“Astaga.. Ini.. Ini tidak mungkin.. Tidak mungkin aku.. Hamil..”
Angie menatap tidak percaya pada alat test pack strip yang berada ditangannya, alat itu menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Angie berharap ini hanyalah mimpi, dia kemudian mencoba untuk yang kedua kalinya, dan hasilnya sama saja.
Angie menutup mulutnya, yang hampir saja menangis. Karena kesalahannya meminum alkohol saat pesta kemarin, dirinya tertidur dengan seorang lelaki dalam kondisi mabuk, entah apa yang mereka lakukan, tapi yang jelas dirinya terbangun tanpa pakaian sehelaipun, begitupula dengan lelaki itu.
“Bagaimana ini ??” Angie memasukkan testpack ke dalam kantongnya, dan kemudian keluar dari kamar mandi tanpa di curigai siapapun. Bahkan Angie menyembunyikan ekspresi ketakutannya sebelumnya itu, dia kemudian menyapa beberapa temannya.
“Hey, Jen..”
“Oh, Angie !! Ryan mencarimu, kemana saja kau ?? Dia tadi bertanya kemana kau pergi.” Ujar Jen, teman dari Angie.
“Uhh.. Hanya ke kamar mandi sebentar, aku akan ke kamarnya sebentar lagi.”
“Sebaiknya kau secepatnya kesana, kau tahu betapa berbahayanya Ryan saat mengamuk ??” Ujar Jen, Angie mengangguk.
“Baiklah, aku akan segera kesana. Terima kasih, Jen.”
Lalu Angie bergegas ke arah sosok bernama Ryan itu. Ah, mereka bukan sepasang kekasih atau suami istri, Angie adalah seorang perawat yang bekerja pada CMH (Criminal Mental Hospital). Atau lebih jelasnya adalah rumah sakit jiwa khusus untuk para penjahat yang dinyatakan gila dan kehilangan kewarasannya, dan terbebas dari hukuman penjara. Karena disini, mereka sudah seperti berada di penjara, apalagi disini sangatlah ketat, dan para perawat juga bukan seorang suster biasa.
Ryan, adalah nama pasien khusus untuk Angie, anehnya Ryan sangat menurut dan patuh kepada Angie. Padahal dengan perawat lainnya, Ryan akan bertingkah tidak peduli dan bahkan acuh, tapi dengan Angie, Ryan sedikit berubah ya entah benar-benar berubah atau hanya akting semata, tapi setidaknya dia menjadi lebih baik.
Kembali ke cerita..
Angie kemudian memasuki ruangan nomer 3, yang dimana adalah ruangan atau kamar dari Ryan. Kenapa nomer terkecil ?? Karena disini terdapat aturan, jika nomer ruangan di bawah 10, maka pasien yang dirawat semakin berbahaya dan agresif. Ryan sudah membunuh kedua orang tuanya dan juga kakak kandungnya sendiri, bahkan Ryan juga sering menyerang perawat yang mencoba mendekatinya, hanya Angie yang tidak dia serang.
Pintu ruangan terbuka, Angie terkejut mendapati Ryan duduk di kursinya menatap ke arahnya dengan tatapan intensif. Angie kemudian masuk dan menutup pintu kembali, dan memandang ke arah Ryan dengan sedikit gugup.
“H.. Hey..”
“Kenapa kau menghindariku, selama tiga hari ini ?!” Ujar Ryan dengan nada kesalnya.
Angie hanya berdiam dan gugup disana, karena dirinya memang sengaja menghindari Ryan, setelah peristiwa malam itu.
Flashback..
“Hoam.. Ke.. Kepalaku.. Eh ?? Dimana aku ??”
Angie terbangun di pagi hari, dan terkejut mendapati dirinya tidak berada di kamarnya sendiri. Dia kemudian menolehkan kepalanya, dan terkejut bukan main saat mendapati dirinya tertidur tidak sendiri, melainkan dengan Ryan.. Ya, Ryan pasiennya itu, dia kemudian terbangun, dan menyadari jika dirinya..
“Ke.. Kenapa aku tidak pakai baju ?? Dan.. Ke.. Kenapa Ryan juga tidak memakai baju, ja.. Jangan-jangan..”
Angie kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut, dan terbangun sembari terkejut mendapati bagian bawah tempat tidurnya, terdapat bercak darah disana. Dia tidak ingat apapun semalam, yang dia tahu adalah dirinya meminum minuman beralkohol yang membuatnya tidak sadarkan diri, dan terbangun dengan kondisi seperti ini.
Dia tahu semalam adalah sebuah pesta kecil-kecilan di rumah sakit ini, dan beberapa pasien diperbolehkan meminum minuman beralkohol, dan mungkin juga Ryan meminum minuman beralkohol. Jadilah keduanya mungkin melakukan hubungan yang tidak semestinya. Angie berfikir untuk menutupi semuanya, toh Ryan juga masih belum terbangun, jadilah ada kesempatan emas untuk bisa menutupi semuanya.
Angie kemudian meraih, pakaiannya yang tergeletak di atas lantai, yang masih bagus, untuk menutupi tubuhnya, lalu dia meraih bagian bawah selimut yang terkena bercak darah secara perlahan, dan anehnya Ryan sama sekali tidak terganggu dalam tidurnya. Hanya beberapa kali, lelaki itu menggolet dan merenggangkan tubuhnya saja.
Setelah itu, Angie terburu-buru keluar dari ruangan itu.
Flashback off
Semenjak kejadian itu, Angie sedikit menghindari Ryan, karena merasa was-was dan malu-malu di sana.
“Ma.. Maaf, ada beberapa hal yang harus.. Aku kerjakan.”
“Apakah beberapa hal itu, jauh lebih penting daripadaku ?? Atau ada sesuatu yang kau sembunyikan ??” Ujar Ryan dengan nada curiga, ah sialan !! Ryan adalah psikopat gila yang cerdik, apakah alasan Angie bisa menutupi semuanya ??
Ryan Steven Manchelson, seorang lelaki berusia 25 tahun, yang membunuh ayah, ibu dan juga kakaknya sendiri, dan Ryan bahkan saat itu tertawa puas setelah melakukan pembunuhan keji kepada keluarganya itu.
Sementara wanita itu, Angie Steward Christine, wanita berusia 23 tahun itu hanya bisa menghela nafasnya saja, dia tahu betapa tidak sukanya Ryan jika lelaki itu ditipu.
“Tidak ada.. Tidak ada yang kesembunyikan..” Ujar Angie, Ryan kemudian mengeluarkan sesuatu dari tangannya, dan menatap tajam ke arah Angie.
“Benarkah ?? Lalu kenapa gelang tanganmu, ada di ranjangku ?? Dan kenapa ranjangku berdarah ??” Ujar Ryan mengeluarkan gelang milik Angie, membuat Angie mengumpat dalam hatinya, dia melupakan gelang tangannya yang ternyata terjatuh di ranjang Ryan.
Tidak hanya sekali, Angie sering sekali kehilangan gelangnya, jadi dia berpikir jika gelangnya hilang. Jikalau hilangnya di rumah sakit ini, maka Angie sudah pasti akan menemukan gelangnya, karena biasanya ada pengumuman bagi yang mendapati barang bukan miliknya. Jadilah, Angie berfikir menunggu orang untuk menemukan gelangnya, tapi dia tidak menyangka jika.. Gelang itu di atas ranjang Ryan. Dan apa katanya ?? Kasur berdarah.
“Ry.. Ryan.. Ini..” Angie sedikit ketakutan saat, Ryan berdiri dari kursinya berjalan mendekatinya untuk mendekati Angie, membuat wanita itu ingin keluar dan berlari tapi kenapa kakinya malah terasa membeku di tempat dan tidak bisa bergerak apapun. Bahkan saat Ryan sudah mengurungnya dengan tangan kirinya dan tubuhnya. Tangan kanan yang lainnya mencoba menelisik bagian saku Angie dan..
“Apa ini ?? Testpack kehamilan ??”
“I.. Itu..”
“Jadi semalam, kita benar-benar melakukannya, hmm ??”
“I.. Itu hanya kesalahpahaman saja, toh.. Kita berdua sama-sama mabuk, jadi..”
“Aku tetap akan menikahimu !! Lagipula aku sudah bisa keluar besok, jadi aku tetap akan bertanggung jawab !! Jangan pernah berfikir bisa menyembunyikan semua ini dariku, Angie !!” Ujar Ryan dengan menyeringai licik disana, dengan nada rendahnya.
Angie tidak tahu harus menjawab apa, tapi kini dia bisa merasakan sensasi berbeda saat berhadapan dengan Ryan, sosok lelaki itu.
Ryan adalah orang Amerika yang berdarah campuran Jepang, dia memiliki fisik seperti matanya sedikit sipit, dan juga warna matanya hijau terang seperti ular. Mata indah itu terlihat menghipnotis siapapun yang melihatnya. Dan sepertinya Angie terbeku seakan terhipnotis akan mata berwarna hijau indah itu.
“Ryan.. Aku.. Aku...”
“Angie.. Kau tidak bisa mengelakku, lagipula orang tuamu sudah pasti akan memihak dan memaksamu untuk menikah denganku, jika mereka tahu status asliku.” Ujar Ryan menyeringai dengan nada licik, Angie tahu betapa kerasnya kedua orang tuanya.
Ditambah jika mereka tau, saat ini Angie sedang hamil, maka sudah pasti mereka akan memukuli Angie. Wanita itu hanya berdiam, Ryan kemudian membelai bagian dagu bawah Angie, kemudian berbicara padanya.
“Angie, dengar.. Anak itu membutuhkan seorang ayah, dan aku akan bertanggung jawab, hmm~ Kau tidak perlu khawatir masalah apapun, aku akan bertanggungjawab atas semuanya, termasuk biaya hidup untuk pernikahan kita nanti.” Ujar Ryan tersenyum kecil, Angie tahu betapa licik dan manipulatif sosok psikopat didepannya ini, dia pernah berpura-pura menyesal dan menangis, tapi kemudian beberapa menit setelahnya tertawa dengan licik dan puas. Darimana Angie tahu ?? Ya dia mengenali sosok lelaki didepannya itu.
“Ry.. Ryan..bagaimana kita bisa menikah dengan statusmu sebagai pasienku ?? Sementara aku adalah perawatmu.”
“Kau meragukanku ??”
“.....”
“Besok aku akan menemui kedua orang tuamu, dan kita bisa bicarakan setelah proses aku keluar dari sini.”
“Ka.. Kau belum seharusnya keluar..”
“Benarkah ?? Kita lihat saja.” Ryan berbicara dengan misterius dan tatapan yang tidak bisa terbaca oleh Angie. Ah, meskipun Angie adalah perawat disana, tetapi dia harus mengakui dirinya tidak memiliki ilmu apapun mengenai psikologis seseorang, termasuk membaca mata dan karakter seseorang.
“A.. Aku permisi dulu..” Angie memalingkan wajahnya, entah merasa malu, atau merasa canggung, karena dirinya begitu dekat dengan Ryan saat ini.
Lelaki itu mengurungnya dengan dinding dan kedua tangannya berada di kanan dan kiri, keduanya memiliki jarak begitu dekat, Angie sendiri merasa kebingungan dan canggung begitu dekat dengan pasiennya sendiri.
“Hmm~ tunggu sebentar.. Angkat wajahmu.” Ujar Ryan dengan nada serius dan raut wajahnya berubah, Angie mengangkat kepala dan wajahnya menatap ke arah wajah Ryan di depannya, kemudian..
Cup.
“Berdandanlah rapi dan cantik, saat pernikahan kita, mungil~” Ujar Ryan setelah mengecup kening Angie, kemudian melepaskan gadis itu, dengan ekspresi yang membeku ditempat dan merasa bingung, Angie kemudian segera berlalu keluar dari sana dengan terburu-buru, Ryan hanya menertawakan Angie yang keluar dengan cepat.
“Kau akan menjadi milikku, Mungil~ suka ataupun tidak..”
...
“Apa.. Apaan itu.. Tidak.. Tidak.. Dia pasti bercanda bukan, soal pernikahan ?? Oh astaga, apa respon mereka nanti jika tahu aku hamil.. Dengan seorang psikopat gila..” Ujar Angie berbicara dengan dirinya sendiri, sembari merasa bingung dan gundah disana.
Tapi Angie hampir tidak percaya jika, Ryan besok akan keluar dari rumah sakit itu. Bagaimanapun, waktu Ryan didalam rumah sakit itu masih sangat singkat, dia masuk dua minggu yang lalu, dan kemudian keluar dengan cepat ?! Oh, bahkan pasien yang tidak separah Ryan saja, sudah berada di rumah sakit sekitar 5 bulan. Bagaimana mungkin Ryan akan keluar dengan cepat ?!
Tidak lama, Angie bertemu dengan sosok bernama Malie, sosok perawat lainnya hanya saja, Malie bertugas dalam dokumen-dokumen, jika ada pasien baru maka Malie yang akan mengurus siapa perawat, dan dimana pasien itu akan ditempatkan. Dan Malie menemui Angie, entah dengan maksud apa, tapi wanita yang sudah berusia cukup lanjut itu memandang ke arah Angie melalui kacamatanya.
“Angie..”
“Iya ?? Apakah ada sesuatu yang salah ??”
“Ah, tidak.. Hanya saja aku ingin menyampaikan jika Ryan Steven Manchelson, pasienmu itu. Dia akan keluar besok pagi.”
Angie membulatkan matanya, “Tu.. Tunggu.. Tunggu sebentar.. Bukankah dirinya harusnya berada disini sekitar 3 tahun ?? Sesuai dengan dokumen dari pihak kepolisian ??” Ujar Angie dengan bingung, Malie hanya mengangkat bahunya juga bingung.
“Entahlah.. Aku hanya mendapatkan tugas dan dokumen ini dari pusat. Kita tidak bisa berbuat apapun, kecuali menurutinya bukan ??”
“Ya.. Ya.. Kau benar..”
“Lagipula ini rumah sakit swasta, pihak pemerintahan tidak terlalu mengusik data dan aktivitas disini.” Ujar Malie tidak ingin memikirkan apapun terlalu panjang, Angie hanya mengangguk saja.
“Oh iya, Tuan Tom memanggilmu ke ruangannya. Bisakah kau datang kesana ??”
Aduhh.. Kenapa Tuan Tom harus memanggilku, jangan katakan jika dia.. Dia tahu aku hamil dengan Ryan ?! Batin Angie merana mendengarkan perkataan dari Malie yang menyebutkan nama Tom. Yang merupakan manager dari CMH itu, yang mengelola semua sistem disana.
“Baiklah, aku akan segera kesana.”
Tidak perlu menunggu lama, Angie segera ke ruangan yang memang sudah diketahui oleh Angie sendiri. Dia kemudian mengetuk pintu di depan ruangan.
Tok..tok...tok..
“Masuk !!”
Angie yang mendapatkan perintah dari dalam, langsung membuka pintu ruangan, dan kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut dengan sopan.
“Permisi tuan..”
“Tutup pintunya.” Ujar Tom menatap ke arah Angie, dengan tatapan sedikit dingin dan ketus, membuat Angie hanya bisa meneguk salivanya itu.
“Maaf tuan, saya-”
“Duduk !!”
Angie kemudian duduk di depan meja itu, dan tidak berani berkata apapun disana. Tom kemudian bangkit dari kursinya, dan memperlihatkan sesuatu kepada Angie di tablet miliknya. Tom menaruh tablet itu di depan Angie sembari memutar sebuah video, dimana saat Angie mabuk, disitu dirinya berjalan sempoyongan masuk ke dalam kamar milik Ryan.
“Tuan Tom...”
“Bukankah sudah aku katakan, jangan panggil aku tuan saat kita sedang berdua.” Bisik Tom pada telinga Angie.
Angie merasa sangat tidak nyaman dengan kedekatan Tom kepadanya.
“Angie~ Aku sudah memberikanmu pekerjaan, dan apa balasanmu kepadaku ?? Hmm~ apa yang kau lakukan semalam dengan pria s**l** itu ?!”
“Tom.. Dengar.. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun..”
“Apa maksudmu, Angie ?? Bukankah kita baru saja melangsungkan pertunangan ?? Apa kau lupa ?? Apa kau melupakanku demi lelaki itu ?!”
Angie menghela nafasnya berat, dia menatap tajam ke arah Tom.
“Pertunangan paksa maksudmu ??!! Aku tidak sedikitpun menginginkan pertunangan ini, kau dan orangtuaku yang memaksa pertunangan gila ini !!” Ujar Angie tidak lagi mengingat sopan santunnya, matanya menatap tajam ke arah Tom, yang merupakan tunangannya sendiri, sayang sekali Angie sama sekali tidak mencintai Tom, bahkan lelaki itu hanya menginginkan tubuh Angie saja.
“Apakah karena dia telah memuaskanmu ?? Kau tahu, aku bisa lebih memuaskanmu di atas ranjang~”
“Pertunangan bagiku lebih dari sekedar hubungan ranjang saja !!”
“Tapi kau berhubungan tubuh dengan lelaki lain, di luar pertunangan. Kau.. Tidak hamil dari lelaki itu bukan ?? Karena video yang aku dapatkan ini, kau mabuk dipesta sudah tiga hari..”
Angie tidak berkata apapun, dirinya tidak bisa mengatakan apapun untuk saat ini, berharap saja Tom tidak mengetahui apapun yang terjadi saat..
Bruk..
Sebuah benda terjatuh dari saku Angie. Tom dan Angie melihat ke arah benda yang terjatuh itu, dan terkejut melihat testpack di sana. Angie tidak menyadari jika, Ryan mengembalikan testpack miliknya kembali ke saku Angie. Wanita itu dengan panik hendak meraih testpack itu, tapi sayang kalah cepat dengan Tom.
“Angie ini..”
“Tom.. Ini..”
“Kau hamil ?! Jadi kau benar-benar hamil dari lelaki b**ng*** !”
Angie menghela nafasnya berat, dia tahu Tom akan sangat marah kepadanya, tapi Angie tidak bisa berbuat apapun untuk saat ini.
“Apa yang akan kau lakukan selanjutnya ??” Ujar Angie dengan pasrah saja, karena dirinya tahu Tom pasti akan marah atau kecewa dan mencoba melakukan sesuatu. Benar saja, Tom memberikan tatapan dingin dan marahnya itu.
“Besok kita akan menemui kedua orang tuamu, aku akan mengatakan semuanya.” Ujar Tom dengan dingin.
“Begitu ?? Baiklah..” Ujar Angie dengan pasrah, seakan tidak terusik dengan perkataan itu.
“Kau tidak merasa menyesal atau kecewa ?!”
“Tom, semua sudah terjadi, oke ?? Dan apapun yang terjadi ke depan, aku sudah tidak peduli lagi.” Ujar Angie dengan nada tidak peduli. Angie berjalan melewati Tom, seakan tidak memperdulikan apapun yang dikatakan oleh Tom.
“Dan meskipun itu, akan merusak hubungan pertunangan kita ??” Ujar Tom dengan kesal, Angie membuka pintu ruangan itu, dan sempat menoleh ke arah Tom, dengan tatapan malasnya.
“Ya.. Aku tidak akan terusik meskipun itu akan merusak pertunangan, yang tidak aku inginkan sejak awal.” Ujar Angie, lalu menutup pintu ruangan dan berlalu dari sana. Tom hanya menggeram kesalnya, dia tidak habis pikir dengan Angie yang mulai memberontak kepadanya.
“Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam Angie !!” Ujar Tom dengan penuh emosinya.
...
Keesokan harinya...
“Angie, kau mau kemana ??” Tanya Malie melihat Angie yang bersiap seakan hendak pergi.
“Ah, orang tuaku ingin menemuiku, aku tadi sudah meminta ijin kepada Tuan Manager Tom, untuk bisa pergi sebentar.” Ujar Angie dengan sopan, Malie hanya mengangguk.
Tidak banyak yang tahu, mengenai hubungan pertunangan antara Angie dan juga Tom, karena Angie enggan untuk mengekspose hubungan yang sebenarnya tidak dia inginkan sejak awal, Angie berusaha untuk bisa melepaskan dirinya dari perjodohan gila ini, tapi apa daya.. Berbagai alasan, tidak membuat Angie bisa lolos dari pertunangan paksa itu.
“Begitukah ?? Baiklah, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu.” Ujar Malie tersenyum ramah.
“Tentu saja. Ah itu, taxinya sudah datang, aku pergi dulu.” Ujar Angie melihat taksi yang dia pesan sudah ada di bagian lobby rumah sakit.
“Ya, hati-hati !!”
“Yaa....”
Angie mendekati taxi tersebut, lalu kaca jendela mobil itu turun, dan memperlihatkan wajah sang sopir, yang kemudian bertanya kepadanya.
“Atas nama Nona Angie Stewart ??”
“Iya, itu saya.”
“Baiklah, Nona. Silahkan masuk.”
Lalu Angie melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil taxi itu, dan duduk di bagian belakang. Setelah memastikan semua aman, sang sopir kemudian mulai menginjak pedal gas, dan mobil mulai bergerak keluar dari wilayah rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Angie tidak bisa berpikir jernih, karena tadi dia mendapatkan telepon penuh amarah dari ayahnya, yang tentu saja sudah mendengarkan berita dari Tom. Ah, lelaki itu pasti mengadu yang tidak-tidak, agar keinginannya untuk menguasai Angie sepenuhnya.
Sepanjang perjalanan itu juga, Angie memikirkan Ryan. Dia tidak melihat lelaki itu sedari tadi, bahkan pagi ini Angie mendapati ruangan milik Ryan sudah kosong, tidak ada barang apapun yang tertinggal disana. Angie bahkan tidak tahu, kapan dan bagaimana Ryan keluar dari sana.
Bagaimanakah kabar lelaki itu ?? Apakah dia-
“Nona Angie, maaf tapi kita sudah sampai di tempat tujuan.”
“Hah ?? Oh.. Maafkan aku..” Ujar Angie kemudian tersadar dirinya sudah sampai di tempat tujuan, dia melihat ke arah argometer, dan mulai mengeluarkan uang dari dompetnya, dan menyerahkannya kepada sang sopir.
“Ini uangnya, maafkan aku melamun.” Ujar Angie dengan sopan.
“Tidak apa, Nona.. Ah kembaliannya ??”
“Ambil saja, untuk anda.”
“Terima kasih Nona, dan semoga anda menikmati pelayanan kami.” Ujar sang sopir dengan ramah, saat Angie keluar dari taksi.
“Sama-sama, terima kasih.” Ujar Angie menutup pintu mobil itu, dan kemudian membalik badan melihat ke arah rumah yang cukup besar itu. Bukan rumah Angie, melainkan rumah Tom.
Angie tahu, kedua orang tuanya pasti sudah diberikan bisikan-bisikan oleh Tom, sehingga mereka marah besar. Hah sebenarnya siapa yang anak mereka ?? Tom atau dirinya ?? Bahkan Tom lebih dibanggakan daripada dirinya yang merupakan anak dari mereka.
Angie kemudian berjalan perlahan untuk masuk ke dalam rumah tersebut, yang sepertinya memang sudah terdapat beberapa orang di dalam. Dan benar saja, saat Angie hendak mengetuk pintu, seorang pelayan tiba-tiba membuka pintunya terlebih dulu.
“Nona Angie, Tuan Tom sudah menunggu anda di dalam.” Ujar pelayan itu dengan sopan, Angie menatap penuh curiga.
“Apakah Mr. Arylan Stewart dan Mrs. Weasley Steward juga ada di dalam ??” Ujar Angie dengan nada sedikit sinis disana.
Pelayan itu mengangguk, dia tahu yang dimaksud adalah kedua orang tua Angie, karena orang tua Tom sendiri sedang pergi dan tidak ada disana.
“Iya, Nona mereka ada disini.”
“Hah.. Baiklah kalau begitu..” Ujar Angie kemudian berjalan masuk melewati sang pelayan.
Dia kemudian melewati rumah mewah yang sedari awal tidak dia minati, padahal rencananya Angie akan menikah dengan Tom, dan tinggal di dalam rumah itu, tapi Angie sejak awal tidak menginginkan pernikahan dan hubungan dengan Tom sedikitpun.
“Apa aku terlambat ??” Ujar Angie dengan santai, menunjukkan dirinya di tengah Tom yang sedang berbicara dengan kedua orang tuanya. Angie hanya menatap malas kepada kedua orang tuanya itu.
“Angie.. Apa benar yang dikatakan oleh Tom ?? Kau hamil dengan lelaki lain ??” Ujar Mrs. Weasley Stewart bangkit berdiri, memandangi putrinya.
“Ya.. Itu benar. Dan apa sekarang ?? Membatalkan pertunangan ??” Ujar Angie dengan nada santai. Seakan memang tidak terjadi masalah.
Jika memang ini cara untuk melepaskan diri dari pertunangan gila ini, maka aku tidak masalah merawat anak ini sendirian. Batin Angie dalam hatinya.
Plak !!!
“Kau akan melangsungkan pernikahanmu dengan Tom, dan kau tidur dengan lelaki lain ?!”
Angie tidak menjawab apapun, tapi wajahnya tidak terbesit sedikitpun perasaan bersalah, atau takut, dia hanya berdiam seakan menunggu apa perkataan yang diucapkan wanita yang pernah melahirkannya itu.
“Kau benar-benar wanita yang murahan dan tidak tahu diri Angie !! Aku menyesal telah melahirkanmu !!”
“Aku lebih menyesal, karena lahir darimu..”
“Apa ??”
“Aku bilang, aku menyesal karena telah lahir dari rahim seorang perempuan yang egois, dan hanya memikirkan masalah uang saja !! Aku tahu, kau sengaja menjodohkanku dengan Tom karena dia kaya, bukan ?? Karena lelaki itu memberikan kalian uang, bukan ?!”
“Angie, jaga bicaramu !! Dia bukan hanya memberikan uang tetapi harga diri untukmu !! Sebagai seorang suami, dia akan berjanji mencukupi seluruh kehidupanmu setelah pernikahan nanti !!”
“Ehem.. Permisi, bisakah aku masuk ??” Ujar seseorang yang sepertinya sudah masuk sedari tadi, dan mendengarkan percakapan mereka.
Segera, Keempat orang itu menoleh, termasuk Angie juga menoleh dan terkejut mendapati sosok yang berdiri di sana, dan memandang ke arah mereka, Tom hanya bisa mengepalkan tangannya melihat sosok lelaki itu, Ryan berada disana sembari menyeringai dengan licik.
“Ryan... ??” Angie hampir tidak percaya dengan kehadiran sosok lelaki itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!