Bima berkemas dengan beberapa barang yang akan ia bawa ke kota besar,sang ibu turut membantu mengemas pakaian pria itu, beberapa potong baju sudah selesai di masukkan ke dalam tas ransel hitam,sore nanti,ia berangkat menggunakan jasa trevel,
" sudah selesai semua nak" tanya Bu Fatimah pada sang putra,ini hari terakhir ia bisa melihat wajah anak nya itu,ia tidak tau,, setelah ini,, kapan lagi kebersamaan mereka akan terwujud, Fatimah berharap sang putra tetap ada di samping nya,namun ia tidak akan menjadi egois,jika ini menyangkut masa depan putra tercintanya yang akan mengadu nasib untuk lebih baik.
" udah Bu,,,ibu duduk aja,,, nanti capek,,biar bima yang nyelesain"
" ngga papa,,,ibu masih kuat kalau cuma ngepak barang "
Bima menghela nafasnya sejenak,ia cukup mengerti ,akan kekhawatiran ibu nya,tak lama setelah itu, terdengar suara salam dari luar rumah.
" assalamualaikum" suara lembut dari seorang wanita membuat Bu Fatimah bergegas beranjak dari duduknya.
" wa'alaikum salam,,,masuk sini,,,bawa apa lagi ini anak gadis" setelah membukakan pintu, sosok gadis ayu nan cantik tengah tersenyum manis dengan membawa bingkisan di tangan nya.
" bawa makanan buat ibu sama bang bima,, tadi aku mampir sebentar ke kafe dekat pertigaan Bu " ucap nya sambil meletakkan bingkisan di atas meja kemudian takzim pada Bu Fatimah dan bima sang kekasih yang sejak tadi memperhatikan setiap gerak gerik nya
" banyak yang mau di bawa bang" tanya gadis yang bernama alea memilih duduk bersebelahan dengan Bu Fatimah.
" pengen nya sih ngga bawa apa apa,,kamu tau sendiri ibu kayak gimana,,, kalau aku iyain ,,aku di suruh bawa bekal pake rantang ,,kali " ucap bima bergantian, memandang kedua wanita yang kini amat ia cintai.
" dari pada beli di jalan ,,iya kan Al,,duit nya bisa di pake buat keperluan lain kalau udah sampe sana "
"kamu lah yang bilang dek,," ucap bima pasrah, ia tau,, pendapat nya tidak akan sepenuhnya di terima oleh sang ibu,namun,jika alea sendiri yang menjelaskan, Fatimah seperti patuh pada kekasihnya itu.
Sang ibu sudah sangat menyayangi alea seperti anak nya sendiri, bahkan ibunya lebih mendengarkan alea yang notabenenya adalah kekasih, dari pada bima yang menjadi anak kandungnya.
" ibu tinggal dulu ya,,,mau angkat jemuran,,,kayak nya udah pada kering,," Fatimah beranjak dari duduknya untuk pergi ke belakang rumah.
Meninggalkan alea dan bima berdua di ruang tamu,bima sendiri sedang membaringkan tubuhnya di kursi panjang,alea yang semula duduk di depan nya, bangkit mendekati sang kekasih yang tengah memainkan ponsel nya.
" Abang ngga mau bawa makanan" tanya alea yang telah berdiri di samping kursi tempat bima berbaring.
Pria itu pun kemudian menarik lembut tangan alea agar duduk di samping nya, setelah bima sedikit bergeser memberikan ruang pada alea untuk duduk.
" ngga perlu lah dek,, perjalanan ke kota itu cuma tiga jam,,bukan tiga hari,, ngga usah pikirin itu,," ucap bima yang masih menggenggam tangan alea
" semoga impian Abang terwujud ya "
" aamiin,,doain ya,,,ini demi masa depan kita "
" pasti aku doain,,,asal jangan lupa,,ada ibu sama aku di sini yang nunggu Abang "
" gimana aku mau lupa,,Ama cewek cantik kayak kamu "
" awas aja kalau kecantol cewek kota "
" ngga akan,,," ucap nya memandang lekat alea yang mulai berwajah sendu,,mata indah nya mulai berkaca-kaca, kemudian bima melanjutkan ucapannya " sini peluk" bima mendudukkan tubuhnya menarik lembut pundak alea,agar bisa ia dekap.
Alea memeluk erat tubuh kekasihnya, masih dengan posisi duduk di kursi sofa, gadis itu menumpahkan kesedihannya, tubuhnya bergetar, tangis nya sedikit tertahan karena wajahnya ia sembunyikan di dada bidang bima, emosional nya mulai menyelimuti, banyak hal yang ia pikirkan,baik buruknya hubungi mereka kedepannya, setelah pria itu memutuskan untuk merantau ke ibukota.
" Abang jangan lupa makan di sana ,, chat aku di bales,, kalau ada apa apa cepat telepon" ucap nya sambil mendongak, setelah tangis nya sedikit mereda,ia masih belum mau melepaskan pelukannya.
" kebalik ,,, harus nya Abang yang ngomong kayak gitu,,adek kalau udah nanganin pasien desa,,,suka lupa makan,,belagak ngga sempet pegang hp,, apalagi tambah ngurusin ibu " sambung nya masih mendekap tubuh alea , tangan nya ia angkat untuk menjepit lembut hidung mancung kekasih nya.
" tapikan aku langsung hubungi Abang kalau udah selesai kerjaan,,beda sama Abang tuh,,,harus aku apelin dulu baru tau kabar nya.,,curang aja terus kayak gitu". Wajah yang tadinya sendu,,kini berubah kesal,,bima terkekeh melihat reaksi sang pujaan.
" ini kenapa jadi cemberut kayak gini " bima mencubit gemas pipi alea,, bibir gadis itu ia tarik lembut karena sedikit mengerucut akibat timbul kekesalan nya.
" tau aah,," kesal nya sambil memukul lengan kekar bima,,namun, ia masih nyaman dan sadar memeluk kekasihnya, meskipun dalam radar waspada, atas kesal nya sang kekasih,bima berusaha memahami, karena bagi nya itu bukan sebuah perkara, namun hanya curahan hati alea yang begitu menyayanginya.
" kayaknya Abang mau ke bengkel Wak Ijal dulu sebelum berangkat"
" emang belum pamit "
" udah sih,,cuma ada sedikit yang mau di obrolin "
" aku nggak boleh tau "
" ngga,,,bocil di larang ikutan urusan orang dewasa "
" iiss,," lagi ia memukul lengan bima,,namun setelah itu,,alea melepas pelukannya,,bima sedikit merasa kehilangan karena alea memilih menjauh kan tubuhnya dari dekapan pria itu,,
" adek ngga mau istirahat dulu,,,capek kan habis pulang kerja"
" maksudnya apa,,,Abang ngusir aku gitu "
" ya ampun,,, ngga lagi pms kan " bima gemas melihat sikap alea ,,sontak pria itu menarik kepala gadis itu untuk ia dekap ke arah ketiak nya, begitu kepala itu sudah ia kuasai,bima pun menghujani kecupan untuk meredam emosi sang kekasih.
" aku mau istirahat di kamar ibu aja "
" ya udah terserah tuan putri "
" lagian,,aku pasti nggak boleh ikut ke rumah Wak Ijal kan "
" nah ,,, itu tau "
" ngga ada yang di rahasiain kan "
" ngga ada adek sayang "
" awas aja ,, kalau sampe macem macem,,,aku bawa kabur ibu ketempat yang jauh "
" diih,, ngancem nya bikin geli "
" Abang ngga akan ketemu ibu lagi "
" bener tuh ,,,ibu milih bareng sama alea ,, kalau kamu lupa diri" sang ibu menjawab perdebatan pasangan itu, setelah ia menuntaskan pekerjaan nya mengangkat jemuran di belakang rumah.
Sontak kedua pasangan itu menoleh ke sumber suara,
" nih,,,bocil ini yang mau bawa ibu untuk kabur ,,,bawa badan sendiri aja belum tentu kuat ,,,aku plintir sekalian nih leher " canda bima sedikit menekan tangan nya yang masih bertengger di leher gadis itu.
Bima melangkah kan kaki nya di sebuah bengkel tempat semula ia mencari nafkah,di sini lah pria itu mengais rezeki, pemilik nya adalah teman almarhum ayah bima, kebaikan Wak Ijal tidak lagi di ragukan, banyak bantuan yang diberikan secara cuma cuma oleh pria itu untuk keluarga nya , terutama saat sang ayah dalam keadaan sakit,, hampir lima tahun berjuang melawan kangker paru paru, banyak biaya yang harus bima cari guna untuk kesembuhan sang ayah tercinta.
Bima sempat mengenyam pendidikan di bangku kuliah,namun putus di tengah jalan karena kondisi perekonomian yang saat itu terombang-ambing, mengutamakan kesembuhan dan pengobatan untuk ayah nya , menjadi prioritas utama bagi pria gagah dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu,
Kini langkah nya semangkin mantap, setelah beberapa kali meminta masukan dari pria paruh baya itu,bima akhirnya memutuskan untuk menggali potensi nya di kota besar, dan itu amat di setujui oleh Wak Ijal,,sebagai tulang punggung keluarga,,terutama untuk sang ibu satu satunya keluarga saat ini,bima harus mengais rezeki sebanyak mungkin guna mengembalikan semua materi yang selama ini di keluarkan oleh teman almarhum ayah nya itu.
Meskipun pria itu mengatakan ikhlas,namun bima tetap akan mengembalikan pelan pelan, sampai akhirnya tiada lagi beban yang ia pikul, apalagi Wak Ijal mempunyai anak perempuan yang setiap saat berusaha mendekatkan nya, ini adalah salah satu alasan untuk nya menyudahi pekerjaan nya di bengkel milik Wak Ijal,
Bengkel yang tidak terlalu besar ini,, begitu cukup ramai di datangi para pelanggan nya, karena kurangnya peralatan yang memadai, banyak kendaraan yang akhirnya di kirim ke kota atau memesan sparepart dari kota besar yang pada akhirnya memerlukan waktu yang cukup lama, hingga akhirnya bisa tertangani.
" loh,,bim,,, katanya nggak kerja hari ini " tanya Wak Ijal yang melihat pemuda itu melangkah ke arah nya , beberapa teman bima serta pelanggan yang sedang menunggu kendaraan nya di perbaiki tampak ikut menoleh
" iya Wak,,,mau pamit ini " Wak Ijal mengarah kan bima untuk masuk ke dalam rumah pria paruh baya itu
" maksudnya gimana" tanya Wak Ijal setelah mereka duduk di sofa ruang tamu.
" hari ini berangkat ke kota Wak,,ntr sore jam empat "
" loh,,iya toh,,,udah dapat info bengkel "
" udah Wak ,,,ada temen yang ngajak kerja bareng "
" wahh,,,berita bagus itu,,naik apa bim "
" trevel Wak "
" iyalah,,,uwak ngga bisa nganter ya,, mudah mudahan kamu sukses di sana "
"amin ,, terimakasih Wak,, sekalian minta tolong,,, kalau ada apa apa sama ibu Wak "
" oh,,iya iya,,, pasti itu,,, nanti uwak mampir lah,nengokin ibu mu "
" iya Wak,, makasih sekali lagi "
" ya,,,sama sama "
" aku pamit dulu Wak "
" hati hati ya,,,kamu laki laki dewasa,, pasti tau mana yang baik dan yang buruk "
Pelukan keduanya, tanpa di sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka, di balik jendela rumah,,mulai dari pemuda itu tiba sampai akhirnya memutuskan untuk berpamitan.
Maya anak dari Wak Ijal, keluar Dari belakang rumah,, kebetulan bima memutus lewat jalan tikus agar segera sampai rumah nya,
bima ingat meninggalkan sang kekasih yang ia tau sedang beristirahat di kamar ibunya,gadis itu belakang ini sering sekali datang ke rumah guna melakukan pemeriksaan secara berskala pada sang ibu tanpa bima minta
Memang kesehatan Bu Fatimah kembali menurun, semenjak meninggalkan nya sang suami Fatimah seperti kehilangan semangat,untung alea selalu setia mendampingi.
Saat itu, kepergian ayah bima , status Alea dan bima masih berteman, setelah satu tahun melewati masa kehilangan,bima akhirnya memantapkan hati untuk mengutarakan keseriusan nya pada alea.
Melihat gadis itu yang begitu tulus dan perhatian pada sang ibu,dan nilai tambah nya , gadis cantik yang berprofesi sebagai bidan itu, cantik alami,tak kalah dengan gadis kota.
awalnya bima ragu dan belum yakin akan di terima , mengingat, alea berasal dari keluarga cukup mampu di kota itu, sedangkan bima Hanya pria sederhana, mendapatkan gaji yang tidak seberapa, apalagi pendapatannya ia gunakan sebagian untuk membayar tagihan bank, setiap bulan nya,
tagihan bank itu, untuk melunasi hutang dari pihak keluarga sang ayah yang selalu mengingat kan mereka untuk segera mengganti nya, sesuai kesepakatan ibu Fatimah saat itu, sertifikat rumah sebagai anggunan untuk mendapatkan pinjaman di bank setempat,agar segera di lunasi,guna menghindari cemooh dari Tante nya itu.
Saat itu,bima terpaksa menurunkan harga diri nya untuk meminjam uang tersebut, meskipun banyak hinaan yang ia dapatkan,bima kesamping kan itu, fokus nya adalah pengobatan sang ayah,namun takdir berkehendak lain,bima sudah berusaha,namun Allah maha penentu segala nya, seberapa pun usaha kita jika SANG maha berkehendak berkata lain,kita tidak dapat merubahnya.
Memantapkan hati untuk merubah nasib, karena yakin pada sang kekasih yang selalu setiap saat memperhatikan kesehatan sang ibu,bima tidak akan mundur karena telah menyerahkan ibunya pada orang yang tepat.
" bang,,, tunggu" tiba tiba Maya menghadang sepeda motor nya yang sedang melaju.
" kenapa may " bima tidak ingin berbasa-basi, langsung menanyakan maksud gadis itu menghadang nya.
" Abang beneran mau pergi ke ibukota"
" ya " jawab bima singkat
" berapa lama bang "
" belum tau "
" maya sedih denger nya,, bakalan ngga liat Abang lagi di bengkel"
" masih ada yang lain "
" tapi Maya sukanya cuma sama abang "
" jangan gitu may,,,kamu udah Abang anggap adik sendiri"
" tapi Maya mau di anggap sebagai wanita yang suka sama cowok bang,,Maya ngga mau di anggap adik,,,kita ngga ada hubungan darah"
" ngga bisa Maya ,,Abang udah ada alea ,,,kamu tau sendiri "
" maya ngga peduli,,,Maya yang lebih dulu kenal sama Abang "
" udah ,,, jangan di bahas lagi,,,Abang lagi buru buru,,, bentar lagi ada yang jemput "
" sebentar aja ,,kasih Maya waktu,,,lima menit "
gadis itu menunduk kan wajah nya, tampak guratan sedih yang mengundang mata indahnya mengeluarkan cairan bening,dan benar saja, begitu ia mengangkat wajahnya,air mata nya sudah membanjiri pipi.
Bima yang melihat itu, tidak bisa berbuat banyak,lain hal jika alea yang sedang dalam keadaan yang serupa,pria itu sudah pasti langsung memberikan pelukan terbaik nya.
" maya ,,,jangan seperti ini,,, yang ada kamu sudah menurunkan harga diri mu"
" biar aja ,,,aku ikhlas suka sama Abang ,,,dan Abang tau itu udah dari lama "
" ya udah,,, makasih udah suka sama Abang dari dulu sampai saat ini "
" boleh peluk "
" ngga boleh may "
" tapi ini terakhir kita ketemu "
" tetap aja,,"
" anggap aku adik,,,adik yang sedih di tinggal Abang nya "
" hha,,,Maya,,udah sana pulang "
" sekali aja " ucap nya dengan suara rendah,Maya sudah tidak bisa menahan diri akan kesedihan nya,di tinggal pria yang amat ia cintai.
Bima pun menurunkan ego nya,, berharap agar gadis itu menyudahi kesedihan nya,dan segera kembali ke rumah,
Ia peluk Maya tanpa ada pemikiran, keberuntungan bisa memeluk wanita,namun lebih pada menghargai Maya sebagai adik.
Pelukan keduanya terlepas, lebih tepatnya bima yang berusaha untuk melerai, karena pria itu mendengar suara motor yang menuju ke arah mereka, tentu saja ia tidak mau di anggap memanfaatkan keadaan yang saat ini sedang sepi.
Di samping itu,bima menjaga nama baik Maya ,jika sampai orang tau ,apa yang mereka lakukan, meskipun tidak berbuat yang di luar batas,tetap saja pemikiran orang pasti beda, dengan kondisi yang sebenarnya.
" sebaiknya kamu pulang sekarang"
" aku masih pengen ngobrol"
" ngga bisa Maya,,, jemputan aku bentar lagi datang "
" aku ikut antar Abang ya "
" ngga perlu may,,, nanti apa kata Wak Ijal,,,di kira nya nanti aku nyuruh kamu ke rumah "
" ngga papa ko,,paling ayah cuma sebentar marah nya ,,,udah itu,bakal baik lagi "
" stop,,,yang ada aku ketinggalan jemputan kalau ngobrol sama kamu kayak gini "
Bima menstart motor nya,,,dan segera melajukan kendaraan itu menuju ke rumah nya, meninggalkan Maya yang masih belum terima dengan perpisahan mereka,
Bima tau , gadis itu tidak bener bener menganggap nya sebagai Abang ke pada adik nya, seperti yang Maya ucapkan,dari saat pelukan,bima bisa merasakan betapa Maya masih dengan yakin bahwa perasaan nya tidak bisa di tepis begitu saja.
Motor Supra keluaran lama itu sampai di depan teras rumah bima, memarkirkan kendaraan nya di tempat biasa di bawa pohon mangga,bima bergegas masuk ke dalam rumah, tampak sang ibu sedang membersihkan peralatan masak di bantu oleh alea di samping nya sambil bercerita.
" lagi ngapain sih,," tanya bima yang ikut bergabung dengan kedua nya
" lagi main dadu,,,,ya Bu " jawab Alea dengan candaan nya
" basi nanya gituan,,, ngga ada pertanyaan lain apa kamu tuh " sang ibu menjawab dengan kalimat seolah sedang mengejek nya.
Bima sempat terperanjat dengan kata kata yang terucap dari ibunya, belakangan ini memang jarang sekali ia dengar kan cerewet nya Bu Fatimah tentang hal apapun apalagi nasehat panjang yang sering ia dapatkan,kini telah terganti, dengan kata kata yang menurut nya pengaruh media sosial berupa sindiran, bukan nasehat yang hampir satu halaman setiap kali terucap dari ibunya.
" ibu mangkin aneh bergaul ama bocil "
" siapa bocil"
"siapa lagi,,,tuh sebelah ibu "
" bocil gini alea anak ibu yang udah banyak bantu orang melahirkan "
" iya deh,,,yang punya anak gadis sekarang "
" emang "
" duhh,,,bisa salah gaul juga aku,,lama lama "
" eeeh,,,mau kemana " belum sempat melangkah tangan bima sudah terlebih dahulu di tarik oleh alea,urung akhirnya pria itu untuk segera membersihkan diri.
" mau mandek deeeek "
" ooh,,,, silahkan" di lepas nya begitu saja tangan bima tanpa alasan apapun.
bima hanya geleng kepala melihat tingkah alea, tanpa merasa bersalah, gadis itu kembali bercengkrama dengan ibunya setelah membuat bima terperangah dengan sikap jahil nya itu.
Tak mau mengulur waktu,bima bergegas membersihkan diri, sebentar lagi trevel yang akan mengantarkan ia ke ibu kota akan segera tiba, tidak butuh waktu lama,pria itu sudah kembali dengan kaos hitam yang mencetak bentuk tubuh nya yang kekar, duduk di kursi sofa sederhana, sambil melihat kegiatan sang kekasih yang asik dengan ibu yang melahirkan nya ke dunia
" deeeek,,, buatin kopi dong "
" wani Piro"
" utang dulu deh,,,ntar Abang bayar kalau udah kaya raya "
" nunggu Abang kaya raya,,,yakin masih sama aku "
" kalau nggak sama adek,,sama juminten aja lah kalau gitu ( juminten seorang gadis tua yang punya kebutuhan khusus di daerah mereka )
" aku sih ikhlas bang " ucap alea dengan tangan nya terampil meracik kopi sesuai permintaan bima yang telah hapal ukuran dan juga rasanya di luar kepala.
" berapa nih secangkir kopi harganya"
" cukup lima milyar aja buat Abang bima Arya,,, karena kebetulan ada diskon hari ini "
" ooh,,,,gitu ya,,,saya bayar lima ribu dulu deh,,, sisanya nyusul " ucap bima sambil menerima secangkir kopi yang di sodorkan padanya dari tangan sang kekasih.
" ngutang Mulu pak,,,yang kemaren juga belum di bayar"
" yang kemaren aku bayar hari ini deh " sambung bima sambil menarik tangan alea untuk ia dekap kepala nya agar bisa ia bawa ke dalam ketiak bima.
" iih,,,curang ,,,ibuuuu,,,Abang nyakitin akuu"
" bima ,,,jangan kasar gitu kamu sama anak ibu ,,," sang ibu sepertinya terpengaruh drama teriakan Alea,, dapat ia lihat raut wajah Bu Fatimah yang berubah,,, padahal,,, kegiatan seperti yang ia lakukan terhadap alea itu adalah hal biasa,,selain usil ,,,alea kerap kali membuat bima gemas,, hingga sering memelintir kepala gadis itu dan itu hanya sebuah candaan bagi mereka.
" dia nih Bu yang duluan ngejek bima"
" ngga Bu,,, sumpah" ucap alea mengacungkan jari tengah dan telunjuk untuk membentuk huruf v
" ibu percaya sama kamu,,,udah jangan urusin dia "
" Bu,,,bima anak kandung ibu kan "
" alea anak ibu " Bu Fatimah melengos pergi ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya,alea mengikuti dari belakang sambil menjulurkan lidahnya pada bima saat alea membalikkan badannya.
bima memandang nanar pada keduanya,, setelah ini ia pasti sangat jarang melihat tingkah laku sang kekasih,baik itu ibunya yang selalu setiap saat tak pernah putus mendoakan untuk kebaikan nya.
Lamunan nya terjedah karena suara klakson mobil yang bima pesan,pria itu bangkit untuk melihat dari depan pintu yang terbuka,
Dan benar saja, trevel pesanan sedang menunggu tepat di depan rumah bima,
" trevel ya bang " tanya alea yang juga mendengar suara klakson mobil dari arah dapur tempat ia melakukan aktivitas bersama ibu bima
" iya,,,kayak nya aku berangkat sekarang" ucap bima sambil berbalik badan menuju kamar ,maraih tas ranselnya nya.
Bu Fatimah dan alea sudah di depan teras rumah,bima segera menghampiri kedua nya.
" aku pamit ya Bu " bima meraih tangan sang ibu untuk takzim, lalu pria itu memeluk erat tubuh rentah yang kini tampak lebih kurus, setelah nya bima beralih pada kekasih pujaan nya itu.
" Abang pamit ya dek " bima pun memeluk gadis pujaannya begitu erat, seakan enggan untuk meninggalkan,namun semua itu ia tepis
" aku doain Abang sukses,,"
" amin,,adek jaga kesehatan ya "
" iya pasti itu,,, setelah Abang sampai di ibu kota,,,adek mau cari pacar baru "
" boleh,,, jangan lupa kenalin ke Abang "
" mau cari yang lebih ganteng dari Abang "
" emang ada "
" banyak " bima tertawa mendengar ocehan alea ,,,ia tau ,,itu hanya bentuk mengalihkan kesedihan nya,yang mulai bima rasakan, gadis itu mulai bergetar karena tangis nya sebentar lagi akan tumpah.
Alea Adista dan Bima Arya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!