NovelToon NovelToon

Cintaku Di Kamu Tapi Jodohku Bukan Kamu

bab 1. Telat masuk

Seorang wanita tengah berlari dari arah gerbang kampus melewati beberapa ruangan kelas,dia berlari dengan cepat. Berharap dosen yang mengajar mapel nya ini belum masuk ke dalam kelas.

Brak

Wanita itu membuka pintu kelas dengan lumayan keras, hingga mengalihkan atensi orang orang.

"Hehehe maaf."ucap nya.

"Maaf pak saya telat lagi."ucap nya pada sang dosen.

Yang dia kira dosen nya itu belum masuk kelas ternyata salah, buktinya sekarang dosen nya itu sudah berada di dalam kelas dan akan menjelaskan materi.

"Kamu telat lima menit lima puluh sembilan detik,kita bulatkan saja menjadi enam menit. Dan sesuai peraturan, siapapun siswa yang telat lebih dari lima menit maka dia tak akan mengikuti matkul saya."ucap dosen itu dengan tatapan serta suara dinginnya.

"Pak saya minta maaf banget,tadi saya kejebak macet pak. Maaf yah,plisss kali ini aja maafin saya dan biarkan saya mengikuti matkul bapak. Saya janji ini yang terakhir kali nya saya telat pak,lagian cuman telat lima puluh sembilan detik doang pak yahhh pliss."wanita itu menunjukkan wajah menyedihkan nya, berharap sang dosen bisa luluh dan memaafkan dia.

"Ini sudah ketiga kalinya kamu telat matkul saya Maureen,dan saya sangat tidak suka orang yang tidak disiplin. Tak ada kata maaf,jadi silahkan kamu keluar."dosen yang terkenal dengan kedisiplinan dan ke-killeran ny itu pun mengusir Maureen.

Dengan amat sangat terpaksa dan juga hati yang dongkol, Maureen pun kembali keluar dari ruangan kelas nya.

Maureen melepaskan emosi nya dengan memukul angin.

"Ck awas aja tuh dosen,pengen gue bejek bejek deh."Maureen pun pergi dari sana dengan wajah yang di tekuk dan juga kaki yang di hentak hentakan untuk meluapkan kekesalannya.

Dia, MAUREEN RAISYA RAHDATUL ULFAH. Wanita berusia 19 tahun. Yang berkuliah di jurusan management bisnis di universitas Bhakti bangsa.

Wanita berperawakan layaknya wanita timur tengah,bermata besar dengan bola mata berwarna hijau,buku mata lebat alis tebal,hidung Manjung serta rambut tebal hitam legam sebatas punggung yang dibiarkan terurai dengan jepitan rambut di sisi kanan nya.

Maureen melangkahkan kakinya ke sebuah perpustakaan yang jaraknya tak jauh dari ruangan kelasnya.

Jika dia telat masuk kelas dan berakhir tak bisa mengikuti kelas maka Maureen akan pergi ke perpustakaan atau taman kampus.

Maureen tampak mencari buku yang ingin dia baca,dan yaps akhirnya ketemu juga.

Setelah mendapatkan buku yang dia cari sedari tadi,kini Maureen mencari tempat yang enak untuk dia membaca buku itu.

Setelah mendapatkan tempat yang nyaman Maureen pun membuka buku yang berjudul. "Advanced bread and pastry"

Jika kalian mengira itu adalah buku tentang ilmu bisnis maka no,kalian salah besar. Dari judulnya saja sudah bread and pastry. Tentu saja itu adalah buku yang berisi tentang pembuatan roti dan olahan lain seputar roti.

Meskipun Maureen berkuliah di jurusan management bisnis,namun sayangnya Maureen sama sekali tak tertarik dengan bisnis.

Dia menyukai masak masak dan dulunya dia ingin masuk jurusan tata boga di universitas di luar negri,lebih tepatnya di 'Le Cordon blue' di Prancis. Yang di mana itu adalah kampus tata boga terbaik yang ada di dunia.

Namun sayang keinginan nya itu di tentang oleh sang ayah,yang ingin anak nya masuk ke jurusan management bisnis agar nantinya bisa melanjutkan bisnis keluarga nya.

Dan dengan sangat terpaksa, Maureen masuk jurusan ini karena telah di daftarkan oleh ayah nya.

Meskipun Maureen tak bisa berkuliah di jurusan yang dia inginkan namun itu semua tak menyurutkan semangat Maureen untuk mengetahui lebih dalam tentang tata boga.

Karena hobinya memasak,dia bahkan bisa memasak makanan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dan Maureen juga saat ini bekerja di salah satu restoran,dan tentu saja dia menjadi chef disana.

Saat tengah asik membaca buku tiba tiba ada yang menepuk pundaknya. Maureen pun mengalihkan pandangannya.

"Napa?"tanya Maureen lalu kembali fokus pada buku nya.

"Fokus amat neng,gak pusing apa tuh baca buku dari sejam yang lalu?"tanya Kanara.

KANARA NOOR HAZNA,dia adalah teman dekat Maureen. Ya walaupun mereka baru berteman dari saat awal masuk kampus ini saja,tapi pertemanan mereka ini sudah seperti pertemanan yang di kalian sedari bayi.

Kanara juga satu jurusan dengan Maureen dan satu kelas juga.

"Lah perasaan baru lima menit yang lalu gue baca buku."

Saking asiknya membaca buku sampai Maureen tak sadar sudah menghabiskan waktu satu jam,dan buku yang dia baca sudah hampir habis.

"Yee makanya jangan terlalu fokus,gak pegel apa tuh punggung Lo. Udah ah baca bukunya,ke kantin yuk lapar gue."ucap Kanara.

Maureen pun mengangguk lalu menutup buku nya dan menyimpan nya di tempat semula. Lalu mereka berdua pun pergi dari area perpustakaan.

"Lo kenapa bisa telat lagi sih ren?"tanya Kanara sembari menunggu makanan yang mereka pesan datang.

"Biasa tadi di restoran banyak pelanggan,jadi gue beresin dulu kerjaan disana. Gue kira gak bakal telat eh ternyata telat. Sebel deh gue sama tuh dosen satu gue cuman telat lima puluh sembilan detik aja, diomelin dan gak boleh ikut matkul dia. Jadi ketinggalan materi kan gue."keluh Maureen.

"Tenang gue udah rekam dan catet materi dari pak Aidan, nanti gue kirim ke lo."ucap Kanara membuat senyum Maureen mengembang.

"Uhhh makasih,emang Lo sahabat Ter the best gue."Maureen pun memeluk tubuh Kanara dengan erat.

"Gile jangan erat erat juga kali,pengap gue."Kanara memukul lengan Maureen.

"Nanti gue gak bisa anterin lo ke restoran lagi yah,gue mau nganterin nyokap belanja bulanan dulu."ucap Kanara di balas anggukan oleh Maureen.

"Gue bawa motor kok,gue tau lo bagian belanja bulanan makanya gue bawa motor."ucap Maureen yang sudah tau jadwal belanja bulanan sang sahabat.

Mereka pun menikmati makanan nya, setelah selesai mereka kembali ke kelas karena ada satu matkul lagi.

"Gue duluan yah."ucap Kanara,saat mereka sudah selesai kelas dan berada di parkiran.

"Yoi hati hati di jalan nya."Maureen melambaikan tangan nya.

"Dek pulang bareng kakak yuk."ajak seseorang yang entah sejak kapan ada di samping Maureen.

"Ihhh kakak ngagetin aja,duluan aja kak aku bawa motor sendiri kok. Lagian aku ada urusan dulu bentar."ucap Maureen.

"Heem ya udah nanti kalau urusan nya udah selesai langsung pulang yah,jangan pulang malem lagi nanti ayah marah."ucap Shafa.

SHAFA SHAVINA HULWAH,dia adalah Kakak dari Maureen. Yang kebetulan saat ini berprofesi sebagai dosen juga di kampus Bhakti bangsa.

Maureen pun mengangguk,lalu Shafa pun masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan area kampus. Dan Maureen pergi dengan menggunakan motor nya.

Tentu saja dia akan kembali ke restoran, pekerjaan nya belum selesai. Di tambah dia mendapatkan informasi dari teman kerja nya jika restoran masih banyak pengunjung.

bab 2. anak gak tau di untung

"Astaghfirullah pake acara mogok segala lagi."lirih Shafa.

Dalam perjalanan pulang tiba tiba mobilnya mogok,Shafa kemudian menghubungi salah satu kontak yang ada di ponselnya.

Setelah menghubungi seseorang Shafa pun masuk ke dalam mobil, menunggu orang yang tadi dia hubungi.

Tok tok tok

Pintu mobil pun di ketuk oleh seseorang,Shafa kemudian keluar dari dalam mobilnya.

"Ayo pulang sama saya, nanti mobil kamu di anter sama orang suruhan saya."ucap seorang laki laki,Shafa pun mengangguk lalu mengambil tas di dalam mobil dan menyerahkan kunci mobilnya pada orang suruhan laki laki itu.

"Maaf yah aku jadi ngerepotin kamu lagi."ucap Shafa saat masuk ke dalam mobil.

"Santai aja."

Shafa pun di antarkan oleh laki laki itu sampai rumah.

"Kamu mau mampir dulu gak?"tanya Shafa di balas gelengan kepala oleh laki laki itu.

"Ya udah hati hati yah di jalan nya,sekali lagi makasih."

"Iya sama sama,saya duluan masih ada kerjaan di kantor."setelah mengucapkan salam laki laki itu pun kembali menjalankan mobilnya.

"Mana mobil kamu?"tanya sang ibu yang bernama Hana.

"Mas Aidan, mah."

Ya,laki laki yang mengantarkan Shafa adalah Aidan. Saat dalam keadaan genting atau butuh bantuan,bukan ayah nya maupun saudara yang lain yang Shafa hubungi melainkan Aidan.

Dia adalah sahabat Shafa,tak hanya karena Aidan selalu ada saat Shafa membutuhkan. Namun laki laki itu juga selalu mau mau saja Shafa repotkan, walaupun dalam keadaan sibuk Aidan akan selalu ada untuk Shafa saat Shafa membutuhkan nya.

***

Malam hari telah tiba, keluarga pak Latif sedang melakukan makan malam.

"Adek belum pulang mah?"tanya Shafa saat melihat kursi di sampingnya,yang biasa di gunakan oleh sang adik masih kosong.

"Belum,mama udah telpon dari tadi tapi gak di angkat."ucap mama Hana.

"Biar Shafa cari yah mah."Shafa akan bangkit dari duduknya namun di tahan oleh sang ayah.

"Biarkan saja,mau dia pulang atau tidak terserah dia. Memang anaknya susah di atur. Duduk dan makan lah, jika dia masih mau hidup nanti juga pulang sendiri."ucap pak Latif,selaku ayah dari Maureen dan juga Shafa.

Shafa pun tak bisa membantah ucapan ayah nya, walaupun dalam hatinya dia merasa khawatir dengan keadaan sang adik.

Biasanya paling telat Maureen akan pulang jam delapan malam,namun sekarang sudah jam delapan lebih lima belas menit Maureen belum pulang juga.

Terkadang Shafa merasa aneh dengan Maureen yang selalu berangkat pagi pagi sekali,dan pulang malam hari atau sore jam lima.

Padahal yang dia tau jadwal kuliah adiknya tak padat,dan juga tugas pun tak terlalu banyak. Namun selalu saja Maureen beralasan ada tugas kuliah,main dengan teman lah.

Pernah sekali Maureen pulang jam 12 malam,tepat satu tahun yang lalu saat Maureen merayakan kelulusan nya,dan pulang di antar oleh temannya dengan keadaan teler/mabuk.

Tentu saja saat itu pak Latif marah pada Maureen bahkan akan mengusir Maureen namun dapat di cegah oleh Shafa,yang membujuk pak Latif agar tak mengusir Maureen.

Akhirnya pak Latif pun luluh dan hanya memberikan hukuman yang dimana Maureen dikurung selama satu Minggu.

Shafa pun takut jika kejadian satu tahun lalu itu kembali terjadi, sehingga jika sang adik belum pulang jam delapan Shafa pasti akan menelpon dan juga mencari adiknya.

Sampai pukul sepuluh malam Maureen belum juga pulang,pak Latif,mama Hana dan juga Shafa pun belum tidur.

"Yah aku cari Maureen yah,aku khawatir dia kenapa napa."ucap Shafa,dia sudah sangat khawatir dengan keadaan adiknya.

Di telpon beberapa kali pun nomor Maureen tak di angkat,Shafa juga menelpon teman Maureen. Namun tak ada satupun dari mereka yang tau dimana keberadaan Maureen.

"Biarkan saja,lebih baik kakak tidur."ujar pak Latif.

"Tapi yah-"

"Kaka jangan bantah ucapan ayah."tegas pak Latif.

Tring

Ponsel pak Latif berbunyi,pak Latif pun mengecek siapa yang memberikan nya pesan.

Saat membaca pesan itu,wajah pak Latif berubah menjadi merah. Urat uratnya menegang, menandakan bahwa saat ini pak Latif sedang emosi.

"Ada apa yah?"tanya mama Hana yang menyadari perubahan pak Latif.

"Anak itu."geram pak Latif.

Mama Hana dan Shafa pun tak mengerti apa yang membuat pak Latif marah,siapa sebenarnya yang di maksud pak Latif?

"Assalamualaikum."

Maureen masuk ke dalam rumah nya,lalu menghampiri ibu,ayah dan juga kakak nya. Dan mencium tangan mereka.

Namun saat akan mencium tangan ayahnya,pak Latif bukannya mengulurkan tangannya untuk di cium malah mengangkat tangannya dan menampar pipi Maureen.

Plak

Karena keadaan Maureen yang sedang lemah dan lelah,serta tak siap dengan tamparan dari pak Latif, membuat tubuh Maureen tersungkur ke lantai.

"DASAR ANAK TAK TAU DI UNTUNG."marah pak Latif.

"Astagfirullah yah, istighfar."mama Hana langsung menghampiri sang suami dan mengelus tangan pak Latif guna meredakan emosi nya.

"Apa maksud ayah?"tanya Maureen memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari ayah nya.

"Puas kamu hah, berangkat pagi pulang larut malam. Saya kira kamu kuliah nyatanya tidak,ini kali ketiga saya mendapati laporan jika kamu tak masuk kelas di kampus. Buat apa kamu berangkat pagi pagi jika tak masuk kuliah hah? Apa saja yang kamu lakukan berangkat pagi pagi buta pulang larut malam. Bagus seperti itu hah."

Semua yang berada di sana pun hanya bisa terdiam mendengar amukan dari pak Latif,tak ada satupun dari mereka yang berani berucap barang satu katapun.

"Gak ada untung saya menyekolah kan kamu,jika kamu saja tak mau belajar tak masuk kelas. Buat apa saya menyekolah kamu ,buang buang uang saja. Contoh tuh kakak kamu,bisa kuliah di luar negeri rajin belajar,entah menurun dari siapa kamu ini."

Maureen mengepalkan kedua tangannya,merasa tak terima dengan perkataan sang ayah.

"Siaoa juga yang menyuruh anda menyekolahkan saya,tidak ada kan. Lagi pula anda sendiri yang memasukan saya ke jurusan yang saya benci ini. Saya juga bisa kok kuliah di luar negri,jadi stop banding bandingkan saya dengan kak Shafa."balas Maureen.

"Berani kamu."geram pak Latif.

Plak

Pak Latif kembali melayangkan tamparan pada Maureen,kali ini lebih keras dari pada yang pertama tadi, hingga ujung bibir Maureen pun mengeluarkan darah.

"Berani kamu menjawab perkataan saya,bagus. Inikah didikan nenek kakek mu hah."

"Jangan bawa bawa mereka."marah Maureen,dia paling tak terima jika kesalahan nya di sangkut pautkan dengan didikan mendiang nenek kakeknya.

"Seharusnya di sini anda yang disalahkan atas sikap saya ini,sedari kecil saya tak sedikitpun mendapatkan didikan dan kasih sayang dari anda. Jadi jangan salahkan saya atas sikap saya ini, karena ini semua karena anda."saking marahnya Maureen sampai dia berani menunjuk ke arah pak Latif.

Pak Latif pun menepis tangan Maureen itu.

"Sudah bolos kuliah,berani melawan orang tua,pulang larut malam. Apa saja yang selama ini kamu lakukan hah, tak cukup kamu membuat saya pusing setiap hari dengan tingkah kamu ini. Apa kata orang nanti saat tau anak gadis keluarga ini pulang selalu larut malam,mau jadi jal*g kamu hah."

"Anak gak tau di untung,jika kamu mau nge-jal*g pergi dari rumah saya dan jangan pernah mengaku jadi anak saya,jangan kamu kotori nama keluarga saya dengan kelakuan bejad mu itu,dasar wanita mura*an."

Jlebb

Rasanya seperti di tusuk ribuan duri, mendengar perkataan pak Latif yang mengatakan nya dengan sebutan ja*ng dan wanita mur**an.

Tanpa mengucapkan apapun Maureen langsung pergi dari sana menuju kamarnya yang berada di lantai dua,dengan air mata yang mengucur deras dari kelopak matanya.

"Astaghfirullah, istighfar yah. Apa yang kamu ucapkan,tak baik berucap seperti itu pada putri mu sendiri."mama Hana tampak kaget saat mendengar ucapan sang suami.

Sedangkan Shafa,dia menyusul Maureen ke kamarnya. Takut sang adik melakukan hal yang tidak tidak karena sakit hati dengan ucapan ayah nya.

bab 3. menerima perjodohan

"dek buka pintunya dek."shafa mengetuk pintu kamar adiknya.

"Dek dengerin Kaka,tadi ayah cuman lagi emosi aja dek. Jangan dengerin omongan ayah yah,jangan melakukan hal hal yang enggak enggak dek."sungguh Shafa sangat khawatir dengan keadaan adiknya.

"Dek buka pintunya yah,Kaka mau bicara sama kamu dek. Kalau kamu mau nangis sini sama Kaka. Peluk Kaka dek,kamu boleh nangis di pelukan Kaka."

"Pergi kak."ucap Maureen di dalam sana.

"Dek..."panggil Shafa lagi.

"Pergi kak,gue mau sendiri."

Akhirnya Shafa pun mengalah dan memilih pergi.

"Kakak harap kamu gak melakukan apapun dek,Kaka sayang sama kamu."lirih Shafa sebelum masuk ke dalam kamarnya.

Di lantai satu tampak pak Latif masih di tenangkan oleh mama Hana. Tak henti hentinya mama Hana menyuruh pak Latif untuk beristighfar.

"Sholat ya yah,minta ampun sama Alloh atas tindakan kamu tadi."ucap mama Hana,di balas anggukan oleh pak Latif.

Saat akan melangkahkan kakinya,tiba tiba suara dering telepon dari handphone pak Latif terdengar.

Pak Latif pun melihat siapa yang menghubungi nya, kemudian dia menekan tombol hijau.

Sebelum mengangkat telpon pak Latif menarik nafasnya dulu,agar dia lebih tenang.

"Hallo assalamualaikum,kenapa pak?"ucap pak Latif.

"Tentu pak,saya sudah memutuskan juga. Kita bisa bertemu besok dan memutuskan semuanya,saya berharap semoga putra putri kita menerima."ucap pak Latif setelah itu menutup telponnya.

"Kenapa yah?"

"Pak khalil, dia membicarakan tentang perjodohan dan janji yang di buat almarhum kakek dulu."

"Lalu? Siapa yang akan kita jodohkan yah? Shafa atau Maureen?"tanya mama Hana.

"Kita akan bicarakan ini nanti mah,ayah mau sholat dulu."mama Hana pun mengangguk, kemudian mereka berdua masuk ke dalam kamar.

***

Di lain tempat,Aidan baru sampai ke kediaman orang tuanya. Setelah tadi sempat di telpon oleh umi nya dan si suruh untuk datang ke kediaman orang tuanya yang sebenarnya tak jauh dari rumah yang saat ini Aidan tempati.

Aidan memang sudah tak serumah dengan kedua orang tuanya,semenjak satu tahun yang lalu.

"Assalamualaikum."salam Aidan saat memasuki rumah.

"Waalaikumusalam, akhirnya kamu datang juga dan."ucap umi Hafsah,ibu dari Aidan.

"Maaf umi Aidan telah membuat umi dan Abi menunggu."ucap Aidan di balas anggukan oleh umi Hafsah.

"Gak papa dan,gih sana Abi udah nunggu dari tadi. umi mau ke dapur dulu ambilin kopi buat Abi."

Aidan pun bergegas pergi menemui abinya,yang berada di ruang keluarga.

"Assalamualaikum Abi."Aidan mencium tangan abinya kemudian duduk di kursi.

"Waalaikumusalam."pak khalil menutup buku yang sempat dia baca tadi sembari menunggu sang putra.

"Loh teteh sama Abang ada di sini juga."ucap Aidan baru menyadari jika Kaka dan Kaka ipar nya ada di sana juga.

"Setiap hari juga Abang ada di sini,orang rumah Abang ada di samping kok."ucap faqih,Kaka Aidan.

"Wih tumben Abang datang."ucap Athar,dia adalah adik dari Aidan.

"Salam nya mana thar."tegur umi Hafsah yang datang dari arah dapur sembari membawa nampan berisi minuman di susul dengan Kaka ipar Aidan yang membawa cemilan.

"Hehehe maaf umi."

Aidan Arsyad Rafardhan, adalah putra kedua dari pak khalil Faturrahman dan juga umi Hafsah Kareem. Putra kedua dari tiga bersaudara,yang dimana Kaka pertama nya yang bernama faqih sauqi Rasyid,dan adiknya bernama Athar Khalil Akbar. Aidan juga memiliki Kaka ipar dari Abang nya yaitu faqih yang kebetulan sudah menikah yang bernama Yumna shaqueena.

Keluarga Aidan adalah salah satu keluarga yang memiliki pondok pesantren,yang dimana buyut Aidan pernah mendirikan pesantren dan di turunkan pada ayah nya yaitu pak khalil,dan nantinya akan di turunkan kepada Abang nya yaitu faqih.

Kenapa tidak di turunkan kepada Aidan saja? Tentu nya karena Aidan adalah anak kedua dan Aidan lebih di fokuskan untuk mengembangkan usaha- usaha lain. Aidan juga tidak terlalu tertarik untuk mengembangkan pesantren, jadilah yang di pilih untuk menjadi pemimpin pesantren di masa depan adalah abangnya yaitu faqih.

"Ada apa Abi?"tanya Aidan.

"Abi mau membicarakan tentang perjodohan yang waktu itu Abi sampaikan pada kamu dan. Jadi apakah kamu masih tetap teguh pada pendirian kamu,atau kamu berubah pikiran?"tanya pak khalil.

Aidan pun menghela nafasnya. "Ini cukup berat bagi Aidan Abi,Aidan pun juga ingin memilih pasangan Aidan sendiri."jelas Aidan.

"Kami mengerti nak,tapi harus bagaimana lagi. Ini adalah janji mendiang kakek mu dulu pada sahabat nya bahwa akan menikahkan anak atau cucu mereka, hanya kamu satu satunya yang kami harapkan lagi. Abang mu sudah menikah,adikmu pun rasanya tak mungkin karena cucu sahabat kakek mu itu se usia dengan kamu. Jujur Abi dan umi pun berat,kami ingin kalian memilih jalan kalian masing masing tanpa harus ada keterikatan janji seperti ini. Tapi ini adalah janji kakek mu dulu,dimana janji itu adalah sebuah hutang. Dan Abi di titipkan amanah oleh kakek mu." Ucap pak khalil.

"Pikirkan kembali nak,umi yakin wanita yang akan di jodohkan denganmu adalah wanita baik baik,kamu sendiri pun tau siapa keluarga wanita itu."ucap umi Hafsah.

Aidan tampak berpikir, sungguh ini adalah sebuah pilihan yang sangat sulit baginya. Semingguan ini dia tak bisa tidur dengan nyenyak,kerja tak fokus hanya karena memikirkan soal perjodohan ini.

Dia ingin membantu umi dan Abi nya menjalankan amanah dari mendiang kakeknya,namun tak bisa Aidan pungkiri dia juga sudah memiliki tambatan hati.

Ingin berkata jujur,tapi takut menambah beban pikiran kedua orang tuanya. Jika pun Aidan menerima,dia harus ikhlas melepaskan sang pujaan hati.

"Memangnya siapa yang akan di jodohkan dengan Aidan abi?"tanya Aidan.

"Putri dari pak Latif syazani."

Degh

Jantung Aidan rasanya berdetak lebih kencang saat tau jika yang di jodohkan dengan nya adalah dari keluarga sang pujaan hati.

"Siapa?"tanya Aidan.

Sedikit demi sedikit Aidan menemukan solusi dari permasalahan yang dia hadapi,tak sia sia ternyata dia menanyakan siapa yang akan di jodohkan dengan nya.

"Abi pun tak tau pasti siapa yang akan di jodohkan denganmu,tapi yang pasti dia adalah putri dari pak Latif."

"Setau aku pak Latif hanya memiliki satu putri,ya pasti dia."ucap Aidan dalam hatinya.

"Baiklah Abi,Aidan akan menerima perjodohan ini."ucap Aidan, membuat semua orang tersenyum mendengar nya.

"Alhamdulillaah."

"Apakah benar nak? Kamu ridho dan ikhlas Abi jodohkan?"tanya pak khalil.

"Insyaallah Aidan ikhlas dan ridho Abi."jawab Aidan.

"Baiklah lusa kita akan pergi ke rumah pak Latif,umi siapkan semuanya."titah pak Latif di balas anggukan oleh umi Hafsah.

Raut bahagia tak bisa lagi pak khalil tutupi, akhirnya salah satu beban amanah yang dia emban selama ini akan terlaksana.

Aidan pun merasa lega, melihat wajah berseri bahagia umi dan Abi nya membuat hati Aidan terasa adem.

"Semoga dia yang engkau gariskan untuk ya Rabb." Lirih Aidan.

Entah siapa yang Aidan maksud itu,tapi yang pastinya adalah putri dari pak Latif itu sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!