"Alin, kenalkan. Ini calon Mama baru untuk mu. Nama nya Aisyah." Ucap Papa nya Alin saat itu.
Alin begitu terkejut, selama ini Papa nya tidak pernah membawa wanita ke rumah. Tidak juga dekat dengan wanita manapun.
Padahal Yang menyukai Papa nya sangat lah banyak. Alin sampai tidak sanggup menghitung wanita-wanita yang selalu mencari perhatian dari nya dan Papa nya.
Dan tiba-tiba, ia di perkenalkan dengan seorang wanita yang akan menjadi Mama baru nya. Sungguh membuat Alin tidak baik-baik saja.
Mama kandung nya, sudah lama tiada. Mama nya Alin meninggal saat melahirkan nya. Papa nya bahkan sudah lama melajang. Hingga hari ini, semua begitu mengejutkan bagi Alin.
Alin yang masih duduk di kelas enam Sekolah Dasar, sedikit mengerti tentang Papa nya yang butuh pendamping.
Hanya saja, apa yang tampak di depan nya saat ini, semua tidak masuk akal. Alin tidak bisa mencerna nya dengan baik.
Wanita yang akan menjadi Ibu Tiri nya, bukan hanya gendut. Ia juga cupu. Apakah Papa nya sudah kehilangan selera terhadap wanita, sehingga akan menikahi badak bercula dua.
"Papa yakin akan menikahi nya?" Tanya Alin saat itu, ketika Aisyah sudah pulang.
Tidak ada sambutan hangat dari Alin. Ia masih belum bisa membaur dengan orang asing.
"Iya. Papa udah serius kok dengan Aisyah. Pasti pilihan Papa tidak akan salah."
"Tapi, Pa. Mengapa harus yang segendut itu? Papa itu sangat tampan. Banyak yang mengejar cinta Papa. Jadi, mengapa dengan wanita seperti itu Papa akan menikah."
"Karena dia lah, yang telah mencairkan hati Papa yang sudah lama beku. Aisyah, seorang wanita yang lemah lembut. Ia tidak pernah berkata kasar, lagi berbuat hal yang tidak baik."
"Dimana Papa bertemu dengan beliau?"
"Saat itu, Papa tidak sengaja akan terjatuh ke jurang. Aisyah menolong Papa dengan sebelah tangan nya. Ia terlihat begitu kuat."
"Pa, apa Papa nggak malu? Masak iya, Papa yang di tolong. Di mana-mana tu, Pria yang menolong wanita."
"Ya jadi gimana? Namanya juga takdir. Aisyah itu,,,,"
"Kata Papa dia lembut. Tapi kok,,"
"Cara bicara nya begitu santun. Ia selama ini bekerja sebagai Guru di yayasan yatim piatu."
"Aneh."
"Apa nya yang aneh?"
"Emang Papa kok bisa hampir masuk ke jurang? Dan, kok bisa juga ketemu sama dia? Mungkin dia sengaja itu. Supaya Papa mau membalas budi nya."
"Budi siapa? Papa nggak punya teman yang bernama Budi."
"Apaan sih Pa."
"Jadi, gimana? Kamu mau kan nerima Aisyah sebagai Mama tiri kamu."
"Pa, apa nggak ada wanita cantik lain? Minimal nggak gendut gitu?"
"Sayang, nggak boleh loh mandang orang lain dari fisik nya. Apalagi pake bilang gendut."
"Tapi kan memang gendut. Kalau gendut yang biasa entah. Ini tu, gendut banget, Pa."
"Hmm,, Papa sudah jatuh cinta pada nya."
"Terserah Papa deh. Toh, Papa cuma mau ngasih tahu aku. Bukan mau minta persetujuan."
"Berarti Yes?"
"Hmm,,"
"Terima kasih Alin sayang. Papa yakin kamu nggak akan menyesal. Aisyah sangat keibuan."
"Cocok sih."
"Iya. Memang cocok dia jadi Ibu sambung untuk mu."Ucap Papa nya Alin dengan berapi-api.
Alin tidak menyangka jika selera Papa nya bisa berubah. Padahal mendiang Mama nya Alin sangat lah cantik.
Entah ada apa dengan Papa nya hingga bisa menjadi berubah selera.
"Alin, ayo bangun dong sayang. Kamu nggak sekolah hari ini?" Tanya Papa nya Alin di depan pintu.
Walaupun Alin adalah anak nya, ia tetap tidak sembarangan masuk ke kamar Alin. Ia tahu anak nya pasti butuh privasi.
"Iya, Pa. Alin udah bangun kok."
"Tapi, kok dari tadi nggak keluar? Bangun dong terus sarapan. Papa juga udah buatin bekal untuk kamu."
Setelah bersiap-siap, Alin pun turun ke bawah untuk sarapan. Seperti biasa, sarapan nya hanya telor ceplok dan nasi goreng putih.
Adapun bekal yang di bawa ke sekolah nasi putih dan ayam goreng. Di tambah mie goreng sebagai pelengkap.
Alin tidak pernah membawa bekal yang beraneka ragam seperti teman-teman nya yang lain. Maka dari itu, ia selalu di ejek di sekolah nya.
Menu nya tiap hari itu-itu saja, dan tidak pernah berganti. Papa nya Alin tidak pintar memasak.
Lagi pun, ia seorang pimpinan di perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. Walaupun bukan perusahaan besar, akan tetapi perusahan itu, cukup lah untuk menghidupi ia dan anak nya.
Bukan nya mereka tidak mau mempekerjakan asisten rumah tangga. Hanya saja, baik Alin maupun Papa nya, sudah trauma.
Asisten pertama, pernah menculik Alin. Asisten kedua pernah memu-kul Alin hingga memar. Asisten ketiga pernah memberi obat tidur di makanan Alin dan Papa nya.
Asisten yang ke empat, memfitnah Papa Alin memperko-$a nya. Begitu lah se terus nya kasus-kasus yang di alami oleh keluarga Alin. Mereka tidak pernah mendapatkan asisten rumah tangga yang baik.
Tua, muda sama saja. Kerja mereka tidak lah becus. Baik Alin atau Papa nya, lebih baik tinggal berdua di rumah itu.
Terkadang, jika memang terlalu sibuk, Papa nya Alin akan memesan makanan di luar. Hanya saja, Alin tidak terlalu suka. Apalagi jika kurir nya terkadang seorang Pria. Alin akan di goda habis-habisan.
Alin selalu berdoa agar ia mendapatkan seorang Mama. Akan tetapi, Papa nya tidak pernah serius dalam menjalani hubungan dengan wanita manapun.
"Sudah siap sayang? Ini uang jajan hari ini."
"Ini banyak Pa. Alin nggak jajan sebanyak ini di sekolah. Alin masih SD."
"Ya tapi kamu nanti kan perlu jajan juga. Kalau bekal nya tidak membuat kamu kenyang, kamu bisa beli makanan di kantin saja."
"Pa, makanan di kantin nggak sampe lima puluh ribu. Sedangkan Papa ngasih Alin uang lima ratus ribu."
"Sayang, bukan nya setiap hari uang kamu habis segini untuk jajan di sekolah?"
Alin hanya diam saja. Papanya tidak pernah tahu, jika selama ini uang yang jajan yang diberikan oleh Papanya dipalak oleh teman-temannya sendiri .
Alin bahkan tidak pernah jajan di kantin karena uangnya telah habis diambil oleh teman-temannya. Ia juga tidak pernah menceritakan hal ini pada Papa nya dan juga guru-guru. Ia sangat ta-kut, jika teman-temannya akan lebih mengerjai nya jika ia mengadu.
"Tidak apa-apa, Pa. Kali ini Alin tidak mau jajan banyak. Lima puluh ribu saja sudah cukup kok."
"Kamu yakin sayang?"
"Yakin Papaku sayang."
Alin pun diantar ke sekolah nya. Papa nya memang memiliki dua mobil. Satu untuk nya ke kantor. Dan satu lagi untuk Alin pergi ke sekolah.
Untuk supir, Papa nya memang benar-benar melakukan seleksi. Ia tidak mau Alin nanti kenapa-kenapa.
Bahkan yang lebih aneh nya, Papa nya Alin sampai memperlihatkan video panas untuk mengetes para supir yang akan ia pekerjaan.
Dan ternyata, yang lolos hanya satu orang saja. Yang saat ini, menjadi supir Alin setelah bertahun-tahun lama nya. Ia juga begitu menjaga Alin dengan baik.
Apa Papa nya akan langsung percaya begitu saja pada supir itu? Jelas tidak. Papa nya Alin bahkan memasang alat pelacak dan juga kamera pengintai di mobil.
Keadaan lah yang membuat Papa nya bisa jadi seperti itu. Tidak ada lagi orang-orang yang bisa membuat ia percaya. Hingga ia harus melakukan segala cara untuk melindungi anak semata wayang nya.
"Non Alin, kita sudah sampai."
"Terima kasih."
"Loh, kok murung mau ketemu sama teman-teman?"
"Jadi harus gimana? Kayak gini?" Ucap Alin sambil menarik wajah nya hingga membentuk senyuman.
"Kalau gitu, Non Alin jadi serem. Akut ah."
Alin pun tertawa saat mendengar Pria paruh baya itu berbicara. Alin pun keluar dari mobil setelah menyalami supir nya.
Supir yang sudah ia anggap saudara sendiri. Beliau juga memiliki keluarga yang sudah sangat dekat dengan Alin.
Setelah Alin tiba di kelas nya, lonceng pun berbunyi. Alin sengaja datang di jam segitu, agar teman-teman resek nya tidak mencontek pekerjaan rumah yang telah ia kerjakan.
"Alin, kamu sengaja ya datang terlambat!"
Alin hanya diam saja. Ia malas sekali jika harus bicara dengan murid tercantik dan terkaya di kelas nya itu.
"Hey, kalau di tanya tu jawab. Kamu kan tahu siapa angel. Dia itu,,,"
Kalimat itu terhenti saat Guru masuk ke kelas. Karena memang sudah waktu nya untuk Guru mengajar.
"Selamat pagi anak-anak, ada apa ini?" Tanya Bu Guru pada beberapa anak-anak yang mengerumuni meja Alin.
"Nggak ada apa-apa, Bu. Kami hanya bertanya. Menahan Alin terlambat hari ini."
"Terlambat? Tapi sekarang dia ada di sini. Kalau terlambat itu, Ibu sudah masuk, dan Alin masih diluar. Mengerti? Ayo duduk di tempat masing-masing. Dan, kumpulkan PR kalian."
Angel And The geng langsung ketar ketir. Biasa nya mereka memang tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Karena menunggu Alin datang.
Alin langsung cepat-cepat ke depan dan mengumpulkan nya. Ia tidak ingin kali ini di tuduh macam-macam lagi.
Angel And The geng pernah menuduh Alin menyontek PR mereka. Saat itu, Alin tidak ada yang membela. Ia sendirian.
Maka dari itu. Hari ini ia ingin membuktikan pada Bu Guru. Jika apa yang di katakan Angel dan kawan-kawan, tidak lah benar.
"Kalian, mengapa tidak mengumpulkan PR?"
"Hmm,, anu Bu. Tadi kami."
"Kenapa tadi? Ini kan PR. Di kerjakan di rumah, bukan di sekolah. Apa kalian mengerti?"
"Iya Bu."
"Sekarang berdiri di luar."
"Tapi Bu."
"Tidak ada tapi-tapi. Sekarang!"
Angel dan kawan-kawan, menatap Alin dengan sorot mata yang penuh arti. Alin hanya menunduk dan diam.
Ia sudah pasrah jika nanti akan di kerjai lagi oleh mereka. Alin memang tidak melawan jika di perlakukan seperti itu.
Hanya saja, jika menyangkut dengan pelajaran, ia akan sedikit lebih keras.
Alin seperti ini, karena tidak memiliki seorang ibu yang siap untuk mendengarkan keluh kesah nya.
Ia pun hanya sendirian di rumah nya yang besar itu. Maka dari itu, ia ingin sekolah Full Day saat SD. Agar ia tidak sendirian di rumah nya.
Alin pun sangat suka belajar. Ia akan belajar dirumah untuk menghabiskan waktu, sambil menunggu Papa nya pulang.
Dan terkadang, Istri dari supir nya sering main ke rumah itu. Hanya saja, beliau memiliki anak yang banyak dan masih kecil-kecil.
Beliau tidak enak jika anak-anak nya membuat berantakan rumah Alin. Di tinggal di rumah pun tidak ada teman nya.
Maka dari itu, wanita yang memiliki lima anak, tidak enak jika harus selalu membuat berantakan rumah Alin.
Sah.
Sah.
Sah.
Akhir nya,, setelah beberapa bulan berkenalan, Papa nya Alin dan Aisyah menikah. Hanya pernikahan sederhana yang di hadiri oleh beberapa saudara.
Banyak yang mendoakan pasangan yang sedang berbahagia itu. Ada juga yang mencibir. Jika Papa nya Alin pasti di pelet.
Bahkan ada yang sampai mengatakan, jika Papa nya Alin bangkrut, dan Aisyah lah yang membayar hutang Papa nya Alin.
Perusahaan Papa nya Alin memang tidak terlalu besar dan terkenal. Papa nya Alin tidak terlalu terobsesi membangun perusahaan itu menjadi lebih besar.
Padahal, banyak yang mau bekerja sama dengan Papa nya. Namun, di tolak. Apalagi jika perusahan itu memiliki sekretaris yang genit.
Papa nya Alin langsung membatalkan kerja sama begitu saja. Ia bahkan tidak ta-kut jika harus kehilangan semua itu.
"Selamat ya, Aisyah dan Aslan. Semoga kalian bahagia. Dan untuk Alin, selamat mendapatkan Ibu Tiri." Ucap salah satu tamu yang membuat Alin jengah.
Alin sangat mengerti dengan apa yang dimaksud dengan tamu tersebut. Alin tidak membantah dan tidak juga banyak bicara. Ia tidak ingin mengecewakan Papa nya yang sedang bahagia.
Dari kejauhan, tampak beberapa wanita datang. Alin sangat mengenal wanita-wanita itu. Siapa lagi kalau bukan geng cakep. Yang terdiri dari wanita-wanita cantik bohay dan pintar.
Mereka adalah penggemar Papa nya Alin. Mereka ternyata di undang juga ke pernikahan itu. Alin hanya ingin melihat, apa yang akan dilakukan oleh wanita-wanita supermodel yang sebentar lagi tiba ke sana.
"Aslan, ini kah selera mu? Lihat lah wajah dan tubuh nya. Apa kau bercanda Aslan? Apa kurang nya kami-kami ini."
"Terima kasih sudah datang. Akan tetapi maaf. Saya tidak mengundang kalian." Ucap Aslan seperti biasa nya. Tegas dan dingin.
"Ya. Kau memang tidak mengundang kami. Tapi, kami datang karena penasaran dengan pengantin wanita yang bersanding denganmu. Aku kira pastilah pengantin itu sangat cantik. Akan tetapi aku salah."
"Benar. Ia bahkan bagaikan bumi dan langit dengan kita. Apalagi lemak-lemak di tubuhnya itu sungguh ingin membuat aku pingsan." Ucap wanita lainnya.
"Aslan. Mengapa setega ini kau jatuhkan harga diri kami. Jika ia bisa lebih cantik dari kami mungkin kami akan terima. Tapi ini ,dari atas hingga ke bawah tidak ada yang bisa dibanggakan ."
"Sudah bicaranya? jika sudah, apa kalian mau makan? Jika tidak ada yang mau dibicarakan lagi, silakan pergi dari sini aku tidak butuh kalian."
Aisyah tertawa kecil saat mendengar Aslan berkata seperti itu .Aisyah bahkan tidak merasa takut sama sekali dengan para wanita cantik yang ada di depan Aslan .
Alin bahkan heran pada Aisyah. Biasanya wanita seperti itu pasti akan merasa kurang percaya diri jika dihadapkan dengan wanita-wanita cantik bak supermodel.
Aisyah bahkan tidak merasa terintimidasi sama sekali. Ia bahkan berani menatap lawan bicaranya dan memandang sinis kepada para model-model itu.
"Kau, berani tertawa ? Lihat lagi giginya yang tonggos itu. Berani sekali ia menertawakan kita."
"Aku tidak menertawakan kalian, tapi aku lucu melihat ada tamu yang tak diundang di acara pernikahan kami. Seperti melihat pencuri yang datang sambil mengendap-ngendap."
Alin begitu terkejut saat mendengar perkataan Aisyah. Sungguh Aisyah sangat percaya diri sekali melawan wanita-wanita cantik penggemar Papanya.
"Ku-rang a-jar kau gendut!"
Saat salah satu dari mereka ingin menampar Aisyah, ia pun memegang tangan nya dan mendorong wanita itu ke belakang hingga hampir terjungkal.
"Untuk apa cantik dan seksi, jika didorong sedikit saja langsung jatuh. Dasar wanita lemah!" ucap Aisyah sambil tersenyum mengejek.
Bukan hanya Alin, bahkan para tamu pun merasa terkejut dengan perkataan Aisyah. Biasanya wanita gendut pasti akan insecure melihat wanita-wanita cantik berada di depan mereka. Tapi Aisyah, sangat berani melawan wanita-wanita itu.
"Tolong jangan ganggu acara kami! Kalian itu tidak di undang di sini. Apa perlu aku panggilkan keamanan? Dan satu lagi, jangan kalian hina istriku. Karena apapun yang terjadi, Ia bahkan 1000 kali lebih baik dari kalian."
Aslan pun langsung mengecup kening Aisyah dan memeluknya mesra.
Para wanita itu menghentakkan kakinya serentak dan pergi dari sana. Mereka sungguh kecewa. Buket-buket bunga-bunga yang mereka bawa, mereka injak-injak di depan Aslan dan Aisyah. Bahkan, para tamu undangan bersorak-sorai melihat kepergian mereka.
Alin ingin tertawa juga, akan tetapi ia menahan dirinya. Jarang ada wanita yang seperti Aisyah. Pantas saja Papanya sangat menyukai Aisyah yang pemberani.
Setelah drama Para cewek-cewek cantik selesai, ternyata ada drama baru lagi yang akan dimulai kembali.
Dari dulu Aslan memanglah banyak diperebutkan oleh wanita manapun termasuk dari keluarga mendiang istrinya.
Hari ini keluarga mendiang istrinya pun datang. Aslan memang sengaja mengundang mereka karena walau bagaimanapun mereka masihlah keluarga Alin.
Ya walaupun selama ini mereka jarang menjenguk Alin. Saat Alin bayi pun, Aslan yang merawatnya. Mereka sama sekali tidak pernah mau untuk melihat Alin.
Alasan mereka sangat kuno. Mereka masih belum terima jika mendiang mamanya Alin harus meninggal setelah melahirkan Alin.
Mereka membenci Alin karena gara-gara melahirkan Alin, anak mereka tiada. Mereka juga menyalahkan Aslan karena tidak menjadi suami yang siaga saat Mamanya Alin akan melahirkan.
Padahal Aslan sudah menempatkan beberapa suster dan penjaga di sekitar Mama nya Alin saat itu. keluarga mendiang istrinya selalu saja menyalahkan Aslan.
saat mendiang mamanya Alin hamil, tidak pernah mereka menjenguk nya. Hal itu karena mendiang mamanya Alin menikah dengan Aslan yang saat itu belum sukses.
"Jadi, ini yang akan menjadi pengganti anakku? Apakah matamu sudah buram, Aslan?"
"Tidak, Bu. Inilah yang terbaik untukku saat ini."
"Jangan panggil aku, Bu. Karena kita, sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Bukankah kau menolak anakku ,adiknya Alana ?"
"Aku tidak menyukai Alani. Dan walaupun kita tidak memiliki hubungan lagi kau tetaplah neneknya Alin."
"Aku tidak punya cucu yang bernama Alin."
"Baiklah, terserah anda."
Alin sangat sedih mendengar perkataan neneknya. Ia meremas gaungnya, menahan rasa sesak yang ada di dada. saat Aisyah tahu akan hal itu, ia pun langsung menggenggam tangan Alin dan mentransfer energi positif terhadap anak sambungnya itu.
"Alin sayang, Bunda pengen ke kamar mandi, apa kamu mau mengantar Bunda?"
Alin tidak menjawab ia hanya menggangguk. Karena ia masih belum bisa mengendalikan rasa yang ada di dalam dadanya. Air matanya pun hampir saja lolos.
"Lihatlah Gajah Duduk yang kau nikahi Aslan. Ia bahkan tidak sanggup berlama-lama berdiri di pelaminan."
"Maaf ya Nek, orang yang sudah tua itu, lebih baik jangan suka menghina orang lain. Karena nanti, azab kuburnya pedih loh. Itu, mulut nya di siram cairan panas. Emang mau?" Ucap Aisyah lalu pergi begitu saja sambil menggandeng tangan Alin.
Alin yang hampir menangis, langsung ingin tertawa saat mendengar perkataan Aisyah. Sungguh Bunda nya itu agak lain kalau sudah bicara.
Semoga saja Aisyah bisa selalu membuat Alin tertawa dan bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!