Namaku Revina.
Aku adalah orang yang amat sangat tidak peduli dengan hal-hal yang ada di sekitarku. Aku orang tercuek yang ada di sekolah. Aku cenderung pemarah, aku paling tidak suka di ganggu dengan hal-hal yang tidak penting,aku tidak bisa di usik jika aku sedang tenang.
Aku cantik,kulitku pun putih bersih,rambutku hitam panjang badanku pun langsing,bahkan teman ku bilang aku seperti artis korea yang amat sangat ideal jadi mustahil sebenarnya jika tidak ada laki-laki yang menyukaiku. Namun karna sikap ku yang dingin,semua laki-laki di sekolah enggan untuk mencoba sekedar dekat denganku.
Untungnya di sekolah, aku memiliki teman dekat sejak saat aku kelas 1 SMA. Kanza,Stevi,Dara dan satu lagi Tristan. Ya,Tristan adalah satu satunya laki-laki di antara kami, namun walaupun begitu Tristan tetaplah laki-laki maco,tampan bahkan dia bisa di bilang idola sekolah ku. Awal pertama kita berlima berteman,itu karena kita dulu satu kelas dan masuk kedalam kelompok sains,sejak saat itu,kita merasa cocok satu sama lain,bahkan mereka bisa begitu saja menerimaku yang amat sangat cuek dan bahkan terlihat garing. Kita berlima berteman sampai sekarang kita duduk di kelas 3, dan walaupun Dara dan Tristan sudah beda kelas kami masih ada dalam satu pertemanan tanpa embel embel nama geng.
Dara dan Tristan masuk kelas IPA sementar aku,Stevi dan Kanza masuk kelas IPS. Perbedaan kelas ini karena sudah menjadi keputusan bersama,karena Dara ingin mengasah kemampuan dia di bidang Alam,dan kalau Tristan hanya ingin saja berpisah dari kami agar tidak terasa bosan katanya. Namun tetap saja,setiap mau masuk sekolah,istirahat bahkan pulang sekolah pun kami berlima selalu menyempatkan bertemu dimana pun itu.
****
Hari ini adalah pertengahan semeseter kami menghadapi ujian. Kami mengerjakan ujian di kelas kami masing-masing. Dengan tenang aku mengerjakan soal ujian ku di dalam kertas lembaran yang di berikan bu guru pengawas. Kanza dari bangku depan tampak khawatir melirik kanan kirinya seolah mencari bantuan. Dia melirik Stevi yang ada di samping nya.
“Stev..” bisik nya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Stevi pura-pura tidak mendengar,dia terus berfokus ke lembar ujian di hadapan nya.
“Stevi!” Panggil Kanza dengan sedikit melotot.
“Apa?!” Akhirnya Stevi menatap Kanza dengan kesal dan dengan ikut berbisik.
“Liat jawaban looo cepetan” bisik Kanza sambil terus berjaga menatap guru yang sedang teralihkan fokusnya oleh catatan-catatan yang ada di dinding sekolah kami.
“Nih!” Stevi akhirnya menunjukan lembaran kertas itu di bawah pangkuan nya,dengan menghadap Kanza,agar Kanza bisa menyontek hasil otak Stevi.
“Hey..hey..hey” tegur Bu Guru pengawas itu yang memegoki gerak gerik mencurigakan dari Stevi dan Kanza.
Kanza dan Stevi pun panik dan kembali berpura-pura serius mengerjakan ujian mereka.
Aku yang ada di belakang mereka,hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah mereka yang lucu,dan aku kembali mengerjakan ujian ku dengan tenang.
Bel istirahat berbunyi. Kami berlima berkumpul bersama di meja kantin sambil memesan makanan dan minuman favorit kami.
“Ya lagian lo ngafalin jadwal buat besok,ya iyalah ngeblank langsung kan ?” Omel Stevi.
“Ya gue terlalu bersemangat aja buat ngafalin ekonomi tadi malem tuh,soalnya sambil teleponan sama ayang, terus karena sebelumnya kita ngobrolin ujian ekonomi kan kemarin,nah makanya ,gue kira tuh pembahasan pelajaran ekonomi kita kemarin buat ujian hari ini makanya gue ampe begadang ngafalin nya,eh pas liat lembar ujian loh kok pelajaran biologi gua bilang,ya gue ngeblank lah”
Lalu semua tertawa,bahkan Dara sampai terpingkal pingkal. Aku tertawa sambil makan nasi goreng seafood kesukaan ku.
“Bagi dong” pinta Tristan di sampingku.
“Enak aja,beli lah” timpalku dengan galak nya.
“Bikin nya kelamaan ntar dia”
“Ya kenapa ga dari tadi pesen nya?”
“Tadinya gamau,tapi liat punya lo kayanya enak bener”
“Dih. Ya udah ni,sesuap aja awas lo!” Anacm ku sambil menunjuk wajahnya untuk memperingatinya dengan tatapan tajamku.
“Iya,yaelah pelit amat timbang nasi goreng doang”
“Kalo nasi goreng doang ya beli sono” kesal ku dengan tetap mempersilahkan Tristan untuk mencicipinya.
“Masih pagi,tunda dulu napa marah marah nya”
“Ya lagian lu ganggu kenikmatan gua aja”
Dia mulai memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya.
“Udah sih ih” gerutu ku sambil merebut kembali sendok dan nasi gorengku darinya.
“Iya iya iya”
Ya begitulah aku. Aku sering sekali marah-marah dan kesal jika aku di ganggu,tapi untungnya ke empat teman ku masih tetap mau menemaniku sampai saat ini.
“Eh gimana kabar cowo lo?” Tanya Tristan kepada Stevi.
“Udah baikan dong” centil Stevi sambil memeluk handphonenya seolah pacarnya berada di handphone itu.
Kami berempat kompak untuk menyorakinya. Karena ini bukan kali pertama dia putus nyambung dengan pacarnya,ya bisa di hitung 4 kali dalam perjalanan hubungan mereka setahun ini.
Pacar Stevi adalah alumni sekolah ini. Dia berbeda 1 tahun dari kami,dan dia kuliah di UI dengan jurusan hukum. Pacarnya pintar namun dari awal mereka berpacaran,aku dan teman-teman yang lain sangat meragukan laki laki yang bernama David itu. Karena laki-laki itu seperti hanya mempermainkan Stevi saja,dia sering kali menghilang,lalu sering sekali ketahuan berbohong,bahkan David pernah kepergok jalan berdua dengan mantan nya di mall oleh Kanza. Namun karena sudah di butakan oleh cinta,Stevi jadi selalu memaafkan semua kesalahan yang di lakukan David.
“Terus aja putus nyambung,bosen banget gue dengernya” ketusku sambil berusaha menghabiska nasi gorengku yang tersisa sedikit lagi.
“Tapi kali ini dia janji ga akan lagi bikin gue kecewa Rev” timpal Stevi.
“Sampe kapan perjanjian nya?” Tanyaku lagi.
“Ya sampe selama lama lamanya” ucapnya penuh dengan kepercayaan tinggi.
Aku dan keempat teman yang lain kompak memutarkan bola mata dan saling pandang satu sama lain.
“Yakin?” Tanya Dara dengan wajahnya yang meledek.
“Iya gue yakin lah”
“Pokoknya kalo ada apa-apa jangan pake drama drama lagi,jangan galau-galau lagi,jangan nangis-nangis lagi apalagi sampe histeris,kalo ngga,gue gantung lo di tiang bendera jam 12 siang,biar lo tau rasa” ancam ku yang sudah mulai tidak mood menghabiskan makanan ku.
Semua tertawa dengan ancaman ku,dan Stevi menatapku dengan membayangkan hal itu terjadi.
“Iihh serem banget deh,mana panas lagi jam 12,ga bisa sorean dikit napa ?” Jawab Stevi membuat kami semua kembali tertawa juga.
Tiba-tiba ada 3 orang siswi perempuan menghampiri meja kami. Itu adalah Karin ,Cyla,dan Mella. Mereka adalah siswa kelas IPA 3 yang berada tepat di samping kelas Dara dan Tristan IPA2.
“Tristan” panggil lembut Karin sambil membawa sebuah buku di dadanya.
“Ya” saut Tristan sambil mendongakan kepalanya menatap Karin.
Kami semua diam pura-pura tidak terlalu memperdulikan mereka,padahal telinga kami dan bola mata kami amat sangat memperhatikan dengan begitu jelasnya.
“Kemarin kan lo sempet praktik ujian sains yang ini” ucap Karin menunjukan karya Ilmiah yang sudah dia catat di buku nya.
“Oh iya,terus?”
“Gue boleh ga minta ajarin praktik ini sama lo di lab,soalnya materi kita sama” pinta Karin dengan wajah yang begitu berharap.
Tristan menatap kami satu persatu,seolah dia meminta persetujuan dari kami.
“Boleh,tapi kalau gue ada waktu ya”
Karin tampak kecewa namun dia berusaha untuk tenang.
“Okedeh. Gue tunggu kabar dari lo ya,soalnya ujian praktek kita kan udah lusa”
“Oke okee nanti gue kabarin ya” jawaban Tristan dengan konsisten.
“Ya udah kalo gitu. Bye Tristan,bye semua” pamit Karin dengan meninggalkan senyuman yang begitu manis kepada kami semua.
Setelah mereka pergi,Tristan kembali membalikan badan untuk menghadap kepada kami teman-teman nya.
“Kenapa ga di Iya in aja sih ribet banget harus nunggu ntar” omel Dara.
“Lagian gue bingung,bukan nya dulu lo suka ya sama Karin ?” Tanyaku mengingatkan.
“Ya itukan dulu” tangkisnya.
“Ya kalo dulu kan dia masih punya pacar,kalo sekarang kan mungpung dia jomblo juga,ya udah kesempatan lo dong buat deketin dia lagi,kayanya dia juga naksir sama lo” ujar Stevi.
“Gue nya udah ga tertarik”
“Idih gaya lo,so so an jual mahal lo ya” ledek ku.
“Heh,biar lo ngerasan pacaran masa SMA itu gimana,kita itu ga kerasa udah mau lulus kan 5 bulan lagi” ucap ku dengan tidak sadar diri.
“Dih. Ngaca lo,gaya lo kaya yang udah pernah pacaran aja. Lagian masih mending gue punya gebetan walaupun ga pacaran,nah lo? Suka ama cowo aja ga pernah” balik ledek Tristan di samping ku.
“Ya gue kan beda,value gue tinggi bro ga akan ada di sekolah ini yang masuk kriteria gue”
Tristan menertawakan ucapanku.
“Bukan value tinggi,emang lo nya aja nyeremin jadi gada yang mau sama lo”
“Ada ya,nanti gue buktiin”
“Kapan coba?”
“Ya nanti aja lo liat sendiri”
“Okeh”
“Iihh berisik deh ribut mulu,udah abisin makan lo itu bentar lagi mau bel masuk” omel Kanza.
“Gamau gue kenyang” bete ku.
“Tadi di mintain gamau bilang nya laper,sekarang ga di abisin” ucap Tristan yang sangat senang sekali mengusik kui
“Ya elo bikin ga nafsu”
“Kok gue?”
“Ya elo dari tadi ngajak ribut mulu jadinya ilang nafsu makan gue,tanggung jawab lo abisin!” Pinta ku dengan nada masih saja kesal.
“Oke” jawab Tristan dengan senang hati.
Lalu semua teman ku menertawakan kami.
Akan ku perkenalkan dulu teman ku satu persatu.
Kanza. Dia orang nya sangat centil sekali,dia modis,selalu memperhatikan setiap detail penampilan nya,kesekolah pun dia selalu terlihat bergaya,dengan tas tas mahal yang dia punya,lalu gaya rambut yang selalu on seperti selalu di salin setiap mau bersekolah,dan juga selalu menjaga setiap kebersihan di sekitarnya. Dia modis,stylish,juga cleanes. Ribet memang seorang Kanza itu,namun dia juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap teman-teman nya.
Dara. Tidak ada hal aneh yang ada di dalam diri Dara. Dia hanya wanita biasa,yang pintar juga friendly. Dara itu orang nya lebih calm,lebih bisa tenang jika di ajak berbicara serius,dia cenderung lebih dewasa dari yang lain. Namun tetap saja,ada saja hal ceroboh yang sering kali dia lakukan yang bisa membuat dia tiba-tiba badmood sendiri jarena kebodohan nya.
Stevi. Dia sama halnya seperti dengan Dara, dia pintar,cantik,baik,pengertian bahkan dia lebih aktif di banding Dara. Namun ada sisi negatif nya yang dari dulu tidak kami sukai. Masalah percintaan nya. Stevi sering kali tertipu oleh kisah-kisah cintanya. Dari awal kami kenal,Stevi selalu bermasalah dengan pasangan nya. Entah dia di bohongi,entah dia di kecewakan karena tidak sejalan,entah dia di selingkuhi dan masih banyak lagi yang membuat Stevi selalu saja ada masalah di dalam percintaan nya,bahkan sampai sekarang.
Dan yang terakhir,Tristan. Dia adalah teman baik kami,teman yang selalu melindungi kami dari apapun masalah yang ada di sekolah. Dari kelas 1 saat kami masih berada dalam satu kelas,Tristan selalu menjadi garda terdepan kami jika salah satu dari kami ada yang menggangu. Saat kelas 2 pun,saat Stevi di sakiti oleh pacarnya,Tristan langsung turun tangan sendiri untuk memberi pelajaran kepada pacar Stevi saat itu. Tristan punya teman juga selain kami,yaitu teman-teman basket nya,dia sangat hebat sekali bermain basket,sehingga dia di jadikan kapten basket selama ini. Bukan hanya basket,bahkan Tristan pun pintar di semua bidang olah raga,seperti Voli,sepak bola bahkan dia juga sempat itu muaithai,namun semua kegiatan itu hanya dia lakukan jika dia bosan saja. Dan Tristan ada kesulitan dalam mencari pacar. Dia itu lebih picky,terlalu pemilih,jadi membuat dia susah untuk mendapatkan wanita yang dia inginkan.
Dan itulah teman-teman ku. Walaupun beragam sifatnya,namun ada satu hal yang membuat kita selalu bersama,yaitu kepercayaan. Kami semua di satukan dalam sebuah ikatan kepercayaan,tidak pernah ada yang kami sembunyikan satu sama lain. Kami harus tahu semua masalah yang sedang kami hadapi,walaupun masalah itu besar sekali pun,dan mustahil untuk kami bantu,setidaknya kami menjadi orang pertama yang mendengarkan keluh kesah itu,dan siap membantu sebisa kami. Aku bahagia karena bertemu dengan mereka di saat pertama aku masuk sekolah,aku bersyukur karena mereka mau menemani ku dengan sikap dingin ku ini.
****
2 hari kemudian. Ini adalah ujian terakhir kami,dimana kami akan melakukan ujian Laboratorium yang di lakukan tentu saja di ruang Lab. Karena ruang Lab hanya ada 1,akhirnya kami bergiliran untuk praktek di ruang Lab. Kita di beri waktu bebas sambil menunggu untuk mempersiapkan apa yang akan kami persentasikan saat waktunya ujian kami di mulai.
“Tristan!” Teriak Karin kepada Tristan yang sedang sibuk dengan karya ilmiah nya di ruang Lab.
Aku,Kanza dan Stevi yang sedang berada di luar kelas dengan karya kami yang sudah kami siapkan di meja luar,sontak langsung menatap kesumber suara. Kami bertiga menperhatikan teman kami yang berada di sebrang sana tengah mengobrol dengan Karin.
“Lo mau nolongin gua ngga ? Itu karya gue di dalem kelas” ucap Karin dengan begitu manis nya.
“Oh boleh” gagu nya sambil menatap ke arah kami bertiga.
Aku memicingkan mata menandakan jika dia harus mau dengan permintaan Karin.
Lalu Tristan dan Karin pun pergi masuk ke dalam kelasnya.
“Aneh banget lagian si Tristan. Tuh cewe padahal cantik banget,primadona kelas,tapi dianya kayanya ogah banget buat deketin lagi” ucap Kanza mulai nyinyir kepada teman nya sendiri.
“Ya mungkin rasa cinta nya udah kadaluwarsa kali” ucap ku. Stevi dan Kanza tertawa mendengar celotehku.
“Tapi lo pernah perhatiin ga ? Tristan tuh kaya lagi ada mendem sesuatu gitu,dia kaya ada nyembunyiin sesuatu ga sih ?” Ucap Stevi dengan tatapan yang meyakinkan.
“Emang iya?” Tanyaku tak yakin.
“Gue sih liat nya gitu,tapi gua ga tau apa yang dia sembunyiin” jawab Stevi.
“Gue ga merhatiin lagi. Tapi kita kan udah janji,kalo ada apa-apa,kita harus sharing satu sama lain no matter what” timpal Kanza.
“Iyasih”
Lalu kami bertiga kembali ke pintu kelas dimana Tristan dan Karin masuk.
“Ini kalo sampe Tristan dan Karin jadian di malam Prom nanti,wah bakalan pecah sih,bakalan rame banget” ujar Kanza.
Iya,akan ada acara malam perpisahan untuk kami saat setelah kelulusan nanti. Jika biasanya acara perpisahan hanya di lakukan siang hari,untuk kali ini sekolah kami menolak untuk sama konsep dengan sekolah lain. Kita akan ada acara perpisahan malam dengan tema Prom,dan panitia sudah merencanakan akan ada games ‘meet lovers’ untuk memeriahkan acara nanti. Selembaran sudah di sebar,bahkan pengumuman pun sudah di pasang di mading sekolah,dan games ‘meet lover’ itu membuat semua siswa dan siswi semangat untuk ikut serta dalam kegiatan nya. Mereka mungkin ingin mendapatkan jodoh di malam perpisahan mereka nanti,tujuan nya apa,aku tidak tahu,dan aku tidak peduli.
Tristan dan Karin keluar dari kelas Karin. Wajah Karin begitu bahagia dan salah tingkah,sementara Tristan tampak biasa saja dengan senyuman yang terus di pancarkan di wajahnya. Aku dan kedua temanku saling senggol lengan melihat Karin dan Tristan sepertinya ada kemajuan.
Dara berlari menghampiri kami. Dia sudah lebih dulu ujian,karena kelasnya berada di kelas IPA 1,dan di lihat dari wajahnya,sepertinya tidak ada kesulitan sedikitpun di dalam sana yang akan membuat mood dia buruk.
“Ada apa sih,kalian serius amat?” Tanya Dara memperhatikan kita seperti sedang menyelidiki sesuatu.
“Tu liat!” Ujar Kanza sedikit berbisik dengan gerakan kepala menunjuk Tristan dan Karin.
“Oh waw,pemandangan macam apa ini?” Kagum Dara.
“Ada kemajuan dia” ledek ku.
“Perayaan dong pulang sekolah sekarang” timpal Stevi.
Tristan melihat kami berempat di sebrang nya,kami langsung berpura-pura tak memperhatikan nya,karena yang kami takutkan adalah Karin yang malu di tonton oleh kami berempat,jadi kami harus pura-pura tidak melihat kedekatan mereka.
Sepertinya Tristan meminta izin kepada Karin untuk menghampiri kami. Saat dia mendekat kami dengan kompak menggoda dia dengab menatap penuh kecurigaan.
“Ciieeeee...cieeeee.....cciieee”
“Apaan sih,norak banget” kesal Tristan sambil memperhatikan hasil kerja keras kami di atas meja.
“Ada kemajuan nii ya” ledek Kanza.
“Kemajuan apaan sih? Tadi gue ngobrol sama Karin?” Tanya nya sambil membetulka karya ilmiah kami yang sepertinya ada kesalahan.
“Ya apalagi ? Gosip lu kan cuma itu doang” ledek ku.
“Gue cuma bantu dia liat hasil karyanya aja ya,ga ada kemajuan kemajuan,apaan ga jelas ?”
“Tapi dia keliatan happy tuh” ujarku sambil melirik Karin yang sepertinya masih ada sisa sisa kebahagiaan karena mengobrol setitik dengan Tristan.
“Ya itu kan urusan suana hati dia,ngapain lu urusin”
“Emang bener-bener ya ni orang,nyebelin banget. Kenapa bisa-bisanya tuh cewe cantik suka sama lo” lagi-lagi emosiku terpancing.
“Heh,lo tuh yang nyebelin,ini kenapa hasil karya kalian jadi berantakan begini sih!” Omel Tristan menunjuk karya ilmiah kami.
“Kenapa emang?” Tanyaku.
“Ini salah ini,ini gimana bisa aktif dong orang batre negatif sama positif aja ngaco gini”
“Emang iya ya ?” Tanyaku kikuk menatap Kanza dan Stevi yang hanya bisa mengangkat halis mereka tak mengerti.
Karena karya ilmiah ini memang kita buat bertiga untuk ujian praktek ini,namun tentu dengan arahan teman pintar kami yaitu Tristan dan Dara.
“Duh kalo kaya gini gue ga ngerti” ucap Dara.
“Mana karya tertulis ilmiah kalian?”
Aku langsung memberikan buku yang sudah aku persiapkan juga di atas kursiku.
“Nih liat coba lo perhatiin”
“Mana?” Tanyaku yang memang sudah pusing sekali melihat eksperimen yang sudah kita bertiga buat.
“Oh iya,hehe” ucap ku malu,karena memang ada salah dari penyimpanan bendanya.
Tristan hanya terus menatap ku dengan serius. Aku takut di makan oleh dia karena kebodohan ku ini,jadi aku dan kedua temanku dengan sigap membetulkan ini semua.
“Oh iya nyala, waw terimakasih sahabat” ucapku sambil tersenyum bahagia.
“Sama-sama sahabat” jawab Tristan dengan begitu bangga nya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi.
Ketika kami bertiga baru saja keluar kelas tiba-tiba Dara dan Tristan sudah berdiri di kelas kami sambil mereka tertawa berdua entah apa yang baru saja mereka ceritakan.
“Kenapa lu berdua seru amat” tanya ku tak inggil ketinggalan bahan lawakan mereka.
Dengan susah payah karena masih tertawa,Dara berusaha menceritakan hal lucu yang baru saja mereka lihat.
“Ituu.. haha itu si itu”
“Apasih Dar,kelarin dulu ketawa lu” omel Kanza karena dia pun penasaran.
“Itu si Tristan,tadi Karin lewat terus Karin negor dia kan, basa basi ‘hay Tris mau langsung pulang?’ Terus si bego ini reflek jawab ‘iya pulang ke Mama’ “ lalu Dara kembali menertawakan hal bodoh itu dengan terpingkal-pingkal.
Kami pun jadi ikut tertawa mendengarnya.
“Bego banget anjir ni cowo,kenapa bisa jawab nya pulang ke Mama” lanjut Dara.
“Apaan sih lo Tris? Harus banget orang lain tau lu pulang Ke Mama ?” Tanyaku sambil terus tertawa juga.
Begitupun Tristan yang masih menertawakan kebodohan nya. Dia mengibaskan tangan nya sambil berusaha menghentikan tawanya.
“Gue reflek. Gue juga ga ngeh jawab gitu,terus si Karin dia langsung natap gue heran gitu terus dia pergi deh,sialan.. gue takut di kira anak Mami,gila emang”
“Iya gila lo emang” ujar Kanza.
“Aduuhh udah yuk,gue pengen kencing ni ketawa mulu” ucap Dara sambil memegangi perutnya yang sudah lelah tertawa.
“Ya udah ayo keburu hujan juga” timpal Stevi.
“Yee.. ya kenapa emang kalo hujan? Seru tau bisa ujan-ujanan” ketus ku.
“Wuuu.. emang ngarep aja lo biar ujan” ucap Kanza.
“Iyaa dasar si ratu hujan” timpal Dara.
“Emang ada ya?” Polos Stevi.
“Ya ada,ni buktinya” jawab Dara.
“Ya udah ayoo pulang yo,gue mau pulang ke Mama ni” celoteh ku kembali membuat kami semua tertawa.
Ketika di parkiran,seperti biasa kita sudah terbagi menjadi 2 bagian jika pulang. Stevi dan Dara pulang bersama memakai mobil Stevi karena mereka searah,sementara aku,Tristan dan Kanza pulang bersama memakai mobil Tristan,ini sebenarnya tidak searah tapi karena Tristan orang nya solid sekali,dia jadi rela memutar sedikit jalan nya agar bisa mengantarku dan Kanza sampai rumah.
Aku duduk di depan di samping Tristan,dan Kanza duduk di belakang di kursi penumpang. Di perjalanan kami masih saja membahas tentang Tristan dan Karin. Kami tidak pernah ada kehabisan pembahasan jika sudah bersama,selalu ada saja hal yang pasti akan kami ceritakan satu sama lain. Tidak terasa rumah Kanza sudah di depan mata.
“Oke sip udah nyampe. Jangan lupa bintang 5 nya ya mbak” ucap Tristan,
“Hotel kali ah bintang 5” timpal Kanza.
“Ya udah gue pulang dulu ya,ati-ati kalian berdua byee”
“Byee zaa”
“Daahh,salam sama nyokap” ucap ku berteriak saat Kanza sudah masuk ke dalam gerbang rumah nya.
“Iyaa”
Tristan kembali mengemudikan mobil nya ke jalan raya. Rumah ku adalah rumah terjauh dari mereka,aku saja tidak mengerti kenapa Mama dan mendiang Papa dulu menempatkanku di sekolah jauh ini. Yang aku tahu salah satu alasan nya ini adalah salah satu sekolah terbesar di Jakarta,dan ya bisa di bilang ini adalah sekolah ternama. Mama dan mendiang Papa ingin aku mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk masa depan ku.
“Kabar nyokap lo gimana ?” Tanya Tristan mulai membuka obrolan kembali.
“Ya gitu aja lah,masih sibuk dengan kerjaan nya di kantor”
“Terus kuliah lu gimana ? Udah ngobrol sama nyokap lo?”
Aku menghela nafas begitu dalam.
“Belom”
“Kenapa ?”
“Ya dia ga pernah ada waktu buat gue. Jangankan mau ngobrolin masalah kuliah,kadang gue lagi butuh ngobrol aja dia ga ada waktu”
“Sesibuk itu ya”
“Ya ngga sih. Tapi gue kadang suka kasian kalo liat nyokap pulang kerja,kayanya cape banget”
“Ya itu kan juga demi lo anak semata wayang nya. Kalo bukan dari nyokap lo,mau darimana lagi kalian dapet penghasilan? Lagian posisi nyokap lo sekarang di kantor kan udah tinggi banget Rev,sayang juga dong kalo dia harus ninggalin itu”
“Gue ga berharap dia berhenti juga sih” ucap ku mulai sedih mengingat perjuangan Mama selama ini setelah di tinggalkan pergi selamanya oleh Papa saat aku umur 10 tahun.
“Tapi,gue kaya udah kurang perhatian juga”
“Ngga ya,gue ga mau liat lo sedih kaya gini. Lo kan masih punya kita yang selalu ada buat lo” omel Tristan yang selalu tidak ingin melihat yeman lain nya.
“Iya..iya..iya gue tau”
“Gue ga mau banget liat lo kaya gini,gue lebih mending liat lo marah-marah aja deh di banding sedih sedih kaya gini,ini tuh bukan lo banget”
Aku tertawa mendengar ocehan Tristan.
“Betah banget ya lo gue omelin mulu”
“Gue rela lo omelin setiap saat,asal lo bahagia” ucapnya yang selalu membuat ku terharu.
Seperti itulah Tristan. Dia tidak pernah ingin melihat para teman nya bersedih. Dia paling tidak suka melihat salah satu dari kami sedih sendiri,kami harus membagi semuanya,entah itu kebahagiaan atau kesedihan,Tristan emang orang yang baik.
Ketika turun dari mobil,Tristan juga ikut turun dan ikut masuk ke dalam rumah ku yang cukup tampak besar.
“Bi Inah lo kemana?” Tanya Tristan,karena biasanya Bi Inah sudah akan membuka kan pintu gerbang untuk kam ketika kami pulang.
“Ga tau,sibuk di dalem kali”
Aku dan Tristan masuk ke dalam rumah.
Ya. Tristan selalu ikut dulu masuk ke dalam rumah ku,karena perjalanan rumah ku lumayan jauh,jadi kadang dia suka sekedar meminta minum di rumahku atau hanya ingin bernafas sejenak di rumah ku yang dingin karena AC ini.
“Maaa” teriak ku.
Tristan menjatuhkan diri di sofa ruang tamu dengan begitu lelahnya,karena panas dan macet jalanan di Jakarta.
“Kaka pulaangg” teriak ku mencari keberadaan Mama ku.
“Eh Kaka” ucap Mama yang turun dari tangga sambil tersenyum hangat menatapku.
“Mana Tristan?” Tanya Mama.
“Tuh di ruang tamu” ucap ku sambil menghampiri Mama agar dia bisa mencium pipi kanan kiri ku.
“Hay Tante” sapa nya sambil berdiri dan mencium punggung tangan Mama.
“Macet ya di jalan?”
“Ya,seperti biasa di Jakarta jam segini tan,bubaran kantor”
“Iya ya. Makasih ya udah anterin Revi pulang terus”
“Gapapa Tan”
“Lagian Revi kalo di suruh bawa mobil dia gamau,di anter supir dia gamau. Dia bilang udah betah di anterin pulang kamu”
“Iya Gapapa tan asal ada ongkos jus jeruk nya aja setiap hari” ledek Tristan memberikan kode keras kepadaku yang sedang berada di pantry.
“Wuuu pamrih lo. Bikin aja sendiri kenapa,biasanya juga nyelonong masuk ke dapur lo” teriak ku yang di pantry sambil membuatkan jus jeruk untuk kami berdua.
“Ya malu lah sekarang kan ada Tante” ucap Tristan sambil menatap malu Mama ku.
“Dih. So asik lo” cibir ku.
“Haha,ya sudah sana ke dapur aja gapapa,Bi Inah soalnya lagi di suruh tante ke depan dulu”
“Oh gitu pantesan tu si cantik ga keliatan” ucap Tristan lagi membuat ku dan Mama tertawa. Karena dia selalu saja menggoda Bi Inah,si janda kembang komplek ini. Bi Inah juga selalu centil jika sudah di puji-puji pleh Tristan karena kemolekan nya,padahal Bi Inah umurnya lebih tua dari Mama ku.
Mama berumur sekitar 40 tahunan sekarang. Namun walaupun sudah berkepala empat,Mama tetap terlihat awet muda. Dia selalu melakukan perawatan wajah maupun badan,sehingga kulit-kulitnya kencang dan tidak ada yang kendor sedikitpun. Mama ku pun single parent tercantik di kantornya,bahkan banyak sekali yang mengejar Mama agar bisa menggantikan posisi Papa,tapi kesetiaan Mama tidak bisa menggantikan Posisi Papa yang sudah tiada sejak 8 tahun yang lalu. Sesayang itu Mama kepada mendiang Papa.
“Mama mau Kaka buatin jus jeruk juga?” Tanyaku menawarkan jus untuknya.
“Ngga sayang,Mama tadi udah bikin jus melon”
“Mama ga balik lagi ke kantorkan ?” Tanyaku sambil tangan terus sibuk memeras jeruk-jeruk yang sudah di bantu di belah dua oleh Tristan.
“Sebentar lagi Mama kembali ke kantor. Kaka mau di titipin apa?”
Aku menatap nya dengan sendu.
“Ngga. Kaka ga mau apa-apa”
“Oke kalo gitu,Mama ke atas dulu ya. Ya tristan,tante tinggal dulu lagi”
“Oke tan”
Lalu Mama kembalu naik ke lantai atas untuk memulai kesibukan nya lagi.
Aku terus memeras jeruk dengan juicer namun kali ini dengan begitu lemah nya.
“Hmm mulai mulai mulai,udah sini sama gue” ujar Tristan mengambil alih pekerjaanku.
“Lo tau gue bisa bikin minuman seger selain jus jeruk?” Tanya Tristan.
“Emang iya”
“Eh iya. Coba lu ambilin gue lemon”
“Lemon?” Tanyaku memastikan permintaan dia.
Tristan mengangguk. Lalu aku mulai mengambil lemon di dalam kulkas.
“Ini?” Aku memberikan beberapa jeruk lemon kepadanya.
“Terus digimanain?”
“Lu tau jeruk purut ga ?” Tanya nya.
“Yang mungil mungil itu kan?”
“Iya betul”
“Coba gue cari dulu”
Lalu akhirnya ketemu lah si jeruk purut itu.
“Ini ?” Tanyaku memastikan.
“Iya itu”
Aku memberika jeruk purut itu juga kepada Tristan. Lalu Tristan mulai memasukan perasan jeruk lemon dan jeruk purut ke dalam salah satu gelas di meja.
“Lo yakin?” Tanyaku begitu ragu.
“Ini beneran Rev. Ini biasa suka di pake di restaurant Australia,soalnya kan di negara sana kan cuacanya panas banget,jadi ini salah satu minuman andalan nya biar ga dehidrasi”
“Oh..”
Lalu handphone ku berdering. Aku berlari mengambil I-Pad ku agar aku bisa mengangkat telepon dari teman teman ku dengan layar yang lebih lebar memalu I-pad.
Video Call group itu aku angkat dan aku taruh I-Pad ku di atas meja pantry.
“Hay gays” sapa Tristan ketika telepon baru saja tersambung.
Sudah ada Kanza,Stevi dan Dara di video Call itu.
“Dih ngapain si bego masih di situ?” Tanya Stevi.
“Dia lagi numpang hidup” jawab ku.
“Nih gue lagi buatin minuman kesegaran untuk tuan rumah yang dari tadi galau mulu” ucap Tristan sambil memberikan aku gelas yang sudah berisikan jus buatan nya,bahkan di pinggiran gelas sudah dia selipkan irisan jeruk lemon untuk mempercantik tampilan.
“Waww kayaknya seger banget tuh panas-panas gini” ucap Dara yang sepertinya tergoda melihat juice segar ini.
“Moment of truth” ucap ku sambil memperlihatkan gelas ke depan layar ipad ku. Lalu aku mulai memasukan minuman itu ke dalam mulutku dengan begitu tenang nya.
Baru saja aku memasukan juice itu ke dalam mulutku,rasa asam langsung menyerang semua bagian dalam mulutku. Seketika aku langsung menyemburkan semua isi juice yang ada di dalam mulutku ke lantai.
“Aaa asem banget.. Tristan!!!” Teriak ku sambil terus merenyitkan dahi.
“Kan apa gue bilang. Udah curiga sih gue kalo tu cowo gila yang bikin” ucap Kanza.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!