Saat ini Arzeta menatap nanar rumah yang dia anggap sebagai tempatnya berkeluh kesah, diatak pernah menyangka keluarganya dan orang-orang terdekatnya akan menoreh kan luka sebegitu dalam.
Awalnya dia berkunjung ke rumah orang tuanya ingin memberikan kabar gembira atas ke hamilannya, namun dia tak menyangka bahwa dia lah yang akan menerima kejutan dari keluarganya.
Selamat El Rev, akhirnya Elsa hamil juga, pada hal kalian nikah baru satu tahun loh! mama sama papa begitu senang mendapat kabar ini, akhirnya kami akan punya menimang cucu dan rumah ini pasti bakalan rame, suara tawa dari bayi kalian nanti, ucap mama Alin pada sepasang suami istri itu.
Deg.... Sungguh kakinya merasa lemas dadanya juga merasa sesak, saat dia mendengar mamanya mengatakan bahwa Elsa kakaknya sedang hamil, berbagai pertanyaan serta peraduga mucul di benaknya.
Bagaimana bisa? Kakaknya hamil? Siapa suaminya? Pertanya-pertanyaan itu kian berkecamuk di pikirannya, hingga suara pria yang sangat dia kenal bahkan dia cintai membuat di tak mampu lagi menahan air matanya.
Iya ma pa, Revan seneng banget akhirnya Elsa mengandung bayi kami. ucapan Revan bagai petir di siang bolong zeta seakan tak percaya, dia tak menyangka suaminya bahkan keluarganya, mereka semua tega melukai nya sedalam ini.
Mas Re____Revan! ya suara itu sangat Zeta kenal bahkan Zeta hapal, Apa Salah ku? Sampai kalian begitu tega, Ucap Zeta lirih, dia berdiri bersandar di tembok sebagai penompang tubuhnya.
Tapi ma bagaimana dengan Zeta? El takut ma? Ucap Elsa sambil menanggis di pelukan sang suami.
Zeta tak pernah menyangka hidupnya akan serumit ini, kakak kandungnya hamil anak suaminya, takdir macam apa yang tuhan rencana kan, sungguh Zeta pun tak tau.
Biar Zeta jadi urusan ayah dan mama, lagian wajar jika Revan sampai menikah lagi, Zeta yang gak bisa memuaskan Revan! Nyatanya sampai saat ini dia belum juga hamil, ucap mama Alin.
Zeta yang mendengar itu begitu syok mamanya sendiri, wanita yang melahirkannya bisa-bisanya berkata begitu, sungguh hancur hati Arzeta.
Dengan langkah gontai Zeta pergi meninggal kan rumah orang tuanya, dia tak mau sampai ke tahuan, bahwa dia mendengar semua pembicaraan itu, Arzeta memutuskan pergi, dia pergi dengan membawa luka di hatinya.
Pak Mus, yang melihat nona mudanya keluar dengan berderai air mata, hanya bisa menatap iba, dia tak menyangka gadis sebaik dan seceria Zeta, akan di sakiti, yang lebih pak Mus tak menyangka, yang menyakiti adalah keluarganya sendiri. Sungguh jahat sekali mereka pada non Zeta batin pak Mus.
Non, gak apa-apa? Ucap pak Mus saat melihat Zeta akan melangkah keluar gerbang.
"Aku gak apa-apa pak? Jangan bilang siapa-siapa kalok aku kesini ya pak, ucapnya lalu pergi sambil sesekali menyeka air matanya".
Flasback on.
3 jam sebelumnya.
Selamat ya buk atas ke hamilannya? Ucap seorang dokter kandungan bernama Devi, membuat Razeta menanggis haru.
Ya wanita yang tengah di periksa itu adalah Razeta Asafa, wanita berusia 25 tahun, yang sudah menikah selama kurang lebih 3 tahun, tapi selama 2 tahun lebih dia tak juga hamil, bukan karna tubuhnya bermasalah tapi karna suaminya mengalami Impoten, Arzeta selalu sabar, mendampingi suaminya berobat, sampai dia selalu di hina di caci maki, dan di kata kan mandul hingga kata-kata yang menusuk lainnya, tapi lagi-lagi dia hanya bisa bersabar, tak mungkin dia akan mengatakan kekurangan sang suami, apa lagi sampai orang-orang tau bahwa sang suami mengalami impoten, Zeta tak sekejam itu, untuk mengumbar aib suaminya.
Dia selalu di hina oleh keluarga mertuanya, bahkan orang tuanya, dia tak pernah tau bahwa suaminya sudah sembuh, Zeta pikir Revan sang suami masih melaku kan pengobatan, sebab memang 1 tahun ini Zeta tak mendampingi sang suami berobat.
Setelah pulang dari rumah sakit dia ingin berencana akan memberi kabar bahagia itu ke pada orang tuanya, dan juga mertuanya, tapi sebuah kenyataan membuat di hancur berkeping-keping, Zeta merasa diri nya bagai kan tertimpa batu besar yang menimpah tubuhnya dia tak mampu berteriak atau hanya sekedar bergerak, kakinya terasa kaku, hatinya rwmuk redam.
Flasback off.
Setelah puas menanggis dan Zeta sudah merasa lebih tenang duduk di sekitarvtaman yang tak jauh dari rumahnya, Zeta memutuskan untuk pulang., dia berencana besok akan menjumpai dokter Daniel yang menangani Revan selama ini, jika benar sesuai perkiraanya bahwa sang suami sudah sembuh mungkin sejak 1 tahun lalu, tapi mengapa Revan baru menyentuhbdan meminta haknya, sebab Zeta ingat jelas dia sentuh oleh Revan san suami tepat satu bulan lalu saat mereka menghadiri acara kantor Wijaya tempat sang suami berkerja selama ini.
Zeta ingat samar-samar seorang pria yang dia pikir itu Revan, pria itu masuk kedalam kamar dalam ke adaan mabuk, hingga terjadilah pergulatan panas mereka, tapi saat Revan mencapai puncaknya dia menyebut nama Beby, awalnya Zeta merasa senang hingga dia membiarkan ucapan Revan.
********
Ceklek suara pintu terbuka membuat sang empuh yang tengah duduk di sofa ruang tamu langsung menoleh dan bertanya.
Sayang kamu dari mana? Mas pulang tapi kamu gak ada di rumah? Ucap Revan beruntun.
Arzeta yang mendengar hal itu sontak mengerut kan keningnya, bukannya tadi sang suami berada di rumah orang tuanya, kenapa sekarang sudah berada di rumah! Zeta merasa bingung, apa mungkin Revan mulai bersandiwara pikirnya.
"maaf mas, tadi aku abis ketemuan dengan Karin, di cafe, ke asik kan ngobrol jadi pulangnya telat deh, ucap Zeta dengan menampil kan senyum manisnya, tapi siapa yang menyangka bahwa hatinya saat ini sedang hancur berkeping-keping.
Oh... Mas kira kamu dari mana, ucapan dari sang suami, membuat Zeta bertanya-tanya, apa kah Revan tak hawatir padanya, tak kah Revan menyadari perubahan sikapnya, sungguh Zeta merasa kecewa.
"tak ingin semangkin merasa sakit Zeta pun memilih untuk pergi, ya udah mas, aku mau mandi dulu ya? Ucap Zeta karna sedari tadi dia sedang menahan air matanya".
Ya udah, mas tunggu di meja makan ya kita makan bareng, ucap Revan sambil tangannya ingin mengusap kepala Zeta, Zeta replek mudur, entah lah tapi Zeta merasa enggan saat Revan akan menyentuhnya, Revan yang merasa zeta seakan menolak untuk di sentuh sotak merasa heran.
" Ze kenapa? ucap Revan dalam hati".
"ya udah mas tunggu di meja makan aja, aku gak lama kok, ucap Zeta langsung berjalan menuju lantai 2, letak kamar Zeta dan Revan memang berada di lantai 2.
Sesampainya di kamar Zeta langsung menutup pintu menangis di balik pintu kamar, sungguh hatinya sakit, dia kecewa dengan takdir, bagaimana bisa orang-orang terdekatnya menoreh kqn luka begitu dalam, dia pun tak tau harus bagaimana setelah ini nanti, bertahan atau melepaskan.
Selesai mandi Zeta langsung turun ke bawah, tapi langkahnya terhenti saat dia melihat Revan menerima telpon lalu pergi secara buru-buru tanpa pamit kepadanya. Zeta yang melihat itu lansung bertanya sebelum sang empu, sampai di ambang pintu.
"Mas mau kemana? Kok buru-buru?".
Em... I____itu! Tiba-tiba bos nelpon minta, katanya ada klain minta ke temu di resto ada pekerjaan yang mau di bahas, ucap Revan gugup.
"loh! Mas kan baru pulang dinas, kok masik ada kerjaan si? Mas gak lagi bohong kan?". Pertanyaan Zeta membuat Revan kaku, dia gugup, takut Zeta curiga.
Gak sayang kamu jangan mikir yang aneh-aneh dong, mas beneran di telpon sama bos mas tadi.
Dringgg...
Suara ponsel membuat Revan, langsung merogoh saku celananya, dia melihat di layar tertulis nama sekertaris ke dua, lalu dia menunjuk kan pada Zeta bahwa dia sedang tidak berbong.
Tanpa dia tau Zefa sama sekali gak perduli, diasudah membuat ke putusan, mulai saat ini dia akan menyelidiki, untuk mengumpul kan semua bukti-bukti untuk menghancurkan mereka.
Ini sayang coba lihat sekertaris bos udahnelpon mas, pergi dulu ya? Gak usah tunggu mas pulang, kalok ngantuk kamu tidur duluan aja? Ucap Revan sambil berniat mencium kening Zeta, namun lagi-lagi Zeta dengan replek menghindar.
"ya udah sana pergi, katanya udah di tungguin".
Ucap Zeta saat melihat sang suami mulai beranjak masuk ke dalam mobil miliknya.
Sontak perkataan Zeta dan tingkah sang empuh, membuat Revan merasa heran, sebab sudah 2x, Zeta seakan-akan enggan untuk dia sentuh. Tak ingin ambil pusing Revan pun mulai melajukan mobilnya sambil berkata.
Ya udah mas pergi ya, Assalamualaikum.
"Waalaikumsalam".
Setelah melihat mobil Revan sudah menjauh, Zeta segera menyusul mengunakan motor sport yang sudah dia pinjam dan dia letak kan di gudang belakang.
Zeta mulai mencari setiap barang bukti, dan mengumpulkannya.
Bruummm.... Saat ini Zeta sudah berada di belakang mobil Revan, dia melihat mobil itu menuju arah rumah orang tuanya.
"cih, ternyata klainnya mbak Elsa", batin Zeta.
tak ingin berlarut dalam ke sedihan Zeta langsung memfoto, dia akan mengumpulkan banyak bukti sehingga dia bisa mengungat cerai Revan nantinya.
Cekrek, cekrek.... Diam-diam Arzeta mengambil foto sepasang suami istri itu, setelah Zeta merasa cukup dia pun berpindah duduk guna mendengarkan pecakapan mereka, Zeta hanya ingin tau apa yang membuat Revan pergi begitu saja meninggal kan dirinya dengan alasan kebohongan yang mengatas nama kan sang bos.
Mas, maaf ya karna aku tiba-tiba ngidam, jadi membuat waktu mas untuk Zeta terganggu, pada hal malam ini harusnya mas bersama dengan Zeta, ucap Elsa dengan suara yang di buat sedih dan merasa menyesal.
Tadinya aku mau minta tolong sama pak Mus, tapi mama maksa buat nelpon mas, takut nya nanti mas tersingung kalok aku mintak tolong orang lain buat nuruti ngidam aku.
" Beby kamu itu ngomong apa sih? keinginan mu dan anak kita itu tanggung jawab ku, sebisa mungkin aku pasti akan usahain, soal Zeta aku yakin dia pasti gak akan curiga soalnya aku bilang sama dia ini soal kerjaan, jadi dia gak akan banyak bertanya, ucap Revan sambil menggegam jari-jari tangan Elsa".
Deg.... Zeta yang mendengar perkataan itu hatinya sungguh sakit, dia kecewa, melihat pandangan lewat layar ponselnya membuat Zeta marah, betapa Revan meratu kan Elsa, andai dia yang berada di posisi itu sungguh dia akan merasa menjadi wanita serta istri yang paling bahagia, tapi kembali pada kenyataan bahwa wanita yang bersama sang suami adalah madunya, yang berstatus kakak kandungnya.
"Beby? Malam itu mas Revan juga menyebut aku dengan sebutan beby, Ah.... Jangan-jangan mas Revan menganggap aku kak Elsa, oh.... Zeta Sungguh betapa bodohnya dirumu, ucap Zeta kala dia merasa bodoh, semua sudah tampak jelas namun karna cinta lagi dan lagi dia abai akan ke janggalan itu, kini dia hanya bisa berkata bodoh pada dirinya sendiri.
"aku tau Revan tak akan mungkin mencerai kan, ku! Tapi dia menikah tanpa izin dari ku maka aku bisa mengugatnya, gumam Zeta penuh ke yakinan sambil megenggam ke dua tangannya".
"nikmati lah mas kak, setelah ini akubpasti kan kalian akan hancur sama seperti ku, kalian akan mengalami rasa sakit lebih dari yang ku rasakan saat ini, batin Zeta berucap", lalu Zeta memutus kan keluar dari resto itu, badan dan hati merasa sangat lelah, malam ini dia ingin segera tidur.
*****
Pagi menjelang sang empu yang masih terlelap di balik selimut, mulai terusik akibat perutnya yang merasa sangat lapar, pada hal biasanya dia tak pernah sarapan pagi.
Duh!!! Rasanya aku hanya ingin rebahan! aku sungguh malas walau hanya untuk ke kamar mandi apa lagi turun ke bawah untu sarapan, gumam Zeta di balik selimut.
Tapi sepertinya anakku laper banget, huh!!!Sungguh, aku merasa sangat malas. Hingga suara ketuk kan pintu membuatnya mau tidak mau harus bangun.
Tok tok tok
"Nona sudah bangun? Ucap seorang pelayan" dari depan pintu kamar Zeta.
"udah bik. Bik tolong siap kan sarapan saya! nanti antar ke sini ya? Tolong ya bik Ucap Zeta pada bik Utun".
"Baik non ucap bik Utun" lalu turun sambil mulutnya terus bergumam membuat Suri salah satu pelayan lansung bertanya ke pada bik Utun.
"Bik Utun kenapa? Ucap Suri penasaran"
"Itu nona Zeta, tumben sarapan minta di anter ke kamar? Ucap nya sambil berjalan menuju meja makan".
Oh... "Kirain kenapa! Mungkin nona sedang gak enak badan kali bik? jawabnya" sambil berjalan menuju arah dapur.
Mendengar jawaban dari Suri, membuat bik Utun segera menyiapkan makanan dan membawanya ke kamar nonya mudanya, sekalian dia akan memastikan apa kah nyonya baik-baik saja.
Tok tok
"Masuk aja bik gak saya kunci ucap Zeta", saat ini dia sedang duduk di atas kasur sambil ngemil keripik kentang yang dia beli tadi malam.
Ceklek... "Non ini sarapannya ucap bik Utun", lagi-lagi bik Utun di buat heran dengan tingkah sang nyonya.
" Gak seperti biasa nonanya ngemil di atas tempat tidur! Bik utun bertambah bingung oleh tingkah sang majikan. Bik Utun segera meletak kan sarapan yang dia bawak lalu pamit keluar.
Tapi saat bik Utun akan meletak kan mapan di atas nakas Zeta malah memintanya di letak kan di atas kasur.
"Letakan di sini aja bik! Ucap Zeta" sambil menepuk kasurnya.
"hah!!! Non gak salah? nanti kasurnya kotor gimana non?".
"Udah gak apa-apa? Ucap Zeta" sambil mulai mengambil piring yang berisikan nasi goreng.
"kalau gitu saya undur diri dulu non?".
" Iya bik", namun belum sempat bik Utun keluar dari pintu Zeta tiba-tiba teringat dangan Revan, hingga dia bertanya kepada bik Utun.
"Bik tadi pagi tuan berangkat jam berapa? tanya Zeta", karna dia ingat saat dia bangun kasur di sebelah nya terasa dingin.
"tuan tadi malam gak pulang non? Bahkan pagi tadi tuan Niko, juga mencari tuan Revan ke sini".
Deg... "sialan kalian! Sungguh tak ada yang perlu ku pertahan kan lagi dari pernikahan ini. Hari ini aku akan menemui dokter Daniel dan aku akan ke kantor mas Fais, ucap Zeta".
"Awalnya aku berpikir akan menunggu waktu sebulan, tapi ternyata mas Revan lebih memilih kak Elsa dari pada dirin ku! Gumaman Zeta" dan gumaman itu terdengar oleh telinga bik Utun. Namun sebagai pembantu dia tak ingin ikut campur urusan rumah tangga sang majikan.
"Ya udah bik mungkin mas Revan lembur! Soalnya tadi malam dia di telpon oleh bosnya ucap Zeta" sambil tersenyum.
Tanpa Zeta tau sebernarnya bik Utun merasa perihatin akan rumah tangga mereka, tapi bik Utun dan para pekerja lain nya tak berani untuk bertanya.
Setelah bik Utun keluar, Zeta tak jadi sarapan, rasa laparnya hilang setelah mengingat penghianatan suami kakak serta keluarganya.
Zeta memutus kan membersih kan diri, dia ingin segera mengumpul kan bukti, dia sudah menyerah.
Setelah membersihkan diri, Zeta segera turun dia akan pergi ke rumah sakit hari ini, untuk bertemu dengan dokter Daniel.
Bik saya akan keluar, jika ada yang mencari tolong bilang saya ke rumah mama Intan.
"Baik non", ucap bik Utun, " nona muda mau apa ya kerumah nonya Intan? ya Allah semoga semua baik-baik saja, gumam bik Utun, beliau sangat tau bagaimana keluarga besar Revan, selalu menghina Zeta, tapi sejauh ini Zeta hanya diam, tanpa melawan, bik Utun merasa salut dengan Zeta walau berulang kali di sakiti dia hanya diam, bukan karna tak bisa melawan, hanya diam itu lebih baik.
Tak butuh waktu lama kini Zeta sudah sampai di rumah sakit Wijaya Hospital, ya ini rumah sakit terbesar di kota ini, Revan sang suami juga bekerja di perusahan milik Wijaya, keluarga Wijaya keluarga kaya no 3 di Asia, sehingga tak heran jika nama mereka banya terpampang di surat kabar mau pun media.
Saat akan turun dari atas motor sport miliknya Zeta tak sengaja melihat dua orang, eh ralat bukan dua orang melain kan dua keluarga, mereka masuk ke rumah sakit sambil bercanda tawa.
Dengan hati yang deg deg kan, Zeta mengikuti langkah mereka, hingga sampai lah mereka di salah satu ruangan yang bertulis kan dokter kandungan.
"ya Allah bagaimana ini, jika sampai mereka tau dari dokter Devi bahwa aku juga hamil, kalau sampai itu terjadi maka aku gak akan bisa bercerai dari mas Revan, bantu hamba ya Allah, permudah kan segala urusan hamba".
Sungguh Zeta langsung merasa was-was kalau sampai dokter Devi memberitahu bahwa dirinya juga hamil, karna dokter Devi mengenal Zeta dan Revan Arya sebagai suaminya, karna Zeta sering berkonsultasi dengan beliau, walau beliau hanya mengetahui nama Revan, belum pernah bertemu secara langsung, tapi dengan nama Rvan Wijaya mapu mengundang banyak pertanyaan.
sepertinya tuhan memang sedang berpihak pada Zeta, saat dia sedang merasa gelisa tiba-tiba ada suara yang menyapanya sambil menepuk bahunya, sontak Zeta merasa kaget dia pun lansung melihat siapa yang menyapanya.
"Loh nonya Zeta, sedang apa disini? Bukannya waktu cek up kita masih satu bulan lagi, tanya dokter Devi".
"Alhamdulilah, ternyata Allah mendengar doa ku ucap Zeta" mebuat dokter Devi merasa heran dan bertanya-tanya.
"Dok bisa saya mau minta tolong? nanti jika dokter memeriksa pasien atas nama Elsa Oktavia Indri dan suaminya bernama Revan Arya, tolong jangan kata kan soal kehamilan saya, saya mohon dok, hanya dokter lah satu-satunya harapan saya, saya tak ingin mereka tau tentang kehamilan saya ucap Zeta" sambil mengenggam tangan dokter Devi".
"Maksudnya gimana ya, nona? saya kurang paham jawab dokter Devi"
"Nan___! Ucap Zeta terpotong", saat suster asisten dokter Devi memanggilnya karna waktu poli sudah akan di buka".
"Dok pasien sudah banyak yang mengantri, ucap suster yang bertugas menjadi asisten dokter Devi.
"kalau begitu saya permisi nonya Zeta", mari ucapnya sambil menganguk.
"Terimah kasih dok, sudah mau mendengarkan, dan membantu saya ucap Zeta", Lalu dia pergi menuju ruang dokter Daniel yang berlawanan arah dari ruang dokter kandungan.
Tok tok
"Masuk ucap pria" yang tengah membaca laporan data pasien nya.
"Silah kan duduk ucap dokter pria bernama Daniel" tapi beliau belum melihat siapa yang datang berkunjung atau konsultasi.
"Ada keluhan ap___apa?" Tapi belum selesai beliau berucap dia cukup kaget melihat siapa tamunya.
"Loh! nona Zeta? saya kira siapa pasien saya ucap pria berusia 30 tahun yang menjabat sebagai dokter Andrologi".
"Ada apa ya nona? Bukanya tuan Revan sudah sembuh sejak 8 bulan lalu! pengobatannya sukses dan alat vitalnya juga sudah kembali normal, ucap dokter Daniel"
Deg
"Ya Allah sakit sungguh sangat sakit, aku yang menemaninya berjuang, tapi perempuan lain yang pertama kali merasakan hasil dari kesembuhan suami ku, bukan aku sebagai istrinya lebih menyakitkan lagi perempuan itu adalah kak ku, batin Zeta pilu".
"Dok bisa saya meminta hasil rekam medis terakhir suami saya? ucap Zeta penuh harap"
Setidaknya bila tak bisa lagi di perbaiki lebih baik berpisah.
"Kebetulan nona, hasil rekam medis itu memang masih dengan saya! ucap dokter Daniel" lalu menyerah kan hasil nya kepada Zeta.
Sreek.... "Saat Zeta membaca hasil di kertas itu Zeta cukup merasa kaget?" Sebab di situ tertulis bahwa untuk Kualitas seperma Revan masih rendah, walau pun alat vitalnya sudah berfungsi dengan normal namun untuk hasil masih membutuhkan waktu sekitar 6 bulan bahan 1 tahun lamanya.
"Dokter serius? Berarti jika saya ingin melakukan progam hamil maka harusnya dari bulan sekarang saya baru bisa mencobanya, ucap Zeta" dan hal itu di benarkan oleh dokter Daniel".
"jika ucapan dokter Daniel benar lalu anak siapa yang di kandung kak Elsa? batin Zeta bertanya-tanya".
"Iya itu benar nona! sebab 6 sampai 7 bulan belum tentu seperma tuan Revan bisa membuahi, karna masih masa pemulihan mungkin di bulan ke delapan kita bisa mulai melihat hasilnya", Penjelasan dari dokter Daniel cukup membuat Zeta puas sebab dia cukup mempunyai banyak bukti untuk mengugat cerai Revan.
Deg.
"aku akan dapat jawaban lebih hanya bila aku menemui dokter Devi, gumam Zeta". Lalu dia beranjak meninggal kan ruangan dokter Daniel.
"Baik dok! kalau begitu saya permisi ucap Zeta lalu beranjak pergi"
"silakan nona Zeta semoga anda dan tuan Revan segera di beri momongan, ucap dokter Daniel dengan tulus".
"Terimah kasih dok".
Setelah keluar dari ruangan dokter Daniel, Zeta langsung menuju ruang dokter Devi, sebelum menuju ke sana, Zeta memastikan terlebih dahulu, apakah semua keluarga nya sudah pergi, dari rumah sakit Wijaya. Jika belum Zeta terpaksa harus menunggu hingga mereka pergi.
sementara itu di ruang dokter Devi, sedang terjadi perdebatan, antara dua keluarga, mereka berdebat karna ingin ikut menyaksikan langsung USG pada Elsa dan bayinya.
Maaf pak buk! Hanya dua orang yang bisa ikut masuk ke dalam ruang USG, ucap asisten dokter Devi.
Iss... Udah kami putuskan! Kalian di sini aja, biar kami yang ikut masuk bersama Elsa dan Revan, ucap mama Alin, mama Elsa dan Arzeta.
Dokter Devi sendiri merasa syok, melihat laki-laki yang datang cek kandungan bersama wanita, yang tadi namanya di sebutkan oleh Zeta, kini dia pun paham mengapa Zeta memintanya untuk menyembunyikan kehamilannya.
Silah kan buk Elsa, naik ke atas, kita akan melihat perkembangan adek bayinya?
Sus Tami, tolong di bantu ibuk Elsanya ucap Dokter Devi.
Maaf buk, saya angkat sedikit ke atas bajunya ya? Saya akan mengoles kan jel? Ucap suster Tami meminta persetujuan.
Elsa hanya menganguk, sebagai jawaban, sedangkan Revan dengan setia megenggam tangan sang istri.
Sementara dokter Devi, sempat tertegun, dia tak dapat membayang kan bagai mana perasaan Zeta, bila melihat pemandangan saat ini, dokter Devi jadi teringat dengan permintaan Zeta tadi.
"sungguh miris, di kala dia sakit, lemah tak berdaya, nona Zeta yang selalu menemaninya, kini saat sudah sembuh suaminya malah menanam benih di rahim wanita lain"
Dok sudah siap? Ucapan dari sus Tami membuat dokter Devi tersentak, namun dia lansung tersenyum sambil mulai mengerak kan alat, USGnya, dia juga menjelaskan perkembangan bayinya juga usia kandunga Elsa.
Mendengar apa yang di ucap kan oleh dokter Devi, membuat mereka berempat merasa bahagia, tanpa mereka sadari Zeta menyaksikan semua itu lewat kaca pintu ruangan dokter Devi.
Zeta pikir mereka sudah pergi dari rumah sakit sebab dia tak melihat adanya orang tua Revan mau pun orang tuanya, di luar ternyata sang mama dan sang mertua ikut ke ruangan USG.
Flasback on.
Vit, kita ke kantin dulu aja lah? Sambil nunggu mereka keluar, ucap Irpan ayah Revan.
Iya, juga ya bisa boring kita nungguin mereka disini? Malah banyak yang memperhatikan kita lagi, walau pun udah tua ngeri juga sampek kita di bilang kaum pelangi, ucap Davit ayah Elsa dan Arzeta.
Setelah mereka pergi, sekitar 5 menit, Zeta yang baru dari ruangan dokter Andrologi berniat menemui dokter Devi, dia ingin menanyakan hasil pemeriksaan Elsa, jika benar usia kandungan Elsa sang kakak sudah 3 bulan lebih, ada kemungkinan bahwa anak yang Elsa kandung bukan anak Revan.
Saat Zeta akan mengetuk pintu tak sengaja matanya melihat pemandangan yang membuat dia tersenyum getir, betapa sayang dan perhatiannya Revan pada Elsa bahkan mama serta mertuanya juga tampak sangat bahagia.
Sebegitu kejamnya dunia dan begitu sayangnya Allah pada dirinya hingga dia harus di uji dengan ujian yang sebegitu dasyat, sungguh Zeta tak sekuat itu tapi dia juga tak ingin menjadi lemah maka yang harus dia usahakan adalah mecoba.
Tak sanggup melihat pemandangan itu Zeta memutuskan untuk pergi ke kantin, hanya untuk sekedar menenangkan diri, saat ini dia sungguh lelah, tapi di saat bersamaan dia juga harus kuat demi bayinya.
Dengan mengunakan sweter topi dan juga masker dia melangkah menuju kantin tapi lagi-lagi dia melihat cinta pertamanya serta mertua laki-lakinya ada di sana, awalnya dia ingin pergi hingga sebuah pembahasan membuatnya urung.
Zeta duduk tepat di belakang sang ayah, lalu dia menghidup kan perekam suara yang sengaja dia bawak, dia tadi juga sempat memfoto Revan Elsa, mama Alin dan juga mama Intan mertuanya.
Vit, bagaimana soal Zeta? Kita sudah menyembunyikan pernikahan Revan dan Elsa darinya.
Aku pun bingung Fan, tapi saat aku mendapati Elsa tidur bersama Revan, yang ada di pikiran ku, bagaimana jika sampai Elsa hamil, aku tak ingin malu kau tau kan saat itu aku baru naik jabatan, ucap Davit.
Tes... Air mata Zeta sungguh menetes tanpa iya minta.
"ya allah perluas rasa sabar hamba, kuat kan hati hamba, hanya pada mu hamba berserah, batin Zeta menangis pilu".
Bagaimana jika kita meminta Revan menceraikan Zeta? Aku kasian padanya, anak mu itu terlalu baik, ucap Irfan.
Tapi Elsa gak setuju jika mereka pisah, dia sudah merebut Revan tanpa sengaja, dia tak ingin melukai adiknya, karna dia tau Zeta sangat mencintai Revan.
Apa gak apa-apa? sungguh lebih baik lepas kan Zeta, dari pada kita terus berbohong padanya, kau tau serapi-rapinya menyimpan bangkai, lama-lama bauknya akan tercium juga, ucap Irfan, membuat Davit pun berpikir demi kian.
"bagaimana jika nanti Zeta mengetahui fakta ini? Sungguh aku tak sanggup melihat dia tersakiti, tapi secara tidak langsung kami juga telah menyakitinya". Batin Davit.
Srek, suara kursi yang di geser membuat Davit dan Irfan berhanti membahas masalah rumah tangga anak-anaknya.
Tak... Zeta memutuskan pergi dari sana, sudah sedari tadi dia ingin pergi, tapi dia tahan dia penasaran dengan ke putusan sang ayah. Tapi ternyata harapannya hanya semu, lagi-lagi ayahnya hanya memikirkan reputasi, sedari kecil sang ayah memang lebih condong ke sang kakak Elsa, karna Elsa selalu mendapat nilai akademik nya selalu sempurna. Zeta bukan tak mampu untuk mendapat nilai sempurna, tapi Zeta memang lebih suka mengambar.
Setelah sampai di taman, Zeta menangis dalam diam, setelah merasa tenang baru lah dia mencoba menghubungi Fais seniornya saat kuliah dulu, dan suami dari sahabatnya Ratna, saat ini Fais berprofesi sebagai pengacara maka dari itu Zeta akan meminta bantuan dari Fais.
Tut... Tuttt...
"Halo... Selamat siang, ucap Zeta lirih".
Siang, ini denga siapa? ucap Fais sambil mengerut kan keningnya, dia merasa heran sebab si penelpon masih diam.
Hallo... Masih ada kah orang di sana, jika tak ada yang penting saya akan mati kan sebab saya sedang sibuk, ucap Fais sebab si penelpon masih juga diam, sedangkan Fais menunggu jawaban.
"maaf kak Fais, jika kakak sibuk, besok aku akan langsung menemui kakak di kantor, kakak, ucap Zeta, sambil menangis saat dia melihat suami, dan keluarganya memperlakukan Elsa sang kakak bagai kan ratu.
pip!!
Telpon di mati kan tanpa mendengar jawaban dari sang empuh.
Hah!!! Siapa sebenarnya wanita itu? Ucap Fais heran.
Kenapa mas? Ucap Ratna istri Fais.
Tadi ada yang nelpon, kirain klain, ternyata hanya orang iseng, sahutnya sambil asik menciumi sang anak yang baru berusia 2 bulan.
"tapi suaranya kayak gak asing? Terus aku yakin tadi juga wanita itu sedang nangis, tapi siapa? Lihat besok aja lah, kalok memang calon klain, ya tinggal di sambut, batin Fais".
Mandi sana mas? Entar mbak Devi pulang, kenak omel baru tau rasa, ucap Ratna karna Fais sedari pulang dari kantor sudah nangkring di kamar beby Zela.
Ya udah deh mas mandi dulu, dadah putri cantik papa jangan bobok dulu ya papa masik kangen soalnya.
Sementara itu Zeta kembali menemui dokter Devi, dia sudah bertekat untuk mengajukan perceraian dengan Revan suaminya secepat mungkin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!