"Dasar pria kurang ngajar! beraninya dia," Alana melempar layar televisinya dengan remot penuh kemarahan. sungguh ia sangat jengkel kepada sang suami yang terus saja diseret media dalam sebuah gosip dengan beberapa artis wanita.
Alana tahu, hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh para artis wanita untuk membesarkan namanya. wajar saja hal itu mereka lakukan karena mengetahui suami dari Alana tersebut adalah CEO dalam sebuah perusahaan properti yang cukup sukses. pria tersebut bahkan mengembangkan bisnisnya dengan cara berinfestasi diberbagai bidang. seperti perhotelan, permodelan, bahkan dunia film sekalipun.
"Kau lihat saja! malam ini aku tidak akan membukakanmu pintu untuk masuk!" gerutu Alana.
Untuk saat ini Alana adalah seorang wanita berusia 24 tahun yang bekerja sebagai seorang model. bukan model sembarang model, foto-foto cantik Alana bahkan sudah terpampang nyata disebuah cover majalah terkenal dunia. seperti Elle, Vogue, Cosmopolitan, Allure dan masih banyak majalah mendunia lainnya. tentu hal itu tidak ia dapatkan dengan kerja keras, atas campur tangan suaminya Alana bisa sukses dibidang tersebut dengan begitu mudah.
Sesekali Alana sering merasa kesal, akibat pemberitaan yang terus menyeret nama Nathan suaminya. tapi mau bagaimana lagi? pernihakan yang ia jalani hanyalah pernikahan rahasia atas nama kontrak. keduanya sepakat karna saling membutuhkan, Alana wanita sederhana yang bosan akan hidup susahnya. sedangkan Nathan sendiri adalah pria yang membutuhkan tubuh Alana untuk memuaskannya.
Tidak rumit, mereka akan terus saling bergantung dalam batas waktu yang sudah ditentukan. dua tahun adalah waktu yang ditawarkan Nathan pada Alana. tidak ada penolakan, karna Alana sudah memantafkan batinnya untuk meraup harta kekayaan yang dimiliki Nathan selama keduanya masih saling terikat. karna setelah mereka berpisah Alana akan mempunyai modal yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri tanpa harus mengandalkan orang lain.
Sudah enam bulan lamanya mereka bersama, itu artinya waktu yang tersisa tinggal satu setengah tahun lagi. dalam waktu singkat saja Alana sudah menjadi model terkenal kelas dunia, entah kejutan apa lagi yang akan menantinya dimasa depan. mungkin Alana bisa mendirikan sendiri perusahaan, rumah mobil dan lainnya sudah Nathan berikan. Alana hanya harus patuh dan bersedia melayani sang suami dengan baik setiap kali Nathan menginginkannya.
"Oke Alana, tahan. ini hanya berlangsung selama dua tahun. kau harus cepat mengeruk harta si Nathan bajin*gan itu lalu setelah ini kau akan terbebas darinya." Alana terus mengutuk sang suami, meskipun ia tidak mencintai Nathan akan tetapi rasa geram itu selalu muncul. mereka terus memnggosipkan Nathan tanpa mereka ketahui disisi lain ada seorang wanita sudah berstatuskan istri darinya yang selalu menemani Nathan disetiap malamnya.
Untuk saat ini Alana sudah berada disebuah pusat kota, ia melirik kekiri dan kenanan. dan sialnya layar besar yang terpampang dijalanan menayangkan tayangan Nathan bersama seorang model, yang bisa dikatakan itu adalah rival Alana sendiri.
"Astagaaaaa..." Alana menjerit, ia memukul kemudi mobilnya sejenak dengan mata melotot. "Kenapa harus dia? Nathan benar-benar keterlaluan. akan ku bunuh kau pria breng*sek!"
Alana tinggal disebuah negara empat musim Jepang, tepatnya di Osaka. mungkin itu salah satu alasan kenapa Alana memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Nathan. ia bukan gadis munafik, sedari dulu ia menginginkan kehidupannya yang sekarang. mendapatkan uang dengan cara yang instan, Alana tidak perduli komentar orang lain, toh ia melakukan hal itu tidak secara cuma-cuma.
Meskipun Alana tinggal dinegara yang bebas. ia tetap memberikan tubuhnya atas dasar pernikahan. jadi bisa dikatakan itu sudah kewajiban. satu hal yang harus kalian tahu, di Jepang memperbolehkan pria dan wanita hidup bersama meskipun tanpa ikatan pernikahan. selama hal yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain.
LIKE KOMEN DAN VOTENYAAA...
Enam bulan sebelumnya...
Alana menyusuri sepanjang jalan pertokoan dipusat kota. tinggal bersama seorang ibu tiri yang cukup baik membuat Alana semakin membulatkan niatnya untuk mencari pekerjaan demi membantu sang Ibu. Alana cukup tahu diri, ayahnya meninggal 10 tahun setelah menikah dengan Ibu tiri Alana. dan setelah itu Alana malah dibesarkan dengan baik, tidak seperti cerita pada umumnya, Alana malah mendapat sesosok Ibu sambung yang sangat menyayanginya.
"Astaga mobil itu," batin Alana meronta saat melihat benda-benda mahal tepat disekelilingnya.
Dia yang tidak menginginkan kekayaan? bahkan seseorang yang kaya sekalipun pasti akan takut kehilangan kekayaannya. begitupun dengan Alana, ia ingin hidup seperti teman-temannya saat disekolah. memiliki tas dan ponsel mahal, baju-baju modis. sebenarnya Alana cukup menyukai dunia fashion, tetapi karna perekonomiannya buruk gadis itu hanya mampu menenangkan dirinya dengan kalimat-kalimat peredam.
Sebenarnya tidak terlalu miskin, jika Alana tahu diri dan lebih mengutamakan kebutuhan dari pada keinginan mungkin tidak perlu semerepotkan itu. Alana terlalu memilih-milih pekerjaan, tidak mensyukuri apa yang ia dapatkan.
Alana menghentikan langkahnya saat sebuah mobil mewah tepat berhenti didepan matanya. Alana terpaku melihat kemewahan mobil tersebut, berwarna merah mengkilap seperti kelopak mawar yang baru saja mekar. pintu mobil tersebut terbuka, mata Alana menangkap sepasang kaki memakai hak tinggi senada dengan warna mobil turun menginjakkan kakinya di atas bahu jalan.
"Apa kabar, Alana sayang?"
Alana membulatkan matanya, ia menganga saat melihat teman sekolahnya sudah berubah 360 derajat dari penampilannya dulu.
"Astaga, kenapa kau masih terlihat menyedihkan? apa kau masih hidup miskin sampai sekarang?"
"Stela ka... kau." Alana terbata, ia menepuk pipi wajahnya sendiri untuk memastikan jika ini bukanlah mimpi.
Stela memincingkan senyumnya, "Iya ini aku."
"Kau? bagaimana bisa? apa kau menumbalkan seseorang untuk mendapat kekayaan?" celetuk Alana terpelohok.
Stela terkekeh, "Dasar bodoh, masuklah aku akan menceritakan segalanya."
Dengan raut wajah yang masih tidak percaya gadis tersebut mendengarkan ucapan Stela dan segera masuk kedalam mobil mewah miliknya.
"Apa?" Alana memekin dengan raut wajah terkejut, "Jadi kau..."
"Lantas apa? itu jauh lebih mudah dari pada harus mondar-mandir tidak jelas mencari pekerjaan." celetuk Stela menyindir.
"Tidak-tidak, itu tidak benar. aku tidak mau!" ucap Alana menolak.
Stela memasang raut wajah heran, "Apa maksudmu? aku tidak pernah mengajakmu untuk melakukan hal sepertiku. Alana aku hanya menceritakan pencapaiannyang aku dapatkan padamu."
Alana tersenyum kikuk, "Aku pikir kau akan menawariku dan sedikit memaksa."
"Bodoh! tapi jika kau menginginkannya aku akan membantumu."
Alana menajamkan tatapannya menatap Stela, "Apa itu artinya kau akan menjualku?" tanya Alana serius.
Stela terkekeh, kebodohan Alana benar-benar sangat menggelikan. "Apa kau tidak waras? jika aku menjualmu itu artinya aku akan mendapatkan imbalan dari pria kaya yang akan kau nikahi."
"Lantas? apa yang harus aku lakukan?"
Stela memainkan telunjuknya, seolah mengisyaratkan Alana agar gadis itu mendekat. "Kau bisa menemuiku nanti malam."
"Dimana?"
"Akan aku kirimkan alamatnya padamu lewat pesan."
Dengan raut wajah datar Alana mengangguk.
"Tapi sebentar." Stela mengamati penapilan Alana yang sedikit kuno dan sudah ketinggalan jaman.
"Kenapa?"
"Kau sama sekali tidak menarik, pria kaya mana yang ingin menikahi wanita udik sepertimu." celetuk Stela berterus terang.
Alana memasang raut wajah meyedihkannya, ia tertunduk kemudian berkata. "Apa yang harus aku lakukan?"
"Ini," Stela meraih dompet di dalam tas bermerknya, ia mengelurkan sejumlah banyak uang kemudian menyerahkannya pada Alana. "Kau pakai saja, untuk merubah penampilan kunomu."
Alana semringah, ia langsung dengan cepat mengambil uang tersebut. "Banyak sekali."
"Itu belum seberapa, jika kau berhasil kau akan mendapatkan lebih banyak lagi."
"Tapi ini bukan jual diri kan?"
Stela tersenyum kikuk, "Sedikit menyerempet kesana. tapi kan ada ikatan pernikahan didalamnya."
Masa bodo dengan hal itu, yang terpenting adalah Alana bisa membeli rumah, mobil, tas mahal dan yang lainnya. Alana benar-benar sudah dibutakan oleh harta, hidup miskin di sebuah negara maju adalah hal yang paling menyedihkan. jika sebelumnya Alana hanya menjadikan keinginannya sebagai angan-angan, dalam waktu dekat ini ia bisa mewujudkan semua keinginannya dengan sangat mudah.
Dengan balutan mini dress tanpa lengan yang sudah Alana beli menggunakan uang dari Stela. ia bergegas untuk datang kesebuah alamat yang sudah Stela kirimkan. dalam pikiran Alana sekarang adalah, beberapa jam lagi ia akan di jadikan santapan oleh pria paruh baya yang memiliki bnayak istri dan juga kekayaan. tidak pernah terpikirkan oleh Alana sebelummya, jika ia akan memilih jalan ini untuk mendapatkan uang.
Apa yang harus Alana katakan pada ibu dan kakak tirinya jika hal ini berhasil. Oh astaga, Alana mengusir kebingungan tersebut karna menurutnya ini sudah tanggung. "Oke, Tinggal selangkah lagi."
Stela sudah terjaga di sebuah bar, ai sedang menunggu Alana yang juga tertarik dengan pencapaian instannya.
"Bodoh! kau dimana? sudah dua jam aku menungumu," gerutu Stela melalui ponsel.
Alana terduduk diatas kloset, ia benar-benar merasa gugup. ragu akan keputusan yang sudah ia ambil tanpa berpikir panjang. Alana menjawab, "Aku ditoilet. Sepertinya aku ragu,"
"Apa kau tidak waras!" pekik Stela yang sukses membuat semua orang disekitarnya terkejut, "Dengar, aku sudah membuat janji dengan seseorang yang ingin menemuimu."
Ditempat lain Alana menjawab dengan bibir bergetar dan sedikit mengerucut. "Si... siapa?"
"Tentu saja calon suamimu!"
"Apa dia tua?" tanya Alana kikuk.
"Mmm, mungkin sekitar lima tahun lebih tua darimu. kau tau, para pengusaha tampak terlihat lebih tua dari umur aslinya."
Alana menghena nafas panjang, ia mendirikan tubuhnya kemudian berkata. "Tunggu aku,"
Stela yang mendengar hal itu pun dibuat sedikit keheranan. "Apa kau bilang?"
Tut... tut... panggilan pun diputuskan secara sepihak oleh Alana.
"Dasar Alana idiot!" Umpat stela jengkel.
"Siapa yang kau bilang idiot?"
Stela menjerit saat melirik kesumber suara, "Ahhhhhhhh."
Alana yang merasa telinganya terganggu pun menutup mulut Stela, "Apa kau bodoh? kenapa berteriak."
"Kau... bagaimana mungkin kau ada disini?"
"Karna kau yang menyuruhku datang."
"Kenapa bisa secepat ini?"
Stela memiringkan senyumnya, "Aku di toilet sini, bukan toilet rumahmu. aku bahkan datang dua jam lebih cepat darimu."
"Astaga," sejenak Stela membulatkan matanya. "Benarkah?" wanita tersebut menatap Alana dari ujung kaki sampai ujung rambut kepala, ia bahkan memutar tubuh gadis tersebut dengan sorot mata menilai. "Seleramu lumayan juga."
"Sudah aku katakan, aku ini modis. karna aku miskin itu sebabnya aku kerepotan untuk membeli barang-barang trend bermerk seperti ini." ucap Alana menyombongkan diri.
Stela melirik kekiri dan kekanan. merasa aman, wanita tersenut memainkan telujuknya kearah Alana seolah memberikan isyarat agar Alana mendekat.
"Apa?" tanya Alana heran mendekatkan wajahnya.
Stela berbisik didaun telinga Alana. "Diatas sudah ada yang menunggumu, apa kau masih perawan?"
Alana membulatkan matanya, "Perawan? tentu saja! aku belum menikah!"
"Baguslah, dia bersedia membayar mahal."
"Bayar?" Alana langsung menjauhkan dirinya dari Stela. "Kau bilang dia akan menikahiku? itu sih namanya jual diri."
Stela menghela nafas kasar. "Kemarilah,"
Alana kembali mendekatkan dirinya, ia mendengarkan dengan detail sesuatu yang Stela katakan. bisa dibilang itu adalah trik yang sama, yang Stela pakai kala dirinya menggaet pria kaya untuk menjadikan Stela sebagai istri.
Stelah diberikan bekal berupa saran, Alana melangkah menuju lantai atas tempat seorang pria sedang menunggu dirinya. jujur Alana sendiri tidak yakin, namun jika ini gagal Stela mengatakan jika Alana bisa menolak lalu pergi. karna stok wanita cantik di tempat tersebut juga tidak sedikit.
"Dimana?" Alana memeriksa satu persatu nomor kamar di depan pintu, mencari nomor yang sama dengan cardlock miliknya. "170, ohh ini." Alana menempelkan cardlock tersebut ketempat seharunya. dalam hitungan detik pintu pun bisa terbuka, Alana mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang dikatakan Stela adalah ruangan VIP.
Tidak ada tanda-tanda jika ruangan tersebut berpenghuni, Alana menelan salivanya. ia memberanikan diri untuk semakin memperdalam langkahnya mengabsen setiap sudut dalam ruangan.
"Hallo... apa ada orang?" pekik Alana gugup. bohong jika Alana sedang baik-baik saja, nyatanya jantung Alana sudah bergejolak seperti orang yang habis maraton. "Ohhh astaga," wajah Alana memelas, tangannya bahkan bergetar. "Apa sebaiknya aku kabur saja? tidak-tidak, jika ini gagal maka kekayaan yang akan aku dapatkan..." Alana tidak menyelesaikan ucapannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!