NovelToon NovelToon

Kontroversial Transmigrasi

BAB 1

Ana membuka matanya seolah kerasukan. Disampingnya, ada seorang pria tua gendut yang mengorok keras seperti kerbau.

"AKKHHH…." Dia berteriak kuat, tapi tidak membangunkan pria itu sama sekali. Justru yang terbangun adalah seorang gadis lain, yang tidur di ujung sebelah.

Tiara nama gadis lain itu, juga terkejut dengan teriakan Ana, membuatnya terbangun kaget. Mendapati pria di sebelahnya, Tiara memekik tertahan. “AHH! ... Ku pikir monster,” lanjutnya pelan.

Untuk ukuran orang yang terbangun di samping orang asing, reaksi Tiara cukuplah tenang, membuat Ana tanpa ragu melompat turun dari tempat tidur.

Dia yang berada di ujung sebelah kanan, segera berjalan memutar kesebelah kiri, tempat Tiara berada. Berharap wanita asing, dengan penampilan asing itu tahu, apa yang sedang terjadi? Khusus pada dirinya sendiri.

Karena dalam ingatan terakhir Ana, dia mengalami insiden kecelakaan bersama dengan seorang pelayan Toko bernama Tiara, dalam perjalanan mengambil sebuah tas edisi terbatas.

Keduanya mengalami kecelakaan beruntun tragis dan harusnya cukup parah. Namun menyadari pergerakan tubuhnya cukup leluasa tanpa hambatan apapun, Ana menduga dia hanya bermimpi soal kecelakaan itu. Sementara soal situasi yang asing dan bersama dua orang asing di depannya ini, Ana tidak terlalu ambil pusing. Meskipun dia masih terkesiap, tentang betapa cantik gadis di depannya saat ini. Seperti kecantikan legenda di buku-buku.

"Kau siapa?" tanya Ana tanpa basa-basi.

Sementara Tiara yang dianggapnya orang asing yang tenang, sebenarnya hanya tidak tahu cara bereaksi saking syoknya dia saat ini. Tapi begitu, dia masih memberi jawab sesuai dengan pertanyaan.

“A-aku Tiara.” Jawabnya takut-takut. Dia masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini, dan siapa wanita cantik yang mempertanyakan dirinya ini.

Sementara Ana yang mendengar nama Tiara, langsung teringat dengan pelayan toko yang selalu dia temui.

“Hah Tiara? bagaimana kau bisa Tiara? kenapa kau tidak mirip Tiara?”

Ana terdiam sebentar, sebelum menggeleng dan mengangguk dengan cepat, “.... Oh maaf, aku jelas salah orang. Tiara kenalanku jelek, dan hanya seorang pelayan toko. Sementara kau hampir seperti boneka. Benar-benar membuat iri. Ck!” Ujar Ana, diakhiri sebelah kedipan mata. Dia iri juga kagum dengan kecantikan di depannya.

Sementara Tiara mendengar Ana mengatakan pelayan toko, merasa wanita itu berbicara tentang dirinya. Tapi dia telah membelah ingatan, dan tidak ingat memiliki pelanggan seperti wanita di depannya. Lagipula dia masih merasa aneh dengan situasi disekitar, tidak ingat bagaimana bisa berakhir di sebuah kamar bergaya klasik mewah seperti ini, dan terbangun dengan dua orang asing bersamaan.

“Jadi Tiara, katakan nama belakangmu!” Suruh Ana masih dengan santainya.

Tiara yang masih tidak tahu apa yang terjadi, dan apa alasan dia harus menjawab pertanyaan wanita asing di depannya, sempat terdiam sebentar. Ada sebuah perasaan asing yang familiar, ketika pertanyaan itu ditanyakan. Mengingatkannya dengan gaya bicara seseorang, yang selalu membuatnya jengkel karena sangat arogan. Seorang Nona muda kaya raya bernama Ana, yang merupakan pelanggan setia yang harus selalu dia turuti maunya. Namun begitu, dia sedang kram perut akibat pujian yang diterimanya. Jadi dengan sedikit terbata dia menjawab.

“A-aku, aku, Tiara Thomas.”

“What? Tiara Thomas bagaimana? apa sebegitu pasarannya nama Tiara Thomas.” Kejut Ana.

“Ma-maksudmu?”

“Kenalanku yang bernama Tiara itu juga bernama Tiara Thomas. Sekali lagi, dia seorang pekerja di toko langgananku. Jelek dan jauh berbeda denganmu, meski nama kalian sama.” Tunjuk Ana pada Tiara sendiri.

Wajah Tiara langsung tidak sedap dipandang mendengar ini, dulu saat bekerja di toko dia juga sering mendengar ini. Kini dia meragukan pujian yang sebelumnya.

Ana yang melihat perubahan ekspresi Tiara, berpikir wanita itu hanya mencoba menjadi dramatis. Dengan mengangkat tangan melambai, dia menyapu depan wajah Tiara.

“Heis, yang cantik suka pura-pura tidak tahu! Iya deh, aku akui kau cantik. Cantik sekali malah.” Tambah Ana, tapi masih tidak memisahkan alis bertaut Tiara.

Melihat reaksi tidak sedap ini bertahan, Ana yang tidak sabaran berjalan ke arah cermin, hendak membawa cermin itu kepada Tiara. Ingin wanita itu melihat dirinya, karena tampak tidak percaya atau menyangkali, seolah tidak percaya kecantikannya sendiri.

Ana mengagumi kecantikan Tiara yang diluar nalar. Rambut hitam panjang, mata bulat dan besar berwarna ungu, hidung mancung seperti perosotan orang kaya, benar-benar seperti boneka pikirnya.

Tapi baru juga mendekati cermin, Ana malah melompat terkejut. Matanya membulat penuh. Tangannya refleks menutup mulut kuat-kuat. Karena kalau tidak begitu, dia merasa akan histeris saat ini juga.

Tiara yang melihat keterkejutan Ana, setengah berlari untuk menghampiri. Tapi sama seperti Ana, belum juga dia sampai sepenuhnya di depan kaca, Tiara sudah terhenti melihat sosok yang masih di kejauhan itu.

Ya, dia yakin, dia tidak berhalusinasi. Pakaian aneh yang dipakainya sekarang persis dipakai wanita cantik di dalam cermin itu. Ketika dia menggerakkan tangannya, sosok dalam cermin itu juga melakukan hal yang sama.

Seperti robot yang rusak, Tiara dengan kaku menatap Ana, hanya untuk saling melotot satu sama lain.

Satu detik, dua detik, tiga detik, ….

Barulah pada detik kesepuluh, mereka saling menunjuk. “AKKKKHHHH!” Histeria mereka bersama.

BAB 2

TUK, TUK, TUK.

“Nyonya-Nyonya? Nyonya, ... tolong jawab kami! Jika tidak ada jawaban, kami memohon maaf, tapi kami akan memaksa masuk sekarang juga.”

Mendengar ini, Ana dan Tiara saling memandang, sebelum mengangguk tanda persetujuan. Ada sekitar beberapa waktu tadi bagi mereka, untuk menyadari apa yang salah.

Kini jelas lah bagi keduanya, bahwa kecelakaan itu benar-benar terjadi, dan alih-alih mati dan pergi ke neraka karena tidak adanya perbuatan baik, jiwa mereka malah berakhir ditempat antah berantah. Tapi walaupun antah berantah, harus mereka akui bahwa dua tubuh yang mereka tempati sangatlah cantik.

Untuk Tiara yang seorang penikmat buku, dia berteori dirinya mengalami hal supranatural dengan menembus dimensi. Tempat dimana jiwa-jiwa berpindah dan masuk ke raga lain, dan diistilahkan transmigrasi jiwa. Ya, setidaknya itulah yang dikisahkan dalam novel-novel populer yang dia baca.

Sementara Ana, dia tidak mempercayai hal itu. Dia tidak mau membaca buku apapun, selain buku bisnis. Dia adalah Nona muda dengan banyak tanggungan, dan terbiasa dengan kekayaan. Jadi bahkan setelah jiwanya sudah ada di raga lain, dia masih suka memerintah khas Nona besar.

“Pergi dan buka.”

Seperti biasa, Tiara langsung pergi membukakan pintu dengan patuh. Ini akibat strata diantara mereka, dan jiwa pelayannya yang besar.

KLEK.

Pintu dibuka, menampilkan seorang wanita paruh baya berbadan besar dengan pakaian pelayan lengkap. Sementara di bagian belakang wanita itu, ada beberapa pelayan muda, yang berdiri dengan kepala tertunduk. Sekarang baik Ana dan Tiara semakin menyadari, bahwa tempat mereka ini seolah memang dunia lain.

"Salam kepada Nyonya Nyonya, maaf untuk kelancangan kami. Kami mendengar teriakan, jadi kami segera bergegas.”

Mendengar ini, alis Ana menyatu. Dia berbagi pandangan dengan Tiara yang menengok kebelakang, mencoba menekan ketakutan pribadinya. Tapi entah kenapa, Tiara rasa takut Tiara bukanlah bertemu orang-orang asing ini, tapi karena familiar dengan panggilan Nyonya Nyonya itu.

Pelayan dengan badan besar itu pun mengambil langkah masuk, melewati ambang pintu, semakin dekat dengan kedua mereka.

“Jadi Nyonya apa ada sesuatu yang salah? atau apa ada sesuatu yang terjadi? Tolong beritahu saya.”

Tiara sebagai yang paling dekat dengan pelayan itu, kembali berbalik menatap Ana, dan mendapatkan kode berupa anggukan. Jadi Ana pun ikut mendekat dan bahkan melewati keduanya, hanya untuk menutup pintu secara tiba-tiba.

“Nyonya Ana ada apa?”

Ana mengangkat sebelah sudut bibirnya sinis. “Nyonya Ana pala bapak kau! ... Kemari!”

Ana pun memaksa pelayan wanita itu kearah sudut kamar. Ya, walaupun ini adalah kamar, tapi masih terbagi dengan beberapa ruangan. Cukup untuk melakukan interogasi dan semacamnya.

Setelah dirasa aman, cukup jauh dari tempat pria yang mengorok seperti kerbau tadi, keduanya mendudukan pelayan wanita itu.

Ana pun menaruh kedua tangannya di pinggang, khas Nyonya kaya. "Jadi, siapa kau?"

“Saya?" Tunjuk pelayan itu pada dirinya.

"Ya, siapa lagi!” Ana dengan galak mengintimidasi wanita itu. Wajahnya terlihat sangat kejam, mengingat penampilannya yang berambut coklat bergelombang, tapi memiliki mata emas yang sangat tajam.

“Nyonya, a-apa maksud Nyonya, sa-saya—”

“JAWAB SAJA!”

Mendapat bentakan, wanita itu jelas ketakutan dan kebingungan. Tuannya baru saja membawa pulang dua wanita didepannya ini kemarin, setelah pesta pernikahan tiga hari tiga malam di tempat berbeda. Sebuah hal yang sangat kontroversial. Dia juga sudah mendengar rumor mengenai sifat jahat dan serakah mereka, hanya tidak menyangka akan di intimidasi tanpa alasan seperti ini.

"A-aku Bessa, Nyonya. Kepala pelayan kediaman ini."

"Siapa, Bessa siapa?" Kali ini giliran Tiara yang tidak sabar. Ingatan terakhirnya mengenai kecelakaan mereka, sudah semakin jelas sekarang. Mengingat betapa parahnya kecelakaan itu, hanya kecil kemungkinan mereka selamat. Dan kini, mendengar nama Bessa, ingatannya kembali mencari-cari karena rasa familiar yang kuat. Seperti dia pernah membaca nama itu, disuatu buku.

"Nyonya, aku Bessa Bach." Bessa hampir menangis. Seluruh tubuhnya yang gemuk sampai bergetar.

DEG.

Tiara menggeleng.

“Tidak kau tidak mungkin Bessa Bach, dan pria gemuk itu adalah Adam? Adam Sasimo kan?” Suara Tiara hampir habis mengakhiri ucapannya, saking takutnya dia sekarang.

“Wait, Sasimo? gila mesum banget, sana sini ma---”

“ANA TOLONG!” Bentak Tiara tanpa sadar. Dia semakin gugup sekarang, tidak memiliki toleransi untuk ocehan Ana. Sementara Ana yang dibentak jelas tidak senang. Dia ingin marah, tapi wajah serius Tiara menahannya, membuat dia menatap Bessa garang sebagai pelampiasan.

Bessa yang ditatap seperti itu, semakin takut. "Bu-bukan Nyonya. Dia bukan Tuan Adam Sasimo, di-dia Tuan Adam Marston."

BRUK.

Tiara harap dia jatuh dengan tulang ekor lalu menjadi cacat. Sehingga jika ini benar, dia akan dibuang oleh pria gemuk itu.

Ana yang terkejut, segera mengangkat Tiara yang tiba-tiba jatuh tanpa alasan tadi. “Tiara, kau kenapa hah? Kenapa kau lembek sekali.” Ujarnya, tapi masih tidak berhasil mengangkat Tiara yang begitu ingin melekat pada lantai.

Sementara itu, Tiara melengos dengan kasar, sayang sekali dia masih bisa merasakan sakit, yang artinya dia tidaklah cacat. Karena sungguh, ini adalah pertama kalinya dalam hidup dia merasa begitu tidak berdaya, hingga ingin dibuang.

"Nyonya Ana, apa yang terjadi dengan Nyonya Tia?" tanya Bessa khawatir.

Tapi mendengar perkataan Bessa, Tiara menggeleng kuat. "Tidak, jangan panggil aku Tia, aku Tiara bukan Tia."

Ana memelototi Bessa lagi, membuat Bessa semakin gugup. "Ba-baiklah Nyonya Tiara, saya akan memerintahkan seluruh Mansion untuk memanggil dengan nama panjang anda."

Mendengar ucapan Bessa, Tiara tiba-tiba tertawa. Seluruh tubuhnya gemetar hebat, tapi karena tawa itu menular, Ana juga ikut tertawa.

Bessa yang melihat ini, sempat merasa takut. Namun karena tak punya pilihan, jadi dia ikut tertawa juga. Tawa mereka semakin kencang, tapi masih tidak bisa menutupi suara mengorok dari pria di tempat tidur. Bahkan saking kuatnya, tawa pura-pura Bessa menjadi tawa sungguhan, ketika seluruh perutnya gemetar.

Melihat tawa tak terkendali milik Bessa, Ana tiba-tiba terdiam. Dia menatap Bessa, dengan percikan-percikan air liur yang keluar dari sela gigi. Karena hampir semua gigi Bessa berjarak.

Sementara dia adalah Ana Hain, wanita kaya dan berbakat dari keluarga konglomerasi. Kini merasakan air liur itu memercik ke kulit wajahnya, Ana bukan lagi ingin, tapi memang muntah.

"UEEEKKK!"

Sayang seribu sayang bagi Tiara, karena posisinya yang terduduk di bawah, gaunnya harus mengenai muntahan Ana. Melihat hal itu, dia mau jijik sampai mati.

Bessa yang sempat terdiam, akhirnya tersadar. "Nyonya, Nyonya aku akan mengambil ...." Dia sudah hendak pergi entah untuk apa, sebelum kakinya ditahan Tiara.

"Kau tidak akan keluar dari sini!"

Setelah mencium langsung betapa menjijikkannya isi perut Ana. Tiara sepenuhnya dibuat sadar, bahwa dia mungkin telah mengalami salah satu hal paling mustahil.

Sementara Ana yang matanya memerah karena jijik, semakin jijik dengan muntahannya sendiri.

"A-apa itu? makanan apa itu? aku tidak pernah memakan, makanan menjijikan seperti itu."

Tapi Bessa, sebagai penyedia makanan langsung saja membela diri. "Tapi Nyonya Ana, anda sendiri yang menginginkan plasenta domba kemarin. Kata anda, itu akan mempertahankan kecantikan dan kekencangan kulit."

Mendengar kata plasenta, Ana ambruk ke belakang dengan mulut terbuka. Tiara sebenarnya ingin tertawa, tapi merasa tidak mampu.

"Jangan-jangan aku makan itu juga?"

"Tidak Nyonya. Anda sangat memperhatikan makanan anda, sampai-sampai anda tidak suka makan."

"Really?"

"Apa itu rili Nyonya?

Mendengar Bessa menyebut really sebagai rili, Tiara sedikit terhibur. Masih dengan posisi mereka yang tidak berubah, dan muntahan di gaun, Tiara tiba-tiba bertanya, hal yang paling mengganggunya.

"Sudah berapa lama, kami atau kita menikah?"

Tiara menanyakan itu sambil mengingat pria ditempat tidur, yang masih mengorok keras sekali.

"Baru tiga hari yang lalu. Kemarin adalah kedatangan anda berdua."

"Tiara apa yang kau bicarakan? menikah apa hah? siapa yang menikahi siapa? bukan gorila itu kan?" Tunjuk Ana kearah tembok, dimana pria bernama Adam itu dibaliknya.

Tapi Tiara menggeleng pelan, “Bukan, dia kerbau.”

Namun siapa sangka Bessa akan menyambung pembicaraan tidak jelas mereka.

"Babi, Tuan mirip seperti itu."

Ana dan Tiara saling berpandangan lelah, sebelum tertawa kecil. Bagaimanapun mereka adalah wanita muda tanpa beban lebih dipundak. Mereka masih akan tertawa, selama masih kesempatan untuk itu.

Tapi Tiara tiba-tiba merubah ekspresinya menjadi serius, dan menatap Ana. “Apapun yang akan aku katakan, Ana diamlah untuk sebentar.”

Beruntung mereka cukup dekat, untuk bisa memanggil satu sama lain dengan nama sejak awal. Tiara kemudian beralih menatap Bessa.

“Jadi, kami berdua benar adalah istri Tuanmu Adam? benar begitu?” Tunjuk Tiara pada ruangan di sebelah.

"Brengsek! Maksudmu, Kerbau itu menikahi kita berdua sekaligus?" Ujar Ana, yang melupakan apa yang diminta Tiara.

BAB 3

“ANA!”

Dalam tekanan pada pandangan Tiara, Ana akhirnya diam meski sesaat.

Sementara itu, Bessa menggaruk kepalanya bingung.

"Tentu saja Nyonya Tiara. Bagaimana Nyonya bisa lupa dengan pernikahan Nyonya."

"Oh astaga, pembicaraan macam mana ini!” Sela Ana lagi. Dia sudah setengah menjambak rambutnya, akibat kesal dengan kemungkinan. Tiara yang mendengar jawaban pasti Bessa, merasa sesuatu harus segera diberitahukan kepada Ana.

"Bessa, pergi dan siapkan air mandi!"

Kejutan lagi untuk Bessa, tapi dia segera berdiri dan mengangguk patuh. "Baik Nyonya."

Seperginya Bessa, Tiara mulai berdiri dengan tangan yang bergetar hebat.

Tapi Ana yang sempat kesal, malah menggoda melihat cara Tiara berbicara. "Wah, lumayan juga rupanya. Kau memerintah dengan sangat alami, pasti sudah lama ingin menjadi orang kaya yah .... cieee!" Ana sedikit mengejek Tiara. Walaupun mereka tidak datang dari latar belakang yang sama, tapi dia adalah wanita yang cukup bebas dan tidak kaku.

Tapi tidak menanggap, Tiara setia dengan wajah serius menatap Ana. Membuat yang ditatap mulai merasa tidak nyaman, "Ya ampun, santai saja lah. Setidaknya kau memang Nyonya dalam dunia ini." Kekeh Ana.

Tapi Tiara sama sekali tidak bergeming Dia memikirkan cara untuk memberitahu Nona muda kaya raya itu, bahwa mereka sedang dalam situasi yang berbahaya.

"Ana?"

"Mm, kenapa?"

"Entah bagaimana aku menjelaskannya, ... Aku takut ini bukan mimpi, atau sekedar situasi sementara seperti yang kau pikirkan sebelumnya. Ana, ini kau mungkin tidak akan percaya, tapi kau bisa memastikannya nanti. Sebenarnya, sebenarnya---"

"Hei! Kau berbelit-belit seperti ular. Katakan saja, just say it!" Potong Ana tidak sabar.

Tiara yang tidak terkejut lagi dengan sikap Ana, menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

"Sebenarnya, tempat, nama, dan berbagai hal disini, sangat familiar untukku. Dan ini membuatku teringat, kalau sebulan yang lalu aku baru saja menyelesaikan sebuah novel, yang ceritanya persis seperti situasi kita saat ini. Novel itu aku dapatkan dari temanku bernama Sereia, entalah padahal ...." Ucapan Tiara terhenti. Dia menutup mata menahan kesal, mengingat sang pemberi rekomendasi. Padahal sebenarnya dia tidak berencana membeli buku itu.

"Padahal aku ingin membeli sebuah buku romantis ala kehidupan rumah tangga, tapi dia tiba-tiba datang dari belakang, lalu menukar bukuku. Dia kemudian memberikan sebuah buku lain dengan judul, Bloody Throne. Katanya rekomendasi! ... sial!" Gigi Tiara sampai bergemeletuk, karena menceritakan hal ini.

Ana sudah mulai merasakan firasat tidak baik, tapi kali ini dia memaksa diri untuk tetap tenang di permukaan.

"Lalu apa maksudmu?"

Tiara menarik nafas panjang, sebelum melanjutkan.

"Itu sebuah cerita klasik dengan konflik klasik. Para pria hebat yang yang awalnya berkonflik di dasar mengenai siapa yang terbaik, akhirnya berkonflik di permukaan, saat mereka jatuh cinta pada seorang wanita yang sama."

"Aduh Tiara, bisa ceritakan lebih cepat. Intinya saja! Inti! Inti come'on!"

Semakin diceritakan, Tiara semakin merasa berat. Tapi begitu tetap dia lanjutkan, “Beberapa orang dan situasi dalam tokoh cerita itu, mirip dengan kita berdua saat ini. Maksudku, dalam cerita itu. Protagonis wanita memiliki Ayah bajingan, yang menelantarkan dia dan Ibunya, lalu memiliki banyak perempuan. Terakhir Ayah bajingan itu, menikahi dua orang Kakak-adik dari negeri tetangga. Pria itu memiliki nama yang sama, dengan pria itu ...." Tiara menunjuk ketempat Adam berada.

"... Lalu?"

"Situasinya juga sama. Ada seorang kepala pelayan bernama sama, yakni Bessa. Dan lihat juga kita berdua, apa yang kita pakai saat ini, dan lihat sekeliling kita ... bukankah ini semua terlalu nyata untuk kita sangkal? Meskipun ini dunia dalam buku, tapi Ana keberadaan kita nyata disini! Jiwa kita telah berpindah. Kemungkinan kita akan mati sebagai tokoh penjahat disini, juga sangat besar."

Telinga Ana sampai berdengung mendengar penjelasan Tiara. Dia menggeleng kecil. “Tidak mungkin.”

BRUK. Dalam ketidakpercayaan-nya, Ana tiba-tiba berlari membuka jendela. Dia membuka dengan sangat kasar, hanya untuk menemukan orang-orang berlalu lalang dengan pakaian yang aneh. Belum lagi tempat dimana mereka berada sekarang, … “Kastil?”

Tiara yang menyusul untuk melihat itu, syok dan takjub disaat yang bersamaan. Sementara Ana masih menggeleng kepala, menolak untuk percaya.

Tapi Tiara tiba-tiba menambahkan, “Tapi aku sebenarnya juga tidak yakin, karena kedua wanita itu dipanggil Tia dan Mimi. Aku melampahi beberapa bab, jadi sedikit tidak jelas. Sementara itu namamu juga Ana bukan Mimi. Jadi entah ini nyata atau bagaimana." Jelas Tiara, yang mengungkapkan semua pemikirannya tanpa menyembunyikan sedikit pun.

Tapi justru setelah mendengar inilah tubuh Ana tiba-tiba meluruh ke lantai. Wajahnya pucat sekali sekarang, "Namaku Mimi!"

"HAH?"

"Nama asliku Anamimi."

Tiara yang mendengar itu menjatuhkan rahang dengan tidak percaya. “Mana mungkin? kenapa aku tidak tahu?”

Tiara sangat syok, karena selama ini Ana adalah memberi VVIP di tokonya. Jadi identitas Ana seharusnya lengkap.

Tapi tunggu? kenapa nama Ana lucu sekali? kenapa tidak Analisa? kenapa Anamimi? Pikir Tiara yang sedikit melenceng dari situasi.

Dia tiba-tiba ingin tertawa, tapi menahan diri, setelah melihat wajah Ana yang sangat syok sekarang.

"Nyonya, pemandiannya sudah siap." Bessa datang, dan menginterupsi keduanya.

Tiara akhirnya mulai terkendali. Menyadari bahwa mereka benar-benar telah masuk kedalam buku.

"Tolong, bantu aku mengangkat dia."

Bessa yang terheran lagi, hanya bisa ikut membantu mengangkat Nyonyanya yang lain. Rasanya dia akan segera terbiasa dengan tingkah laku tidak wajar majikannya.

“Ana sadarlah!” Tepuk Tiara pada pipi Ana, yang walaupun membuka matanya, hanya terdiam seperti orang kehilangan jiwa. Tiara pun tak punya pilihan. Karena ini nyata, mereka harus segera melakukan sesuatu. Tapi yang pertama, Ana harus segera sadar. Dan caranya membuat sadar?

BYUR.

"Oh, astaga Nyonya Tiara ... apa tidak apa-apa melempar Kakak anda ke pemandian seperti itu?"

"Tidak apa. Kau keluarlah sekarang dan siapkan pakaian."

“Oh, dan satu hal lagi …,” tahan Tiara. “Apapun yang terjadi di dalam ruangan ini. Itu semua hanya diantara kita bertiga. Mengerti?”

Bessa setengah merasa ragu-ragu, tapi lebih merasa terancam. Jadi dia menunduk mengiyakan, sebelum menunduk dan pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!