NovelToon NovelToon

Dewa Petir Kehancuran

Rencana Pembunuhan

Di Benua Bintang Timur, terbentang lima kekaisaran yang megah Wei, Long, Zhu, Qin, dan Xuan. Kelima kekaisaran ini selalu berselisih satu sama lain, terlibat dalam intrik dan pertempuran tiada henti. Dari lima kekaisaran tersebut, kekaisaran Xuan adalah yang terkuat, sementara kekaisaran Qin dianggap yang paling lemah.

Dalam kekaisaran Qin, terdapat sebuah kota bernama Bulan Perak. Kota ini berada di bawah naungan kerajaan Hu, dan di dalamnya terdapat empat keluarga besar yang menguasai seluruh aspek kehidupan di sana, keluarga Lei, Feng, Shu, dan Han. Keempat keluarga ini memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar, mempengaruhi segala hal mulai dari politik hingga ekonomi di kota Bulan Perak.

Di sebuah rumah besar milik keluarga Lei, seorang pemuda duduk di dalam kamarnya yang luas. Pemuda itu bernama Lei Nan, dulunya merupakan salah satu jenius terbesar di kota Bulan Perak sebelum kecelakaan tragis yang membuat kedua lengannya lumpuh. Saat ini, seorang gadis muda bernama Ming sedang menyuapi Lei Nan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

"Ming, makanku sudah cukup untuk saat ini. Kau bisa kembali," kata Lei Nan dengan lembut, meskipun senyum di wajahnya terlihat sedikit dipaksakan.

"Tapi, tuan muda, dirimu belum menghabiskan makanannya," ujar Ming dengan cemas, menyodorkan makanan yang masih banyak tersisa.

"Sudahlah Ming, aku juga sudah kenyang," jawab Lei Nan sambil tersenyum, meskipun hatinya terasa berat.

"Baiklah, tuan muda, Ming pamit dulu," ucap gadis muda itu sebelum pergi dari kamar Lei Nan dengan langkah yang ringan namun penuh kekhawatiran.

Setelah gadis itu pergi, wajah Lei Nan berubah lesu saat pandangannya jatuh pada kedua lengannya yang lumpuh. Ia menghela napas panjang, mengingat kejadian satu tahun lalu yang merenggut masa depannya. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin saat ini ia akan menjadi jenius nomor satu di kota Bulan Perak.

"Hah... sudahlah, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa sekarang," ucap Lei Nan dengan nada putus asa, merasa kesedihan yang mendalam.

Pagi itu, dengan penuh usaha, Lei Nan beranjak dari kasurnya. Meskipun awalnya sulit untuk beraktivitas, sekarang ia mulai terbiasa dengan kondisinya kedua lenganya. Ia belajar melakukan berbagai hal menggunakan kakinya, bahkan untuk membuka pintu. Namun, setiap kali makan, pelayannya yang setia, Ming, selalu siap menemaninya. Ming adalah gadis muda yang polos, dulu ditemukan oleh ibu Lei Nan di jalanan dan diangkat menjadi pelayan keluarga mereka.

Pagi itu, Lei Nan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar kediaman keluarga Lei. Banyak pandangan sinis mengarah kepadanya mulai dari pelayan penjaga bahkan keluarganya sendiri, namun Lei Nan mulai terbiasa dengan perlakuan tersebut. Ia berjalan dengan langkah pelan, menikmati udara pagi meskipun hatinya penuh dengan beban.

"Hoho... bukankah ini salah satu jenius di kota Bulan Perak," terdengar suara lelaki yang mencemooh saat melihat kedatangan Lei Nan.

"Lei Wei, apakah ada hal yang kau butuhkan dariku?" tanya Lei Nan dengan tenang, berusaha menahan emosinya.

"Hahaha... tidak, saudara. Aku hanya ingin menyapa salah satu jenius di kota Bulan Perak. Oh, aku lupa, bukankah jenius itu sekarang lumpuh," ucap Lei Wei dengan nada mengejek.

Teman-teman Lei Wei yang berada di sampingnya tertawa mendengar ucapan Lei Wei. Lei Wei telah lama iri pada Lei Nan, dan kecelakaan yang membuat lengannya lumpuh menjadi kesempatan bagi Lei Wei untuk melampiaskan dendamnya.

Mendengar cemoohan itu, Lei Nan hanya diam dan pergi tanpa menanggapi. Meskipun baru berusia 16 tahun, Lei Nan memiliki sikap yang lebih dewasa dibandingkan bocah seumurannya. Ia tahu bahwa menanggapi cemoohan itu hanya akan memperkeruh keadaan.

Melihat dirinya diabaikan, Lei Wei merasa marah. Dengan penuh kemarahan, ia berusaha meninju Lei Nan dari belakang. Namun, saat tinjunya hampir mengenai Lei Nan, muncul sosok pria yang menahan pukulan itu.

"Lei Kang, apa maksudmu mengganggu urusanku?" ucap Lei Wei dengan marah saat tinjunya ditahan oleh pria di depannya.

"Lei Wei, apakah dirimu tidak malu melakukan hal tercela seperti ini?" ucap pria bernama Lei Kang itu dengan tegas.

"Hahaha, hei Lei Kang, apakah dirimu akan melindungi sampah ini?" ucap Lei Wei dengan pandangan sinis ke arah Lei Nan.

"Cukup Lei Wei. Jika bukan karena kakak Lei Nan, dulu mungkin dirimu sudah ditendang dari keluarga ini," ucap Lei Kang dengan marah.

"Sudahlah, biarkan saja saudara Kang," ucap Lei Nan mencoba menengahi perselisihan.

"Tapi, saudara..." ucapan Lei Kang terhenti saat Lei Nan menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar tidak memperpanjang masalah ini.

Akhirnya, Lei Kang melepaskan tangan Lei Wei. Merasa dipermalukan, Lei Wei akhirnya pergi bersama rombongannya.

"Ayo pergi semuanya," ucap Lei Wei dengan nada marah.

"Apakah kau baik-baik saja, kakak Nan?" tanya Lei Kang dengan cemas.

"Aku baik-baik saja, saudara," ucap Lei Nan sebelum beranjak pergi.

Lei Kang, yang melihat punggung Lei Nan, merasa kasihan. Dirinya dulu sangat mengagumi sosok Lei Nan, bukan hanya karena kekuatannya tetapi juga karena sikapnya yang adil dan tidak membedakan orang lain.

Di pagi yang tenang itu, Lei Nan berjalan menuju pemukiman penduduk. Kota Bulan Perak saat itu sangat ramai dengan pengunjung. Saat berjalan-jalan, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis muda seumurannya.

Namun, pandangan gadis muda itu kepada Lei Nan penuh dengan jijik, seperti melihat seekor lalat. Gadis muda itu bernama Shu Ming, yang dulunya adalah tunangan Lei Nan.

Lei Nan hanya bisa tersenyum saat melihat Shu Ming, namun Shu Ming membalasnya dengan pandangan sinis dan segera pergi dari tempat itu.

Lei Nan hanya bisa tersenyum kecut. Dulu, saat dirinya masih menjadi jenius, banyak orang yang ingin berkenalan dengannya, tetapi sekarang sifat asli mereka mulai terlihat.

"Huf... sepertinya hari ini akan berat seperti biasanya," batin Lei Nan, merasa beban hidupnya semakin berat.

Di tempat lain, tepatnya di kediaman keluarga Shu, terlihat seorang pria tua dan seorang pemuda yang sedang menikmati teh di taman yang asri. Pemuda itu adalah Lei Wei, yang tengah berbicara dengan kepala keluarga Shu, Shu Peng.

"Hahaha, paman Peng, bagaimana menurutmu rencanaku?" tanya Lei Wei dengan nada penuh keyakinan.

Shu Peng, yang merupakan salah satu orang terkuat di kota Bulan Perak dan sudah berada di Ranah Pembentukan Akar Suci akhir, merenung sejenak sebelum menjawab.

"Hmm... aku memang ingin menyingkirkannya, tetapi dia juga berasal dari keluarga Lei. Aku tidak ingin sampai terjadi perang antar keluarga," ucap Shu Peng dengan bijaksana.

"Tenang saja, paman. Aku punya ide. Bagaimana jika kita menyewa pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi?" usul Lei Wei dengan mata berbinar.

"Hmm... tidak ada salahnya mencoba," kata Shu Peng sambil mengelus janggutnya, akhirnya tersenyum setuju.

Namun, tawa mereka segera terhenti ketika pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang gadis muda masuk dengan langkah cepat. Gadis itu adalah Shu Ming, putri Shu Peng dan salah satu jenius kota Bulan Perak.

"Ayah, aku tadi bertemu dengan lalat itu. Kenapa ayah tidak segera membatalkan perjanjian itu?" ucap Shu Ming dengan nada marah kepada Shu Peng.

Shu Peng menenangkan putrinya. "Shu Ming, tenanglah. Aku baru saja mendapatkan ide dari Lei Wei. Bagaimana jika kita menyewa pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi untuk menyingkirkan bocah itu?" ucap Shu Peng dengan tenang.

"Iblis Surgawi? Tapi ayah, kenapa kita harus menyewa pembunuh dibandingkan langsung membunuhnya?" tanya Shu Ming bingung.

"Ais... bocah ini, kau tahu sendiri bahwa itu akan menyebabkan perang antar keluarga. Dan Lei Wei ingin menjadikanmu istrinya," ucap Shu Peng sambil tersenyum.

Shu Ming melihat Lei Wei. Meskipun dulu dirinya mencintai Lei Nan, sekarang ia merasa jijik saat mendengar tentangnya bahkan itu hanya namanya.

Dulu, jika bukan karena Lei Nan adalah jenius nomor 1 di kota bulan perak, ia tidak akan mendekatinya. Di sisi lain, Lei Wei adalah pemegang peringkat ketiga di kota Bulan Perak yang sekarang berada di ranah Penyerapan Energi akhir. Dalam pikirannya, Shu Ming berpikir tidak ada salahnya untuk menikahi Lei Wei.

"Baiklah, ayah. Tapi aku ingin lalat itu segera menghilang dari dunia ini," ucap Shu Ming dengan ketus.

"Hahaha, tenang saja. Aku jamin dirinya tidak akan lama di dunia ini," ucap Shu Peng dengan yakin, merencanakan masa depan yang kelam bagi Lei Nan.

Namun saat sedang berbicara tiba-tiba muncul merpati hitam yang datang ke Lei Wei dan di pergelangan kaki merpati itu terdapat sebuah buntalan, dan saat melihat isi dari buntalan itu wajah Lei Wei tersenyum.

"Paman Peng, tenang saja aku sudah menghubungi Pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi, dan baru saja mereka sudah mengirim pembunuh untuk menghabisi lalat itu."ucap Lei Wei nyodorkan pesan itu.

"Hahaha, itu lebih bagus, kita sudah menghemat waktu."ucap Shu Peng senang.

...Ilustrasi Lei Nan...

Lembah Petir

Saat berjalan-jalan, Lei Nan tidak menyadari bahwa ia sudah berada di daerah yang sepi, jauh dari pemukiman penduduk, tepatnya dekat dengan tembok kota Dimana disana hanya ada pemukiman yang sudah di tingalkan karena kejadian satu tahun lalu.

"Ais... aku tidak menyadari jika sudah sampai di sini saja," ucap Lei Nan mengingat tempat ini.

Tiba-tiba, sebuah suara misterius terdengar dari kegelapan, "Hihihi, aku tidak menyangka dirimu akan berjalan ke arah kematianmu sendiri."

Lei Nan terkejut dan mencari-cari sumber suara itu,"Siapa!" teriaknya dengan panik, matanya menyapu sekeliling.

Dari bayangan gelap muncul sosok kurus dengan topeng hitam menghiasi wajahnya, dan di bajunya terukir gambar tengkorak bertanduk. Benar orang itu tidak lain pembunuh dari Iblis Surgawi.

"Siapa dirimu?" tanya Lei Nan dengan waspada, mencoba menilai situasi.

"Hihihi, aku hanya orang lewat," jawab orang itu sambil mengeluarkan pedang dari balik bajunya, membuat niatnya yang jahat semakin jelas.

Melihat senjata tersebut, Lei Nan tahu bahwa orang di depannya bermaksud buruk kepadanya. Segera ia berbalik dan berlari, memanfaatkan

kultivasinya yang berada di ranah Penyerapan Energi tahap delapan yang masih ada. Meskipun kedua lengannya lumpuh, kekuatannya masih cukup untuk membuatnya bergerak dengan cepat.

Dengan kecepatan luar biasa, Lei Nan berlari menuju tembok kota, mencoba menghindari serangan pedang dari pembunuh itu. Namun, serangan terakhir dari pembunuh itu berhasil menyabet punggung Lei Nan, membuatnya terjatuh dengan keras ke tanah.

"Sial, kenapa ada pembunuh yang mengejarku," batin Lei Nan sambil menahan rasa sakit. Dagu Lei Nan berdarah karena terjatuh, tetapi ia tidak memperdulikan itu dan segera mencoba bangkit kembali.

Ketika ia melihat ke depan, matanya menangkap sebuah lubang kecil di tembok kota, tempat dimana keluarnya air. Dengan cepat, Lei Nan merangkak menuju lubang itu, meskipun ukurannya lebih kecil dari tubuhnya.

"Akh, sial, lubang ini sangat kecil, ini pilihan terakhirku,ark..." gumam Lei Nan sambil berusaha mendorong tubuhnya melalui lubang yang sempit itu.

Tak!

Dengan dorongan kuat, bahu Lei Nan patah, namun ia tidak menunjukkan tanda-tanda putus asa. Terus berjuang, akhirnya Lei Nan berhasil keluar dari lubang itu, meskipun pembunuh yang mengejarnya masih mengejarnya.

"Hihihi, ini sangat menarik, aku tidak sabar mengacak-ngacak isi perutmu," ucap pembunuh itu sambil menjilat pedangnya.

Di Kejauhan Lei Nan melihat sebuah hutan yang tak jauh dari kota, dengan cepat dirinya segera menuju kesana untuk bersembunyi dari kejaran pembunuh, namun dirinya tidak menyadari jika itu akan mempermudah pembunuh mengejarnya.

"Huf, huf, sial, aku harus cepat menjauh dari pembunuh itu," ucap Lei Nan sambil berlari menuju hutan yang lebat di dekat kota.

Namun, saat berlari, tiba-tiba sebuah pedang terbang ke arahnya, mengarah langsung ke kepalanya. Namun Lei Nan, dengan ketajaman insting seorang kultivator tahap Penyerapan Energi, mampu memiringkan kepalanya tepat waktu, menghindari serangan mematikan itu.

Namun, gerakan mendadaknya membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah.

"Akh.., Sial kenapa aku harus jatuh saat ini."batin Lei Nan berusaha bangkit kembali.

Di depannya, ia melihat sebuah pintu masuk lembah yang penuh dengan awan petir yang mengerikan, berkilat-kilat dengan energi yang menakutkan.

Dengan napas tersengal-sengal, Lei Nan menyadari bahwa ia telah memasuki wilayah yang dikenal dengan nama Lembah Petir.

Lembah Petir adalah area terlarang yang bahkan seorang kultivator ranah Pembentukan Akar Suci akhir tidak berani memasukinya, karena dahulu kala ada cerita jika ada seseorang yang berada di ranah inti emas yang memasukinya dan sampai sekarang tidak pernah teerdengar lagi kabarnya apakah kultivator itu mati atau mungkin masih hidup.

Lembah petir juga merupakan salah satu area terlarang di kekaisaran Qin, yang dahulu kala banyak kultivator kuat yang merebutkan tempat itu sampai ada seorang kultivaor kuat yang menghancurkan segala kekuatan yang menginginkan tempat itu, bekas dari pertempuran itu bisa di lihat dimana awan petir yang sampai sekarang tidak pernah hilang meskipun kejadiann itu sudag 1000 tahun yang lalu.

"Hihihi, akhirnya aku mendapatkanmu. Cukup sampai di sini bermain-mainnya," suara pembunuh itu terdengar semakin dekat, disertai dengan langkah-langkah yang mengancam.

Lei Nan berdiri dan berlari ke arah lembah, mengetahui bahwa ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan diri.

Pembunuh itu tidak ketinggalan, dengan pedangnya yang memancarkan cahaya gelap, mengejar Lei Nan dengan penuh keganasan.

Lembah itu tampak seperti tempat yang tidak ramah bagi siapapun yang memasukinya. Tebing-tebing curam mengelilinginya, dan langit di atasnya dipenuhi dengan awan gelap yang terus-menerus menggelegar dengan petir. Namun, Lei Nan tidak memiliki pilihan lain. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba mendaki bukit kecil yang berada di lembah itu.

"Nak, sudah cukup kau berlari," suara pembunuh itu terdengar marah saat tiba-tiba muncul di belakang Lei Nan.

Lei Nan berbalik, mundur dengan hati-hati, namun tidak menyadari bahwa di belakangnya ada anak tangga yang membuatnya tersandung dan jatuh. Ia mencoba mendorong tubuhnya mundur dengan kakinya, sampai ia tidak menyadari bahwa dirinya telah berada di tengah-tengah altar.

"Hihihi, kasihan sekali dirimu bocah," kata pembunuh itu sambil mengangkat pedangnya, siap untuk menghabisi Lei Nan.

Lei Nan, dengan napas terengah-engah dan tubuh penuh luka, masih memiliki kekuatan untuk bertanya, "Sebenarnya, siapa yang memberikan perintah untukmu?" teriaknya dengan suara serak.

Pembunuh itu hanya tertawa kecil, lalu memiringkan kepalanya dan melepaskan topengnya, menampilkan wajah yang penuh dengan senyum menyeramkan.

"Hihihi, dirimu tidak menyadari jika keluargamu sendiri yang menginginkan hidupmu," ucapnya dengan nada puas.

"Apa?! Siapa yang sebenci itu kepadaku? Jangan-jangan..." batin Lei Nan, mulai menyusun potongan-potongan puzzle yang tersebar dalam benaknya.

Sambil mundur ke belakang, ia terus mencoba menghindar dari pembunuh itu.

Pembunuh itu, merasa permainannya sudah cukup, mengayunkan pedangnya dengan ganas. Mengarah lansung ke perut Lei Nan.

Jleb!

“Hihihi, lihatlah semua maha karya ini.”ucap Pembunuh itu dengan senyum seramnya.

Namun yang tidak di sadari pembunuh itu darah Lie Nan yang menetes dari tubuhnya mulai menggenangi altar tempat ia terbaring, segera altar itu bergetar dengan keras.

"Apa yang terjadi?" suara pembunuh itu tiba-tiba berubah menjadi ketakutan ketika altar di bawah Lei Nan mulai bergetar hebat.

DUAR!

DUAR!

Petir yang menyambar-nyambar mulai memusatkan energinya di atas altar.

Gumpalan awan hitam pekat yang dipenuhi petir hitam dan merah berkumpul di atas mereka, menciptakan pemandangan yang sangat menakutkan.

"Sial, kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan?" ucap pembunuh itu dengan gemetar, tubuhnya terpaku oleh ketakutan yang mendalam.

DUAR!

DUAR!

Petir dari awan di atas altar dengan cepat menyambar tubuh Lei Nan. Cahaya menyilaukan menghancurkan tubuhnya, namun seketika tubuh Lei Nan muncul kembali, dengan kedua lengannya kini ditutupi tato rumit yang memancarkan Cahaya merah dan hitam yang misterius.

"Apa yang terjadi dengan bocah ini?" pembunuh itu tergagap, ketakutan melandanya semakin dalam.

Tubuh Lei Nan perlahan terangkat ke udara, rambut hitam legamnya berkibar tertiup angin. Matanya terbuka dan memancarkan cahaya merah yang mengintimidasi. Dengan tatapan dingin, ia mengangkat tangannya mengarah ke pembunuh itu.

Dengan satu gerakan cengkram, tiba-tiba tubuh pembunuh itu terpelintir hebat.

KRAK!

KRAK!

KRAK!

"Aaaah! Cepat bunuh aku!" jerit pembunuh itu, meringis

kesakitan saat tulang-tulangnya hancur perlahan, mulai dari kaki hingga ke tubuhnya.

Lei Nan hanya berdiri diam, dengan tatapan dingin, membiarkan proses penghancuran itu berlangsung. Tubuh pembunuh itu terus hancur, sampai akhirnya mencapai lehernya.

DUAR!

Petir meledakkan kepala pembunuh itu, menghancurkannya seketika. Lei Nan menatap kosong, perlahan-lahan matanya kembali normal. Awan gelap yang mengelilingi altar mulai berangsur menghilang.

Tubuh Lei Nan akhirnya jatuh ke tanah, pingsan di atas altar yang kini dipenuhi dengan bekas pertempuran. Di atas altar itu, ia terbaring tak sadarkan diri, dengan tubuh yang telah diberkahi kekuatan misterius yang baru.

Hanya waktu yang akan menjawab bagaimana nasib Lei Nan selanjutnya, dan kekuatan apa yang kini tertanam dalam dirinya.

...Ilustrasi pembunuh Iblis Surgawi...

Dewa Petir Lei Tang

Di sebuah alam semesta yang luas, di mana bintang-bintang terlihat sangat jelas, berdiri seorang pria tampan dengan tegap. Kedua tangan pria itu dipenuhi tato, menambah pesona sosoknya yang mengagumkan. Tubuhnya yang telanjang dada memperlihatkan otot-otot seperti patung Yunani, membuatnya terlihat seperti dewa yang turun ke bumi.

Malam itu, angin berdesir lembut, membawa suara desahan alam semesta yang seakan-akan mengiringi setiap gerakan sang pria. Langit bertabur bintang, seolah menjadi saksi bisu dari peristiwa besar yang akan terjadi.

"Lei Tang, kau harus dibunuh di tempat ini. Kau telah terlalu banyak membunuh makhluk hidup di Alam Semesta Bintang ini," kata seorang pria yang mengenakan zirah emas, suaranya tegas dan penuh kewibawaan.

Di belakang pria itu, terlihat prajurit-prajurit yang berbaris rapi dengan zirah perak, jumlah mereka mencapai jutaan, membentuk formasi yang memancarkan keagungan dan kekuatan. Setiap langkah mereka menggema di udara, menciptakan irama yang menggetarkan.

LeiTang, dengan senyum tipis di bibirnya, memandang sekelilingnya.

"Hahaha, Hei Yao Li, kau hanyalah anjing dari Kaisar Bintang. Dengan kekuatanmu sekarang, kau tidak akan bisa membunuhku," ujar pria bernama LeiTang dengan nada mengejek. Matanya yang merah menyala memantulkan kilauan bintang-bintang di langit.

"Apa?! Kau hanya manusia. Di hadapan kami, keturunan Dewa, kau adalah makhluk rendahan," umpat Yao Li, suaranya penuh dengan kebencian dan rasa superioritas.

"Hahaha, Yao Li, makhluk rendahan yang kau hina ini adalah salah satu keberadaan terkuat di Alam Semesta Bintang. Aku mendapat julukan Dewa Petir tidak hanya omongan semata," hina LeiTang, suaranya penuh dengan keyakinan dan kebanggaan.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti petir yang menggelegar, menggema di seluruh penjuru alam semesta.

Yao Li mengerutkan keningnya, amarahnya semakin membara.

"Hahaha, LeiTang, apakah kau kira kau masih bisa menjadi salah satu orang terkuat di Alam Semesta Bintang ini? Semua, serang!" teriak Yao Li dengan sinis, mengeluarkan qi untuk memerintahkan prajurit di belakangnya menyerang LeiTang.

Suaranya bergema seperti gong yang dipukul keras, menggetarkan hati setiap prajurit yang mendengarnya.

Prajurit-prajurit itu mulai bergerak, langkah mereka serentak dan terkoordinasi, menciptakan gelombang kekuatan yang menggetarkan tanah di bawah mereka. Namun, LeiTang hanya berdiri di tempatnya, tidak bergeming sedikit pun.

"Huff... mungkin pertempuran ini bisa membunuhku," batin LeiTang, namun wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun meskipun kematian sudah di depan mata.

Dia menutup matanya perlahan, seolah-olah merasakan setiap detik yang berlalu dengan penuh ketenangan.

Saat LeiTang membuka matanya lagi, terlihat mata merah yang sangat mengagumkan, memancarkan aura mengerikan. Kilatan cahaya merah itu seperti petir yang menyambar, membuat udara di sekitarnya bergetar.

Boom!

Pancaran aura dari mata LeiTang membuat prajurit-prajurit yang datang kepadanya terhenti. Seluruh prajurit itu melihatnya seperti seorang kaisar iblis yang turun ke medan perang. Mata mereka dipenuhi ketakutan, tangan mereka gemetar.

"Semua tetap menyerang!" teriak Yao Li sambil mengeluarkan sebuah lonceng berwarna emas. Suaranya menggema di seluruh penjuru, memberikan perintah yang tidak bisa ditolak.

Lonceng itu segera membuat prajurit-prajurit itu bisa bergerak kembali, meskipun hati mereka dipenuhi keraguan.

"Lonceng Suci! Hahaha, Yao Li, aku tidak percaya Kaisar Bintang setakut itu padaku sampai meminjamkan pusakanya padamu," kata LeiTang sambil tertawa, suaranya terdengar seperti guntur yang menggelegar di langit malam.

"Hahaha, Lei Tang, apakah sekarang kau takut?" ejek Yao Li dengan nada penuh kebanggaan. Dia merasa kemenangan sudah di depan mata.

"Aku, Lei Tang, takut? Dalam mimpimu," jawab Lei Tang sambil perlahan mengangkat tangannya ke arah langit, matanya menyala dengan kekuatan yang luar biasa. Setiap gerakan tangannya membawa beban kekuatan yang menggetarkan alam semesta.

"Sialan, apa pria itu ingin menghancurkan alam semesta ini?" batin Yao Li, tahu apa yang akan dilakukan pria gila itu. Dia bisa merasakan getaran yang semakin kuat, seperti tanda-tanda kehancuran yang mendekat.

"Petir kehancuran, datanglah," ucap LeiTang dengan suara yang menggelegar. Suaranya seperti gemuruh badai yang mendekat, membuat setiap makhluk di sekitarnya merasakan ketakutan yang mendalam.

Perlahan, alam itu bergetar hebat. Semua prajurit terdiam ketakutan saat gumpalan hitam membentang di seluruh alam itu, menutupi bintang-bintang dan membuat langit seolah-olah akan runtuh. Udara menjadi berat dan penuh dengan energi destruktif.

Di tempat lain, tepatnya di sebuah istana emas, seorang pria tampan duduk di sebuah singgasana mewah. Pria itu membuka matanya saat merasakan alam semesta ini bergetar. Matanya yang tajam memandang ke arah langit yang bergemuruh.

"Dasar bocah gila," ucap pria itu dengan suara rendah, segera menghilang dari singgasana itu dalam sekejap mata. Gerakannya begitu cepat sehingga seolah-olah dia menghilang ke dalam angin.

Alam semesta itu semakin bergetar hebat sampai gumpalan awan hitam terbentuk, menambah kesan mengerikan di langit yang tadinya indah. Gumpalan hitam itu berputar-putar, menciptakan pusaran yang menyerupai lubang hitam yang mengancam untuk menelan segala sesuatu di sekitarnya.

Boom!

Seluruh alam bintang terkena tekanan amat kuat. Semua prajurit terlentang dengan tekanan yang sangat kuat, tak terkecuali Yao Li yang berkeringat dingin. Tubuh mereka terasa seperti ditekan oleh beban ribuan ton, membuat mereka tak bisa bergerak.

"Dasar monster," batin Yao Li ngeri melihat perbuatan LeiTang. Dia bisa merasakan kematian mendekat, seolah-olah bayangan gelap yang siap menelannya kapan saja.

Dari kekosongan, muncul beberapa sosok. Sembilan sosok muncul dari lubang itu, dan di paling depan terlihat pemuda yang sebelumnya berada di istana emas. Matanya yang tajam memandang ke arah LeiTang.

"Tuan, selamatkan kami!" seru prajurit meminta pertolongan pada pemuda itu. Suara mereka penuh dengan keputusasaan dan ketakutan.

Namun pemuda itu tidak menanggapi ucapan prajurit itu. Dia hanya memandang ke arah monster di depannya, yang tak lain adalah LeiTang.

"Kau bocah gila, apa kau ingin menghancurkan alam ini?" ucap pemuda itu dengan alis berkerut.

"Ho, aku tidak menyangka Kaisar Bintang akan datang sendiri ke sini, dan bahkan banyak sosok yang aku kenal ada di sini," ucap LeiTang tersenyum. Matanya menyala dengan kebencian dan amarah.

"Sudah cukup, Lei Tang. Aku mohon, berhentilah, jangan hancurkan alam ini!" seru salah satu sosok di belakang Kaisar Bintang. Suaranya penuh dengan permohonan dan harapan.

"Tao Bei, kau tahu sendiri, kucing penakut di depanmu telah membunuh istriku, dan kau ingin aku berhenti!" ucap Lei Tang yang tiba-tiba berubah sangat menyeramkan, dengan tekanan semakin kuat. Suaranya seperti pedang yang menusuk hati setiap orang yang mendengarnya.

"Cukup sampai di sini, Lei Tang. Aku tahu saat itu kami terpaksa membunuh istrimu karena dia adalah Iblis Kehancuran," ujar sosok lain di belakang Kaisar Bintang. Suaranya penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah.

"Hahaha, hanya karena itu kau membunuh istriku," ucap Lei Tang dengan suara yang semakin mengecil.

Kenangan indah muncul di benaknya. Senyum istrinya selalu menghiasi harinya. Bahkan saat istrinya di ambang kematian, wanita itu tidak pernah lupa menggodanya.

"Sayang, kau sekarang menjadi pria pemarah saja. Tolong jangan membalas dendam, dan aku selalu mencintaimu..."

Boom!

Tekanan semakin kuat. Sekarang Kaisar Bintang berkeringat di dahinya, dan sosok-sosok di belakangnya sudah bermandikan keringat. Tubuh mereka bergetar di bawah tekanan yang luar biasa.

"Maafkan aku, sayang. Mungkin aku akan mengingkari janji kita," batin Lei Tang dengan mata yang perlahan mengeluarkan darah.

Matanya menyala dengan kebencian yang mendalam, namun juga penuh dengan penyesalan.

"Sialan, bocah ini harus segera dimusnahkan," batin Kaisar Bintang mulai ketakutan. Dia bisa merasakan kekuatan yang begitu besar dan tak terkendali.

Di sisi lain, Yao Li dan prajurit lainnya sekarang sangat mengenaskan dengan tulang mereka yang hancur berkeping-keping. Tubuh mereka tergeletak di tanah, tak berdaya melawan kekuatan yang menghancurkan.

"Dengar semua, kita akan melakukan penyegelan pada iblis itu. Gunakan Segel Bintang," ucap Kaisar Bintang. Suaranya tegas.

"Kaisar Bintang, Segel Bintang akan membuat dirinya tidak bisa berinkarnasi selamanya. Apakah ini pilihan yang baik?" tanya Tao Bei. Suaranya penuh dengan keraguan.

"Monster itu sudah kehilangan kendali dan hanya akan menjadi ancaman bagi seluruh Alam Bintang ini," jawab Kaisar Bintang. Suaranya tidak bisa diganggu gugat.

Akhirnya mereka semua mengangguk dan perlahan mengulurkan tangan mereka, menutup mata. Energi kuat muncul dari masing-masing sosok itu. Mereka memusatkan kekuatan mereka ke satu titik, menciptakan aura yang begitu besar dan kuat.

"Buka segel!" perintah Kaisar Bintang.

Boom!

"Uhuk... mereka ternyata menggunakan Segel Bintang padaku," batin Lei Tang sambil tersenyum. Dia bisa merasakan energi yang begitu besar mengelilinginya, mencoba mengurungnya.

Energi dari kedua kubu bertabrakan, menghancurkan ruang di sana. Di dunia lain, tanah membelah, langit hancur, bahkan tsunami terjadi di mana-mana. Alam semesta terguncang oleh benturan kekuatan yang begitu dahsyat.

"Baiklah, kalian yang memintanya," ucap Lei Tang, semakin mengeluarkan semua kekuatannya. Suaranya penuh dengan tekad dan kebencian.

Boom!

"Uhuk..." salah satu sosok di belakang Kaisar Bintang mengeluarkan darah dari batuknya. Tubuh mereka terhuyung-huyung di bawah tekanan yang luar biasa.

"Akh... tutup segel!" perintah Kaisar Bintang. Suaranya penuh dengan kegentingan.

Ting!

Boom!

Ledakan besar terjadi, menghempaskan seluruh orang di sekitar ledakan itu, termasuk Kaisar Bintang yang mundur beberapa langkah. Tubuh mereka terlempar seperti daun yang terhempas angin badai.

Keadaan kembali tenang setelah ledakan itu. Namun yang mengejutkan, sosok Lei Tang masih terlihat di sana, meskipun dalam kondisi sangat mengenaskan. Tubuhnya penuh dengan luka, namun matanya masih menyala dengan kekuatan yang tidak padam.

"Aku berjanji atas namaku, Lei Tang, aku akan kembali dan membalas dendam," ucap Lei Tang, kemudian membuat segel rumit dengan tangannya. Suaranya penuh dengan tekad dan kebencian.

"Cepat, segera hancurkan jiwanya," perintah Kaisar Bintang, mengarahkan sosok di belakangnya untuk menyerang, tak terkecuali dirinya yang mengumpulkan kekuatan untuk menyerang Lei Tang. Suara mereka penuh dengan kepanikan dan kegentingan.

"Terlambat," ucap Lei Tang perlahan menutup matanya. Suaranya penuh dengan kepastian.

Boom!

"Akh, bocah gila itu sudah berinkarnasi," batin Kaisar Bintang. Dia bisa merasakan kehadiran Lei Tang menghilang dari alam semesta ini.

Di tempat yang jauh, di sebuah altar, seorang bocah perlahan bangun dari tidurnya. Bocah itu kebingungan, melihat sekelilingnya. Matanya masih setengah tertutup, mencoba memahami apa yang terjadi.

"Akh... tubuhku sangat sakit," ucap bocah itu sambil memegang dahinya. Suaranya penuh dengan rasa sakit dan kebingungan.

Namun bocah itu segera terdiam, perlahan membuka matanya, dan melihat tangannya di depan wajahnya. Tangannya yang kecil dan lemah.

"Apa?!" teriak bocah itu.

...Ilustrasi Dewa Petir Lei Tang...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!