NovelToon NovelToon

Istri Kedua Mas Dokter

*Part 1

"Apa? Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan wanita yang tidak aku cintai? Dan lagi, di hatiku hanya ada satu wanita hingga aku mati. Yaitu, Lestari."

"Tapi Tari sudah tiada, Sagara. Sampai kapan kamu mau hidup sendirian, ha?"

"Sampai aku mati, Ma. Aku tidak akan pernah menikah dengan orang lain selain Tari. Karena dalam hatiku, hanya ada Tari seorang. Wanita manapun tidak akan pernah bisa menggantikan Tari dalam hatiku."

"Omong kosong apa itu, Sagara! Kau adalah anak satu-satunya keluarga Sanjaya. Jika kamu tidak menikah lagi, maka keluarga Sanjaya tidak akan pernah punya keturunan lagi selanjutnya. Apa kau tidak memikirkan hal itu, ha?"

"Kalau begitu, papa minta mama hamil lagi saja. Dengan begitu, keluarga Sanjaya akan punya pewaris lain selain aku."

"Sagara!" Kesal sang papa bukan kepalang. Matanya sampai melotot lebar sambil bangun dari duduk manisnya.

Sang mama yang melihat kemarahan suaminya segera membujuk sang suami agar tidak terlalu terbawa emosi. Sementara Saga, dia masih diam tanpa bergeming sedikitpun saat menyaksikan kemarahan dari papanya itu.

"Tenang, Pa. Tenang. Jangan terlalu emosi. Ingat kesehatan papa sekarang."

"Bagaimana papa bisa tenang dengan ulah anakmu ini, Ma? Dia sangat keras kepala."

"Saga. Tidak perduli apapun pilihanmu, keputusanku sudah bulat. Kau dan Lusiana akan tetap aku nikahkan dalam waktu dekat. Aku sudah membicarakan prihal pernikahanmu ini dengan orang tua Lusi kemarin."

"Apa!"

Kali ini, Saga pula yang bagun dari duduknya. Wajah terkejut dan kesal tergambar dengar jelas di raut wajah Saga sekarang. Ada banyak hal yang membuatnya terkejut. Salah satunya adalah, calon istri yang papanya bicarakan adalah Lusiana. Gadis agresif yang sangat tidak ia sukai sejak lama.

"Kenapa Lusiana, Pa?"

"Tidak. Aku tidak akan pernah menikah. Apalagi menikah dengan perempuan itu. Tidak akan pernah."

Tatapan tajam langsung papanya berikan.

"Lusi adalah pilihan terbaik. Dan kamu tidak punya pilihan lain selain menerima pernikahan yang telah aku runding kan dengan kedua orang tua Lusi. Atau jika tidak, akan aku ratakan makan Lestari dengan tanah, Saga."

"Apa!" Membelalak mata Saga mendengar ancaman sang papa.

Satu setengah tahun yang lalu, ia menikah dengan gadis cantik pilihan hatinya. Dia adalah gadis sederhana dari keluarga yang sangat sederhana pula. Dialah, Lestari Amalia.

Pernikahan Sagara dan Lestari sangat bahagia pada awalnya. Namun, pernikahan itu tidak berjalan lama. Setengah tahun menikah, Lestari malah meninggalkan Saga buat selama-lamanya dalam sebuah kecelakaan mobil.

Lestari pergi bersama bayi dalam kandungannya yang baru berusia tiga bulan. Saga terpuruk selama hampir setengah tahun setelah kepergian Tari. Namun, keterpurukannya mampu ia atasi enam bulan yang lalu. Dan sekarang, dia sudah bisa beraktifitas seperti sebelumnya.

Sudah satu tahun berlalu. Meskipun Saga mampu mengatasi keterpurukan yang menghampiri hati. Tapi tetap saja, luka dalam hatinya masih terasa basah. Luka itu masih terasa perih. Saat kehilangan itu menyapa, setiap waktu terus saja terasa.

Cintanya buat Lestari memang sangat besar. Hingga setelah setahun berlalu, dia masih tidak bisa melupakan keberadaan Tari di rumah mereka. Saga tetap menjaga setiap kenangan bersama Tari. Bahkan, dia juga berjanji kalau dirinya tidak akan pernah menikah dengan wanita lain manapun setelah kepergian Tari.

Tapi sekarang, janji itu, malah terpaksa ia langgar akibat ancaman papanya yang tidak punya hati menurut Saga. Sang papa malah dengan tidak berperasaan ingin menghancurkan makam wanita yang ia cintai jika ia tidak mau menikah.

"Papa kejam."

"Biarkan aku kejam. Selama ini, aku sudah terlalu banyak bersabar dalam menghadapi mu, Saga. Sejak kecil hingga dewasa, kau tidak pernah mau mendengarkan apa yang aku katakan. Aku inginkan kamu belajar untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Tapi kamu malah ingin menjadi dokter. Aku biarkan kamu mengambil langkah yang kamu inginkan. Lalu, setelah kau dewasa, saat kau ingin menikah aku ajukan calon istri untukmu. Tapi kau tidak bersedia. Kau ingin menikah dengan pilihan hatimu. Aku mengalah lagi. Aku turuti mau mu. Aku biarkan kau menikah dengan wanita yang kau inginkan. Dan sekarang, aku sudah tidak lagi bisa bersalah. Aku sudah capek mengalah. Jika kau tidak bersedia menikah dengan Lusi, maka aku akan bertindak kejam. Camkan itu, Sagara Wijaya."

Setelah berucap panjang lebar tanpa memberikan jeda untuk anaknya. Papa Saga langsung beranjak meninggalkan ruangan keluarga. Dia pergi tanpa menunggu Saga menjawab apa yang ia katakan. Sungguh, hatinya saat ini juga sangat kesal akan ulah anaknya itu.

Sementara itu, Saga terdiam membatu sambil memikirkan apa yang baru saja papanya katakan. Memang benar ucapan papanya itu. Selama ini, memang dia selalu menyanggah apa yang papanya inginkan. Sang papa memang pernah mengajukan calon istri untuknya sebelum ia menikah dengan Lestari. Tapi, dia menolaknya dengan tegas. Karena memang, dia tidak suka menikah jika itu bukan karena cinta.

Sentuhan sang mama menyadarkan Saga dari apa yang ia pikirkan sekarang. Dia menoleh ke arah di mana mamanya berada. Senyum kecil terlihat dari bibir mamanya itu.

"Saga. Maafkan mama, Nak. Tapi kali ini, mama juga sependapat dengan papamu. Kamu butuh teman untuk berbagi perasaan dan cerita dalam hidupmu kedepannya. Jadi, menikahlah dengan Lusi. Lusi juga anak yang baik, Saga. Untuk saat ini, Lusi adalah pilihan terbaik bagi mama."

"Tapi, Ma."

"Saga. Pikirkanlah lagi, Nak. Jangan buat papa kecewa setiap saat. Papa adalah orang tua yang sangat sabar selama ini, bukan? Sekarang, jika papa marah, itu adalah hal yang wajar."

Saga tidak tahu harus bicara apa. Bibirnya terbuka tapi tidak bisa ia gerakkan lagi. Sementara itu, sang mama malah langsung beranjak untuk menjauh dari dirinya. Kini, dia benar-benar di tinggalkan sendiri oleh kedua orang tuanya di ruang keluarga yang cukup luas dan terasa sangat sepi.

Saga pun langsung menghempaskan bokongnya setelah dirinya ditinggalkan sendiri. Pikirannya kacau saat ini. Hatinya terasa sangat kesal juga bingung. Ingin menolak, tapi dia tidak diberikan pilihan itu. Ingin menerima, tapi hati sangat ingin menolak. Sungguh, dia berada dalam dilema yang mengesalkan sekarang.

....

Kantor Sanjaya Grup. Gadis cantik dengan rambut hitam bergelombang sedang fokus dengan laptopnya di salah satu ruangan. Dia adalah Lusiana. Sudah hampir satu tahun ia bekerja di kantor ini, menjadi wakil direktur kebanggaan papa Saga.

Ya. Sejak awal, dialah gadis pilihan papa Saga untuk calon istri anaknya. Karena papa Saga dan papa Lusi berteman, mereka sangat ingin menyatukan kedua keluarga dengan cara pernikahan. Sayang, Saga menolak saat itu. Sementara Lusi, dia yang sudah jatuh cinta pada Saga sejak masih anak-anak, lalu menyadari perasaan setelah remaja, memilih untuk mengalah karena tahu cintanya tidak mendapatkan balasan.

*Part 2

Setelah Saga menolak dijodohkan, Lusi akhirnya meninggalkan tanah air dengan alasan ingin fokus pada pendidikan luar negeri. Lima tahun ia di sana, Lusi kembali tak lama setelah kepergian istrinya Saga.

Entah karena telah melihat adanya peluang untuk bersama Saga. Atau memang sudah waktunya dia pulang. Yang jelas, Lusi kembali ke tanah air dan bersikap semakin agresif pada Saga. Dia selalu mengabaikan pandangan tidak suka Saga untuk dirinya. Seolah, Lusi sedang menutup rasa malunya hanya untuk mengejar cinta Saga.

Perhatian Lusi akhirnya teralihkan ketika pintu ruangannya di buka secara paksa tanpa permisi oleh seseorang dari luar sana. Siapa lagi dia kalau bukan Sagara. Pria tersebut kesal akan ulah papanya. Tidak bisa melawan, tapi malah mendatangi Lusi yang sedang bekerja di kantor.

"Saga."

Senyum manis Lusi perlihatkan sambil bangun dari duduknya. Lusi berjalan mendekat untuk menyambut kedatangan pria yang ia cintai sejak lama.

"Datang tiba-tiba, ada apa? Ayo duduk dulu," ucap Lusi sambil terus mempertahankan senyum manis di bibir.

"Tidak perlu basa-basi, Lusi. Aku datang hanya untuk memperingati dirimu. Meskipun nantinya aku akan menikahi kamu, tapi pernikahan itu hanya karena terpaksa saja. Bukan karena aku menyerah atas pengejaran yang kamu lakukan selama ini."

Bukannya sedih atau kecewa atas apa yang Saga ucapkan, Lusi malah tersenyum kecil semanis mungkin. Seolah, senyum itu mewakili hatinya yang tidak merasakan sedikitpun rasa luka akan apa yang baru saja Saga ucapkan.

Sungguh, hal itu semakin membuat Saga kesal dan bahkan ingin sekali memarahi Lusi. Namun sayangnya, niat untuk marah itu langsung tertahankan ketika ia ingin berucap, malah Lusi yang angkat bicara duluan.

"Jangan bicara begitu, Saga. Kau tahu, antara benci dan suka itu hanya beda tipis saja. Dan asal kamu tahu, aku yakin kalau nanti, setelah menikah, kamu akan jatuh cinta padaku. Percaya deh sama aku, Saga."

Saga lalu menggenggam erat tangannya.

"Jangan mimpi, Lusiana. Aku dan kamu, tidak akan pernah jadi kita."

"Oh, benarkah?" Lusi malah jahil sekarang. Dengan sengaja dia memasang wajah terkejut. Tak lupa, satu tangannya ia tutup kan ke mulut.

"Tapi sepertinya, tak lama lagi, kamu dan aku sudah akan jadi kita kok, mas Dokter."

"Kamu!"

Saga terlihat sangat kesal sekarang. Hatinya yang memang sudah kesal, kini bertambah-tambah kesal karena panggilan yang baru saja Lusi ucapkan.

Sebaliknya, Lusi malah semakin bahagia karena bisa menjahili Saga.

"Kenapa? Apa yang salah, mas Dokter?"

"Lusiana!"

"Iya."

"Kamu!"

"Jangan pernah panggil aku dengan panggilan itu. Kau tidak layak!"

"Oh, benarkah aku tidak layak? Jika begitu, maka akan aku buat menjadi layak, Sagara."

Saga kini benar-benar sudah kehilangan kesabarannya. Dia pun bergegas beranjak meninggalkan Lusi tanpa bicara satu patah katapun lagi.

Sementara itu, Lusi membiarkan Saga pergi. Dia tatap punggung Saga yang beranjak semakin menjauh meninggalkan dirinya dengan penuh rasa perih. Bohong jika Lusi tidak merasa sakit saat Saga menolaknya secara terang-terangan. Namun Lusi tidak ingin menunjukkan rasa sakit yang ia derita. Pikir Lusi, lima tahun menjauh sudah cukup untuk menghilangkan perasannya pada Saga. Tapi nyatanya, perasaan itu bukannya menghilang, tapi malah sebaliknya. Bertambah semakin besar sampai ia takut untuk kehilangan pria itu lagi.

Lusi kini memilih menjadi wanita yang agresif untuk mengejar cinta Saga. Menutup luka dengan sebaik mungkin agar bisa terlihat kuat di depan pria tersebut adalah jalan terbaik menurutnya. Dia ingin mempertahankan Saga dengar caranya sendiri. Mengejar cinta pria tersebut sekuat tenaga hingga akhirnya, dia bisa mendapatkan pria tersebut seutuhnya.

"Aku akan tetap bertahan meskipun kamu tidak menginginkan aku, Ga. Bertahan hingga aku sudah tidak kuat lagi untuk bertahan. Tapi, aku bertahan kalau aku mampu membuat kamu jatuh cinta padaku sebelum aku tidak lagi kuat untuk berjuang. Karena bagaimanapun, aku juga manusia yang punya batas menyerah."

Lusi pun membalikkan tubuhnya. Kembali ke kursi untuk mendudukkan pantat, lalu memejamkan matanya rapat-rapat. Tarikan napas tak lupa ia lakukan berulang kali. Namun tetap saja, dada terasa sesak meskipun napas sudah berhembus dengan lancar.

"Tuhan .... Salahkah aku berusaha mengejar cinta dari seseorang yang ku sukai? Aku hanya ingin dia memberikan aku sedikit saja rasa cinta. Cuma sedikit, itu sudah cukup bagi aku. Karena aku mencintainya sejak lama."

Lusi pun kembali menarik napas berat. Lalu, ia pejamkan matanya rapat-rapat kembali. Sementara itu, di sisi lain, Saga sudah pun berada di dalam mobilnya. Kesal hati, dia pukul stir mobil dengan keras.

"Sial. Kenapa juga aku malah mendatangi wanita gila itu? Dia tidak akan pernah bisa aku ajak kerja sama. Dia tidak mungkin mau menolak pernikahan yang papa ajukan. Bahkan, mungkin dia yang sudah membuat papa gelap mata sekarang."

"Kurang ajar. Tunggu dan lihat sajalah, Lusiana. Usahamu untuk membuat aku jatuh cinta padamu tidak akan pernah berhasil. Bahkan, aku akan buat kamu menyesal karena telah bersedia menikah dengan aku. Lihat saja nanti."

Saga kembali memukul stir mobil untuk yang kesekian kalinya. "Agh! Sial! Harusnya aku tidak datang ke sini tadi. Bikin hatiku semakin tidak nyaman saja."

"Menyebalkan! Benar-benar menyebalkan."

Usai memukul stir mobil beberapa kali, Saga barulah memilih meninggalkan kantor Sanjaya Grup. Kantor yang seharusnya dialah yang menjadi pemimpin di dalamnya. Tapi sayang, karena tidak punya bakat, dan tidak tertarik dengan dunia bisnis, Saga malah menolak dan memilih mengabaikan perusahaan keluarganya ini.

Saga pun menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah sakit. Dia bangga dengan profesinya sebagai dokter. Jika bisa menolong orang, hatinya akan sangat bahagia bukan kepalang. Karenanya, dia memilih mengikuti apa yang hatinya sukai. Menjadi dokter terkenal dari rumah sakit ternama.

"Dokter Saga. Ke mana saja, Dok? Saya sudah menghubungi dokter berulang kali. Jadwal operasinya -- "

"Ya Tuhan, aku lupa."

Gegas Saga menuju ke ruangannya untuk berganti pakaian. Hatinya yang kesal terhadap Lusi bisa ia hilangkan sementara. Tapi pada akhirnya, ia malah semakin merasa kesal lagi dan lagi pada Lusi. Benaknya malah menyalahkan Lusi karena dirinya yang sudah terlambat menjalankan tugas.

"Sial! Semua karena perempuan itu. Jika bukan karena dia -- "

"Perempuan, Dokter? Perempuan yang mana?" Suster Hana yang selama ini menjadi rekan Saga malah memotong ucapan Saga tanpa pikir panjang.

Hana dan Saga sudah berteman sejak lama. Keduanya bersama saat masih kuliah, lalu bertemu lagi di tempat bekerja yang sama. Hana suka Saga. Namun sayang, Saga tidak merasakan rasa suka pada Hana sedikitpun. Saga hanya menganggap Hana sebagai teman, dan rasa itu tidak akan pernah berubah bagi Saga.

*Part 3

Saga menoleh ke arah Hana yang sepertinya sedang sangat penasaran sekarang. Dia tatap Hana sesaat.

"Bukan siapa-siapa. Ayo lakukan tugas kita sekarang!"

"H-- hm."

Sedikit gugup dan kesal, tapi Hana cukup sadar diri untuk saat ini. Dia tidak bisa memaksa Saga untuk mengatakan apa yang tidak ingin Saga ungkapkan. Mereka pun melakukan tugas mereka dengan serius dan sungguh-sungguh.

....

Makan malam kedua keluarga tanpa Sagara, mereka terlihat cukup akrab. Karena memang, kedua keluarga sudah sangat dekat sejak lama.

"Maaf ya, Saga gak bisa ikut karena .... "

"Karena sibuk," ucap papa Saga melengkapi perkataan istrinya yang seperti sedang mencari ide untuk memberikan alasan pada calon besan dan juga calon menantunya itu.

"Oh, gak papa kok. Kita maklum dengan kesibukan Saga. Diakan seorang dokter yang sudah pasti banyak kesibukan di rumah sakit." Papa Lusi bicara seolah tanpa beban.

"Iya. Namanya juga dokter. Sudah pastilah anak itu sibuk dengan pekerjaannya. Gak perlu merasa sungkan kalau Saga gak bisa hadir," ucap mama Lusi pula.

Sambutan dari kedua orang tua Lusi akhirnya mampu membuat suasana canggung langsung menghilang. Mereka pun langsung terlihat bahagia kembali. Pertemuan malam ini bertujuan untuk membahas pernikahan Saga dengan Lusi.

"Si. Kamu gak papakan kalo pernikahannya gak diadakan resepsi mewah? Soalnya ... Saga gak ingin nikah dengan acara yang besar. Dia bilang ... dia malu untuk mengadakan pernikahan besar buat yang kedua kalinya," ucap mama Saga agak gugup.

Tentu saja ucapan itu hanya sebuah alasan yang mama Saga buatkan. Karena pada kenyataannya, Saga memang tidak ingin menikah dengan Lusi.

Sebaliknya, Lusi malah tersenyum seolah tanpa beban. Wajah cemas sang calon mertua mendadak berubah bingung sekarang. Bagaimana tidak? Mereka pikir, Lusi akan memperlihatkan wajah sedih saat tahu Saga tidak ingin menikah dengan resepsi besar. Karena bagaimanapun, Lusi adalah seorang gadis.

Gadis mana yang tidak punya harapan untuk menikah dengan pernikahan yang mewah dan megah. Bahkan, sebagian berencana menikah dengan pernikahan yang super duper mewah lagi. Karena hal yang paling membahagiakan dalam hidup adalah menikah. Menjadi raja dan ratu selama sehari.

"Lusi."

"Iya, Ma."

"Kamu gak keberatan? Nikah hanya ijab kabul doang?"

"Ngga kok, Ma. Lagian, syarat nikah itukan cuma lima. Gak perlu repot-repot menyiapkan pernikahan yang mewah dan megah. Orang yang penting kata sahnya doang kok."

Senyum lega langsung terlihat di wajah papa dan mama Saga. Keduanya saling pandang selama sesaat. Setelahnya, mama Saga langsung meraih tangan Lusi dengan lembut.

"Tidak salah kami pilih kamu sebagai menantu kami, Si. Mama yakin kalau kamu bisa melunakkan hati Saga yang masih sangat keras sekarang."

"Iya. Kamu tenang aja, mbak. Selagi kita mendukung anak-anak kita dengan sepenuh hati, mereka pasti akan mampu membina rumah tangga yang bahagia kedepannya," kata mama Lusi pula.

Kedua keluarga pun terlihat semakin bahagia sekarang. Namun, tidak ada yang tahu apa yang saat ini sedang Lusi rasakan. Dia senang, tapi dia juga sedikit kecewa.

Bibirnya berkata kalau dirinya tidak keberatan menikah tanpa resepsi yang mewah. Namun di hati, rasa kecewa itu sungguh nyata. Bagaimanapun, dia juga seorang gadis yang punya mimpi untuk menikah dengan pernikahan yang mewah. Hanya saja, dia tidak bisa memaksakan keadaan terlalu banyak.

Dia sudah memaksakan pernikahan dengan pria yang sama sekali tidak menginginkan dirinya. Jadi sekarang, inilah konsekuensi yang harus ia tanggung. Menikah tanpa resepsi sama sekali.

Waktu berjalan begitu cepat, satu minggu yang telah disepakati pun telah tiba. Pernikahan tanpa resepsi, hanya ijab kabul di kantor KUA pun sudah terlaksana. Dan sekarang, Saga dengan berat hati membawa Lusi pulang ke rumahnya.

"Kamu bisa pilih kamar yang mana saja yang kamu ingin tempati. Tapi ingat, jangan pernah masuk ke kamar ku apapun yang terjadi."

Langkah Lusi langsung terhenti.

"Kenapa?"

"Karena aku tidak suka ada yang masuk ke kamarku dengan alasan apapun kecuali bibi yang bertugas membersihkan rumah ini."

"Lho, tapi aku kan istri kamu sekarang. Emangnya salah kalau aku masuk kamar kamu?"

"Lusiana! Jangan keterlaluan. Jangan lupa, kita menikah hanya karena sebuah paksaan. Dan jangan lupa pula kalau aku sudah pernah bilang padamu, kamu dan aku tidak akan pernah jadi kita. Mengerti?"

Terluka? Sudah pasti. Tapi Lusi masih ingin menyembunyikan apa yang ia rasakan sekarang. Dia pun bersikap seolah tidak merasakan apapun. Duduk dengan santai di salah satu sofa ruang tamu dari rumah Saga yang baru pertama kali ia datangi.

"Oh, baiklah, Mas dokter. Aku paham kok dengan apa yang kamu katakan. Jadi ... gak perlu nge-gas lah, mas dokter yah."

Saga menutup matanya rapat-rapat. Dia pijat tulang hidungnya dengan satu tangan.

"Lusiana. Bisakah kamu sedikit saja sadar diri? Apakah sengat sulit buat kamu memahami apa yang aku katakan? Tolong jangan panggil aku dengan sebutan mas dokter? Kenapa kamu tidak mengerti juga, ha?"

"Apa yang salah, mas dokter? Hanya sebuah panggilan saja kok."

"Kamu tidak layak! Apa kamu tidak memahami kata itu, ha?"

Saga langsung beranjak naik ke lantai dua setelah mengatakan kalau Lusi tidak layak memanggil dirinya dengan panggilan tersebut. Lusi yang tidak habis pikir dengan sikap Saga itu hanya bisa terdiam sambil melihat punggung Saga yang berjalan semakin menjauh.

"Aku tidak layak? Apa arti sebuah panggilan untukmu, Saga?"

Lusi merebahkan tubuhnya di sofa tersebut.

"Heh ... cukup melelahkan mengejar seseorang yang terus berlari tanpa menoleh kebelakang. Selain hati yang harus keras seperti baja, mental juga harus kuat."

Lusi bangun kembali. "Tapi tenang saja. Aku kuat kok. Sangat kuat malahan. Aku yakin aku mampu buat kamu jatuh cinta padaku, Sagara."

Sementara itu, di kamar Saga, pria itu langsung mengunci pintu kamarnya setelah ia masuk. Ia lihat sekeliling kamar yang bernuansa serba biru tersebut. Hatinya rapuh lagi saat ini.

Suasana yang selalu membuat ia merasa kalau istri tercinta masih ada di dekatnya. Ingatan akan masa lalu pun langsung tergambar dalam benak Saga.

"Mas dokter, lihat deh. Semua yang berwarna biru itu indah dipandang, bukan?"

"Warna biru?" Saga ikut melihat ke seluruh ruangan kamar dengan perasaan bahagia.

"Mm ... iya juga ya. Indah."

"Nah, benarkan. Warna biru itu cantik banget, tau gak?"

"Iya, cantik. Cantik seperti kamu. Tapi, apapun yang berkaitan dengan kamu, pasti akan terasa indah, Lestari." Saga langsung memeluk istrinya dari belakang.

"Mas Dokter, ih ... apa-apaan sih? Bikin kaget aja."

Ya. Inilah alasan kenapa Saga marah saat Lusi memanggilnya dengan sebutan mas dokter. Karena panggilan itu adalah panggilan sayang dari Lestari untuknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!