Duarrrr
" Eh monyong.." seorang wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur di kagetkan oleh seseorang.
" iih mama... cantik gini dibilang monyong."
" Eh Daisy Cantik anak mama ternyata, habisnya kamu mengagetkan mama saja pagi pagi."
" Hehe.. pagi ma. Mama masak apa?" tanya Daisy sambil bergelayut manja di pundak sang mama
" Pagi sayang, ini mama lagi masak nasi goreng telor ceplok kesukaan kamu. sudah sana tunggu di meja makan saja!"
" Siap mama cantik." Daisy mengecup pipi sang mama sebelum beranjak menuju meja makan.
Tak lama mama Dinda alias mama nya Daisy itu selesai memasak nasi goreng nya kemudian menyajikannya di meja makan.
" Ma, sepi ya kalo cuma kita berdua saja." Daisy menatap sendu nasi goreng yang sudah di hidangkan oleh mama nya itu.
Mama Dinda menghela nafas panjang " Sudahlah tidak usah sedih, kita harus bisa bahagia meskipun tanpa papa kamu."
Satu tahun yang lalu orang tua Daisy berpisah di karenakan ada masalah yang tidak bisa membuat hubungan mereka tetap bertahan dan akhirnya berpisah.
" Iya dong ma, aku sangat bahagia.. karena yang terpenting buatku adalah mama selalu ada di sampingku. you're my everything Mom." Daisy tersenyum manis sambil memegang tangan mama nya dengan tujuan saling menguatkan. " Maaf, sudah membuat mama sedih." Daisy menundukkan kepala nya.
" Tidak apa apa sayang, lebih baik kita sarapan sekarang nanti kamu terlambat ke sekolah." akhirnya mereka berdua sarapan dengan tenang.
selesai sarapan mama Dinda membawa piring bekas makan mereka ke wastafel untuk di cuci.
" Ma, kenapa kita tidak cari pelayan saja. aku tidak mau sampai mama kecapean."
" Tidak untuk sekarang sayang, mungkin nanti mama akan cari pelayan, sekarang mama masih belum membutuhkan nya."
" Pokoknya mama tidak boleh sampai sakit, mama harus cari pelayan secepatnya."
Mama Dinda hanya tersenyum. " Yaudah ayo mama antar kamu ke sekolah sekalian mama akan ke butik."
***
SMA Satu Nusa Satu Bangsa
Mobil yang di kendarai oleh mama Dinda telah sampai di depan gerbang sekolah tersebut. Terlihat sekolah itu sudah mulai ramai karena Daisy berangkat agak siang.
" Sudah sampai, aku sekolah dulu ya ma." Daisy pamit kepada mama nya di dalam mobil sambil mencium tangan sang mama dan tidak lupa mengecup pipi nya.
" Iya Dai, sekolah yang rajin ya. awas jangan nakal." mama Dinda mencubit gemas hidung anak kesayangan nya.
" Ah mama sakit tau." Daisy pura pura merajuk.
" Hehe.. sudah sana keluar."
" Mama hati hati di jalan ya, bye.."
Daisy Anandari Oktafiona. Begitulah nama lengkap dari seorang gadis cantik dan anggun yang kini tengah berjalan di halaman sekolah yang luas menuju kelas nya. sepanjang ia berjalan tak lepas tatapan mata para siswa yang memandang nya dengan tatapan memuja. Selain cantik, Daisy juga memiliki body seperti atlet tinggi dan berisi di bagian tertentu. juga berkulit putih bersih begitu kontras dengan seragam putih abu nya yang tersorot sinar matahari di pagi hari. Rambut nya yang hitam panjang pun tertiup angin sepoi-sepoi menambah karismatik yang ia miliki.
" Kiw.. kiw... wikwiw...."
" Cantik kali ciptaan Tuhan yang satu ini buat hatiku meleleh, anjay.."
" Body nya itu beuh sexy."
begitulah kira kira teriakan para siswa yang memperhatikan Daisy.
Sementara para siswi justru sebaliknya, mereka terlihat menatap Daisy dengan tatapan iri sambil berbisik bisik. " Lihat, so cantik banget sih dia. iuww."
" Cantikan juga aku kemana mana iya ga sih? hahaha.."
" Pasti berasa terbang tuh si Daisy di teriakin begitu sama para siswa, huh."
Daisy tidak peduli dengan teriakan para siswa yang memuja nya juga bisikan para siswi yang iri padanya, justru ia menganggap nya angin yang berlalu dan ia terus melangkah dengan anggun menuju kelas nya.
Akan tetapi sesampainya di kelas. Daisy mendudukkan badan nya dengan kasar di kursi tempat nya duduk sambil memberenggut sepertinya mood nya sudah hilang entah kemana. Disamping nya ada Nazwa sahabat nya yang kini menatap nya dengan heran.
" Woi, pagi pagi udah cemberut aja. lihat, muka kamu keriput." Nazwa menggoda Daisy
" Apaan sih Naz, males ah." Daisy malah semakin kesal.
" Hehe.. maaf. Kenapa sih muka kamu tidak secerah matahari pagi ini ada masalah lagi? " Nazwa kini menatap serius kepada teman di samping nya.
" Biasa, siswa siswi tidak jelas tadi di halaman sekolah."
" Mereka mengganggu kamu, Dai?"
" Tidak juga sih, hanya saja bisikan mereka membuat mood ku hilang."
" Ouh, pasti mereka orang orang yang iri sama kamu. secara kan kamu primadona di sekolah ini."
" Primadona dari Hongkong, berlebihan kamu Naz. kamu juga cantik tau dan masih banyak lagi yang lebih cantik."
" Cantikan kamu Dai... buktinya Pak Bagus guru sejarah aja seperti nya menyukai kamu."
" Makin ngaco kamu, Naz." Daisy hanya geleng geleng kepala mendengar penuturan sahabatnya.
Tidak lama bel masuk berbunyi dan guru yang tadi di bicarakan oleh Nazwa itu terlihat memasuki kelas. kebetulan sekali sekarang mata pelajaran sejarah.
" Selamat pagi semuanya."
" Pagi pak.."
" Bagaimana kabar kalian, sehat? "
" Sehat pak..." jawab mereka serentak.
" Oke, sekarang kita mulai saja pelajaran nya. kalian catat materi yang saya jelaskan poin penting nya saja."
" Baik pak.."
Pak Bagus itu kini tengah menjelaskan materi sejarah. Dan ternyata benar apa yang di katakan oleh Nazwa. Terlihat pak Bagus mencuri curi pandang terhadap Daisy yang tidak melihat padanya dan kelihatan seperti sedang melamun.
" Ehem. Daisy..." Pak Bagus memanggil Daisy akan tetapi gadis itu malah tidak mendengar.
" Daisy! " Pak Bagus memanggil lagi sedikit berteriak.
Dan berbarengan dengan itu Nazwa menyenggol Daisy memberi isyarat bahwa ia sedang di panggil oleh sang guru.
" Ah iya pak."
" Apa kamu sakit? sepertinya kamu tidak menyimak apa yang saya jelaskan dari tadi."
" Tidak pak, saya hanya kurang tidur saja jadi tidak fokus."
" Ouh begitu, ya sudah sana kamu ke UKS saja, takutnya kamu tidak enak badan saya khawatir."
" Cie.. Cie.." sorak semua siswa di kelas itu.
" Ah maksud nya saya khawatir nanti ada apa apa terus sekolah yang di salahkan begitu maksud saya." pak Bagus meralat kata katanya karena tadi ia keceplosan sehingga membuat para siswa menyoraki nya.
" Saya baik baik saja pak."
Bel istirahat pun berbunyi semua siswa berhamburan menuju kantin untuk makan siang. yang masih tersisa di kelas hanya Daisy dan Nazwa.
" Benar kan Dai apa kataku, pak Bagus itu suka sama kamu, tadi dia perhatian sama kamu. Cuma pinter saja ngeles nya huh." Nazwa masih saja membahas guru sejarah yang baru meninggalkan kelas beberapa menit yang lalu
Daisy menghela nafas " Dia itu sudah beristri Nazwa Aulia mana mungkin naksir sama murid sendiri."
Hai tunggu kelanjutannya yaa.. support aku yang masih pemula ini ya teman teman🤗
love you banyak banyak🥰
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 siang itu matahari tidak menampakkan sinarnya dan langit terlihat mendung seperti akan turun hujan. Siswa siswi pun sudah berhamburan keluar meninggalkan sekolah. sementara Daisy masih berdiri sendiri di depan gerbang sekolah menunggu sang mama datang menjemput sebab Nazwa sudah pulang duluan di jemput oleh kekasih nya.
" Duh, mama lama banget sih.. mau hujan lagi." Daisy mulai khawatir karena mama nya belum juga datang menjemput.
Ting. terdengar suara ponsel Daisy berbunyi tanda pesan masuk. Daisy segera membuka pesan tersebut dan ternyata dari sang mama.
" Sayang. maaf mama tidak bisa jemput kamu, mobil nya mendadak mogok. ini mau mama bawa ke bengkel, kamu pulang naik taksi saja ya, atau ikut sama Nazwa." begitulah isi pesan dari mama Dinda.
Raut cemas tergambar jelas dari wajah Daisy setelah membaca pesan dari mamanya itu. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik rintik.
Tak lama terdengar suara klakson mobil yang keluar dari gerbang sekolah dan tanpa di duga berhenti tepat di depan Daisy.
Daisy sudah mengenali pemilik mobil tersebut dan pemilik nya kini turun menghampiri Daisy yang tengah berdiri mematung.
" Daisy, kamu belum pulang?." tanya pria itu yang tak lain adalah pak Bagus.
" Be..belum pak, saya lagi menunggu taksi." Daisy menjawab sedikit gugup karena teringat ucapan Nazwa.
" Lebih baik saya antar kamu, takut hujan nya keburu deras "
" Tidak usah pak, biar saya naik taksi saja."
" Jangan keras kepala Daisy. Ayo ikut! " Pak Bagus menarik tangan Daisy dan membawanya masuk ke mobil miliknya.
" Eh " Daisy kaget dengan perlakuan pak Bagus.
" Cepat masuk." namun Daisy hanya bisa pasrah dan masuk ke dalam mobil gurunya dari pada ia harus kehujanan dan berakhir flu.
kini mobil itu telah melaju meninggalkan area sekolah. Dan benar saja setelah itu hujan turun lumyan deras.
Didalam mobil, hening. belum ada yang mengeluarkan suara. yang terdengar hanya suara alunan hujan yang tengah mengguyur bumi.
" Daisy." Pak Bagus mulai membuka suara
" I..iya pak."
" Kamu kenapa gugup begitu? santai saja, saya tidak akan macam macam sama kamu."
Daisy menghela nafas " Saya tidak berfikir seperti itu pak."
" Hmm, lalu? "
" Saya hanya kepikiran mama saya saja, mobil nya mogok. takut mama saya juga kehujanan." kilah Daisy
" Ouh begitu.. semoga saja mama kamu baik baik saja."
" Iya pak. "
Selang beberapa menit.
" Ehem, Daisy." Pak Bagus kembali menyapa Daisy.
Daisy menoleh " Ada apa pak?"
" Andai saja dulu saya bertemu kamu lebih awal sebelum saya menikah."
Daisy melongo kaget mendengar penuturan pak Bagus, dia masih diam belum tau harus menjawab apa.
Pak Bagus terkekeh melihat ekspresi imut Daisy ketika dalam mode syok. " Hehe.. saya hanya bercanda Daisy, tidak perlu syok begitu."
" Eh, bapak ini ada ada saja, saya masih kecil dong pak saat Bapak belum menikah." Daisy berusaha menetralkan suasana, dan tidak menganggap serius ucapan gurunya itu.
" haha kamu benar. pasti saat itu kamu masih suka main petak umpet atau main Barbie ya.."
" Nah, bapak tau itu saya suka main petak umpet. jangan jangan bapak cenayang."
" saya ini guru sejarah bukan cenayang."
" Hmm.. siapa tau bapak merangkap guru sama cenayang."
" Kamu ini, saya hanya asal menebak."
" Hmm.. begitu ya." Daisy manggut manggut.
Dan setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka.
" Seperti nya saya benar benar menyukai kamu Daisy." akan tetapi pak Bagus hanya mengungkapkannya dalam hati sambil mencuri curi pandang pada Daisy karena sangat tidak mungkin jika dia benar-benar mengungkapkannya pada Daisy sebab ia sudah memiliki istri.
***
Di sebuah apartemen mewah di kota itu, di salah satu unitnya terdapat dua orang dewasa berbeda lawan jenis tengah memadu kasih di sebuah ranjang king size.
" Mmmphh.. aaah.. faster baby." racau seorang wanita di bawah kukungan raga kekar sang pria.
" I want you baby" wanita itu terus meracau sambil menggigit bibir bawahnya. seperti nya mereka akan mendapatkan pelepasan sebentar lagi.
Akan tetapi suara dering ponsel milik sang pria mengganggu aktivitas mereka. awalnya sang pemilik ponsel mengabaikannya, tetapi suara dering itu terus-menerus berbunyi sehingga dengan terpaksa pria itu menghentikan aktivitas nya dan mengangkat telponnya.
" Ck.. siapa sih mengganggu saja." wajah wanita nya terlihat jengkel karena ia gagal mendapatkan pelepasan.
" Hallo, ada apa? "
" Hallo tuan. tuan Albi mengamuk lagi karena foto seorang gadis yang sering di pegangnya hilang. kami akan melakukan tindakan akan tetapi harus ada persetujuan dari anda. bisakah anda datang kemari?."
" Baiklah, saya akan segera kesana." Pria itu mematikan ponsel nya.
" Dari rumah sakit jiwa lagi?" Tania bertanya. ya, wanita itu bernama Tania.
" Iya sayang, aku harus segera pergi."
" Tapi, Sam. kita belum selesai." Tania terlihat keberatan Sam akan pergi sementara kegiatan mereka belum tuntas.
" Nanti kita lanjutkan, aku tidak bisa mengabaikan adikku." Sam beranjak dari atas tubuh Tania dan segera memakai pakaiannya dan pergi menuju rumah sakit jiwa.
" Akh sial. Adiknya yang g*la itu selalu saja mengganggu kesenanganku." Tania sangat kesal karena ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya apalagi disaat hasratnya belum tertuntaskan.
Abrisam Daffa Narendra. seorang pria dewasa yang kini umurnya menginjak kepala tiga yang kerap di panggil dengan sebutan Sam akan tetapi pria itu masih terlihat tampan dan gagah. ia adalah seorang CEO dari perusahaan besar miliknya yaitu Narendra corporation. Dia hanya memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Albian Hutta Narendra yang saat ini baru berumur 19 tahun. Namun sangat di sayangkan adiknya itu kini berada di rumah sakit jiwa karena mengalami depresi.
Mobil mewah yang di kendarai oleh Sam melaju kencang menembus jalan raya yang tidak terlalu ramai siang itu, namun hujannya sudah reda hanya menyisakan sedikit rintik rintik. Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di rumah sakit jiwa tempat adiknya di rawat. setelah turun dari mobil Sam berlari menuju ruang rawat Albi.
" Ada apa dengan adik saya?" Sam bertanya kepada perawatnya Albi.
" Begini tuan, tadi foto gadis cantik yang sering di pegang oleh tuan Albi hilang dan itu membuat tuan Albi mengamuk. untung saja perawat kami yang lain menemukan kembali foto tersebut sehingga tuan Albi kembali tenang." Perawat itu menjelaskan kepada Sam.
" Terimakasih suster."
" Sama sama, saya permisi sebentar tuan."
Sam hanya menjawab dengan anggukkan kepala. setelah perawat itu pergi Sam menatap adik nya yang kini tengah tersenyum senyum menatap foto seorang gadis yang selalu ia genggam sambil meracau tidak jelas.
Sam mengeratkan rahangnya melihat kondisi adik semata wayangnya yang masih sangat muda harus mengalami nasib menyedihkan seperti itu. tangannya mengepal kuat, ingin sekali ia meluapkan emosi nya namun kepada siapa? tidak mungkin kepada adiknya. seketika tatapan nya tertuju kepada selembar foto gadis cantik yang tengah di pegang oleh Albi. Ia bersumpah akan mencari gadis itu dan membalaskan dendam adiknya.
Adiknya itu kadang tersenyum namun kadang menangis pilu.
" Cantik, hehe.." Albi tersenyum.
" Tapi kamu jahat! mengapa kamu meninggalkanku, hiks..hiks..hiks.." Dan kini Albi menangis.
" Albi cukup! " Sam sudah tidak tahan melihat kondisi adiknya.
Albi terdiam dan kembali tatapan nya kosong.
" Albi " Sam menyentuh pundak Albi dan Albi hanya menoleh namun tidak menjawab. Terlihat sekali luka yang begitu dalam dari sorot matanya.
" Lupakan gadis itu. masih banyak gadis yang jauh lebih cantik dan baik di dunia ini." Sam berusaha menasehati adiknya. Namun siapa sangka justru tatapan Albi berubah tajam dan terlihat urat saraf nya mengeras.
" Tidaaak... Aaakh... tidaaak..." Albi berteriak dan mengamuk, ia mencengkram kerah baju kakaknya.
" Berani sekali kamu menyuruhku melupakannya hah" nafas Albi naik turun dan matanya melotot tajam.
Sam kaget dengan reaksi Albi, dan ia mencoba melepaskan cengkraman tangan Albi dari leher nya Sam berhasil, kemudian ia mendorong Albi sedikit menjauh, lantas Sam berlari keluar memanggil perawat untuk menenangkan Albi.
" Suster tolong adik saya mengamuk."
" Baik tuan."
Dua perawat masuk ke dalam ruangan Albi dan menyuntikkan obat penenang. setelah itu tidak terdengar lagi suara teriakan Albi namun hanya racauan kecil, dan tak lama Albi tertidur karena pengaruh obat penenang.
Ketika adiknya tertidur, Sam kembali menatapnya tanpa sadar Sam meneteskan cairan bening. Sumpah demi apapun ia tak akan pernah membiarkan gadis yang membuat hidup adiknya menderita itu bisa hidup dengan tenang. ketika tidur pun masih terlihat raut kecemasan dalam wajah tampan Albi. Ya, Albi pun tak kalah tampan dari kakaknya namun sayang nasib baik belum berpihak padanya.
Sam mengusap wajah Albi agar raut kecemasan itu memudar dari wajah Albi, dan benar saja kini raut wajah Albi sedikit damai. Kemudian setelah memastikan adiknya tenang, Sam pergi dari rumah sakit jiwa dan kembali ke kantor dengan tidak lupa menitipkan Albi kepada perawat.
***
Mobil yang di kemudikan oleh pak Bagus itu telah sampai di rumah sederhana berlantai dua milik Daisy dan hujan pun telah reda.
" Ini rumah kamu Daisy?" tanya pak Bagus sambil memperhatikan rumah Daisy
" Iya pak, terimakasih sudah mengantar saya sampai rumah."
" Iya sama sama."
" Kalo begitu saya turun ya pak, bapak hati hati di jalan."
Pak Bagus hanya merespon dengan sedikit tersenyum, karena sebenarnya ia berharap di ajak mampir oleh Daisy ke rumahnya tapi itu tidak mungkin karena Daisy merupakan gadis baik baik yang selalu berusaha menjaga harga dirinya.
Ketika sudah turun dari mobil, Daisy berdiri di depan gerbang menunggu pak Bagus pergi. tidak lama pak Bagus pun pergi meninggalkan rumah Daisy dengan tidak lupa membunyikan klakson. setelah itu baru Daisy memasuki rumahnya. Tanpa Daisy sadari ada sebuah taksi yang berhenti tidak jauh dari sana dan orang yang ada di dalam taksi tersebut tengah memperhatikannya. ketika Daisy memasuki rumah langsung di sambut oleh mamanya.
" Sayang, kamu baik baik saja kan?" mama Dinda langsung berhambur memeluk Daisy.
" Aku baik baik saja ma." Daisy membalas pelukan mamanya.
" Kamu pulang sama siapa sayang?"
" Sama Pak Ba..." Baru saja Daisy akan menjawab pertanyaan mamanya, keburu terdengar suara ketukan dipintu.
Tok..Tok.. Tok..Tok..
Mama Dinda mengurangi pelukannya. " Siapa yang datang ya, sebentar mama buka pintu dulu." Baru mama Dinda akan beranjak segera di hentikan oleh Daisy.
" Biar aku saja ma, yang buka pintunya."
" Ya sudah kalau begitu, mama juga belum selesai menyiapkan makan siang buat kita ."
Daisy menuju pintu, dan ketika pintu itu sudah di buka. menampakkan seorang wanita asing yang tengah berdiri dengan tatapan tidak bersahabat.
" Maaf, cari siapa ya Tante?" Daisy bertanya dengan mengernyitkan kening. namun tanpa di duga.
Plak.
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Daisy. wanita asing tersebut tiba tiba menampar Daisy.
Daisy kaget bukan kepalang juga ia merasakan panas di pipinya. " Kenapa anda datang datang menampar saya?" kini Daisy mulai tersulut emosi.
" Dasar gadis tidak tau diri! bukannya sekolah yang benar, ini malah menggoda gurunya sendiri, cuih." wanita itu meludah di dekat Daisy.
Daisy berusaha mencerna kata kata yang di lontarkan oleh wanita itu, dan ia mulai paham. sepertinya wanita ini adalah istrinya pak Bagus, tapi dari mana wanita itu tau kalau Daisy di antar oleh pak Bagus?
" Anda salah paham, Bu." kini Daisy merubah panggilannya.
" Jangan panggil saya ibu! saya tidak setua itu." wanita itu semakin geram dengan panggilan Bu yang di sematkan oleh Daisy, dia merasa dirinya tidak setua itu sehingga harus di panggil ibu.
Daisy semakin bingung mana mungkin istri dari seorang guru yang berpendidikan dan terhormat seperti ini. bahkan wanita itu tidak mengerti arti dari kata Bu itu tidak selalu berkaitan dengan usia, namun bisa juga di anggap suatu bentuk rasa hormat.
" Apa tujuan kamu mendekati suami saya?" wanita itu berbicara sedikit berteriak sehingga membuat mamanya Daisy menghampiri keluar karena terdengar gaduh.
" Ada apa ini, maaf anda cari siapa?" mama Dinda belum mengetahui permasalahannya.
" Tolong Bu, di ajarkan anaknya agar tidak menggangu suami orang!"
Mama Dinda tentu saja kaget mendengarnya. Dan kini tatapan mama Dinda beralih kepada putrinya, dan ia melihat pipi Daisy memerah bekas tamparan istrinya pak Bagus.
" maaf, maksud anda apa ya? tiba tiba menuduh anak saya?"
" Anak ibu ini menggoda suami saya, yang tak lain adalah gurunya sendiri." Vivi berbicara dengan berapi api. istrinya pak Bagus bernama Vivi.
" Mengapa anda bisa mengatakan demikian, apa anda punya bukti?" mama Dinda tak kalah emosi.
Vivi mengeluarkan ponsel dari tas nya dan menunjukkan potret Daisy memasuki mobil pak Bagus ketika akan turun hujan, dan disana terlihat pak Bagus begitu perhatian membukakan pintu mobil untuk muridnya itu.
mama Dinda kaget melihat foto tersebut.
" Daisy. bisa kamu jelaskan ini ke mama?" perasaan mama Dinda sudah mulai tidak tenang, ia mulai terpengaruh oleh foto tersebut.
" Ma, tadi Daisy memang di antar oleh pak Bagus. tapi kami tidak ada hubungan apa apa selain guru dan murid."
" Halah.. dasar jal*ng kecil."
" Jaga bicara anda terhadap anak saya!"
Vivi malah tersenyum mengejek " jangan jangan ibu dan anak sama saja, sama sama jal*ng. upss.."
Hallo teman-teman, support aku yaaa🤗 kritik dan saran kalian sangat berarti buat aku. terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya retcehku✨
Saranghaeyooo 🫰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!