Anisa Rahman
Gadis polos, cantik, lembut
Moh. Arfan Mahesa
Cowok dingin namun perhatian dan penyayang
Dwi Putra Yahya
Sahabat Arfan, usil, suka sama Naya
Naya Putri Wahyu
Sahabat Anisa, jutek sama dwi
Joshua Roland Djafar
Sahabat Arfan, tidak suka banyak bicara, dingin
Ayunda Cahya
Sahabat Anisa, baik, lembut
Daniel Eka Rakfa
Mantan Anisa
Rosana Luna Zahra
Mantan sahabat Anisa dan yang menjebak Anisa
Tokoh lainnya
1.Andhika Mahesa
Ayah kandung Arfan, tegas, dermawan, pengusaha no. 1
Vivian Yola
Ibu kandung Arfan,baik,lembut, penyayang
Agus Rahman
Ayah kandung Anisa, dermawan, tegas, pengusaha no. 2
Syahrani Anata
Ibu kandung Anisa, baik walau kadang galak
Mira Mahesa
Kakak kandung ke 1 Arfan,
Baik, galak, cantik
Cantika Mahesa
Kakak kandung ke 2 Arfan, baik, lembut,rendah hati
Raisa Mahesa
Kakak kandung ke 3 Arfan, galak, tomboy
Roni Rahman
Kakak kandung Anisa
William Yahya
Suami Mira, baik,perhatian
1o. Vera Yahya
Anak Mira dan William,baik, polos
Angga Saputra
Dokter pribadi Arfan dan Anisa, sahabat lama Agus dan Andhika, baik, dermawan
Tokoh yang akan datang
Ryan Adinata Mahendra Mahesa
Anak pertama Anisa dan Arfan
Reyna Putri Mahesa
Anak kedua Anisa dan Arfan
Faisal Mohammad Ahlan Mahesa
Anak ketiga Anisa dan Arfan
Anya Citra Mahesa
Anak keempat Anisa dan Arfan
Fikrianto Ahlin Mahesa
Anak kelima Anisa dan Arfan
Alma Catra Mahesa
Anak keenam Anisa dan Arfan
Andra Putra Mahesa
Anak ketujuh Anisa dan Arfan
Mutia Mahesa
Anak kedelapan Arfan dan Anisa
Keyla Mawar Putri Mahesa
Anak kesembilan Anisa dan Arfan
Keisya Ratna Mahesa
Anak kesepuluh Arfan dan Anisa
Indah Permata Mahesa
Anak kesebelas Arfan dan Anisa
Zakir Mahesa
Anak keduabelas Arfan dan Anisa
Alvin Anugrah Mahesa
ketigabelas Arfan dan Anisa
Nanda Putri
sahabat Anisa sejak pindah ke Yogyakarta, cantik, baik, agak cerewet.
Dimas Syahputra
Sahabat Arfan sejak pindah ke Yogyakarta, ganteng, humoris.
(Banyak ya anak nya😅 tenang yg lahir anak pertama dan kedua,mereka kembar)
Happy reading😇
Di sebuah hotel tepat kamar 199
"Ugh,ini di mana?", ucap seorang gadis.
Ia melihat sekelilingnya dan mendapati seorang cowok disampingnya terlebih lagi ada bercak darah di ranjang.
"Apakah saya melakukannya dengan cowok ini? Tapi kenapa saya tidak mengingat apa pun?", ucapnya.
Gadis itu berusaha mengingat dan yang ia ingat adalah ia menemukan sahabatnya dan pacarnya berselingkuh.
Gadis itu menangis sampai membangunkan cowok disampingnya.
"Kenapa kau menangis? Apakah gara-gara b@jing@n itu?", tebaknya.
"Bagaimana kau tahu?", tanyanya.
"Mereka lah yang menjebak kita karena aku melihat mu dibius oleh perempuan itu awalnya aku mau menolongmu namun laki-laki itu juga membiusku dan kita berakhir seperti sekarang", ujar cowok itu.
"Kau Arfan kan? Kita anggap aja ini hanya kecelakaan dan tidak pernah terjadi", kata gadis itu dengan tampang polosnya.
"Bagaimana bisa Daniel lebih memilih perempuan j@l@ng itu daripada gadis ini", pikir Arfan.
"Arfan?", panggil gadis itu.
"Tidak,Anisa. Baiklah, tapi aku siap bertanggung jawab", kata Arfan datar.
"Dia ni memang seperti rumornya", pikir Anisa.
"Ok, tapi aku tidak mau merepotkan keluarga Mahesa kalo gitu permisi", ucap Anisa sambil mengenakan pakaiannya kembali dan langsung pergi meninggalkan Arfan.
Keesokan harinya..
Anisa pergi ke sekolah dan pagi ini papanya memarahinya karena tak pulang untung dia memiliki alasan walau harus berbohong.
Di sepanjang perjalanan Anisa merasa ada yang aneh, semua orang berbisik setiap ia lewat dan ia mendengar hal yang membuat dirinya malu.
"Tak disangka ya"
"Iya, tampang polos namun dia ternyata iblis"
"Betul dasar j@l@ng"
Anisa tak tahan lagi ia langsung berlari dan menemukan sahabatnya dan pacarnya bersama, segera Anisa menghampiri mereka.
"Ros, apa maksud mu semalam, hah?!", seru Anisa.
"Nis, aku dan Daniel saling mencintai jadi biarkan kami bersama", kata Rosa.
"Dan, katakan ini cuman bohong kan?",tanya Anisa dengan mata berkaca-kaca.
"Itu- ITU BENAR JADI KAU MENJAUHLAH DAN KITA PUTUS AJA", teriak Daniel dan semua siswa melihat adengan itu termasuk Arfan.
Rosa menampar Anisa dan mendorongnya orang-orang yang ada di sana tidak ada satu pun membantu.
Anisa berusaha berdiri karena kakinya terluka akibat didorong.
Di kelas
"Nis, apa yang sudah terjadi?", tanya seorang cewek yang rambutnya dikuncir.
"Tidak ada Ayu", kata Anisa sambil tersenyum.
"Kau bohong? Anisa kami kenal kamu",kata cewek yang sedikit jutek.
Akhirnya, Anisa menceritakan semuanya kecuali kejadian semalam.
"Brengsek mereka dan Rosa dia dasar pel@kor", geram Ayu.
"Lalu siapa cowok itu?", tanya Naya.
"Saya juga gak tahu", jawab Anisa bohong.
Sepulang sekolah di kediaman keluarga Rahman.
"Anisa!! KAU ANAK TAK TAHU DIRI!! KAU SUDAH MEMPERMALUKAN KELUARGA RAHMAN!! JAWAB SIAPA LAKI-LAKI MALAM ITU?!", teriak Agus, papa Anisa.
"Pa, tenang dulu", kata Rani mencoba meredakan amarah suaminya.
Anisa hanya bisa menunduk dan tak menjawab ternyata rumor di sekolah nya sudah menyebar.
"ANISA KAU DIKURUNG DI KAMAR DAN JANGAN KELUAR", seru Agus.
Anisa hanya bisa menurutinya dan berjalan keluar dan di sisi lain
"Tuan muda, nona muda Anisa dikurung di kamarnya", ucap pengawal yang dikirim Arfan.
"Ok bagus kembalilah", kata Arfan sambil memutus teleponnya.
Anisa di kurung sudah seminggu dan akhirnya keluarga Anisa berencana mengeluarkan Anisa.
"Sayang, nak buka hari ini kamu kan sekolah", kata Rani sambil mengetuk pintu kamar putrinya.
"Dek, buka ada makanan kakak bawakan", ujar kakak Anisa, Roni.
Tidak ada sahutan akhirnya Agus mendobraknya.
"ANISA!!"
Di rumah sakit
"Bagaimana keadaan putri saya?", kata Rani.
"Kabar bahagia selamat ya putri ibu hamil", ujar dokter.
Seketika raut wajah mereka seketika suram.
"Kira-kira sudah berapa usia kehamilannya?", tanya Roni.
"Seminggu kalo gitu permisi", pamit sang dokter.
Mereka masuk ke kamar rawat Anisa dan Agus lagi-lagi memukul Anisa namun untuk kedua kalinya Roni menahannya.
"Udah pa,Anisa lagi hamil", kata Roni.
Agus langsung pergi meninggalkan Anisa disusul Rani.
"Katakan siapa?", tanya Roni dan lagi-lagi Anisa bungkam.
Dua hari kemudian
Lagi-lagi Anisa di kurung dan ia sudah dua hari menangis.
Tiba-tiba ada telepon dari nomor tak dikenal, awalnya Anisa ragu namun karena orang itu menelponnya terus akhirnya Anisa mengangkatnya.
"Halo"
"Halo, ini aku Arfan lihat di jendela kamar mu aku di bawah"
Segera Anisa melihat di jendela kamarnya terlihat Arfan menunggunya.
"Kenapa kau ada di sini?", tanya Anisa.
"Aku pernah bilang apa", jawab Arfan dingin.
Anisa bingung dan sambungan teleponnya putus dan tiba-tiba tangannya ditarik dari balkon kamarnya
"Diamlah, aku akan membawamu bersamaku pergi dari kota ini", kata Arfan.
"Lalu bagaimana dengan keluargamu?", tanya Anisa.
"Aku meninggalkan mereka karena tidak mempercayaiku", jawab Arfan dan membawa Anisa pergi.
Setelah kejadian itu, keluarga Rahman dan Mahesa mencari mereka namun Anisa dan Arfan benar-benar menghilang bahkan sosmed mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
"Apa jangan-jangan laki-laki malam itu adalah ARFAN", pikir Roni.
Segini dulu ya😇
Happy reading...😘
Di kediaman Mahesa
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?", tanya Vivian.
"Aku juga bingung", jawab Rani.
Dua keluarga itu Rahman-Mahesa berkumpul di ruang tamu bingung dengan masalah yang terjadi.
"Tapi aneh, kenapa Arfan meninggalkan rumah setelah kita tidak mempercayainya?", ucap William.
"Aku juga rasa ada aneh", kata Mira.
"Apa jangan-jangan laki-laki yang bersama Anisa adalah Arfan?", tebak Roni.
Suasana ruang tamu tiba-tiba sunyi mendengar perkataan Roni.
"Jangan mengada-ada itu tidak mungkin!", seru Raisa.
"RAISA! PELANKAN SUARAMU", bentak Andhika.
"Tapi memang aneh kenapa Arfan sangat marah tujuh bulan yang lalu?", tanya Cantika.
Lagi-lagi tidak ada yang berbicara sepatah kata pun.
"Anisa juga tidak menjawab siapa laki-laki yang tidur bersamanya", kata Roni.
Dan akhirnya mereka pasrah karena tidak menemukan petunjuk sama sekali.
Di kota Jogyakarta,pukul 14.15
"Arfan, saya tidak sangka kau bisa mendapat pekerjaan di umur 16 tahun walau gaji nya sedikit tapi kita tetap harus bersyukur karena Allah selalu melindungi kita",kata Anisa.
"Iya, ini juga karena doa istri sholeh-ku ini sudah 7 bulan beberapa bulan lagi kedua anak kita di perut kamu akan lahir dan tepat umur ku yang ke 17 tahun aku akan mengambil perusahaan Rahman dan Mahesa dengan cara membelinya", kata Arfan.
"Memang bisa?", tanya Anisa polos yang membuat Arfan gemas.
"Kau ya, tujuh bulan ini kau pikir aku menabung buat apa dan juga uang tabunganku di rekening itu cukup untuk kita berempat", kata Arfan sambil memeluk pinggang Anisa dan Anisa wajahnya sudah memerah.
Ya, inilah kebiasaan mereka sejak tujuh bulan yang lalu dan Anisa baru sadar setelah menikah dengan Arfan sifat dan sikap Arfan sebenarnya terlihat ketika bersama dengan orang yang ia sayangi. Kalo kalian tanya kapan Anisa dan Arfan menikah? Jawabannya..... rahasia nanti di jawab di chapter selanjutnya.
Ok kembali ke topik
Arfan dan Anisa menjalani keseharian mereka seperti biasa, mereka tetap sekolah dan ada dokter pribadi yang menangani kehamilan Anisa selama 7 bulan ini.
Sampai kecelakaan itu terjadi tepat usia kehamilan Anisa memasuki 9 bulan.
Di rumah sakit
"Ugh, ini di mana?", tanya Anisa sambil melihat sekelilingnya.
Anisa meraba perutnya yang ternyata sudah rata.
"Sus! Dokter! Di mana bayiku?!", histeris Anisa.
Segera dokter dan suster masuk ke dalam dan Anisa sudah berpenampilan berantakan karena mengamuk.
"Tenanglah Anisa, kedua bayimu selamat dilahirkan hanya saja Arfan koma setelah operasi tapi dia baik-baik saja sekarang", kata sang dokter.
Anisa yang mendengarnya pun lega dan ia menangis.
"Anisa, ada apa? Ada yang sakit?", tanya sang dokter lagi.
"Tidak, aku senang karena anak-anakku lahir dengan selamat. Anu, Dokter Angga boleh saya menemui suamiku dan anak-anakku?", tanya Anisa.
"Boleh Anisa, bantu Anisa sus", kata Dokter Angga.
Di ruang PACU
Di sana terbaring lemah Arfan yang belum sadar Anisa seketika menangis di samping ranjang Arfan.
"Ar, anak kita sudah lahir tapi saya belum melihat mereka cepat sadar ya supaya kita berempat bisa bersama berkumpul kalo gitu saya pamit mau menemui anak-anak", kata Anisa dan meninggalkan ruangan Arfan.
Di ruang bayi
"Di sini mereka lucu kembar laki-laki dan perempuan oh iya, sebelum kau tanya siapa yang lahir duluan anak laki-lakimu", jelas Dokter Angga.
"Iya, makasih", kata Anisa.
"Satu hal lagi mereka masih dalam pemantauan kami karena kondisi kesehatan nya buruk apalagi anak laki-lakimu tenang saja ini tidak akan merebut nyawanya", jelas Arfan.
"Baiklah, terima kasih", kata Anisa dan Dokter Angga dan suster pergi meninggalkan Anisa bersama kedua anaknya.
"Sayang, kemarilah ibu akan menamaimu Ryan Adinata Mahendra Mahesa dan kamu putri kecilku, Reyna Putri Mahesa", kata Anisa sambil memandang kedua anaknya yang baru lahir.
"Ryan sangat mirip dengan Arfan aku sungguh menantikan hari kita bersama berempat berkumpul", gumam Anisa.
"Tapi, siapa yang mau mecelakai kami?", pikir Anisa.
Dua tahun kemudian di ruang rawat inap Arfan.
"Sudah dua tahun tapi kamu belum sadar", gumam Anisa lirih.
"Ibu, Kak Ryan lagi-lagi gak mau makan", kata seorang anak perempuan yang imut.
"APA? Anak itu sifatnya sangat mirip dengan Arfan", keluh Anisa.
"Reyna di sini dulu ya temani ayah",kata Anisa lembut dan di setujui Reyna dan Anisa pergi meninggalkan Reyna.
Di ruang rawat Ryan
"Aku gak mau makan",gerutu Ryan selalu menolak.
Para suster sudah kewalahan dan datang Anisa lalu meminta para suster pergi saja.
"Makan ya,Ryan", kata Anisa dan lagi-lagi Ryan menolak.
"Ibu mohon", kata Anisa membujuk putranya.
Akhirnya,Ryan mau disuapi makan walau dengan wajah datarnya.
"Ibu, kenapa kakek dan nenek mengurung ibu dulu? Dan kenapa ibu tidak bilang kalau ayah lah laki-laki yang bersama ibu dua tahun lalu?", tanya Ryan.
Anisa bungkam lalu tersenyum tipis menatapa putranya dengan sayu berkata.
"Nak, dunia bisnis begitu kejam dan dingin hal seperti ini kalau di utarakan akan merusak keluarga Mahesa dan Rahman lagian sebentar ibu mau mengunjungi kakekmu mumpung beliau ada di kota ini nanti Reyna ikut ibu kok", ucap Anisa penuh harap dengan Ryan.
"Hah, baiklah hanya sebentar kalau mereka merasa bersalah ibu boleh pulang bersama mereka tapi kalau sebaliknya ibu harus kembali ke sini", kata Ryan dan disetujui Anisa dan Anisa pergi meninggalkan Ryan setelah suapan terakhir dan memnawa Reyna.
Di sisi lain kota Yogyakarta.
"Ibu, kita ngapain di sini?", tanya Reyna .
"Kita akan menemui keluarga ibu", jawab Anisa sambil mencium kening Reyna yang dalam gendongannya.
Lalu keluarlah Agus dan Andhika dari lobi hotel.
"Papa",panggil Anisa.
Agus yang mendengarnya berbalik menatap Anisa ada rasa rindu dimatanya tapi di sisi lain ia marah mengingat perilaku tercela putrinya.
"Jadi dia kakek", pikir Reyna.
"Papa, Anisa rindu", kata Anisa berjalan mendekati Agus namun Agus mendorong keras Anisa.
Reyna yang melihat itu memeluk Anisa sambil berkata.
"Ibu, tenang ada Reyna",kata Reyna sambil menatap tajam ke arah Agus dan Andhika.
Andhika yang melihatnya terkejut karena tatapan mata Reyna mirip putranya, Arfan.
"Ibu ayo kita kembali saja kakak pasti menunggu", kata Reyna.
Anisa menatap papanya penuh harap namun apa yang ia dapat? Agus tak menatapnya sama sekali dan pergi meninggalkan Anisa.
"Ibu?", panggil Reyna.
"Ayo pulang sayang", kata Anisa sambil mengendong Reyna pulang ke rumah sakit dan baru saja sampai Anisa melihat Ryan dalam gendongan Arfan dan tatapan Arfan terlihat bingung.
"Ar, a-ku me-nemui papa dan ayah Andhika papa tak menatapku sama sekali ia hanya menganggapku seperti angin lewat", ucap Anisa terbata-bata.
Ryan sudah menduganya dan Arfan terlihat sangat marah Reyna yang melihatnya langsung memeluk Arfan dan membujuknya.
"Ayah, ayah baru siuman ayah istirahat saja dulu benar kan bu?", bujuk Reyna.
"Iya sayang",jawab Anisa dan Arfan menggandeng tangan Reyna dan menatap Anisa seolah mengisyaratkan untuk ikut.
Dan apa daya Anisa hanya bisa mengikuti.
Tiga hari berlalu akhirnya Ryan dan Arfan keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah mereka.
Di rumah pada malam hari,di kamar kembar.
"Kak, ke depannya bagaimana?", tanya Reyna.
"Begitu seperti biasa, kau sendiri lihat bagaimana kakek bersikap pada ibu", kata Ryan.
"Iya juga sih, tahu ah aku mau bobo", ucap Reyna tak butuh 1 menit Reyna tertidur pulas.
"Dasar kembar kebo, lihat saja akan ku balas perbuatan mereka", kata Ryan lirih dengan tatapan penuh dendam.
Di hotel yang sama seperti tadi di kamar 126.
"Kenapa rasanya tadi familiar ya dengan gadis itu" pikir Andhika.
Panjang kan..😄 sengaja supaya kalian para readers puas
Untuk selanjutnya tak akan dikecewain kok😊
Sesuai janjiku di chapter selanjutnya aku bongkar kecelakannya dan kapan mereka nikah
Kalau gitu, vote dan komen sebanyak-banyaknya suapaya cepat update🥰
Bye2👋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!