NovelToon NovelToon

Sistem Kekayaan Mutlak

Bab 1 : Ini Nyata!

Dibawah terik matahari yang panas, ketika seorang pria yang terlihat sangat muram mengangkat gerobak berisi pasir di depannya kemudian mendorongnya.

Keringat membasahi wajahnya yang kurus, rambut hitamnya acak acakan dengan mata kosong yang tidak menunjukkan keinginan hidup apapun.

Suara gerobak berderit dengan pelan ketika di dorong, berhenti di sebuah tumpukan pasir yang membentuk gunung kecil.

Pria itu dengan hati hati menuangkan pasir yang berada di atas gerobak itu. Menggoyangkannya dengan ringan agar seluruh pasir yang dia angkut segera dijatuhkan.

“Oi! Cepatlah kemari!“

Suara panggilan yang kasar terdengar, pria itu melirik kemudian dengan tergesa-gesa dia membawa gerobak tersebut kembali ke arah orang yang memanggilnya.

Orang yang memanggilnya sama seperti dirinya, seorang pekerja tukang batu yang saat ini sedang menyekop pasir ketika dirinya membawa gerobak yang penuh dengan pasir.

“Sial kau lambat sekali, tidak bisakah kamu lebih cepat?!“

“….“

Tidak ada jawaban, pria itu tidak mengatakan apapun ketika dia hanya menyeka keringat di wajahnya tanpa peduli dengan apapun yang terjadi disekitarnya.

Pria itu adalah Artian Morph, seorang pria yang hidup sendirian ketika orang tuanya meninggal saat dia masih berusia 18 tahun.

Sekarang sudah 5 tahun semenjak hari itu dan kini dia telah berusia 22 tahun, hanya beberapa hari lagi hingga hari ulang tahunnya dan dia akan berusia 23 tahun.

Semenjak hidup sendirian, dia bekerja dan menafkahi dirinya sendiri. Membagi waktu sekolah dan waktu kerjanya untuk bertahan hidup di dunia yang kejam.

Sejujurnya, beberapa minggu yang lalu, Artian bisa dibilang masih sangat bahagia terlepas dari seberapa sulitnya hidupnya.

Dia tidak merasa menderita atau apapun, meski sedikit kesepian karena kematian orang tuanya. Artian mencoba mengikhlaskan kematian kedua orang tuanya dan fokus dengan apa yang sudah dia miliki.

Saat itu adalah saat saat yang berbahagia ketika dia masih berkencan dan bermain dengan pacarnya. Pacar yang cantik dan sangat sempurna, begitu baik dan pengertian.

Setidaknya begitulah kesan Artian pada pacarnya sebelum akhirnya pacarnya itu mengkhianatinya dan membawa kabur seluruh harta terakhir yang orang tuanya tinggalkan padanya.

Sejak saat itu, Artian bekerja sebagai tukang batu dan hidup dalam kehidupan yang dia sendiri tidak mengerti.

Apakah dia benar benar hidup saat ini?

Artian sama sekali tidak merasa hidup hingga orang orang disekitarnya mulai membencinya dan melakukan tindak kekerasan yang berlebihan.

Saat itu juga, ketika Artian sedang melamun menunggu gerobak yang akan segera terpenuhi oleh pasir. Sebuah pasir tiba tiba terhempas dan mengenai wajahnya, beberapa bahkan menyelip ke dalam matanya.

“Ugh..“

Merasakan kepedihan itu, Artian hanya mengerang dengan nada suara yang rendah. Dia sama sekali tidak peduli dengan fakta itu dan hanya menatap pelaku tersebut dengan diam.

“Apa?! Itu tidak di sengaja!“

Tidak ada yang bisa dia lakukan.

Pada akhirnya Artian saat itu harus menerus menahan tindakan kekerasan yang dia alami hingga pekerjaannya berakhir.

Saat itu juga malam telah tiba, tepatnya di jam dua belas malam saat tanggal sudah berganti dengan sendirinya.

Artian menatap deru ombak sungai yang mengalir di atas jembatan, dia menatap kebawah dengan acuh tak acuh ketika senyuman tipis muncul di wajahnya.

“Selamat ulang tahun… Artian.“

Hari ini adalah usianya yang ke 23 tahun dan disaat yang sama adalah hari ketika usianya akan terhenti dan tidak akan pernah naik lagi.

Artian tertawa kering menertawai kehidupannya, mengangkat kakinya dan segera melangkah ke udara yang akan membuatnya terjatuh ke sungai tersebut.

Sebuah tindakan bunuh diri yang akan mengakhiri segala penderitaan yang dia alami. Namun pada saat itu.

«Sistem Telah Diaktifkan»

Artian terkejut dan menghentikan gerakan kakinya, menunda bunuh dirinya dan menatap ke sekitarnya dengan heran.

'Suara siapa itu?'

Tidak ada siapapun disekitarnya dan jembatan tersebut sangatlah sepi hingga satu kendaraan pun tidak terlihat akan lewat sama sekali.

Jadi suara siapa yang berbicara tadi itu?

Artian merasakan keringat dingin menjalari tubuhnya.

'Aku akan segera mati dan menjadi hantu, jadi kenapa aku harus takut dengan hantu?'

Dia menghela nafas panjang dan mencoba menenangkan dirinya. Namun suara tersebut kembali terdengar.

«Sistem Berhasil Di Aktifkan»

«Apakah Host Ingin Memulai Kehidupan Dalam Jalur Kekayaan?»

Artian sekali lagi tersentak dan melangkah mundur secara reflek, menjauh dari tempatnya yang ingin melompat untuk bunuh diri.

“Apa?! Sialan jangan bercanda denganku!“

Entah bagaimana Artian merasa bahwa dia telah dikerjai oleh makhluk tak terlihat itu. Hal tersebut membuatnya merasa kesal hingga mengabaikan ketakutannya.

Dikerjai oleh manusia dia sanggup menahannya, tapi hingga hantu bahkan berani mengerjainya?

Artian entah kenapa merasakan emosinya menjadi tak beraturan.

Dia menghela nafas kasar, melirik sekitarnya. Masih tidak ada siapapun di sekitarnya.

“Jadi siapa kau ini? Dimana kau?“

«Sistem Kekayaan Mutlak. Di Otak Host.»

“Begitu, di ota— tunggu?! Apa? Apa kau bercanda denganku?“

Apapun yang makhluk aneh itu katakan, akan menjadi lebih aneh jika Artian mempercayai ucapannya.

Bagaimana bisa suara itu berasal dari otaknya? Kecuali…

“Apa aku berhalusinasi? Haha… sepertinya begitu.“

Artian menggelengkan kepalanya ketika dia tertawa hampa. Apakah karena dia terlalu depresi hingga akhirnya dia berhalusinasi untuk mendapatkan sesuatu yang akan bisa membantunya menjadi kaya dalam sekejap kemudian memperbaiki hidupnya?

Artian merasa bahwa dia benar benar terlalu menyedihkan.

Namun.

«Ini Adalah Kenyataan Tuanku»

«Keberadaan Saya Akan Bisa Dibuktikan Melalui Pilihan Tuan»

«Jika Tuan Bersedia Berjalan Di Jalur Yang Telah Saya Atur, Tuan Akan Menerima Hadiah Tuan Sendiri Dan Melihat Apakah Keberadaan Saya Nyata Atau Tidak»

Suara itu kembali bergema sehingga Artian benar benar merasa bahwa dirinya telah berhalusinasi secara berlebihan hingga tidak aneh jika dia mengatakan bahwa dirinya mungkin sudah gila.

Dengan wajah yang kesal Artian mengangkat tangannya dan melambai ke udara.

“Ya ya ya baiklah, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan.. hah… aku benar benar sudah gila karena mencoba berbicara dengan halusinasiku sendiri.“

Artian menggelengkan kepalanya dengan sedih.

Sesaat kemudian, suara aneh tersebut bergema sekali lagi.

«Jalur Kekayaan Telah Dirancang»

«Sebagai Permulaan: Tuan Akan Menerima Seratus Juta Rupiah Dan Satu Buah Handphone Unik Yang Hanya Bisa Di Dapatkan Melalui Teknologi Sistem Yang Jauh Melampaui Peradaban Manusia»

Disaat itu juga cahaya aneh muncul di hadapan Artian. Hal tersebut membuat Artian tersentak dengan kaget ketika dia terjatuh kebelakang dengan posisi duduk.

“Uwahh..?!!“

Tiba tiba saja di hadapannya sebuah handphone terjatuh dengan beberapa alat penting seperti charger dan yang lainnya.

Artian terperangah melihat apa yang terjadi di depannya, menatap horor handphone tersebut kemudian memukul kepalanya sendiri yang berujung membuatnya mendesis kesakitan.

“Ini nyata… sialan..!“

***

Bab 2: Waktu Tipis

Setelah kejadian yang terasa begitu mustahil itu, pada akhirnya Artian menerima keberadaan sistem tersebut dan menganggapnya nyata. Lagipula keesokan harinya setelah hal itu, Artian benar benar masih memiliki handphone tersebut di dekat tempat tidurnya.

Artian yang bangun di pagi hari melirik handphone yang sistem berikan padanya, menatap handphone itu dengan horor dan teror kemudian memaksakan diri untuk mengambil handphone tersebut.

“Ini benar benar nyata…”

Melihat rekening yang terdaftar dengan sendirinya dengan jumlah saldo yang sangat banyak membuat Artian tidak mampu berkata-kata.

Seratus juta rupiah.

Dengan jumlah itu, dia bisa hidup di dunia ini dengan tenang tanpa perlu khawatir dengan apapun. Namun, apakah uang itu nyata atau tidak, Artian masih belum memiliki bukti yang jelas.

Dia menghela nafas panjang.

“Aku mungkin harus mencobanya…”

Artian kemudian menekan handphone tersebut. Berbeda dengan handphone pada umumnya, dia bisa merasakan begitu banyak hal yang unik dan berbeda pada handphone itu.

Mulai dari design nya yang aneh dengan warna polos hitam dengan beberapa corak hijau dan biru, layarnya tidak terlalu besar tidak juga terlalu kecil hingga pas di tangannya. Intinya design handphone tersebut agak mirip dengan sebuah alien, begitulah apa yang dia lihat dari handphone itu.

Fiturnya terlalu banyak dan untuk sementara ini, Artian tidak tahu begitu banyak tentang fungsi fungsi tersebut. Namun masih ada beberapa aplikasi yang setidaknya dia kenal seperti media sosial dan banyak aplikasi normal lainnya.

Artian kemudian memilih salah satu aplikasi berbelanja yang memiliki ketenaran dan paling populer untuk saat ini. Layar berubah dijadikan warna orange dengan logo aplikasi tersebut kemudian digantikan dengan halaman yang dipenuhi dengan katalog dari produk produk yang terjual.

Untuk membuktikan saldo yang berada di rekeningnya, Artian berpikir sejenak tentang apa yang harus dia beli.

Dia menggeser kebawah dan melihat ada begitu banyak produk. Setelah beberapa saat, Artian akhirnya akan memutuskan untuk membeli beberapa helai pakaian menggunakan saldo tersebut. Tentunya jika saldonya benar benar berlaku dan nyata.

“Baiklah.“

Artian mengangguk pelan, dia kemudian menentukan alamatnya dan memilih pembayaran melalui transfer bank. Setelah itu, dia segera melakukan pembayaran.

[Pembayaran Berhasil - Pembelian Anda Akan Segera Di Proses Oleh Seller]

Artian terpaku di tempatnya, jantungnya berdegup kencang dengan tubuhnya yang tidak ingin berhenti bergetar.

“Ini nyata..! Ini benar benar berhasil!“

Seratus juta rupiah itu nyata berada di dalam genggamannya dan dia bisa membeli apapun dengan jumlah uang tersebut.

Artian merasakan kelegaan dan kegembiraan yang mendalam, dengan uang miliknya, dia akan bisa hidup dengan mudah sekarang. Kematian orang tuanya sudah membuatnya kesepian namun alasan dia ingin mati sebenarnya karena ketidakmampuannya untuk hidup sendirian.

Namun sekarang berbeda, dia memiliki jumlah uang yang sangat banyak dan mampu menghidupi dirinya sendiri.

Sekarang cuma ada satu pertanyaan yang meragukan lagi di benak Artian.

“Darimana uang ini? Apakah ini illegal?“

Berpikir sejenak, Artian memiringkan kepalanya kemudian mendengus kesal dengan senyuman miring di wajahnya.

“Terus kenapa? Jika aku ketahuan maka aku hanya perlu menyuap mereka dengan uang.“

Sama seperti dengan apa yang dilakukan oleh mereka yang berkuasa. Artian sangat jujur bahwa untuk bertahan hidup di dunia ini, dia tidak bisa menjadi bodoh dan terus menerus terpikat pada keadilan palsu yang diciptakan oleh takdir.

Dunia ini tidaklah adil dan itu adalah fakta yang tak terelakkan. Untuk bertahan hidup, Artian tidak akan menjadi sosok adil yang hidup dengan jujur.

Jika seseorang baik padanya maka dia akan membalas kebaikan itu, sebaliknya, jika seseorang mencoba menindasnya, dia akan membalas mereka dengan cara apapun.

Pengalaman yang pacarnya berikan padanya sudah cukup untuk dirinya, dia tidak akan membiarkan dirinya dibodohi sekali lagi.

Pada saat itu juga, suara sistem kembali terdengar di dalam benaknya.

«Misi Pertama Dimulai»

«Tuan, Pergilah Ke Lokasi Yang Saya Katakan Untuk Memulai Misi Pertama»

«Dalam Waktu 10 Menit: Seorang Pria Tua Yang Sedang Berlari Santai Akan Ditabrak Oleh Mobil Yang Di Setir Oleh Supir Mabuk: Harap Tuan Selamatkan Pria Tua Itu Sebelum Dia Mati»

“Misi? Tunggu seseorang akan mati?! Bagaimana kamu tau?!“

Sungguh aneh melihat sistem itu ternyata mampu meramalkan sesuatu seperti takdir, dan dari ucapannya, Artian menyadari bahwa sistem tersebut berniat untuk membuatnya menyelamatkan seseorang dan melepaskannya dari takdir kematian.

Hal itu membuat Artian penasaran, namun.

“Sial waktunya cuma sepuluh menit, aku tidak punya banyak waktu!.“

Artian bangkit dari tempatnya, mengabaikan fakta bahwa dia belum mandi atau bahkan mencuci mukanya. Dia keluar dari apartemen murah yang berada di gang, kemudian berlari menuju ke jalan raya.

Matahari bersinar begitu terang dan hangat ketika dia terus berlari tanpa henti. Melewati jalan raya yang masih agak sepi dipagi hari itu.

Tujuannya adalah berada di sebuah minimarket yang jaraknya sekitar 12 kilometer, membutuhkan waktu lebih dari 10 menit bahkan ketika dia harus berlari dengan kencang.

Terlebih lagi, Artian memiliki fisik yang lemah sehingga larinya begitu lambat dan staminanya yang cepat habis.

“Sialan!“

Artian mengumpat ketika dia menuju masuk ke dalam sebuah gang. Jika dia tidak bisa sampai tepat waktu melalui jalan raya, maka dia hanya perlu memotong jalurnya dan melewati jalur yang lebih dekat namun agak berbahaya.

Di depan sana, beberapa preman terlihat dan ingin menghalangi Artian, masing masing dari mereka memiliki tubuh yang besar dan bertato.

“Oi nak, kemarilah seben-”

“Maaf, tapi nanti saja!“

Artian mempercepat larinya dan menerobos preman tersebut, dia akan menerima konsekuensinya nanti. Tapi untuk sekarang dia perlu segera bergegas.

Waktu yang tersisa tinggal enam menit. Itu masih terlalu singkat dan padat, dia tidak bisa berhenti berlari.

“Hah..hah.. lebih cepat sial.“

Nafasnya memburu dengan rasa lelah yang mengerikan, dadanya terasa begitu sesak dan menyakitkan namun Artian tidak berhenti untuk berlari.

“Lebih cepat lagi hah..“

Waktu yang tersisa adalah dua menit dan kini dia sudah sampai dan tembus pada sebuah jalan raya, sedikit lagi hingga dia mencapai tujuannya.

Setelah berlari untuk waktu singkat, akhirnya Artian tiba tepat waktu di depan minimarket, waktu telah habis dan disaat yang sama seorang pria tua yang sedang berlari santai terlihat diikuti dengan sebuah mobil yang melaju dengan aneh dan linglung.

Artian melihat hal tersebut kemudian mendengus kesal dengan wajah yang dipenuhi kelelahan.

“Beri aku waktu untuk bernafas sialan!“

Mengabaikan rasa lelahnya, dia memaksa tubuhnya yang lemah untuk bergerak dan segera berlari ke arah pria tua itu.

Waktu terasa begitu lambat pada saat itu ketika suara mobil yang terus berdencit terdengar karena roda bannya yang diputar dengan cara yang aneh.

Artian berlari, menangkap tubuh pria tua itu kemudian membawanya menjauh dari arah tabrakan mobil tersebut.

***

Bab 3: Siapa Dia?

Kerumunan mengumpul dengan suara bising yang terasa samar. Di sebuah minimarket, mobil yang dikendarai dengan linglung menabrak minimarket tersebut, membuat beberapa kerusakan yang cukup besar.

Artian dengan helaan nafas kasar, dia menatap sekitarnya. Keringat dingin terus menerus menetes dan membasahi tubuhnya. Di sampingnya, terlihat pria tua yang sistem katakan padanya untuk di selamatkan. Pria tua itu terlihat terkejut saat melihat apa yang terjadi.

«Misi Selesai»

«Sebagai Imbalan Penyelesaian: Tuan Menerima Lima Ratus Juta Rupiah Dan Menerima Mobil Mewah Yang Di Produksi Hanya Untuk Satu Orang Di Dunia Ini, Sebagai Bonus: Tuan Menerima Keterampilan Bela Diri»

Dering sistem terdengar di dalam benak Artian. Namun dia mengabaikan hal tersebut dan fokus pada apa yang terjadi di sekitarnya.

“Pak, kamu baik baik saja?“

Pria tua itu menatapnya dengan tenang, dia terlihat begitu tenang dan berwibawa untuk seorang yang hampir saja tertabrak oleh mobil.

Pria tua itu perlahan bangkit, dia menghela nafas panjang sejenak kemudian tersenyum pada Artian.

“Terimakasih nak, aku berhutang budi padamu.“

Artian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, saat dia ingin mengajukan pertanyaan lainnya, tiba tiba saja beberapa orang yang mengenakan seragam hitam datang dan mengepung dia dan pria tua itu.

Artian terkejut saat dia melihat mereka semua dengan curiga, namun setelahnya level terkejutnya meningkat.

“Tuan Alexander, apa Anda baik baik saja?! Maaf kami telat menyadarinya.“

Para pria berseragam hitam itu mengepung pria tua tersebut kemudian bertanya dengan nada yang begitu sopan.

Mau dilihat dari manapun, pria tua itu jelas adalah orang penting yang berasal dari suatu tempat. Artian kemudian menatap percakapan pria tua itu dengan para pria berseragam hitam.

Alexander, dia sepertinya pernah mendengarnya.

“Kalian benar benar lalai kali ini! Jika aku tidak ditolong olehnya, aku bisa mati pada saat itu! Apa yang akan kalian lakukan jika aku mati?! Berguna lah sedikit!“

Pria tua itu terlihat marah marah saat dia menceramahi para pria berseragam hitam dan sesekali menunjuk ke arah Artian dengan penuh kelegaan.

Setelah beberapa waktu yang habis karena ceramah panjang dari pria tua yang disebut sebagai Alexandre, sekarang pria tua itu menatap Artian.

“Nak, siapa namamu?“

Artian terdiam sejenak kemudian dia tersenyum.

“Saya Artian Morph.“

Pria tua itu mendengarkan Artian kemudian mengangguk beberapa kali saat wajahnya ingin mengingat nama tersebut.

Dia kemudian tersenyum dengan lebar dan membungkukkan badannya dihadapan Artian.

“Aku sangat berterima atas bantuanmu nak.“

Para pengawal terlihat gelisah ketika dia mengangkat tangannya dan mencoba untuk membangunkan tubuh pria tua itu yang tertunduk.

“Tuan Alexander?! To-tolong..! Ingat reput-”

Alexander menatap tajam pria berseragam hitam itu kemudian mendengus kesal saat dia menepis tangan pria berseragam itu.

“Reputasi?! Apa pentingnya hal itu di depan seorang yang telah menyelamatkan nyawaku?! Aku benar benar tidak berpikir bahwa telah memperkerjakan seorang dengan pikiran dangkal sepertimu.“

Pria berseragam hitam itu tersentak kemudian mundur beberapa langkah dan terdiam dengan kepala tertunduk.

“Maaf.“

Pria tua itu, Alexander dia hanya mendengus kesal kemudian kembali fokus pada Artian yang telah menyelematkannya.

“Namaku Alexander Graham, aku berjanji atas namaku untuk membantumu ketika kamu butuh bantuan. Nak, ini nomor teleponku.“

Seakan-akan dia sudah menyiapkan banyak kertas dengan nomor teleponnya, Alexander menyerahkan satu helai kertas tersebut kepada Artian.

“Uh.. sebenarnya ini tidak perlu.“

Tujuan Artian menyelamatkan pria tua itu sendiri adalah atas permintaan sistem, dia telah menerima hasil dari tindakannya, jadi menerima janji dari pria tua itu lagi entah kenapa membuat Artian agak merasa menyesal karena tidak tulus dalam membantu pria tua itu.

Karena itulah akan lebih baik jika dia menolaknya. Namun pria tua itu masih saja terus memaksa.

“Tidak nak, kamu akan membuatku malu jika menolaknya.“

Pria tua itu benar benar sangat memaksa.

Artian menghela nafas panjang dan dengan enggan dia mengulurkan tangannya untuk menerima kertas itu.

“Maka aku akan menerimanya.“

Pria tua itu akhirnya tersenyum begitu lebar dan puas saat dia berpamitan kepada Artian karena punggungnya sedikit sakit setelah kejadian tersebut.

Di tinggal sendirian di tempat itu, Artian menghela nafas kasar. Dia menatap kertas di tangannya kemudian berpikir.

“Alexander Graham.. dimana aku pernah mendengarnya?“

Entah bagaimana nama tersebut terasa agak familiar bagi Artian. Sepertinya dia mengenal pria tua tersebut tapi dimana?

Artian mendengus pelan, dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa pria tua itu sebelumnya.

Karena sudah tidak memiliki tujuan lain lagi, Artian berjalan dan mencoba untuk kembali ke apartemennya melalui jalan yang berbeda.

Akan buruk jika preman sebelumnya akan menghadangnya karena marah setelah diabaikan olehnya.

Namun, kenyataan selalu berjalan dengan cara yang sangat menarik. Dengan keringat dingin yang menjalar di tubuhnya, Artian tersenyum canggung saat dia melambaikan tangannya.

“Uhm.. hai..?“

Di depannya, preman preman yang sebelumnya dia abaikan berdiri dan terlihat sudah menunggunya. Saat ini Artian sudah berada dekat dengan sebuah taman yang sepi dan jarang dilewati oleh orang orang.

Wajah para preman tersebut terlihat begitu mengerikan saat urat urat kemarahannya terlihat menonjol di ujung jidatnya.

“Artian ya..? Kamu jadi begitu sombong sekarang, benar bukan?“

Tidak hanya sekali Artian harus mengalami nasib sial karena preman preman di depannya. Faktanya, Artian dulu sudah sangat sering di hajar oleh mereka.

Artian menghela nafas panjang, sekarang dia berada di posisi yang sulit sekali lagi.

“Kamu sekarang bahkan sudah bisa berbicara dan menghela nafas, aku penasaran apa yang membuatmu berubah?“

Seperti yang preman itu katakan, Artian yang sekarang memang berbeda dengan Artian yang kemarin.

Tentunya alasannya karena Artian saat itu sudah kehilangan minat untuk hidup dan telah merencanakan bunuh dirinya dengan matang.

Namun dunia tidak mengabaikannya dan mempertemukannya dengan sebuah sistem yang sangat menarik.

Artian kembali mendapatkan keinginan untuk hidup, bahkan jauh lebih baik daripada yang sebelumnya.

'Ah ya, kalau tidak salah aku mendapatkan keterampilan bela diri bukan? Bisakah aku mencobanya sekarang?'

Mengingat hal itu Artian termenung kemudian tersenyum kecil, dari apa yang sistem perlihatkan padanya, tidak ada satupun kebohongan dan semuanya nyata.

Maka keterampilan tersebut jelas adalah sesuatu yang pasti. Seringai muncul di wajah Artian ketika dia menatap para preman itu.

“Maju kalian brengsek.“

Kenapa dia harus membiarkan dirinya tertindas sekali lagi?

Artian menganggap bahwa dirinya telah terlahir kembali, dia dan yang dulu adalah berbeda.

Jika Artian sebelumnya selalu lari dari masalah, maka Artian yang sekarang akan menerima masalah tersebut, bahkan dia sendiri yang akan mengejar masalahnya jika memang diperlukan.

'Aku ingin hidup malas malasan.'

Senyuman diwajahnya Artian tidak hilang.

'Namun untuk hidup malas malasan, aku harus rajin terlebih dulu untuk menyelesaikan segala masalah agar aku bisa bermalas-malasan.'

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!