?" selidik wanita berumur. "Kok kayak orang bingung?"

"Saya lagi cari rumah teman," sahut Daris asal, padahal bingung mau pulang ke mana. Ia kuatir ibunya jatuh sakit mendengar perkawinan kilat ini. "Tapi alamatnya lupa-lupa ingat."

"Kan bisa di call?"

"Nomornya ganti."

"Duh, repot. Namanya siapa?"

Daris mengingat-ingat teman kuliahnya yang tinggal di sekitar jalan ini.

"Fiona."

"Selebgram itu ya?"

"Kok ibu tahu?"

"Aku follower-nya. Dari sini rumahnya lumayan jauh, kira-kira dua ratus meteran, mendingan naik angkot."

"Saya biasa jalan. Terima kasih atas bantuan kalian. Mari semuanya."

Daris pergi diiringi pandangan heran mereka. Teman selebriti kok jalan kaki? Pakai celana pendek dan kaos oblong pula!

Sepanjang jalan Daris jadi perhatian orang. Ia masa bodoh. Bagaimana lagi? Mereka pasti curiga kalau ganti baju di pinggir jalan!

"Felicia seolah ingin membuatku malu," keluh Daris. "Padahal apa salahku? Perkawinan itu terjadi karena ia tak percaya padaku."

Daris sedikit terbantu dengan lalu lalang wisatawan asing yang berpakaian serupa.

Sebuah mobil SUV berhenti di pinggir jalan di dekat Daris.

Pengemudinya segera turun dan berseru kaget, "Daris!"

Daris tersenyum kecut melihat mata Rido hampir meloncat ke luar seolah ketemu hantu di siang bolong.

"Boleh aku nebeng?" tanya Daris. "Dompetku ketinggalan."

Rido membuka bagasi menyimpan travel bag, lalu mereka masuk ke mobil.

"Mau cerita sekarang atau sambil lunch di brasserie?" tanya Rido sambil menjalankan mobil cukup kencang. "Aku tidak diburu waktu untuk mendengarkan."

"Kamu yang menabur angin aku yang menuai badai."

"Apa yang terjadi?"

"Aku sengaja meninggalkan handphone di kamar untuk membuktikan ucapan kita. Ketika ucapanku terbukti benar, aku justru merasa sakit. Cinta, tahta dan harta tidak bisa saling meniadakan. Aku diusir."

Rido terkejut.

"Kamu dibilang penipu."

"Kok penipu? Aku kan ngomong apa adanya. Kamu pengusaha soto mie, jadi bos bagi diri sendiri, dan sukses menyekolahkan kedua adikmu."

"Bukan pengusaha seperti itu yang dimaksud."

"Felicia saja view-nya ketinggian."

"Kalian edan. Tukang soto mie disejajarkan dengan CEO perusahaan besar. Standar orang gila saja tidak begitu."

Daris menghadiri reuni gara-gara ditipu Rido, dengan modus mentraktir makan siang di hotel berbintang.

"Aku tidak menyangka bakal begini akhirnya," gumam Rido kecewa. "Aku kira Felicia akan bertahan dengan cintanya dan menerima dirimu apa adanya."

"Felicia cukup waras untuk mendepak tukang soto mie dari ranjangnya."

"Ia bisa mengangkatmu jadi pegawai untuk menjaga kehormatannya."

"Jadi manajer sepertimu? Mana bisa dari nol? Lagi pula aku ingin meneruskan usaha kakekku."

"Makanya aku menyebutmu pengusaha."

"Sudah deh."

"Aku tahu CEO itu bucin banget sama kamu."

"Sekarang ilfil banget setelah tahu persis siapa diriku."

"Aku pikir cuma kemarahan sesaat, sebentar lagi pasti kamu diminta pulang."

"Kau tidak tahu bagaimana murkanya Felicia, aku sampai tak percaya wanita seanggun bidadari bisa menjadi nenek sihir yang kejam dan bengis."

"Kau ingin aku bicara dengannya?"

"Kau mau bicara apa? Minta Felicia menerimaku kembali? Pada saat itu aku mencoretmu dari sahabatku."

"Aku tahu cintamu untuk siapa."

"Felicia sudah menghapus jejak masa lalu."

"Bohong besar kalau Felicia mampu menghapus jejakmu. Delapan tahun ia mencari dirimu, delapan tahun pula aku menyembunyikan kabarmu. Apa cuma lantaran kau tukang soto mie ia rela menyia-nyiakan cintanya? Sampai detik ini aku tetap yakin cinta bisa mengalahkan tahta dan harta."

"Sudahlah, jangan menciptakan masalah baru. Sekarang bantu aku mencari tempat tinggal untuk menenangkan pikiran. Aku tidak mungkin pulang ke rumahku."

"Untuk berapa lama?"

"Entahlah."

"Kalau entahlah, tinggal saja di rumahku. Aku kira lokasinya cocok untuk move on."

"Kejauhan."

"Kejauhan dari mansion Felicia?"

"Kejauhan dari tempat jualanku!"

"Jadi kau ingin kembali jualan?"

"Kerja apa lagi? Adikku butuh biaya."

"Kalau begitu pulanglah ke rumahmu. Kau tidak bisa bersembunyi dari ibumu."

"Aku minta nomor rekening kalian."

"Buat apa?"

"Felicia mengganti semua biaya wedding party yang dikeluarkan kalian."

Padahal Daris tidak mau menerima uang itu.

Pacar Untuk Selamanya

Felicia berdiri di dekat jendela besar kamar dengan air mata membasahi pipi. Hatinya sakit. Kecewa. Hancur. Ia benci pada dirinya yang terkecoh oleh masa lalu.

Felicia tidak tahu apa yang terjadi dengan Daris, seorang anak pengusaha besar tiba-tiba turun kasta jadi tukang soto mie.

"Apa Daris diusir dari rumah karena menentang keinginan orang tua?" ujar Felicia lirih. "Di penghujung SMA tersiar kabar ia hendak dijodohkan dengan Fiona, teman sekelas ku."

Setelah itu mereka hilang kontak. Tapi Daris tidak pernah muncul di media sosial Fiona, sebagaimana layaknya calon suami.

Fiona tidak mungkin menyembunyikan hubungan mereka untuk mendongkrak popularitas.

Felicia kira perjodohan mereka batal. Daris pernah bilang kalau dirinya adalah pacar untuk selamanya.

"Aku ogah jadi pacar untuk selamanya," kata Felicia. "Kita nggak married dong? Aku ingin dirimu jadi my husband ... forever."

"Istri rasa pacar."

"Maksudnya gimana sih? Aku gak ngerti."

Daris tidak mampu menjelaskan. Usia enam belas belum mengerti betul tentang kanvas kehidupan.

Manakala Daris mengerti cukup jelas justru tidak memiliki kehidupan jelas. Tukang soto mie belum masuk daftar calon suami di urutan paling bawah pun.

Untuk bangsawan modern seperti dirinya, berumah tangga bukan hanya butuh cinta, butuh tahta dan harta juga.

Felicia melihat Daris seperti melihat ulat pada sepotong pizza. Menjijikkan!

"Aku jadi merasa berdosa," kata Inka, sahabatnya sejak SMA. "Mamiku penggemar soto mie Alun-alun, menurut mamiku tukang soto mie itu cocok jadi bintang sinetron, aku kaget banget pas ditunjukkan fotonya."

Inka adalah pemilik rumah produksi yang cukup ternama. Ia lagi mencari pemeran utama untuk sinetron terbaru, tentang cerita cinta tukang soto mie.

"Kamu justru jadi penyelamat hidupku," sahut Felicia lewat gawai. "Kalau pegawaiku tahu, mau ditaruh di mana mukaku?"

"Berarti aku batalkan casting untuknya, padahal Daris cocok naik kelas jadi bintang sinetron. Ia pasti menjiwai perannya."

"Kau tahu apa yang harus dilakukan. Jika aku sudah terlanjur kecewa, maka aku akan membersihkan orang-orang yang berkepentingan dengannya dari circle bestie ku."

"Juga atas nama masa lalu?"

Label tukang soto mie membuat masa lalu terasa memalukan. Padahal sudah delapan tahun terpelihara dalam penantian!

"Aku sudah menghapus jejaknya."

Felicia sudah menghapus cerita masa lalu dari relung hatinya. Daris adalah satu nama yang telah terkubur tanpa nisan.

Felicia akan mengirim pengacara untuk mengurus perceraian. Ia perlu menyusun strategi agar rekan bisnisnya tidak tahu kalau dirinya pernah jadi istri tukang soto mie.

"Cukup kau yang tahu bencana rumah tanggaku."

"Kapan aku high key? Cepat move on ya."

Inka tahu risikonya bila berkhianat. Beberapa film televisi pasti mangkrak kehilangan sponsor.

Felicia dapat menenggelamkan kehidupan seseorang tanpa perlu terlibat. Ia akan membalas dengan kejam bila hatinya tersakiti.

Fiona sampai detik ini sulit untuk sekedar casting saja. Felicia sudah memaafkan dosanya yang coba merebut Daris di awal pacaran, tapi mengulangi lagi pada putera kolega ayahnya sehingga perjodohan berantakan.

"Daris sebetulnya tidak bersalah," keluh Felicia nelangsa. "Ia sudah berusaha bercerita tentang dirinya. Tapi ia sudah mengambil banyak dariku!"

Ada pria mencolek pipinya saja dilaporkan ke polisi. Beberapa pria hidung belang sampai kapok. Ia sangat menjaga kehormatan dirinya.

Sewaktu SMA, jadi pacar Daris adalah sebuah kebanggaan. Tapi sekarang, bersanding dengannya adalah sebuah kenistaan!

Felicia menghapus sisa air mata di wajahnya ketika pintu kamar dibuka dari luar. Bunda muncul dan menghampiri.

Hanya ibunya yang berani masuk tanpa mengetuk pintu.

"Aku mendengar kabar kurang sedap dari orang rumah," kata Bunda. Ia baru pulang dari suatu urusan. "Apa yang terjadi?"

"Semua ini gara-gara Bunda," gerutu Felicia ketus.

"Gara-gara aku?" pandang Bunda bingung. "Apa salahku?"

"Bunda mendesak aku untuk buru-buru menikah. Akhirnya aku kehilangan akal sehat, memilih pria sembarangan."

"Coba ceritakan duduk perkara yang sebenarnya," pinta Bunda sabar. "Aku kaget dengar cerita dari mereka, dan sekarang tiba-tiba disalahkan."

"Kan Bunda sama Daddy minta aku cepat menikah! Kuatir aku jadi perawan tua!"

"Kami khawatir melihat perilakumu. Usia makin matang bukan makin selektif, tapi makin banyak laki-laki yang dibawa ke rumah."

"Karena Bunda sama Daddy banyak syarat, jelas banyak laki-laki diperkenalkan karena banyak yang tidak memenuhi syarat."

"Wajar dong selektif untuk anak semata wayang. Kalau terjadi KDRT, bagaimana? Kasihan puteri Bunda."

"Nah, sekarang pria yang berkepribadian itu ternyata tidak memenuhi syarat secara sosial."

"Masa tidak memenuhi syarat? Daris kan pengusaha soto mie. Dibanding dirimu memang tidak ada apa-apanya, tapi kan pengusaha."

"Daris itu bukan pengusaha soto mie! Tapi tukang soto mie di Alun-alun!"

Bunda terkejut. Bagaimana tukang soto mie sampai lolos seleksi jadi tuan muda di mansion ini? Celaka! Daddy pasti marah besar!

"Sebelum menikah, kamu bilang pengusaha soto mie," kata Bunda tenang. Ia terlalu sayang untuk marah kepada puteri tunggalnya. "Sekarang sesudah menikah, kamu bilang tukang soto mie. Memangnya tidak dicari dulu kebenarannya profesi Daris itu apa?"

Perlahan air mata Felicia jatuh menitik, suaranya terdengar pilu, "Aku silau oleh masa lalu, Bun. Daris adalah pacar pertama ku semasa SMA. Papinya pengusaha sukses. Delapan tahun kami hilang kontak tanpa aku mengerti. Lalu ia hadir sebagai tukang soto mie, tanpa aku mengerti juga."

"Salah aku juga." Dengan lembut Bunda membelai rambutnya. "Aku terlalu percaya pada anakku sehingga tidak menyelidiki dulu siapa ia sebenarnya."

"Dalam tiga hari aku jadi janda, Bun. Sebab pernikahan ini tidak mungkin diteruskan."

"Aku mendukung apapun keputusanmu kalau itu yang terbaik bagimu. Tapi seharusnya kalian berpisah secara baik-baik. Daris pasti sakit hati, dan tidak tertutup kemungkinan mengoceh di media sosial. Perkawinan kalian adalah aib bagi keluarga kita."

"Kalau Daris berani membongkar cerita kelam ini di depan publik, aku bersumpah akan membuat hidupnya menderita."

"Sekarang Daris sudah menderita. Aku tahu separuh jiwanya untukmu. Dan aku tahu kamu pun...."

"Cerita cinta itu telah dikubur dalam-dalam! Dan aku tidak menyesal dengan kisah tragis rumah tanggaku!"

"Aku harap begitu. Jangan sampai terjatuh gara-gara cinta. Masa depan perusahaan ada di tanganmu."

Felicia sadar betul, ada pertaruhan besar jika dirinya terpuruk. Sekarang ia memilih untuk tidak percaya pada cinta!

"Berarti bulan madu keliling Eropa dibatalkan," kata Bunda. "Padahal Daddy sudah berkoar pada circle golfnya kalau kami akan mengawal perjalanan bulan madu kalian, sekalian merayakan perkawinan perak yang tertunda."

"Kita tetap pergi keliling Eropa. Cukup aku sendiri merasakan kegagalan rumah tanggaku. Jika circle ku sampai tahu, maka jadi masalah besar. Bunda tahu bagaimana sikapku kalau tertimpa masalah besar."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!