NovelToon NovelToon

Immortal Another World

Pemanggilan

Kelas 8B memiliki 21 murid didalamnya, 10 murid laki-laki dan 11 murid perempuan. Hari ini jelas lebih tenang dari biasanya, karena sedang ada kegiatan ulangan harian dari Bu guru Aru, guru bahasa Indonesia.

Murid-murid sibuk dengan diri mereka masing-masing, senyap tak bersuara membuat seisi kelas seperti ruang hampa. Namun tiba-tiba Mentari dengan suara sedikit keras, sambil menunjuk bingung menatap lantai kelas.

Aru yang sedang mengawasi ulangan lantas menatap Mentari."Apa yang kamu lakukan disaat ulangan? Cepat selesaikan ulangannya!"ucap Aru menatap Mentari yang tidak bergeming dengan tegurannya.

Mentari mengindahkan peringatan Aru, dia malah lebih fokus menatap lantai seakan memberi tahu semua orang dengan apa yang dia lihat.

Melihat Mentari yang kebingungan membuat murid lainnya penasaran, mereka tidak kembali fokus akan ulangan, tapi kali ini mereka fokus pada lantai yang sedari tadi ditatap mentari.

Sebuah lingkaran sihir menutupi lantai kelas, beberapa saat setelahnya lingkaran itu bercahaya, yang membuat seisi kelas menjadi ribut karena kebingungan, bahkan ada yang panik.

Di sisi lain keributan, Artara duduk santai di belakang menghiraukan semua keributan yang terjadi, alih-alih ikut ribut, Artara malah sibuk menggambar dan tidak mengetahui tentang lingkaran sihir dibawah mejanya.

"Seperti biasa, mereka selalu aja ribut. Padahalkan ini sedang ulangan."ujarnya dalam hati, sambil sibuk menggambar dibalik kertas soal.

Cahaya mulai redup, bersamaan dengan seisi kelas yang menjadi kosong melompong, tidak ada lagi orang di ruangan.

Sekumpulan orang berjubah berbaris membentuk lingkaran, kedua tangan mereka membentang ke depan, sambil membaca manta dan fokus pada satu titik, yaitu altar dihadapan mereka.

"Sedikit lagi kita akan berhasil! Gunakan semua mana yang kalian miliki, sampai kalian tidak sanggup lagi berdiri!"ucap perempuan berambut merah, dengan jubah hitam putih dan tongkat dari logam. Dia Eleina, orang yang bertanggungjawab dalam sihir pemanggilan, sekaligus seorang penyihir kerajaan.

Pemanggilan berhasil! Sebagian penyihir berjubah pingsan karena kehabisan mana, dan bersamaan dengan itu muncul 21 orang di altar.

Eleina mendekat menaiki altar."Maaf sebelumnya jika kami lancang. Tapi sebelum itu, perkenalkan nama saya Eleina, penyihir kerajaan sekaligus orang yang memimpin pemanggilan ini."

Semua murid masih kebingungan dan tidak percaya, Aru yang seorang guru mendekati Eleina mencoba mencari tau.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada kami?"tanya Aru berhadapan dengan Eleina.

"Kami menggunakan sihir pemanggil untuk membawa kalian ke dunia kami. Alasannya karena kami membutuhkan kekuatan kalian untuk melindungi kerajaan Anarsia dari serangan para demon, para demon sudah mulai aktif menyerang beberapa minggu lalu, jadi kami memutuskan melakukan pemanggilan pahlawan."jawab Eleina.

"Apa yang kamu bicarakan? Aku hanyalah seorang guru dan semua orang yang ada dibelakang ku ini hanyalah murid yang ku ajar. Menyelamatkan kerajaan? Jangan bercanda!"balas tegas Aru yang marah.

"Memang benar jika sekarang kalian hanya sebagai guru juga murid. Tapi dengan beberapa latihan dan membunuh monster, kalian pasti naik level dengan cepat, karena pahlawan dunia lain memiliki perkembangan lebih cepat dari manusia di dunia ini."

"Kalian juga bisa memilih untuk tidak ikut berpartisipasi, semuanya tergantung pilihan kalian masing-masing."lanjut Eleina dengan tenang menjelaskan.

Mendengar itu Aru mulai lebih tenang, dia juga menenangkan beberapa muridnya agar tidak merasa khawatir.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada kita?"tanya Mentari pada Aisa disampingnya.

"Jangan tanya aku. Aku juga gak tau! Tapi ngomong-ngomong dimana Artara?"

"Dia gak ada disini, mana mungkin bocah cupu kayak dia dipanggil jadi pahlawan!"sela Danu, dia orang yang biasa merundung Artara.

"Kalau gitu, dia pasti lagi senang karena kita gak ada."ucap Arya teman satu geng Danu.

"Kita lagi di keadaan kayak gini, kalian masih aja ngeledek Artara. Apa kalian gak ada rasa khawatir sedikitpun?"ucap Aisa bertanya.

"Ngapain khawatir, ini malah lebih menarik dari pada harus belajar!"balas Danu.

"Sekarang kita akan pergi ke ruang singgasana raja, jadi ikuti aku!"ucap Eleina turun dari altar pemanggilan.

Eleina memandu mereka ke lorong ruang singgasana, tentu untuk bertemu dengan raja sekaligus memberi salam. Selagi perjalanan untuk bertemu raja, beberapa murid masih takut dengan apa yang mereka alami, tapi masih bisa ditenangkan Aru dan Eleina, bahwa mereka tidak akan kenapa-kenapa. Berbeda dengan beberapa murid yang masih ketakutan, Danu dan kawan-kawan malah merasa bersemangat. Seperti didalam game kata mereka dan tidak merasa takut sedikitpun.

Elina membuka pintu setinggi tiga meter, mereka disambut beberapa bangsawan dan seseorang berpakaian mewah dengan rambut pirang yang dimahkotai, di tangannya dia memegang tongkat berlapis emas dan permata berwarna. Dia Richard lll raja dari kerajaan Anarsia.

"Aku menyambut para pahlawan kita!"ucap Richard lll setelah Eleina masuk bersama rombongannya, bangsawan yang hadir memberi tepuk tangan, berharap jika para pahlawan dapat melindungi mereka.

Eleina berlutut dihadapan Richard lll, sedangkan Aru bersama kelas 8B tidak, karena mereka bukan bawahan sang raja, melainkan sebagai tamu, hingga tidak dipermasalahkan oleh Richard lll.

"Yang Mulia, ada 21 pahlawan yang terpanggil kali ini. Ini bahkan lebih banyak dua kali lipat dari pemanggilan pahlawan 100 tahun lalu. Jika kita dapat melatih mereka dengan benar, bisa jadi perang antara manusia dan demon akan menjadi kemenangan mudah untuk umat manusia!"ucap Eleina yang sudah tidak berlutut lagi.

"Bagus! Bisa aku melihat nama-nama mereka!"balas Richard lll. Eleina menyerahkan kertas dengan tulisan nama kelas 8B, dia menulis daftar nama di saat perjalanan bertemu raja sebelumnya.

Richard melihat isi nama yang tertulis."Bawa mereka ke kamar tamu istana, sediakan apapun yang mereka minta selama kita sanggup, dan berikan pelayanan terbaik untuk mereka semua!"perintah Richard pada Eleina untuk menyampaikan kepada semua staf kerajaan.

Richard berdiri menatap mereka, kelas 8B."Senang bertemu kalian, aku raja Anarsia membutuhkan kekuatan kalian, agar kejadian 300 tahun lalu tidak terulang! Aku memohon agar kalian mau meminjamkan kekuatan untuk melindungi negeri ini dari ancaman demon, meski kalian boleh menolak jika tidak mau."ucap Richard sedikit menundukkan ramah.

Beberapa murid yang ragu perlahan bersemangat. Melihat seorang raja menundukkan kepalanya, itu adalah tindakan yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan Aru juga berpikir begitu. Mereka semua memutuskan untuk membantu dan mencoba yang terbaik yang bisa mereka mampu hingga saatnya tiba nanti.

Setelah ucapan permintaan Richard tadi, para pahlawan dipandu lagi oleh Eleina ke kamar tamu istana. Sambil berjalan menuju kamar, Eleina menyempatkan diri memberi tahu beberapa pengetahuan umum tentang dunia mereka, seperti mata uang, wilayah, sihir, dan berbagai hal lainnya tentang kekuatan pahlawan. Dia juga mengatakan jika ada keturunan dari pahlawan sebelumnya yang suatu saat mereka akan bertemu mereka.

"Kita sampai. Kalian bisa pilih kamar manapun, pars maid akan menyediakan baju untuk kalian, dsn kalian bisa istirahat di kamar masing-masing sebelum makan malam."ucap Elina menunjukan lorong yang dipenuhi pintu kamar.

Semua fasilitas sangat berkualitas tinggi, kamar yang luas dengan kasur empuk dan baju bagus yang disediakan para maid atas perintah Eleina. Semua orang sangat menikmati pemberian dari raja, sampai mereka lupa dengan khawatirkan mereka sebelumnya.

The Island Of Dark Forest

Di lain tempat dari kerajaan Anarsia, sebuah pulau luas yang disebut The Island Of Dark Forest. Artara terpanggil di tempat itu.

The Island Of Dark Forest, pulau penuh misteri dan ganas, tempat monster berbahaya berada di setiap sisinya. Bahkan para manusia tidak pernah menjelajahi tempat itu selama berabad-abad lamanya.

Seberapa berbahaya pulau itu dapat dilihat dari lautan yang mengelilinginya. Ombak besar yang tidak pernah berhenti menjadi masalah pertama, tapi bukan suatu utama mengapa pulau itu berbahaya. Sea Serpent yang mengelilingi pulau lah yang menjadi salah satu penyebab mengapa tidak ada orang mendekati pulau, karena jika memasuki wilayah para Sea Serpent, kapal yang kokoh pun akan hancur dibuatnya. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa orang-orang tidak berani mendatangi pulau itu, datang ke Island Of Dark Forest, sama dengan mendatangi kematian.

Jika berpikir masalah terbesar ada pada Sea Serpent yang menjaga pulau, itu salah!

Monster yang ada di pulau lah masalah terbesarnya, monster yang hidup di pulau Dark Forest sangat teramat mengerikan, mereka monster individual yang tidak memiliki kawanan dan pemimpin. Monster di pulau itu tidak pernah tunduk pada yang terkuat, konsep pemimpin tidak tertulis dalam catatan mereka, karena mereka berdiri sendiri tanpa mengenal yang terkuat, mereka adalah pemimpin bagi mereka sendiri.

Setiap monster memiliki wilayah mereka masing-masing, jangan sesekali memasukinya, itu akan membuat mereka menjadi agresif dan akan bertarung habis-habisan sampai salah satu dari mereka mati.

Artara terpisah dengan rombongannya saat terpanggil dan berakhir di pulau itu, pulau dimana kaisar iblis saja enggan memasukinya dan bahkan tidak ingin mendatanginya.

Di tanah hutan yang penuh akan pepohonan rindang, Artara terjatuh paska terpanggil.

Dia bangkit dengan baju yang kotor akibat tanah lembab hutan."Apa yang ter..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, kibasan cakar menghantam bagian belakang lehernya, darah berhamburan mengalir dari leher Artara yang sudah terpisah dari kepalanya. Dia bisa melihat sendiri lehernya yang sudah terpotong, sebelum akhirnya pandangannya menjadi gelap, dan pada saat itu dia merasakan rasa sakit yang sangat menyakitkan dari kematian sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

"Apa aku mati?"perkataannya sebelum semuanya berubah gelap.

Cakaran yang begitu cepat berasal dari monster beruang Gargantos, beruang hitam bertubuh tiga meter dengan corak emas dibeberapa tempat ditubuhnya.

Artara mati, namun beberapa saat setelahnya dia hidup kembali, dengan baju yang dipenuhi oleh darah di tempat yang berbeda. Setelah kehidupannya kembali, dia mendengar suara dari arah belakang kepalanya.

\[Kamu level up\]

"Apa itu tadi? Mimpi?"tanyanya dalam hati setelah hidup kembali. Namun tidak berlangsung lama, tubuh Artara tiba-tiba terpotong beberapa bagian, setelah seekor burung Bruse menghujaninya dengan angin dari kepakan sayapnya.

Artara mati kembali untuk kedua kalinya, hal yang sama dia rasakan, rasa sakit dari kematian sangat tidak tertahankan.

Dihidupkan kembali sama seperti sebelumnya, suara level up juga ikut bersamanya dan sekarang dia sudah level 2 sesuai dengan jumlah kematiannya.

Kematian itu terus berlanjut.

Kematian ketiga, dia terbunuh oleh semburan racun asam dari komodo skuller, yang melelehkan tubuhnya secara perlahan hingga akhirnya mati.

Kematian keempat, semburan flame cobra memanggang tubuh Artara secara hidup-hidup, sampai mengubahnya menjadi abu.

Kematian kelima, keenam, ketujuh, hingga seterusnya. Artara terus saja mati dan bangkit kembali, sampai-sampai pakaian ditubuhnya sudah tidak lagi tersisa.

Di kematian ke dua puluh, serangan kelinci meruda mengoyak habis daging Artara tanpa henti hingga dia mati. Dan kematian itu terus berlanjut hingga kematian-kematian lainnya.

Didalam bawah sadarnya yang gelap."Berapa kali aku mati? 30? 43? 67? Aku sudah tidak tau ini yang ke berapa."

\[Selamat kamu sudah mencapai level 100\]

Suara itu muncul lagi, namun kali ini lebih banyak bicara dari biasanya, yang membuat Artara merasa terganggu oleh kebisingan itu.

\[Spesial Level Up\]

\[Skill What is Pain didapatkan\] \[Pasif\]

\[Skill Recovery didapatkan\] \[Aktif\]

"What is Pain? Kenapa tidak sedari awal? Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Recovery? Bahkan sebelum menyembuhkan diri, aku pasti sudah mati."ucapnya lemas dengan wajah tidak peduli.

Penampilan Artara berubah drastis dari sebelum datang ke dunia ini, wajahnya sudah tidak menunjukan ekspresi, dan rambut bagian kirinya perlahan berubah putih yang diakibatkan stress akibat kematian yang berulang.

Meski mendapatkan skill dan memiliki level 100 yang terbilang cukup tinggi, hal itu tidak merubah keadaan. Kematian Artara terus saja berlanjut sampai dia merasa tidak mati dan tidak hidup secara bersamaan.

Kematian yang kedua ratus, sama seperti kematian ke seratus. Kematian ini juga menjadi spesial level up.

\[Skill Inventory didapatkan\] \[Aktif\]

\[Skill Vanish didapatkan\] \[Aktif\]

\[Skill Eye of God didapatkan\] \[Aktif\]

Tiga skill sekaligus didapatkan Artara, meski ketiganya bukan skill untuk menyerang.

Semakin banyak kematian yang terjadi, semakin banyak juga level yang akan Artara miliki. Levelnya sekarang mencapai 211, sesuai dengan jumlah kematiannya. Fisik Artara juga mulai tambah kuat, gerakannya tambah lincah, dan deteksinya terhadap sesuatu juga meningkat.

Untuk pertama kalinya dia berhasil menghindari serangan monster, semua berkat dari levelnya yang meningkat, hingga mampu bergerak tidak seperti sebelumnya saat dia berlevel dibawah 200.

"Aku bisa menghindarinya!"ucap Artara.

Sesaat mengatakan itu, di serangan kedua juga dapat dia hindari, tapi cara menghindar Artara tidak sampai untuk ketiga kalinya. Dia terkena serangan ketiga, hingga membuat tubuhnya langsung remuk seketika. Ini adalah kemajuan! Kali pertama bagi Artara dapat menghindar setelah ratusan kali serangan yang dia terima.

Artara mengeluarkan ekspresi senyumnya kali ini, dalam benak dia berpikir, bahwa akan menjadikan semua ini menjadi awal baginya, dan akan terus mencoba untuk menghindar sebagai latihan. Meski terdengar aneh untuk didengar, tapi hanya itu yang bisa dia pikirkan, dia tidak memiliki skill menyerang, semua skill yang dia dapat bukanlah tipe serangan.

Perlahan tapi pasti dia dapat menghindari serangan monster yang menyerang, meski dia tidak bisa menghindari kematian. Awalnya Artara hanya bisa menghindar dua kali saja, tapi sekarang dia sudah mampu tujuh kali, selama dua hari penuh dia melakukan hal itu, dia tidak makan dan tidur selama dua hari, entah mengapa dia tidak lapar, ngantuk pun tidak. Bukan karena dia tidak bisa tidur, memangnya bisa tidur saat kau mati terus-menerus? Itulah jawaban mengapa dia tidak mengantuk. Untuk tidak bisa lapar, dia yang terus naik level, mengubah beberapa Exp menjadi nutrisi, maka dari itu rasa lapar tidak dia rasakan.

Satu minggu berlalu begitu cepat, Artara berada di sebuah goa yang dia temukan setelah berhasil kabur dari serangan monster dengan susah payah menggunakan skill Vanish. Baju dari daun, celana dari daun, dia sudah terlihat seperti manusia goa zaman prasejarah. Mau bagaimana lagi, baju yang dia gunakan hancur oleh monster yang menyerang, padahal tidak ada yang menggangu mereka. Level Artara 297, sebentar lagi dia akan level 300, yang artinya akan mendapat skill baru.

"Tiga level lagi aku mencapai 300, apa aku bunuh diri aja? Lagi pula aku sudah tidak bisa merasakan sakit berkat What is Pain."ucapnya sendiri sambil duduk di dalam goa.

"Tidak tidak! Setidaknya aku harus mati saat melawan monster dari pada harus bunuh diri!"tegasnya menggelengkan kepala.

Last Hit

Tiga level tersisa untuk naik ke level 300, Artara keluar dari goa yang sudah dia anggap rumahnya sendiri, berjalan perlahan sambil menghilang dengan menggunakan skill Vanish miliknya.

Di atas bukit berdekatan dengan goa, Artara memantau area sekitar. Merasa tidak ada monster di daerah terdekat, dia lalu melompat tanpa berpikir. Kekuatan kakinya tidak bisa disamakan dengan dulu di bumi, jika itu Artara yang dulu, mungkin tulang kakinya sudah patah karena hentakan yang kuat dari ketinggian.

Dia kembali melompat setelah turun dari bukit, kali ini dia naik ke atas pohon. Pohon di Dark Forest sangat rindang, rantingnya pun besar juga kokoh, dedaunan yang lebat membuat hutan nampak gelap, meski sekarang siang hari yang cerah.

Dark Mantis terlihat dari kejauhan, tubuhnya gelap dan ukurannya setengah dari badan Artara. Artara berpikir dapat mengalahkannya saat melihat badannya yang kecil, namun pikiran itu sirna seketika dia melihat level Dark Mantis dengan Skill Eye of God nya.

"Apa-apaan dengan levelnya yang hampir dua kali lipat dari ku? Padahal tubuhnya kecil, bahkan tidak terlalu menakutkan seperti monster yang pernah ku lihat."ucap Artara dari atas ranting pohon.

"Apa semua monster ditempat ini tidak normal? Mereka memang tidak normal, aku pun sama!"lanjutnya masih memantau dari kejauhan.

Artara tidak berpikir untuk kabur meski sudah melihat level Dark Mantis yang jauh diatasnya. Dia mengeluarkan sebatang kayu dan beberapa batu dari inventory nya. Batang kayu itu dia genggam di tangan kirinya, dan batu disebelah kanannya. Batu ditangannya dia lempar ke udara, lalu pada momen yang tepat, dia pukul menggunakan batang kayu dengan kencang, seperti pemain baseball profesional.

Batu yang terkena pukul melesat kencang menuju dark Mantis di ujung pepohonan, hingga tepat mengenai kepalanya.

"Headshot!"

Pukulan Artara tidaklah lemah, hanya saja itu tidak berefek pada Dark Mantis, tergores pun tidak. Jika saja pukulan itu mengenai monster diluar pulau, mungkin kepala mereka akan menghilang tanpa mereka ketahui.

"Sudah ku duga! Itu pasti tidak melukainya."

Serangan Artara membuat Dark Mantis mengetahui keberadaannya, walaupun jarak mereka sangat jauh dan sudah menggunakan skill Vanish untuk menghapus jejak, Dark Mantis masih dapat mendeteksi keberadaannya.

Dark Mantis menghilang seketika dari tempatnya.

"Dia menuju kesini, cepat sekali! Sekilas aku tidak dapat melihatnya. Tapi tidak masalah, aku sudah sering menghindari serangan seperti ini."

Dengan kecepatan yang gila, Dark Mantis menuju ke arah Artara. Setiap pohon yang dilewatinya terpotong bagai kayu bakar siap pakai. Taring ditangannya sungguh tajam, satu sentuhan saja sudah mampu memotong tubuh Artara menjadi beberapa bagian jika terkena.

Terjangan kilat dari Dark Mantis merusak sekitar yang dia lewati, tujuannya tidak lain tidak bukan adalah Artara. Kedua tangan Dark Mantis menyilang membentuk huruf X, dia menerjang maju sambil melibas kan tangannya ke arah depan, kibasan tangan Dark Mantis dapat dihindari Artara, hanya saja tangannya sempat terkena serangan, hingga membuat tangan kanannya terpotong menjadi bongkahan daging.

"Recovery!"ucapnya dengan cepat sambil bergerak. Tangannya secara bertahap sembuh, namun perlu beberapa waktu untuk utuh kembali, karena pengaruh dari level.

"Apa-apaan dengan kecepatan itu? Dia berbeda dengan monster lain, apa karena badannya yang kecil?"

Dark Mantis terus mencoba menyerang, namun Artara masih mampu untuk menghindar. Hal itu terus berlanjut beberapa menit, sampai Artara berhasil memukul kepala Dark Mantis. Tentu itu tidak berefek sedikitpun, jadi Artara kembali lari sambil menghindar dengan kekuatan yang dia miliki.

Semakin lama mereka kejar-kejaran, semakin jauh juga mereka dari tempat awal. Mereka berdua memasuki tempat baru, wilayah dari monster lain.

Tepat dihadapan Artara yang masih dikejar Dark Mantis, seekor monster Semut Merah bersantai dibawah pohon, ukurannya hampir sama dengan Dark Mantis, hanya sedikit lebih besar.

"Vanish!" Ucap Artara sambil melompat ke arah kiri untuk bersembunyi.

Keberuntungan lebih berpihak pada Artara, Dark Mantis kini tidak lagi mengincarnya. Ketertarikan Dark Mantis berubah pada Semut Merah dihadapannya. Semut Merah juga sama, terlebih dia terlihat nampak marah, karena kedatangan tamu tak diundang di wilayahnya.

Perbandingan level antara Dark Mantis dan Semut Merah tidak beda jauh, dengan level Dark Mantis 560 dan level Semut Merah yang 564. Ini menjadi pertarungan yang menegangkan diantara mereka, meski keunggulan masih dipegang oleh Semut Merah dengan selisih 4 level.

4 level bagi mereka yang berlevel tinggi merupakan selisih yang lumayan merepotkan.

Dark Mantis lebih dahulu mengawali serangan, tangannya membentuk menyilang lalu menerjang cepat menuju Semut Merah. Benturan tidak terhindarkan, tangan Dark Mantis yang tajam dapat ditahan oleh Semut Merah dengan tubuhnya. Tubuh Semut Merah sekeras baja, aura merah di sekujur tubuhnya membuat kekuatannya meningkatkan, selain itu aura merah pada badannya memiliki panas yang membakar, hal itu membuat Dark Mantis melompat mundur untuk menjaga jarak.

"Meskipun aku gak pernah merencanakan ini, tapi ini bisa jadi menguntungkan. Siapa tau aku bisa melakukan hit terakhir."ucap artara yang bersembunyi di semak-semak.

Sekarang giliran Semut Merah yang menyerang, tubuhnya semakin memanas, sampai ada kobaran api disekelilingnya, ditambah ada tiga bola api di atas kepalanya, yang sudah pasti akan dilontarkan kepada Dark Mantis.

Bola api melesat tanpa aba-aba, Dark Mantis menghindar begitu cepat. Dua bola dapat dihindari dengan mudah, tapi untuk bola ketiga, kecepatannya jauh di atas rata-rata, Dark Mantis telat satu detik untuk menghindar, hingga ujung bola api sempat mengenai badannya. Meski hanya terkena sedikit, luka bakar tercipta di badan Dark Mantis, sampai dirinya berlutut di tanah menahan rasa sakit.

Aura tubuh Dark Mantis tiba-tiba bergejolak, aura hitam keluar dari tubuhnya, matanya pun berubah putih. Tubuhnya yang terluka mulai berhenti pendarahan, kecepatan dan kekuatan Dark Mantis berangsur-angsur meningkat pesat, dia kembali menyerang beberapa kali, sampai akhirnya berhasil melukai Semut Merah, meski sebelumnya dia tidak bisa menggores sedikitpun.

Pertarungan masih berlanjut hingga dua jam berlalu, tubuh Dark Mantis sudah dipenuhi luka, bahkan tangan kirinya sudah buntung bekas terbakar. Keadaan yang sama juga dialami Semut Merah, badannya penuh luka goresan dan dua dari enam kakinya sudah terpotong.

Keadaan keduanya sangat parah, namun tidak satupun dari mereka yang menyerah. Mereka berdua mencoba melakukan upaya terakhir mereka, Semut Merah membuat satu bola api besar sebagai serangan dan kekuatan terakhirnya, sedangkan Dark Mantis menyelimuti satu tangannya yang tersisa dengan aura hitam. Semut Merah melontarkan bola api terakhirnya dan Dark Mantis menebaskan tebasannya.

Bola api beradu dengan tebasan hitam, kekuatan serangan keduanya seimbang. Bola api dan tebasan yang beradu berubah menjadi satu, hingga akhirnya meledak begitu dahsyat, sampai-sampai wilayah pertarungan porak-poranda. Pohon berterbangan hingga terbakar, tekanan angin dari ledakan menghamburkan sekitar, hingga semak tempat Artara bersembunyi ikut terbang karenanya.

Artara menghindar untuk menjauh, wilayah pertarungan penuh dengan debu bercampur asap api, kedua monster yang bertarung terlihat setelah debu menghilang. Dark Mantis dan Semut Merah, keduanya terkapar tak berdaya, mereka masih hidup namun sudah tidak mampu lagi untuk bertarung.

Artara mendekati Dark Mantis yang sudah tidak berdaya.

"Inilah waktunya!"ucap Artara sambil mengangkat balok kayu, dia mencoba memukul Dark Mantis yang sedang sekarat.

Perlu dua pukulan untuk membunuh Dark Mantis yang sekarat.

"Padahal sudah sekarat, tapi dia masih bisa menahan pukulan ku sampai dua kali."

\[Kamu level up\]

\[Kamu level up\]

\[Kamu level up\]

\[Kamu level up\]

\[Kamu level up\]

\[Kamu level up\]

\[50 X\]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!