Sudah tiga tahun lebih Nabila Larasati menjalani pernikahan semu dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro. Sedari remaja Nabila memang selalu di perkenalkan dengan lelaki yang akan di jodohkan dengan dirinya itu, oleh sang nenek yang merupakan sahabat dari kakek dan nenek dari Revan, dan di saat itu pula Nabila sudah mulai merasakan getaran cinta terhadap Revan, tapi lain halnya dengan pria tersebut, bahkan pria tersebut tidak pernah memiliki perasaan apapun terhadap Nabila hingga pada akhirnya pernikahan itu tiba dan sekarang sudah memasuki tahun ketiga bahkan lebih.
Pagi ini seperti biasa Nabila selalu menyiapkan makanan untuk suaminya itu meskipun terkesan cuek tapi Revan selalu memakan masakan yang dibuat oleh istrinya itu, hanya saja Revan tidak pernah berbicara kepada Nabila, bahkan dia lebih sering memanggil asisten rumah tangga nya untuk keperluan dirinya, dan disinilah hati Nabila selalu di uji.
"Mas ayo kita sarapan," ucap Nabila dengan senyum manis yang terbesit dari sudut bibirnya.
"Heeeemb," sahut Revan.
Dan sarapan pun di mulai dengan suasana hening tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka yang ada hanya dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan. Setelah sarapan selesai Nabila mulai mengantar suaminya sampai di depan rumahnya, bahkan dia sempat mencium bahu tangan suaminya meskipun hanya beberapa detik saja dan hal itu selalu membuat hatinya bahagia.
"Hati-hati di jalan ya Mas," ucap Nabila meskipun tanpa sahutan dari suaminya.
****
Di dalam kantor saat ini Revan sedang berada di ruang kerjanya, dia sangat fokus duduk di kursi kebesarannya dengan tangan yang sibuk mengetik tombol laptopnya, setelah selesai dengan pekerjaannya tiba-tiba saja seorang wanita cantik dan seksi datang memasuki ruangannya, mungkin semua orang kantor sudah tahu dengan sosok perempuan tersebut, ya perempuan tersebut adalah Asmirandah pacar atau kekasih dari Revan sebelum dia menikahi Nabila dan hubungannya masih terjalin sampai saat ini.
Asmirandah pun sengaja memeluk tubuh pria jangkung itu dari belakang, dan Revan pun selalu menerima perlakuan Asmirandah dengan sangat manis hingga pada akhirnya bibir mereka saling bertemu dan bertautan, Revan sangat kuat menghisap bibir kekasihnya itu, hingga tanpa sadar dirinya saat ini sudah bertelanjang dada, karena tidak kuat menahan hasrat yang sedari tadi akhirnya keduanya memilih untuk pergi ke kamar yang ada di dalam ruangan ini, dan akhirnya terjadilah pergumulan antara keduanya.
"Sayang akhir-akhir ini kita berhubungan tanpa mengenakan pengaman, aku takut saja kalau tiba-tiba hamil," ucap Asmirandah ketika selesai bercinta.
"Nggak apa-apa sayang itu lebih baik," sahut Revan dengan nada entengnya.
"Tapi, gimana dengan istrimu?" tanya Andah dengan hati-hati karena dia tahu tidak boleh membahas Nabila ketika sedang berduaan dengan Revan.
"Aku, tidak mau membahas masalah itu," ucap Revan sambil melenggang ke kamar mandi.
Andah yang menyadari kemarahan dari kekasihnya itu, langsung diam, bahkan dia segera memakai bajunya kembali dan langsung pergi karena memang dia sangat faham kalau mood kekasihnya itu, sangat jelek maka dari itu dia tidak mau mengganggunya.
Setelah kepergian Andah akhirnya Revan keluar dari kamar mandi mengetahui kekasihnya itu sudah pergi akhirnya dia mulai berpakaian kembali, dan setelah itu asisten nya yang bernama Delon datang untuk memberi tahu kalau nanti malam ada acara dengan rekan bisnisnya.
"Tuan nanti malam ada undangan dari tuan Nico," ucap Delon.
"Ya, sudah nanti atur saja waktunya," sahut Revan lalu dia mulai kembali lagi melanjutkan pekerjaannya.
****
Sedangkan di tempat lain saat ini Nabila di suruh oleh nenek dari Revan untuk mendatangi kantor suaminya, sebenarnya Nabila menolak karena memang seumur-umur baru kali ini dia mendatangi kantor suaminya, neneknya tersebut menyuruh Nabila untuk mengantar makanan yang sudah di siapkan oleh neneknya, sebenarnya Nabila ingin sekali menolak tapi, dia takut menimbulkan kecurigaan terhadap pernikahannya yang tidak sehat ini, karena takut ketahuan akhirnya dia lebih memilih untuk mendatangi kantor suaminya saja.
Dan siang ini Nabila sudah bersiap untuk menuju kantor suaminya dengan dandanan yang simpel tapi tetap terlihat elegan membuat penampilan semakin terlihat mempesona. Di dalam kantor suaminya Nabila meminta tolong kepada staf yang ada untuk memberi tahu di mana ruangan suaminya itu.
"Selamat pagi, Kak ada yang bisa saya bantu," ucap salah satu staf di perusahaan tersebut.
"Saya Nabila istri dari pak Revan dan saya minta tolong untuk menunjukkan di mana ruangan pak Revan," pinta Nabila dengan sopan.
"Oh, baik Bu. Mari saya antar," ucap salah satu staf tersebut.
'Wah ternyata istri pak Revan cantik juga bahkan lebih cantik dari selingkuhannya itu, lebih muda lagi,' gumam staf tersebut dalam hatinya.
Saat ini Nabila sudah berada di depan pintu ruang kerja suaminya saat ini perasaannya sudah tidak karuan karena mengingat suaminya itu tidak pernah ramah terhadap dirinya, maka dari itu sebenarnya dia enggan untuk mendatangi kantor Revan, hal ini dia lakukan agar supaya neneknya tidak curiga kalau sebenarnya hubungan nya selama ini dengan suaminya tidak baik-baik saja, entah kenapa hati Revan begitu keras hingga dirinya tidak bisa melihat ketulusan dari istrinya tersebut.
"Assalamualaikum Mas," ucap Nabila ketika sudah masuk di ruangan Revan.
"Waalaikum salam," jawab Revan seketika berhenti ketika tahu siapa wanita yang datang menemuinya itu.
"Maaf Mas aku datang tanpa memberimu kabar, dan kedatangan ku di sini hanya untuk menyampaikan pesanan nenek," ucap Nabila.
"Pesanan apa? Kenapa tidak di bicara di rumah saja, memang nya sepenting itu, sehingga dirimu harus mendatangi kantor ku ini?" tanya Revan dengan nada datarnya.
"Tidak Mas, bukan seperti itu, tadi nenek menyuruh ku untuk mengantar makanan ini untukmu dan aku tidak enak, bila harus terus menerus menolak perintah nenek, aku sudah capek harus beralasan apalagi terhadap beliau, baiklah kalau pun kamu terganggu dengan kedatangan ku ini aku akan keluar secepatnya juga dari ruangan mu," pamit Nabila tanpa menoleh ke arah suaminya lagi, karena dia tidak pernah menunjukkan kesedihannya kepada siapapun termasuk suaminya yang menjadi penyebab utamanya.
Tidak tahu mengapa setelah kepergian Nabila tadi, timbul rasa iba terhadap hati Revan, pasalnya dia selalu bersikap keterlaluan seperti tadi terhadap wanita yang sudah dia nikahi tiga tahun yang lalu. Entah mengapa saat ini perasaan nya sedang gusar.
'Ah, Nabila apa sih yang kamu dapatkan dari pernikahan ini, sehingga kamu begitu ngotot untuk mempertahankan ini, aku sengaja tidak pernah mengajakmu berbicara bahkan aku tidak pernah menganggap mu ada, itu semua aku lakukan agar kamu tidak betah dan meminta cerai dari ku, karena memang sedari dulu aku tidak pernah mencintai kamu Nab, aku hanya menganggap dirimu sebagai seorang adik saja tidak lebih, dan dari pada kamu terus-terusan tersiksa seperti ini lebih baik kamu pergi saja dari kehidupan ku, di luaran sana pasti masih ada laki-laki baik yang mau menerimamu apa adanya,' ucap Revan dalam hati.
Revan selalu ingat bagaimana manjanya Nabila dulu terhadap dirinya, dan semuanya berubah ketika mereka menikah karena perjodohan para orang tuanya, saat ini hubungannya dengan Nabila bahkan terasa asing seperti orang lain dan tidak saling mengenal.
****
Malam harinya saat ini Revan sedang memenuhi undangan dari rekan bisnisnya tersebut, di sini seperti biasa pria itu, selalu di dampingi oleh asisten pribadinya yang bernama Delon, di sepanjang acara berlangsung Revan merasakan tubuhnya ada yang aneh, tiba-tiba saja tubuhnya merasa panas, karena memang tidak enak dengan yang lainnya akhirnya Revan meminta Delon untuk mengantarnya untuk pulang, di perjalanan saat ini Revan meminta Delon untuk menambah kecepatan nya karena memang dirinya sudah tidak kuat lagi menahan hasrat yang membuncah akibat obat tersebut.
"Sialan siapa coba yang mau mengerjai ku seperti ini!" geram Revan.
"Tuan mau langsung pulang apa ke apartemen saja?" tanya Delon.
"Langsung pulang saja, karena jarak pulang dari sini lumayan dekat," sahut Revan.
Akhirnya Delon mulai melajukan mobilnya menuju kediaman tuanya tersebut, setelah beberapa menit akhirnya mobil yang dikendarai Delon tiba di halaman rumahnya, Revan pun langsung keluar dari mobil dengan tergesa-gesa dia tidak tahu harus melampiaskan hasrat nya ini kepada siapa.
Setelah membuka pintu kamarnya dia tengah mendapati istrinya yang sedang mengenakan gaun tidurnya yang sedikit menerawang, biasanya Nabila selalu berpakaian seperti ini kalau sedang tidur tapi, Revan tidak pernah mau menyentuhnya, malam ini mungkin pengaruh obat perangsang tersebut sehingga Revan begitu bergairah melihat kemolekan tubuh istrinya itu.
"Nabila ...," panggil Revan dengan mata sayu nya.
Sedangkan Nabila merasa heran ada angin apa, tiba-tiba suami dingin nya itu, memanggil namanya"iya mas ada apa," sahut Nabila sambil menghampiri suaminya.
"Aku membutuhkanmu tolong layani aku untuk malam ini saja!" pinta Revan dengan tatapan sayu nya.
"Apa."
Belum sempat Nabila meneruskan perkataannya tiba-tiba Revan sudah melumat bibir Nabila dengan sangat brutal seperti harimau yang menerkam mangsanya, Revan tersenyum dengan nada mengejek pasalnya wanita yang selama ini dia nikahi masih kaku dalam urusan berciuman, mungkin ini hal pertama bagi Nabila sehingga lu matanya terbilang masih sangat kaku, hingga pada akhirnya Revan mulai mencecap seluruh tubuh Nabila yang menurutnya sangat harum, dan bikin candu.
Setelah puas menikmati seluruh tubuh Nabila akhirnya Revan mulai memasukkan senjatanya ke bagian intim Nabila, sayang seribu sayang Revan selalu gagal hingga pada akhirnya di hentakan yang ke lima Revan mulai berhasil membobol keperawanan istrinya itu.
"Nabila tubuhmu begitu enak, aku sangat menyukainya!" erang Revan sambil menghentak-hentakan tubuhnya.
"Aaa..." Akhirnya desahan indah mulai keluar dari bibir gadis bermanik coklat tersebut.
"Ayo, sayang keluarkan desahanmu jangan di tahan," ucap Revan.
Pada akhirnya mereka sama-sama mendapatkan pelepasan, Revan sangat merasa terpuaskan dengan tubuh Nabila, pasalnya baru kali ini dia berhubungan dengan wanita yang masih perawan dan terjaga, seperti istrinya ini, bahkan dia melakukan penyatuan tidak cukup hanya satu ataupun dua kali, dan mengeluarkan nya di dalam, semburan cairan putih itu, terasa hangat di dalam dinding rahim Nabila, dia sangat bahagia, setelah sekian lama akhirnya dia bisa menyerahkan mahkota yang selama ini dia jaga untuk suaminya.
Keesokan harinya Revan sangat terkejut ketika terbangun dari tidurnya, pasalnya saat ini posisinya sedang mendekap tubuh istrinya, perlahan dirinya mulai melepaskan dekapannya, terdengar dengkuran halus dari mulut istrinya itu. Revan mulai menyibak selimutnya, dilihatnya di situ ada banyak bercak dara di atas seprai putihnya, hal itu membuat Revan tambah tercengang, selama tiga tahun lebih dia membiarkan istrinya, tapi istrinya masih tetap menjaga harga dirinya, wanita yang ada di sampingnya ini tidak pernah mencari pelampiasan di luar sana meskipun dirinya tidak pernah menjamahnya.
Dalam diri Revan, ada terbesit rasa bersalah terhadap wanita di sampingnya ini, selama tiga tahun lebih ini dirinya masih belum bisa menerima Nabila sebagai istrinya, bahkan di dalam hatinya memiliki tekad kuat untuk mengakhiri pernikahannya dengan Nabila, Revan memang bukan laki-laki yang baik, bahkan dia dengan terang-terangan mengakui masih mempunyai hubungan dengan kekasihnya, yang bernama Asmirandah.
"Mas Revan, terimakasih untuk malam ini, I love you suamiku," ucap Nabila dengan mata yang masih terpejam.
"Ah, pakek ngelantur segala ini bocah!" ungkap Revan.
'Apa, benar Nabila mencintaiku, ah sudahlah ngapain aku harus memikirkan Nabila, sampai kapan pun aku tidak akan pernah jatuh cinta dengannya, karena di hatiku sudah ada wanita lain yang masuk sebelum Nabila datang,' ucap Revan dalam hati.
Setelah nyawanya sudah terkumpul akhirnya Revan mulai memutuskan untuk masuk ke kamar mandi, di dalam kamar mandi, tidak tahu kenapa pagi ini dia merasa sangat lega, dan bahagia,entah apa sebabnya. Setelah menyelesaikan ritual mandinya akhirnya Revan mulai keluar dari kamar mandi, lalu kemudian dia mulai memakai bajunya, biasanya istrinya itu yang selalu sigap menyiapkan keperluan nya, tapi untuk kali ini istrinya masih terlelap dalam tidurnya mungkin semalam dia sangat kecapekan karena harus menerima gempuran terus menerus dari suaminya itu.
"Tumben itu bocah masih tidur, biasanya dirinya yang selalu sibuk dalam mempersiapkan keperluan ku," gumam Revan.
Dia tidak habis pikir hanya gara-gara kejadian semalam istrinya tersebut tidur dengan nyenyak nya bahkan dirinya tidak terusik dengan suara Revan, biasanya Nabilah akan terbangun ketika mendengar bunyi langkah kaki, tapi kali ini wanita cantik itu masih damai dalam tidurnya.
Setelah rapi akhirnya Revan memutuskan untuk keluar kamar, di sini Revan tengah sarapan hanya menggunakan roti dan selai saja, sarapan pun selesai lalu Revan melenggang pergi ke kantornya.
Di perjalanan Revan masih terbayang dengan kejadian kemarin malam, bahkan dirinya tidak bisa melupakan tarian istrinya yang mendayu di atas tubuhnya, bayangan itu selalu hadir di dalam benaknya. dia tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau bercinta dengan istrinya akan senikmat itu, bahkan kalau di bandingkan dengan kekasihnya tidak ada bandingannya sama sekali, maklumlah di sini dulu dia mendapatkan Asmirandah sudah tidak perawan lagi, jadi dirinya tidak merasakan, hal yang seperti sekarang bersama istrinya.
****
Sedangkan saat ini wanita berparas cantik tersebut sudah terbangun dari mimpinya dia sempat tidak menyangka dengan kejadian kemarin malam, baginya tadi malam itu, adalah malam terindahnya, di mana setelah tiga tahun ini suaminya tersebut akhirnya mau menjadikan dirinya istri seutuhnya.
Nabila sempat kaget melihat bercak darah yang ada di dalam sprei putihnya, akhirnya penantian dirinya selama ini tidak sia-sia, bahkan dia berharap dengan kejadian tadi malam dirinya bisa segera diberikan momongan, karena memang selama ini dia sudah sangat rindu dengan kehadiran sosok seorang anak.
"Ya, Allah terimakasih untuk tadi malam hamba sangat bahagia, bisa menyerahkan mahkota yang selama ini aku jaga, dan mulai sekarang aku, akan selalu menjadi istri yang baik untuk mas Revan." Harapan Nabila.
Setelah dirasa sudah bersih, akhirnya Nabila mulai berkutat di dalam dapurnya, dia sangat tahu kalau saat ini suaminya itu, sudah berangkat di kantornya, sengaja dari itu sekarang dirinya hendak memasak makanan kesukaan Revan, dan setelah hampir satu jaman memasak akhirnya wanita tersebut menyuruh orang rumahnya untuk mengantar makanan di kantor suaminya, Nabila tidak akan pernah mau lagi untuk mendatangi kantor suaminya, karena dia takut kejadian kemarin akan terulang kembali, meskipun saat ini suaminya sudah mau menyentuh dirinya, tapi suaminya tersebut masih belum bisa menerima dirinya sepenuh hatinya.
"Pak, nanti bilang sama tuan ya, kalau makanannya harus segera di makan," ucap Nabila kepada pak Bonar, supir di rumah ini.
"Baik non pasti akan aku sampaikan," sahut pak Bonar sambil menenteng paper bag yang berisi makanan tersebut.
Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mobil yang pak Bonar melajukan sudah berhenti di depan gedung pencakar langit tersebut, lalu dirinya keluar dari mobil dan membawa paper bag tersebut di ruangan atasannya.
"Permisi Tuan," ucap Bonar ketika sudah berada di dalam ruangan Revan.
"Ada apa Pak Bonar, kenapa Pak Bonar bisa datang kesini?" tanya Revan datar.
"Ini Tuan saya hanya di suruh nona muda untuk mengantar makanan tuan, kata nona muda anda disuruh langsung memakannya," ucap Bonar.
"Ya, sudah akan saya makan," sahut Revan.
"Baik, Tuan kalau begitu saya ijin pergi," pamit Bonar yang di angguki oleh Revan.
Revan sangat tidak menyangka baru satu kali dia tidak memakan masakan istrinya tapi wanita mudah itu, langsung menunjukkan perhatiannya, tanpa sadar bibir Revan mengeluarkan senyum simpulnya, dan tanpa dia sadari dirinya sudah membuka kotak makanan tersebut, karena memang dari bau nya yang harum membuat perutnya meronta-ronta menuntut untuk di isi dengan makanan.
Setelah selesai menghabiskan makanannya, tiba-tiba saja Asmirandah datang dengan perasaan yang sangat berbunga-bunga pasalnya saat ini dirinya ingin membuat kejutan untuk kekasihnya tersebut.
"Sayang," sapa Asmirandah dengan manja.
"Ada apa Sayang, tumben datang kemari tidak mengabariku dulu," sahut Revan dengan nada datarnya, dia memang tidak suka kalau tiba-tiba kekasihnya itu main datang nyelonong seperti ini.
"Sengaja ingin membuat kejutan," ucap Asmirandah sambil mendengus ke ceruk leher Revan.
"Apa, yang mau kamu tunjukkan kepada ku."
"Pejamkan dulu matamu sayang," titah Asmirandah.
Setelah Revan memejamkan matanya akhirnya Asmirandah mulai mengeluarkan benda yang berukuran kecil dan sedikit memanjang itu.
"Tara ... Buka matanya," ucap Andah.
Setelah membuka matanya, Revan sangat terkejut, dengan alat kehamilan yang ditunjukkan oleh kekasihnya tersebut, pasalnya selama ini dia telah mendambakan seorang anak dari Asmirandah yang merupakan cinta pertamanya itu
"Sayang akhirnya kamu hamil juga," ucap Revan sambil mengecup bibir kekasihnya tersebut.
"Iya, sayang. Kamu akan menjadi seorang ayah dari anak kita ini."
"Terimakasih yang kamu sudah merubah status ku menjadi calon ayah, aku akan berjanji untuk menikahi mu, secepatnya," ucap Revan sungguh-sungguh.
"Tapi, bagaimana dengan istrimu?" tanya Asmirandah.
"Sudah jangan pikirkan dia, yang terpenting saat ini adalah, janin yang ada di dalam kandungan mu itu, dia anakku jadi, dia harus mendapatkan identitas dari ayahnya," ucap Revan yang membuat Asmirandah menjadi bahagia,
'Akhirnya aku bisa melawan mu bocah ingusan, tidak sia-sia penantian ku selama ini, dan pada akhirnya takdir akan berpihak kepada ku siap-siaplah kamu angkat kaki dari rumah yang dulu sudah aku rancang bersama dengan Revan,' ucap Asmirandah dalam hati
Malam ini perasaan Nabila sedang tidak enak, tidak tahu mengapa tiba-tiba air matanya keluar begitu saja tanpa sebab, terbesit dalam hatinya bagaimana kelanjutan rumah tangganya kelak, selama ini sebagai seorang istri dia tidak pernah mendapatkan tempat di hati suaminya.
Nabila selalu menyadari hal yang demikian, dengan mengandalkan kata sabar, yang membuatnya bertahan sampai saat ini, padahal rumah ternyaman istri adalah pundak suaminya tempat untuk bersandar, tapi kenyataannya wanita ini tidak pernah mendapatkan itu, dalam rumah tangganya, apakah iya, dengan mengandalkan kata sabar dia bisa, sekuat ini. Mau sampai kapan? Pada hakikatnya wanita adalah mahluk yang mudah rapuh dan membutuhkan sandaran dalam hidupnya.
"Ya, Allah mau sampai kapan hambamu ini bertahan dengan keadaan rumah tangga yang tidak baik-baik saja seperti ini, haah." terdengar helaan napas panjang dari wanita cantik tersebut.
"Sebagai wanita aku juga ingin merasakan bercerita apa yang aku rasa dengan suamiku dan sebagai seorang istri aku juga ingin mendengarkan keluh kesah dari suamiku. Misal seperti, adik, mas lelah tolong siapkan air hangat untuk aku mandi, atau seperti ini, adik mataku ngantuk tolong buatkan aku kopi. Selama tiga tahun lebih aku tidak pernah mendengar suamiku meminta hal apapun terhadap diriku, jangan meminta seperti yang aku inginkan, memanggil namaku saja jarang, kita hidup satu rumah mas Revan tapi, kita layaknya orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain, aku tahu pernikahan kita terjadi karena sebuah perjodohan, tapi apa sebagai seorang istri aku tidak berhak, atas dirimu mas, aku menerima perjodohan ini, karena memang aku sudah jatuh cinta kepada mu pas pertama kali kita bertemu, sejak itulah, jantungku selalu berdetak lebih kencang ketika aku berdekatan dengan mu, sejak kelas tiga SMP aku memendam rasa ini sendirian, dan bagiku tuhan masih baik kepada ku, sehingga dia memberiku kesempatan untuk bisa hidup bersama mu, yaitu laki-laki yang aku cintai, bahkan dirimu termasuk cinta pertama ku. Aku tidak pernah tahu sampai kapan hubungan kita ini berjalan, yang jelas untuk hari ini aku sangat ingin sekali menulis semua yang ada di isi kepala ku, untuk ditorehkan di buku kertas yang putih ini." isi dari diary Nabila.
Setelah puas menulis isi hatinya di buku diary akhirnya Nabila mulai tertidur karena memang dirinya sudah merasa lelah dan capek. Tapi sebelum tidur Nabila menaruh terlebih dahulu bukunya tersebut di dalam laci bawah nakas.
****
Di tempat lain saat ini Revan tidak pulang dia lebih memilih menghabiskan waktunya bermalam bersama Asmirandah, di apartemennya, mereka berdua saat ini sedang menuntaskan hasrat satu sama lain, tidak ada rasa menyesal ataupun sedikit rasa iba terhadap istrinya yang berada di rumah, sungguh hati Revan sudah tertutupi oleh hawa nafsu, sehingga otaknya tidak bisa berpikir dengan baik.
"Aaa... Faster baby," erang Asmirandah ketika berada di bawah Kungkungan Revan.
Suara itu terdengar sangat indah di telinga Revan sehingga membuat hasratnya lebih menggebu-gebu, berbagai gaya pun sudah mereka lakukan hingga pada akhirnya meraka sama-sama mendapatkan pelepasan.
"Sayang terimakasih untuk malam ini, mulai besok aku akan mengurus surat perceraianku dengan Nabila, karena aku mau anak yang ada di dalam kandunganmu mendapatkan identitas dari ayah kandungnya yaitu diriku," ucap Revan sambil mengecup kening Andah.
"Terimakasih Sayang sedari dulu kamu tidak pernah mencoba untuk meninggalkan diriku meskipun keluargamu sudah melakukan segala cara untuk memisahkan kita, tapi dirimu tetap memilih diriku," sahut Andah.
"Mulai sekarang tidak ada lagi yang boleh melawan keputusanku termasuk, keluargaku, aku akan membawamu ke rumah orang tuaku, pasti mereka sangat merestui hubungan kita," terang Revan yang membuat hati Andah menjadi jumawa
****
Keesokan harinya Nabila mulai terbangun dari tidurnya dia melihat ke sekeliling kamarnya, tapi lagi-lagi dia tidak mendapati keberadaan suaminya, hatinya pun mulai gelisah, meskipun rumah tangganya tidak baik-baik saja, tapi suaminya selalu pulang di rumahnya meskipun kadang hanya tidur di tempat kerjanya, tapi kali ini Revan benar-benar tidak pulang. Perasaan Nabila pun semakin tak karuan, dia sangat takut kalau suaminya itu, benar-benar tidak menghargai nya sebagai seorang istri.
Setelah selesai membersihkan diri akhirnya Nabila turun ke bawah di ruang keluarga dia sempat bertanya dengan asisten rumah tangganya yang sedang bersih-bersih rumah.
"Bi, apa tadi malam tuan pulang?" tanya Nabila.
"Maaf Non sedari tadi aku tidak melihat mobil tuan Revan," sahut asisten rumah tangganya tersebut.
Nabila pun memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya yang bernama karina, dia sudah tidak tahu harus mengatakan kepada siapa lagi, saat ini orang yang bisa dipercaya hanyalah karin, dia selalu ada di saat Nabila sedang mengalami kesedihan dan selalu menjadi pendengar yang baik.
Di perjalanan Nabila mampir dulu di mini market untuk membeli sebuah cemilan dan juga minuman segar, biasa kalau datang di rumah sahabatnya itu dia selalu membawa makanannya sendiri, untuk menemani obrolan mereka. di sela-sela dia ingin mengambil minuman segar, tiba-tiba saja, dua bertemu dengan mama mertuanya yaitu, ibu dari Revan yang sedari dulu tidak merestui hubungan Nabila dan anaknya tersebut.
"Eh kamu ngapain pagi-pagi seperti ini sudah ada di sini, memangnya kamu tidak nyiapin sesuatu untuk suami mu, ini suami mau kerja bukanya di siapin malah keluyuran nggak jelas seperti ini," sinis mama Revan kepada Nabila.
"Maaf Ma, saya pergi sudah ijin dengan mas Revan," jawab Nabila dengan sopan.
"Memangnya Revan kemana?" tanya mama Revan.
"Mas Revan mulai tadi malam tidak pulang," sahut Nabila.
"Oh, baguslah. Aku sih berharap Revan bersama dengan Andah, agar supaya mereka berdua cepat diberi momongan," ucap mama Revan seraya mengejek menantunya.
"Kenapa Mama bisa bilang seperti itu, bagaimana kalau hal serupa terjadi kepada Reva, anak perempuan mama," sahut Nabila, tak mau kalah.
"Kurang ngajar ya, berani-beraninya kamu mengatakan seperti itu, kepada anakku, ingat ya anakku tidak akan mendapatkan nasib yang malang seperti dirimu, bahkan sedari kecil pun kamu sudah tidak memiliki orang tua, alias yatim piatu, dan di saat menikah lihatlah dengan kedua bola matamu. Bahkan suamimu saja tidak pernah mencintai dirimu, jadi jangan pernah kau samakan nasibmu yang buruk itu dengan nasib anakku yang sudah jelas cemerlang!" ejek mama Revan.
"Maaf Ma, bukanya aku kurang ajar, terhadap Mama. Dan Mama tau kan istilah tabur tuai, aku harap sih Mama akan menuai apa yang Mama lakukan terhadapku saat ini," ucap Nabila sambil melenggang pergi.
"Dasar menantu kurang ajar awas saja, akan aku ceritakan semua kelakuanmu ini kepada anakku!" geram mama Revan.
Setelah selesai membeli semua yang di inginkan akhirnya Nabila mulai memasuki mobilnya kembali dia sangat kecewa terhadap mama mertuanya yang tidak punya hati, dan selalu menyudutkan dirinya seperti itu, kini hati Nabila semakin hancur apa coba yang diharapkan dari pernikahannya yang sudah tidak ada, tanda-tanda keharmonisan itu.
Mungkin dulu dirinya selalu terima jika di caci maki seperti itu, tapi untuk sekarang rasanya sudah mulai ada keberanian dalam diri wanita mudah ini, bahkan dia sudah tidak takut lagi, kalau suatu hari nanti suaminya akan menceraikan dirinya, karena memang di dalam rumah tangganya sudah tidak ada yang dipertahankan lagi.
"Nona, sudah sampai," ucap sopir tersebut membuyarkan lamunan Nabila.
"Maaf ya, pak aku tidak fokus," sahut Nabila sambil membuka pintu mobilnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!