Tears Of Themis
Bab 1: Pertemuan
Di jalan perkotaan yang padat dengan jalan raya, dan orang-orang yang ramai di trotoar jalan...
Seorang wanita cantik cukup pendek badannya, berniat menyebrangi jalan. Namun tiba-tiba...
Artem Wing
(TDIIIN! Membunyikan klakson mobilnya yang mewah dengan panjang dan nyaring)
Rosa Soraya
AAAKH! (Menjerit nyaris tertabrak)
Rosa menyingkir, kembali ke trotoar jalan.
Artem Wing
(Menghentikan mobilnya sebelum menabrak lampu jalan) Ah, nyaris. (CKLEK! Membuka pintu mobil dan keluar dari mobil)
Pria itu mendekati Rosa yang masih deg-degan di trotoar jalan saat nyaris celaka tadi.
Artem Wing
Heh! Kalau mau nyebrang jalan lihat-lihat dulu! (marah kesal pada Rosa)
Rosa Soraya
(Melihat ke arah pria jangkung di depannya) Ma..maaf, Mas! Saya benar-benar tidak tahu mau ada mobil jadi...
Ucapan Rosa di putus oleh pria itu.
Artem Wing
Terserah alasanmu apa. Yang namanya nyebrang jalan, lihat-lihat dulu tahu! Bukannya beralasan polos kayak anak SD! (Membentak)
Rosa Soraya
Iya, Mas. Saya mengerti. Sekali lagi, saya minta maaf. (Menunduk takut, patuh)
Rosa sejujurnya juga kesal pada pria asing di depannya ini. Tapi ia harus sopan pada pria ini, apalagi ini orang asing.
Artem Wing
Baiklah, aku maafkan sekarang. Lain kali mau nyebrang itu lihat kanan-kiri dulu! (Sedikit melunak)
Rosa Soraya
Baik, Mas. (Mengangguk)
Pria berjas hitam, berdasi ala pria kantoran itu pun mengangguk. Lalu kembali ke mobilnya. Terlihat mobilnya baik-baik saja. Lalu masuk ke dalamnya, dan segera pergi.
Rosa Soraya
Orang kantoran memang sesombong itu ya? Mentang-mentang kaya, mobilnya bagus, canggih...(Memutuskan kata-katanya dengan perasaan kesal yang baru keluar)
Ya, gadis ini bernama Rosa Soraya. Panggilannya Rosa. Gadis sederhana, polos, tapi cantik, cerdas, dan menggemaskan. Ia tetap sopan pada siapapun, dan baik pada siapapun, meskipun harus menahan amarah. Tapi malah diutarakan di belakang pria barusan.
Sedangkan pria tampan muda barusan adalah Artem Wing. Seorang pria tampan kaya raya yang berprofesi sebagai pengacara di negara ini. Sifatnya dingin, galak, khususnya kepada pekerjaan hukum yang selalu tidak adil selama ini di negara ini. Nama perusahaannya di sebuah gedung pencakar langit mewah bernama "Themis Law Firm". Atau PT Themis Law. Perusahaan besar milik keluarga Artem sendiri. Menurun dari ibunya yang juga merupakan seorang pengacara.
Tak heran kenapa lambang perusahaan besarnya adalah timbangan dalam zodiak Libra. Ini dimaksudkan bahwa keadilan harus ditegakkan. Hukum tetap hukum. Harus adil seadil-adilnya.
Di depan sebuah gedung pencakar langit. Mewahnya luar biasa.
Rosa Soraya
Sungguh luar biasa perusahaan ini! Yang punya pasti orang luar negeri. (dengan nada polosnya, sambil melihat ke atap gedungnya)
Rosa memasuki gedung itu, dan menemui seseorang yang merupakan asisten sang calon Boss-nya. Ia memperkenalkan Rosa tentang perusahaan itu. Dan sekarang memperkenalkan Rosa pada Boss-nya.
Rosa Soraya
(Dalam hati: Seperti apa ya Boss-ku? Aku harap dia baik orangnya)
Ketika pintu ruangan pribadi Boss-nya dibuka...
Bab 2: Lelah
Begitu masuk ke ruang Boss...
Terlihat pria tampan muda tengah duduk di kursi singgasananya dalam perusahaan besar ini. Sambil mengipasi dirinya dengan kerah baju dan dasinya.
Rosa Soraya
(Dalam hati: Sepertinya, aku pernah lihat dia. Tapi dimana?)
Rosa mengerutkan dahi. Sampai ia teringat, kalau pria ini ia lihat barusan. Yang nyaris menabraknya ketika Rosa hendak menyebrang jalan.
Artem Wing
(Melihat Rosa) Oh! Ketemu lagi. (Nada dingin datar)
Rosa Soraya
Maaf yang tadi! (Mulai berdiri tegak sopan. Walau dengan sedikit gemetar takut)
Namun, sang Boss menjadi kalem sekarang. Walau masih dengan nada datar dan dingin.
Artem Wing
Ya sudah, lupakan soal tadi. Untung kau selamat.
Rosa Soraya
Boss tak apa-apa? (Mendekati Artem) Anda kelihatannya kepanasan sekali. Anda mau di ambilkan kopi di pantri?
Artem Wing
Silahkan! Terima kasih.
Rosa segera menurut. Ia pun berlari keluar ruangan Artem. Berjalan cepat menuju pantri. Hingga sampailah di ruang pantri.
Tanpa berlama-lama, Rosa membuatkan secangkir kopi hangat untuk Artem. Dengan mesin kopi, gadis cantik nan manis itu membuatnya dengan sangat hati-hati.
Kembali ke ruangan Artem...
Rosa Soraya
Ini, silahkan Boss! Selamat menikmati! (Menyimpan secangkir kopi di meja kerja Artem)
Artem Wing
(Hanya mengangguk, lalu mengambil cangkir kopinya. Dan meminum kopinya perlahan)
Rosa terduduk di kursi depan Boss-nya. Namun, Artem yang melihatnya duduk malah jadi seperti tersinggung.
Artem Wing
Siapa yang suruh kamu duduk!
Rosa Soraya
(Terkejut) Eh! Maaf, Boss! (Berdiri lagi)
Artem Wing
(Menghela nafas) Jadi, kamu yang namanya Rosa Soraya?
Rosa Soraya
Iya, Boss. Saya Rosa Soraya. Panggil nama saya yang depan atau belakang.
Artem Wing
Soraya. Nama yang cantik. Jangan terlalu PD dulu! Saya bukan bermaksud memuji.
Rosa Soraya
Ah! Ti...
Tidak, Boss! Saya tidak bermaksud terlalu percaya diri. (Sambil melambai-lambaikan tangannya dengan senyum dan tingkah lugunya)
Rosa Soraya
Maaf, Boss! Saya terlalu polos. Jadi...
Artem memotong ucapan Rosa
Siaran TV di ruang kerja Artem terdengar. Reporter wanita melaporkan tentang kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini viral semenjak ada filmnya.
Wartawan TV 1
Kasus pembunuhan pada seorang gadis cantik bernama Wina yang berasal dari Sireborn City hingga kini masih belum diketahui secara pasti, siapa pelaku sesungguhnya. Pihak berwenang yang telah membebaskan pria yang diduga pelaku, Egi, kini tengah di periksa oleh pihak kepolisian negara Republik.
Artem Wing
(Menghela nafas) Kasus ini belum kelar-kelar juga...
Rosa Soraya
Ya. Saya tahu kisah pembunuhan sejak tahun 2016 itu. Masih belum ada juga pelaku aslinya. Sayang sekali! (Dengan nada kecewa)
Wartawan itu kembali melaporkan.
Wartawan TV 1
Sejak filmnya Wina disiarkan di seluruh bioskop negara, kasus ini merajalela kembali. Dan diduga terjadi kasus tambahan, berupa salah tangkap dari pihak kepolisian. Kami melaporkan...
(PIK!) Artem mematikan TV-nya.
Rosa Soraya
Lho? Kenapa di matikan TV-nya, Boss?
Artem Wing
Muak! Sekarang benar-benar salah tangkap. Katanya dia pelaku utamanya. Bagaimana mainnya hukum ini?! (Dengan nada kesal)
Rosa Soraya
Sabar, Boss! Kita bisa gunakan jasa kita untuk masalah ini.
Artem Wing
Barang buktinya hanya sepeda motor, ponsel, dan beberapa laporan warga sekitar saja?! Heuh! Konyol!
Rosa hanya terdiam mendengar ucapan Boss-nya. Namun, ia benar-benar akan ikut dalam penanganan kasus Wina ini.
Bab 3: Teman Lama dan Pria Psikopat
Di perjalanan pulang yang padat, sore hari menjelang magrib. Terdengar suara adzan berkumandang dari sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat Rosa menunggu ojek online yang sudah ia pesan.
Rosa Soraya
Sudah adzan, apa aku numpang sholat magrib dulu saja di sini? (Sambil melihat arlojinya)
Rosa menumpang sholat magrib di masjid itu. Kebetulan luas masjidnya, seperti masjid agung besar. Jadi bisa gabung ikut tanpa harus ditutupi tirai. Asalkan laki-laki harus tetap di depannya.
Setelah sholat magrib, Rosa merapikan mukena yang dibawanya sendiri. Lalu beranjak keluar dari masjid, takutnya ojek online yang ia pesan sudah datang menunggu. Tapi, tiba-tiba terlihat seorang pria yang tengah memakai sepatu di depan teras masjid.
Rosa Soraya
Siapa itu? Rasanya aku kenal dia. Tapi siapa? Boss Wing? (Bergumam)
Rosa mendekati pria yang cukup jangkung itu. Kira-kira tinggi badannya beda 1 hingga 2 senti dengan Artem. Begitu di dekati...
Rosa menepuk bahu kiri pria itu, dan ketika pria itu menoleh...
Luke Pearce
Hah?! Kamu...? (Sambil menunjuk Rosa)
Rosa Soraya
Luke? Kaukah itu?
Keduanya saling beradu pandang, tak percaya.
Luke Pearce
Iya. Ini aku. Luke Pearce.
Rosa Soraya
Kau ingat aku?
Luke Pearce
Iya, kau Rosa Soraya.
Keduanya sudah sangat senang saling bertemu. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Saat masih duduk di bangku sekolah. Namun sejak lulus sekolah SMA, Luke menghilang tanpa memberi kabar.
Rosa Soraya
Kau ini kemana saja? Sudah lama kau menghilang selama ini.
Luke Pearce
Maaf! Kalau itu, kau tidak perlu tahu. Kau tak perlu tahu aku pergi kemana. Tapi yang jelas, aku senang kita bisa bertemu lagi. (Menunjukkan wajah bahagianya)
Rosa Soraya
Baiklah. (Tersenyum biasa) Kau baru pulang dari pelarianmu?
Luke Pearce
Pelarian? Memangnya, aku buronan polisi!? (Tertawa kecil) Kau tahu 'kan, aku ini Sherlock Holmes yang tak akan pernah mengkhianati hukum. (Menyilangkan tangan di dada bidangnya. Berlagak arogan sedikit dari wajahnya)
Rosa Soraya
Hahaha, kau ini tidak pernah berubah. (Tertawa lagi) Ya, masih tetap Sherlock Holmes-ku. Bisa dengan cerdik mengatasi masalah.
Keduanya tertawa bersama. Hingga Luke bertanya.
Luke Pearce
Ngomong-ngomong, kau baru habis sholat magrib, ya?
Luke Pearce
Ya, aku juga. Lalu, kau mau langsung pulang? Atau ada acara di suatu tempat?
Rosa Soraya
Aku akan langsung pulang. Aku sedang menunggu ojek online yang sudah ku pesan. Aku habis pulang kerja.
Luke Pearce
(Mengangguk paham) Pekerjaanmu apa sekarang?
Luke Pearce
Sungguh? (Terkejut) Hebat! Pantas sekali! Kau memang wanita cerdas. Aku yakin, semua kasus bersih tuntas karena kamu.
Rosa Soraya
Kau berlebihan. (Tersenyum malu)
Sebuah mobil datang mendekati gerbang masjid. Ternyata, itu ojek online yang Rosa pesan, ojek online berupa mobil.
Rosa Soraya
Luke! Aku pulang dulu, ya! Nanti kita ketemu lagi lain waktu.
Luke Pearce
Baiklah. Hati-hati di jalan, ya!
Keduanya berpisah. Rosa menaiki mobil itu, dan mobilnya membawa Rosa pergi ke tempat tinggal Rosa kembali.
Keesokan harinya, Rosa berjalan ke gedung kantornya. Ia akan ikut Artem hari ini untuk memecahkan kasus misteri tewasnya gadis cantik dari Sireborn City yang bernama Wina itu. Tapi saat sedang jalan...
Rosa Soraya
(BRUK! Menabrak seseorang) Eh! Ma...
Maaf, Mas! Saya tak sengaja! (Bungkuk sopan meminta maaf)
Vyn Richter
Tak apa-apa. (Sambil tersenyum halus)
Rosa melihat pria yang ditabraknya. Melihat ke wajahnya, yang tampan dan tidak begitu jangkung. Ia memakai jas putih, jas ala kedokteran. Memakai kacamata minus dan berambut putih keperakan.
Rosa Soraya
(Dalam hatinya: Siapa ini? Tampan sekali! Tapi, dia tampaknya ramah dan...
Misterius)
Rosa mengerutkan dahi melihat wajah pria asing yang juga bingung melihat Rosa. Tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan gadis pendek cantik di depannya ini.
Vyn Richter
Mmm...Nona?
Hallo? Kau baik-baik saja? (Bertanya sambil melambai-lambaikan tangannya)
Rosa tersadar dari lamunannya.
Rosa Soraya
Eh! I, iya, Mas! Saya tidak apa-apa.
Pria berkacamata itu itu tertawa kecil dan kembali bicara.
Vyn Richter
Kalau baik-baik saja, jangan melamun! Nanti kerasukan, lho! (Tertawa bercanda)
Rosa Soraya
Ahahaha! Iya, Mas. Baiklah, saya permisi dulu.
Rosa pamit dan pergi ke gedung kantor. Sementara pria tadi melihat Rosa sampai gadis itu tak lagi terlihat. Masuk ditelan pintu gedung perusahaannya Artem.
Vyn Richter
Polos sekali...(Bergumam)
Tapi dia lucu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!