Menghadapi keadaan
" Aduh Bu... Sakit .. tolong Bu..aku ga kuat ..ah... Sakit..."ucap Tyas yang terdengar dari dalam ruang bersalin.
"Bertahan Bu, sebentar lagi bayi akan keluar. Terus Bu dorong , iya dikit lagi Bu dorong. Tarik nafas panjang lalu dorong oke Bu. Hitungan ke 3 ya Bu. Siap...
1....
2...
3...dorong Bu"ucap Bidan yang menangani Tyas.
"Alhamdulillah, "ucap Tyas setelah merasa ada sesuatu yang keluar lega.
"Alhamdulillah Bu, bayinya perempuan. Cantik"ucap Bidan itu.
"Kok gak nangis ya Bu?"tanya Tyas setengah ngos-ngosan.
"Nanti akan dilakukan observasi Bu, ibu tenang saja."ucap Bu Bidan memberi ketenangan.
Beberapa waktu lamanya bayi dibersihkan tiba-tiba terdengar suara oooeeekkkk....oooeeekkk....
Tyas yang mendengarnya langsung terharu dan air matanya lolos begitu saja dari ujung matanya.
Air mata haru lolos begitu saja dari sudut mata Tyas. Ia tak menyangka bisa melewati fase melahirkan dengan lancar walaupun tanpa kehadiran sang suami.
Sementara dari luar klinik nampak suami Tyas yang baru sampai. Dengan membawa perlengkapan bayi di dalam sebuah tas kresek merah.
Tok...tok...tok..
Krieeet ..pintu ruang bersalin terbuka, muncul suami Tyas, Yuda.
Yuda menanyakan keadaan Tyas juga bayinya. Tyas pun terlihat antusias memberi tahu bahwa anaknya berjenis kelamin perempuan.
Dari balik ruangan muncul seorang dokter yang menangani Tyas melahirkan. Ia menyampaikan bahwa anaknya harus segera di kumandangkan adzan juga iqomah di telinganya.
Dengan sigap Yuda langsung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu sebelum mengumandangkan adzan di telinga anaknya.
Sementara Tyas menahan lelah dan haus sendiri. Tubuhnya tak mampu mengambil minum yang letaknya agak jauh dari posisinya. Ia hanya menahan sambil menunggu suaminya datang.
"Mas .. bisa minta tolong ambilkan aku minum. "Ucap Tyas begitu melihat Yuda melintas menuju ruang bayi
"Ini, bisa minum sendiri kan. Aku ke dalem dulu"ucap Yuda.
Hampir setengah botol minuman itu kandas diteguk Tyas. Hingga kini ia merasakan perutnya penuh air.
Tak lama kemudian, seorang suster datang untuk melihat kondisi Tyas pasca melahirkan.
"Lo, ibu kok gak pipis?kebelet nggak bu?"tanya suster itu.
"Saya rasa perut saya isi air semua deh sus,tapi kok gak ada pipis yang keluar ya"ucap Tyas seadanya.
"Pakai kateter aja ya Bu, biar bisa keluar"saran suster
"Iya terserah suster aja gimana baiknya.
Kateter sudah terpasang dan suster dengan telaten menunggu cairan itu keluar.
Tak berselang lama ,Tyas hanya meringis menahan malu melihat baskom ditangan suster itu nampak hampir penuh dengan air kencingnya.
Setelah memastikan keadaan Tyas, suster itu keluar ,lalu diikuti Yuda yang baru keluar dari bilik ruang bayi.
Melihat kehadiran Yuda ,Tyas segera memanggilnya. Yuda yang akan keluar ruangan itu langsung menghentikan langkahnya begitu namanya dipanggil.
"Mas udah kasih nama bayi kita? Tanya Tyas.
"Ah , kamu cari saja yang kiranya cocok. Aku ngikut kamu aja. Ya udah tunggu bentar, kamu juga pasti laper kan habis ngejan"ucap Yuda meninggalkan ruangan Tyas.
Suasana kamar rawat Tyas nampak sunyi.Bayi mungil itu nampak tertidur dari balik dinding tempat tidur Tyas.
Sementara Tyas diam,entah pikirannya sekarang mengarah kemana. Harusnya dia sudah bahagia dengan kehadiran anak mereka. Namun rasanya kebahagiaan itu kurang lengkap. Entah apa yang kurang.
Selang 1 jam, Yuda nampak kembali membawa kantung makanan dan camilan lalu meletakkan begitu saja di atas nakas sebelah ranjang Tyas.
Tak berniat sedikitpun dari Yuda untuk menyiapkan makanan untuk Tyas. Bahkan setelah meletakkannya Yuda pergi dari ruangan itu berpamitan untuk merokok sebentar di luar.
Tyas terdiam, dirinya merasa sedikit kecewa dengan sikap Yuda. Disaat tenaganya tak lagi mampu untuk hanya sekedar makan ,namun Yuda sama sekali tak perduli dengannya.
Akhirnya dengan segala upaya ia mampu mengambil dan menyuapkan ke dalam mulutnya makanan itu. Tekatnya hanya ingin cepat pulih agar mampu memberikan asi untuk bayinya nanti
saat Tyas menyelesaikan makannya, tiba-tiba seorang suster datang membawa obat yang harus Tyas konsumsi pasca melahirkan.
mata Tyas terbelalak ketika melihat obat-obatan itu berukuran besar, sementara Tyas tidak bisa mengkonsumsinya langsung tanpa menghancurkannya lebih dulu. Akhirnya ia memilih menunggu Yuda datang.
Selang beberapa menit
"Mas ,udah selesai. Bisa duduk sini bentar ga?" Tanya Tyas menyadari Yuda sudah masuk ruangan.
"Ada apa ?"tanya Yuda.
"Jadi dikasih nama siapa anaknya?"tanya Tyas antusias.
"Ayuning Idriya Nugroho,gimana?"tanya Yuda.
"Bagus juga , dapat inspirasi dari mana mas?"tanya Tyas
"Google,heheheh"kelekar Yuda.
Tyas mengangguk paham, ia juga setuju dengan nama yang telah Yuda berikan untuk putri kecilnya itu.
tak lupa Tyas juga meminta tolong kepada Yuda untuk menghancurkan obat yang berukuran besar itu.
namun Yuda yang juga kebingungan karena tak ada alat untuk menghancurkan memilih untuk keluar menuju ruang apoteker.
melihat Yuda yang langsung pergi begitu saja meninggalkan dia rasanya Tyas mendadak miris karena tak ada yang menemaninya.
Tak beberapa lama ,
seorang suster masuk dan memberikan obat-obatan yang tadi dititipkan oleh Yuda setelah obat itu ditumbuk untuk diberikan kepada Tyas.
Sang suster juga memberi tahu Tyas bahwa suaminya tengah mengurusi berkas untuk kepulangan Tyas karena kondisinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
Suster itu berlalu menuju bilik bayi Tyas. Kemudian datang kembali menemui Tyas dengan menggendong bayi Tyas. Meminta Tyas untuk menyusui bayi mungil itu .
Namun karena ini masih pertama bagi Tyas. Tyas membutuhkan petunjuk bagaimana cara menyusui bayi.
Suster itupun menanyakan keberadaan suami Tyas sebagai pendamping jika sewaktu-waktu dibutuhkan saat Tyas tengah menyusui anaknya.
Namun Tyas bersikukuh bahwa ia sanggup menghadapi keadaan ini sendiri, akhirnya memilih untuk tak menunggu Yuda terlebih dahulu.
Suster pun menyerahkan bayi Ayu ke pangkuan Tyas. Sambil memberikan arahan cara menyusui bayi yang baru lahir dan membenarkan posisi menyusuinya.
Setelah serangkaian penjelasan akhirnya suster itu pamit dan kini bayi Ayu ada di dekapan Tyas
Dalam hatinya Tyas benar-benar bersyukur di berikan kepercayaan untuk bisa merasakan menjadi seorang ibu
Tok...tok..tok...
"Tyas, kamu udah bisa gendong anak kita? Ucap Yuda tiba-tiba masuk ke ruang Tyas.
"Iya, tadi diarahin sama suster ,dikasih kejelasan juga cara menyusui"jawab Tyas
"Obatnya udah? Nanti kamu udah bisa pulang , tadi aku pulang duluan ngambil berkas keperluan administrasi "ucap Yuda.
"Udah mas, ya udah ini kamu gendong . Aku mau istirahat.'jawan Tyas menyerahkan bayi Ayu.
Yuda nampak kikuk tak tau cara menggendong bayi. Hal ini karena baru pertama kali untuknya.
Setelah serangkaian perawatan dan melalui prosedur rumah sakit kini Yuda, Tyas dan juga Baby Ayu di bawa pulang. Berkat adanya B**S ,yuda tak mengeluarkan tambahaan biaya untuk rumah sakit
Dengan menggunakan sepeda motor bututnya Yuda melajukan kendaraannya.
Baby ayu di selimuti begitu rapat dalam pelukan gendongan tyas. Melintasi jalanan perkampungan banyak tetangga yang mulai membicarakan mereka.
Sesampainya di rumah, tyas langsung meletakkan Ayuning di kasur seadanya. Tanpa ada tambahan kasur bayi ataupun lainnya.
tak berapa lama, Yuda berpamitan pergi dengan alasan mencari uang untuk membeli pemperrs bayinya. Nadanya yang dingin membuat Tyas merasa sedikit kecewa dengan sikap Yuda.
"ya allah, mengapa tidak berfikiran untuk merawatku dulu, baru keluar. Belum mengubur ari-ari juga. Astaga mas yuda, tujuan kamu sekarang kemana? "lirih tyas sendu. Duduk di sebelah bayinya yang tengah tertidur pulas.
Tok.. Tok... Tok
"assalamualaikum tyas, "ucap mpok lela yang datang bersama banyak ibu-ibu daerah sekitaran tempat tinggal tyas.
"waalaikumsalam "jawab Tyas, sontak tyas berdiri menuju arah pintu.
"waaah selamat ya tyas, perempuan atau laki-laki bayinya. "tanya bu Tresna.
"perempuan bu, alhamdulillah. Mari silakan masuk. "ucap tyas
Mereka bingung mau duduk dimana tidak ada meja kursi di ruang tamu. sementara itu hanya ada sebentang karpet.
Akhirnya mereka duduk di karpet itu. Tyas merasa tak bisa duduk di bawah memilih berdiri.
"Permisi ibu-ibu saya ke belakang sebentar"ucap Tyas .
"Eh Tyas ga usah repot-repot,udah kamu disini aja , oh iya mana bayinya?ucap Bu Retno
Mereka semua tau bahwa Tyas bukanlah dari kalangan berada bahkan bisa dikatakan ekonominya sulit jadi mereka tidak ingin merepotkan Tyas soal perjamuannya.
"Oh di kamar Bu ,sebelah sini"ucap Tyas menunjuk kamar depan
"Wah... Wah .. cantik banget Tyas. Punya lesung pipi juga bayinya. Siapa namanya? Tanya Bu Retno.
"Ayuning Bu, "jawab Tyas sopan.
"Boleh saya gendong ajak keluar ya, ibu-ibu di depan pasti juga penasaran sama Ayuning."ijin Bu Retno.
"Silahkan Bu"ucap Tyas mengangguk.
"Wah ,cantik kayak ibunya"celetuk Bu Bekti.
"Eh Yuda mana Tyas kok gak keliatan dari tadi?"tanya Mpok Lela
"Mas Yuda lagi keluar Bu,beli pempers "jawab Tyas seadanya.
"Dulu ya anak-anak saya belum ada pempers kain sprei aku gunting-gunting buat popok "kelekar Bu Tres.
"Ah sekarang mah semua serba mudah Bu, jadi ga perlu capek-capek nyuci juga"sambung Bu Bekti
Mereka pun larut dalam pembicaraan topik-topik seputar bayi. Sementara Tyas hanya diam pikirannya menuju mas Yuda yang juga belum pulang . Kemana perginya Apakah benar-benar pulang membawa pempers atau tidak.
"Yasudah Tyas sepertinya kelamaan juga kita ngobrolnya disinia kamu juga butuh istirahat. Kami pamit dulu, ini ada sedikit untuk ayuning semoga cocok "ucap Bu Retno menempelkan amplop di tangan Tyas
"Maaf Bu, nggak usah repot-repot seperti ini"ucap Tyas menolak pemberian Bu Retno
"Huuuustt... Gak boleh nolak rejeki. Ini buat ayuning bukan buat kamu"jawab Bu Retno penuh canda.
"Terima kasih banyak Bu"jawab Tyas
Mata Tyas membulat sempurna begitu mengetahui isi di dalam amplop yang di berikan Bu Retno. Bagaimana tidak terdapat sepasang giwang dan suratnya di dalam amplop itu. Tyas segera menyimpan amplop itu di lemari samping tempat tidurnya .
"Ya Allah gerah banget pengen mandi, pengen ganti juga. Rasanya udah gak nyaman banget. Tapi gimana caranya, mas Yuda juga belum Dateng."keluh Tyas
Akhirnya Tyas memilih menyelesaikan pekerjaannya merapikan baju-baju ayuning yang sempat di bawa ke rumah sakit.
Setumpuk cucian kotor yang terkena noda darah sudah terkumpul di ember pakaian kotor. Namun apa daya sekarangpun tenaga Tyas rasanya masih lemah.
Derum suara motor mas Yuda terdengar, Tyas antusias membukakan pintu rumah. Namun matanya yang menatap Yuda hanya membawa tentengan plastik berukuran kecil. Dilihatnya dengan seksama ternyata hanya berisikan beberapa pcs pampers
"Kamu dari mana aja tadi mas udah hampir 3 jam loh kamu tadi perginya? "Tanya Tyas
"Udah gak usah banyak tanya ,sekarang itu urusin dulu ayuning , pempersnya kan udah ada ,jadi kamu gak usah banyak cucian."tutur Yuda sambil menghidupkan rokoknya
"Mas, kok aku yang nyuci. Tenaga aku belum pulih mas ,itu juga bisa ga sih ngerokok di luar ada bayi di dalem mas"ucap Tyas.
"Trus siapa yang nyuci kalau bukan kamu, tugas aku tuh cari uang, kamu yang tugasnya dirumah harus pinter-pinter, jangan manja dengan alesan cuma habis melahirkan "ucap Yuda meninggi.
"Mas kamu tau kan kalau melahirkan itu susah. Tenaga ,kekuatan aku semua terkuras mas"balas Tyas.
"Ah udahlah nanti kalau aku ga repot aku bantu nyuci. Aku keluar dulu. Keburu abis ni rokok nungguin kamu ngoceh "jawab Yuda ,mengabaikan Tyas yang belum menyelesaikan keluhnya
"Aku kuat... Aku bisa .. ayo Tyas jangan manja" nampak Tyas memasuki kamar mandi sambil bergumam menyemangati diri sendiri. Ia benar-benar butuh mandi untuk sekarang.
Berbekal kursi plastik yang ia bawa ke dalam kamar mandi ia mulai mengguyur tubuhnya
Tanpa sadar air mata Tyas lolos begitu saja. Hingga tak sadar ia menangis tergugu di dalam kamar mandi atas perlakuan suaminya.
Hampir 2 jam Tyas mandi dan mengucek beberapa potong baju. Semampunya ia kerjakan walaupun tak semua baju ia cuci. Karena tenaganya tak memungkinkan jika semua dicuci. Ia berpikir yang terpenting ada baju untuk ganti nanti
Tiba-tiba perut Tyas sakit, tubuhnya menggigil dan merasakan sakit di pangkal paha kakinya.
Di dalam kamar Tyas menangis sendiri sambil menatap sang bayi. Mengusap lembut bayinya. Ingin sekali ia luapkan apa yang ia rasakan sekarang pada suaminya namun melihat suasana hati suaminya pun sedang tak karuan Tyas memilih diam.
Malam pun tiba, Tyas yang belum makan dari siang mulai merasakan perutnya kosong, kondisi badannya yang tak karuan menahan sakit ,Tyas masih memilih untuk diam di dalam kamar sambil memegangi perutnya.
Tiba-tiba terdengar ada yang memanggil sayanya dari luar rumah .Tyas pun beranjak dari kamarnya dengan menggunakan pakaian tebal membukakan pintu rumahnya
"Eh Mpok Lela, masuk Mpok, ada apa?ucap Tyas
"Kamu ngapain pakek baju tebel-tebel begini? "Selidik Mpok Lela
"Saya kedinginan Mpok, tadi habis nyuci kelamaan,perut saya juga nyeri sama ini kaki rasanya kayak keplengkang"jawab Tyas.
"Astaga Tyas. Kamu bukannya harus banyak istirahat ini malah nyuci .emang Yuda kemana?"tanya Mpok Lela.
"Tadi mas Yuda sih ada, tapi gak tau sekarang dimana"jawab Tyas.
" Kamu ambil korset atau stagen trus kamu sangga perut bagian bawah. Jangan kencang-kencang asal disangga aja biar tempatnya bayi di perut tadi gak jatuh jadi gak bakal kondisi kamu kayak gini"jelas Mpok Lela.
"Baik Mpok, makasih sarannya" ucap Tyas.
"Ini bukan cuma saran tapi lakuin benar-benar. Ini ada ubi bakar sama jagung rebus, kamu makan nanti kalau malem-malem kasih asi kelaparan biar ga repot juga"ucap Mpok Lela .
"Makasih banyak Mpok"ucap Tyas .
"Sama-sama, Mpok pamit ya"ucap Mpok Lela
"Iya Mpok, hati - hati makasih ya"balas tyas
Sepulang Mpok Lela Tyas langsung melahap ubi bakar dengan cepat. Perutnya sudah tidak tahan untuk saat ini. Namun beberapa saat ia kepikiran kemana perginya mas Yuda ya.
Ubi bakar telah habis dilahap tyas sendirian. Tak bersisa sedikitpun. Hanya tinggal jagung rebus yang masih belum tersentuh sama sekali.
Setelah makan tyas terdiam sejenak. Terlintas keberadaan suaminya sekarang yang pergi tanpa pamit.
Terdengar suara tangisan ayuning dari arah kamar. Tyas segera beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar.
"haus ya sayang, sebentar ya ibu buka kancing baju dulu. Trus mimim ya. "ucap tyas tersenyum.
Saat tengah menyusui juga fikiran tyas kemana-mana khawatir dengan suaminya.
Hingga terdengar kembali tangisan ayuning yang begitu kencang.
Tyas nampak cemas dan bingung. Beberapa kali mencoba untuk menyusui nya namun lagi-lagi sang bayi menolak. Dan saat disadari asi yang keluar hanyalah sedikit dan sangat susah untuk mengeluarkanya.
Tyas nampak resah, ia hanya menggendong berusaha agar sang bayi berhenti dari tangisannya. Namun usahanya sia-sia justru tangisan sang bayi makin nyaring ditelinga tyas.
Tyas yang panik tak mampu lagi berfikir. Namun tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya untuk memberikan bayinya air tajin yang mungkin bisa membantu anaknya merasakan sedikit kenyang.
Langkah tyas menuju dapur terhenti ketika melihat yuda masuk ke dalam rumah.
"mas, kamu dari mana?, ini ayuning dari tadi nangis terus, aku udah susuin tapi dianya ga mau"keluh tyas.
"duh tyas, aku tu baru pulang cari uang. Kamu sendiri kan yang minta pempers yang kemasan besar, gak mau renceng sekarang aku capek pengen istirahat malah kmu curhat gini. Ayuning tu urusan kamu. Makanya kamu itu kalau lagi susuin jangan pikiran yang macem-macem. Jadi mampet kan. Trus sekarang siapa yang repot. Aku juga mesti tambah biaya susu formula "balas yuda.
mata tyas berkaca-kaca mendengarkan kata-kata yang terlontar dari mulut Yuda. Baginya ini sangat menyakitkan.
"emmm... Mas yuda udah makan? Tanya tyas mengalihkan pembicaraan untuk menutupi kesedihannya.
"udah tadi makan di rumah Pakdhe Sapto, anaknya baru pulang di kota. Makan-makan tadi di rumahnya"jawab yuda.
Seketika raut wajah tyas berubah menahan emosi. Bagaimana tidak asinya mampet ia disalahkan begitu saja padahal itu karena tyas tak bisa makan nasi dan sayur. Dan hanya bisa memakan ubi bakar untuk mengganjal perutnya. Sementara suaminya dengan enteng berkata habis makan-makan enak di rumahnya Pakde Sapto.
Bagai tertusuk ribuan duri, terasa sesak dada tyas melihat suaminya. Tangisan ayuning seolah jadi saksi bahwa sedikitpun suaminya sudah tidak peduli padanya sekarang.
Dengan langkah gemetar dan kekuatan menahan emosinya tyas menuju dapur. Tyas mengedarkan pandangannya. Nampak tempat beras tinggal satu gelas, bahan-bahan dapur lainnya seperti dibiarkan kosong.
Tyas memasak beras itu dengab banyak air berharap banyak tajin untuk sekedar meredakan tangis bayinya.
Di depan kompor tyas menitikkan air matanya. Tyas seakan merasa tidak ada lagi tempatnya mengadu. Ia merasa Ayuning adalah korban yang juga tak menginginkan kondisi seperti ini.
Selang beberapa menit. Air beras itu sudah masak. Perlahan setetes demi setetes ia masukkan ke dalam mulut sang bayi. Rasa haru bahagia muncul ketika mulut sang bayi merespon dan tangisnya mereda. Namun bersamaan dengan itu hati tyas merasa pilu dan sesak.
Ia tak pernah membayangkan akan menjalani keadaan seperti ini. Andaikan orang tuanya masih ada mungkin ia akan membawa ayuning ke rumah orang tuanya.
"kenapa mas yuda tak seperti dulu lagi, masih ingatkah dia dulu dia yang mengejarku, segala upaya ia lakukan untuk membuatku bisa bersamanya. Tapi mengapa sekarang rasanya aku sudah tak berarti baginya. Apa rasa cintanya telah habis untuk ku sehingga dia berhenti peduli denganku. "batin tyas.
Bayi Ayuning sudah tertidur di dekapan gendongan tyas, sementara tyas menatap nasi yang telah menjadi bubur hambar itu.
Perlahan ia menyendokan makanan itu ke dalam mulutnya. Rasanya sangat tidak selera di lidah. Tapi apa daya daripada terbuang dan dari pada perutnya harus menahan lapar nantinya karena hanya makan 2buah ubi bakar.
Setelah selesai makan, tyas beranjak ke kamar, meletakkan bayinya di atas kasur. Sambil memandangi wajah mungil Ayuning, tyas terus berdoa agar cinta Yuda kembali tumbuh dan bisa menjadi keluarga harmonis.
Hingga tak terasa mata tyas terpejam. Namun hanya beberapa saat tyas kembali membuka matanya karena Ayu buang air besar. Mata tyas membulat sempurna ketika melihat ternyata yang keluar adalah fases air. Tyas merasa bersalah meruntuki perbuatannya sendiri yang gegabah memberinya air beras (tajin).
Setelah mengganti pempersnya. Tyas kembali harus berusaha menidurkan bayinya. Digendongnya bayi Ayuning lalu di ayunkan perlahan sambil sesekali di puk puk bagian pantatnya.
Kurang lebih setengah jam menggendong sambil mengayun, mata tyas seperti tidak mau di ajak bekerja sama. Hingga harus meletakkan kembali bayinya di atas kasur itu. Namun karena belum nyenyak bayi ayuning kembali menangis, hal itu membuat tyas lagi-lagi harus menahan kantuknya demi meredakan tangis sang bayi.
"apa sih tyas, kenapa brisik sekali bayi itu? "ucap Yuda tanpa rasa bersalah melontarkan kalimat itu.
"mas, bisa gantian gak gendong Ayuning, aku gak kuat nahan kantuk mas. Aku takut dia jatuh dari gendonganku"ucap tyas memohon.
"aku capek, besok sudah mulai kerja aku membangun rumahnya Disa. Aku harus nabung tenaga buat besok, "ucap Yuda melengos pergi.
Tyas hanya bisa menghela napas dengan berat. Dengan menahan kantuk ,Tyas mengambil jagung rebus yang tadi di berikan Mpok Lela.
Berharap dengan makan ia akan kembali kuat membuka matanya dan menghilangkan kantuknya.
Tyas menyandarkan punggungnya di tepi ranjang dengan menggendong bayi Ayuning. Ia mulai melahap jagung itu. Ini adalah malam pertama ia bersama sang bayi. Namun sang bayi merasa seperti belum siap dengan dunia luar sehingga ia tak mau jauh dari dekapan sang ibu.
Bukannya menghilangkan ngantuk kini malah Tyas merasa semakin lengket matanya tak mampu membukanya lagi. Hingga akhirnya...
Brruuugggghhhh.... Oooeeekkk..oooeekkk...
Tyas yang menyadari bayinya terjatuh dari pelukannya pun kelabakan panik. Segera ia gendong kembali bayinya. Dengan penuh rasa bersalah ia terus mencium pipi Ayuning.
Sesal rasa bersalah hinggap di hati Tyas. Melirik jam dinding masih menunjukkan pukul
00.30. Tyas semakin kelimpungan tak memiliki waktu istirahat. Raganya lelah tapi keadaan tak mengizinkan istirahat.
Dengan berusaha semampunya Tyas kembali menggendong menidurkan ayuning. Lagi-lagi suara tangisan bayi kembali terdengar. Tyas memijat pelipisnya seperti merasa sedikit pusing. Namun ia tak tinggal diam menyelidiki penyebab anaknya kembali menangis
Dan benar saja anaknya kembali membuang fases cair. Perasaan bersalah bertubi-tubi menghinggapi diri Tyas ,pikirannya tertuju pada air beras yang tadi diberikan pada Ayuning.
Setelah memberikan minyak telon,mengganti pempers ,Tyas berusaha menyusui bayinya.
Ia menopang tubuh bayi itu dengan bantal di pangkuannya.
"Ya Allah.... Aku ngantuk. Aku pingin tidur ."gumam Tyas tergugu seolah mengadu ia tak sanggup menghadapi keadaan saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!