Alshameyzea Afsheena, biasa dipanggil Alsha, siswi ramah dari kelas XI IPA 2 di SMAN Cendana. Ia mudah dikenali dari gaya rambut kuncir kudanya dan kulitnya yang cerah. Perawakannya yang mungil dan senyumnya mampu menghadirkan keceriaan, sehingga matanya pun ikut tersenyum bersama. Di SMAN Cendana, dia dikenal sebagai siswi paling cerdas, memiliki keahlian istimewa dalam bidang sains dan matematika. Prestasinya tidak hanya mengangkat nama sekolahnya, tetapi juga membawa inspirasi bagi semua yang mengenalnya.
Saat kelas XI, dia dipertemukan dengan sosok laki-laki yang selalu membuatnya kesal. Arshaka Najendra, siswa terkemuka di SMAN Cendana yang tidak hanya dikenal karena ketampanannya, tetapi lebih dari itu, karena prestasinya yang gemilang. Arshaka mampu mengangkat nama baik sekolahnya tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional.
Selain itu, gadis ini juga dipertemukan dengan laki-laki dengan wajah tegas, sosok yang menduduki peringkat kedua sebagai siswa populer di SMAN Cendana. Keistimewaannya tidak hanya terletak pada ketampanannya, melainkan juga pada bakatnya di bidang non-akademik yang mengagumkan. Kemampuannya membawa nama baik sekolah melambung tinggi, seperti bintang yang bersinar terang di langit malam. Keenan Aksara. Itu namanya.
Lalu, bagaimana kisah Alsha dengan kedua laki-laki tampan itu? Apakah dia akan jatuh cinta? Mengingat dia memiliki janji dengan seseorang.
Saksikan perjalanan seorang gadis yang tidak menyadari apa yang telah disiapkan takdir untuknya. Seorang gadis yang berjuang untuk memahami konsep cinta sampai dia bertemu 'dia', seorang laki-laki yang membimbingnya menuju jalan yang lebih cerah dalam hidup. Yuk rasakan suka duka perjalanan hidup gadis ini di setiap chapternya.
----
"Sheena." panggilnya dengan lembut, entah kenapa aku sangat suka suara Keenan ketika memanggil namaku, apalagi dia memanggilku dengan nama kecil itu. Suara dia sopan ditelinga, sampai bikin aku nyaman ketika bicara dengannya.
Aku menoleh, posisi kami saling berhadapan. "kenapa?" tanyaku sambil mengangkat alis
Keenan tidak mengatakan sesuatu, dia hanya menyodorkan sebuah buku yang bersampul biru. Judulnya.. membuatku tertarik untuk membaca buku itu.
"Aku rekomendasikan buku yang bagus buat kamu baca, sambil nunggu novel itu." ucap Keenan
"Bolehkah aku mengenalmu?" ucapku lirih, mataku membaca judul buku itu lalu mendongak ke Keenan.
"Iya, bolehkah aku mengenalmu, Sheena?" ucap Keenan,
Aku kira kalimatnya hanya mengulang nama judul buku itu. Ternyata aku salah.
---
Dia duduk di depanku, menatapku, tatapannya saat ini gak sedingin biasanya.
"Isi bukunya emang bagus." tiba-tiba dia berbicara lagi.
"Kamu udah baca?" tanyaku
Dia mengangguk. Kalo dia udah bilang bagus, berarti bukunya beneran bagus.
Mataku membesar, aku, Alshameyzea Afsheena, gadis yang sangat penasaran dengan isi buku yang belum kubaca. Tanganku langsung membuka halaman buku itu, menuju ke daftar isi.
Wanita Muslimah Bersama Tuhannya
Komitmen Memakai Busana Muslimah
Wanita Muslimah Bersama Dirinya
Wanita Muslimah Bersama Kedua Orang Tuanya
Wanita Muslimah Bersama Suaminya
....
Aku mengerutkan keningku, "Bukannya buku ini khusus untuk perempuan ya?"
"Laki-laki juga butuh." jawabnya dengan santai
"Buat?"
"Bimbing istri" jawaban dia membuatku terpaku sejenak.
----
Alsha membalik halaman-halaman buku itu, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang melayang dalam benaknya. Setiap kalimat, setiap cerita, membawa dia lebih dekat pada pengertian tentang siapa dirinya sebenarnya, dan kepada siapa hatinya akan berlabuh di akhir cerita ini.
Seiring berjalannya waktu, Alsha menyadari bahwa buku-buku itu bukan hanya benda mati, melainkan pintu menuju perjalanan batin yang dalam. Dan di antara dua laki-laki yang memberinya buku, akan ada satu yang mampu mengungkapkan puzzle takdirnya—laki-laki yang dapat menata kata-kata menjadi jalan yang membawa hatinya pulang. Siapakah itu?
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
...Assalamualaikum guys!! Bantu support yaa dengan like dan komen di setiap bab nya!! Makasiiii!🌷💖...
...Mari kepoin cerita kami juga di ig: @_flowvtry...
...Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖...
...Komen sebanyak-banyaknya disini....
...Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget, disini yaa....
...Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir💐...
...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, like dan komen di setiap bab nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...
...••••...
...🌷Happy Reading 🌷...
...•...
...•...
...•...
...Jangan terlalu banyak berkhayal dan menyimpulkan banyak kejadian hanya untuk membesarkan hati kita dalam berharap....
...°°°°...
"All, kok aku masih bingung ya. Gimana sih cara mengetahui jumlah Proton?" tanya Aline yang sedari tadi tangannya sibuk membolak balikkan halaman buku paket fisika. Ini jam istirahat, tapi kami sedang di kelas, tadi setelah pelajaran fisika, Bu Aminah memberi kami tugas yang lumayan banyak. Akhirnya kami memutuskan untuk menyelesaikannya, okay, jajannya ditunda dulu.
"Jumlah Proton itu sama dengan nomor unsurnya, misal nih ya, kalau nomor atomnya 8, berarti jumlah protonnya ada 8." sahutku, aku juga sibuk daritadi, tanganku lihai menjawab setiap soal di buku itu
"Terus, neutronnya?" tanya Aline lagi
"Tinggal dikurangi aja nomor atom dari massa atomnya."
"Gimana gimana?"
"Misal nih ya, kalau nomor atomnya 8 terus masa atomnya 16, berarti ada 8 neutron, 16 dikurangi 8 kan hasilnya 8." Mulutku menjelaskan dengan lancar, padahal tanganku sedang sibuk menulis jawaban dari soal-soal itu.
"Okay. Kalau elektronnya?" Aku menoleh, mendengus kesal, lihatlah yang ditoleh malah cengingisan. "Hehe, ayolah All, kamu kan jago dibidang ini. Kasihanilah temanmu ini." ucapnya dengan memajang wajah melas. Aku menghela napas panjang.
"Elektron jumlahnya sama dengan proton kalau unsurnya netral. Misalnya, kalau ada 8 proton, berarti ada 8 elektron." jawabku
"Jadi, kalau unsurnya ion, elektronnya bisa lebih atau kurang dari jumlah proton ya?" tanya Aline
"Yaps, betul sekali. Kalau unsurnya ion positif, berarti kehilangan elektron, dan kalau ion negatif, berarti dia dapet elektron lebih dari jumlah protonnya." ucapku sambil menutup halaman buku itu. Selesai. Tugas dari Bu Aminah beres. Mari kita sambut pelajaran selanjutnya.
---
swayanika_store
Disukai oleh @alineee.05 dan 1395 lainnya
@swayanika_store READY STOCK HANYA 50 EKSEMPLAR!! Kalian mau baca buku ini? Cepat datang ke toko kami! Buruan! Terbatas loh! Kami tunggu kalian di sini😚 *kecup jauh dari minlay*... selengkapnya.
@fndllaa 27 menit
pulang sklah lngsng otw nih
@raisyaaptri 30 menit
wah wah, Amazed! Bukunya ready lagi guys!
@n.shakaa 17 menit
jst wait n see. minlay.
lihat semua 156 komentar.
34 menit yang lalu.
"All! All! Kamu udah liat belum postingan terbaru dari swayanika store?" heboh Aline
"Iya udah, ini aku liat juga." jawabku santai, tanganku lihai membuka ratusan komentar, kebanyakan anak sekolah. Buku ini, buku yang selama ini aku tunggu, akhirnya ada yang menjualnya di daerah sini.
"Itu kan buku yang kamu nanti-nanti selama ini? mau kesana gak?!!" ucap Aline
"Pasti dong!" jawabku mantab, tapi aku menoleh ke Aline, "Tumben kamu antusias gitu? Biasanya paling gak suka kalo diajak ke toko buku?"
"Aku denger kabar di sebelah toko buku itu ada warung seblak yang baru buka, aku mau nyicip, mwhehehe" cengir Aline
"Udah kuduga." ucapku, membuat Aline tertawa
"Katanya enak loh All, nanti aku traktir deh kamuu."
"Oke."
KRING! KRING! KRING!
Jam pelajaran telah selesai, seluruh siswa diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ingat kata bapak ibu guru hari ini, bahwa pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun, kenangan dan perasaannya akan tinggal terlalu lama. Sampai jumpa esok hari dengan semangat yang baru. Jangan lupa tersenyum hari ini kepada dia yang berharga bagimu.
TING TING TING... suara alunan merdu bel sekolah berakhir.
Begitulah setiap hari. Suara yang dinantikan setiap siswa SMAN Cendana, suara bel pulang sekolah. Bukan cuma karena ingin cepat pulang, tapi kami juga selalu antusias mendengarkan kira-kira apa quotes untuk hari ini.
"Kamu lagi nyari apa All?" tanya Aline yang mungkin melihatku heboh daritadi meraba-raba loker meja yang kemudian mengeluarkan isi tasku.
"Kalung."
"Loh? Bukannya tadi pas penjas masih kamu pake?" Kalimat Aline membuatku berhenti sejenak, pasti ketinggalan di lapangan
Aku segera memasukkan isi tasku, menutupnya rapat, berlari menuju lapangan.
"Eh All! Tunggu!" Teriak Aline ketika aku meninggalkan dia sendirian di kelas.
BRAK!
Aduh!. Aku memegang lenganku, lumayan sakit. Mendongak, yang aku tabrak ternyata kakak kelas yang sedang membawa berkas banyak, aku membuat berkasnya jatuh berserakan di lantai koridor depan kelas X.
"Hati-hati dong kalo jalan!" ucap cewek itu, dia sibuk mengumpulkan kembali berkas yang jatuh, tanpa melihat ke arahku, Claudia Amanda, aku tau itu, cewek cantik yang terkenal dengan kepintarannya, sang juara umum di sekolah kami selama dua semester berturut-turut.
"M-maaf kak, aku gak liat tadi. Aku bantu ya kak." tanganku gercep ikut membantu membereskan berkas nya. Selesai.
Dia mendongak, melihat ke arahku dengan tatapan tajam.
"Oh ternyata Lo yang nabrak gue! Kalo jalan tuh pake mata!" bentak dia
"I-iya kak maaf." aku menunduk, sedikit takut. Suaranya menggema di sepanjang koridor, untuk saja anak-anak sudah pada pulang, kalau tidak pasti akan jadi tontonan.
"Maaf maaf! Lo gak liat kalo ada gue hah!"
BYUR!
Cewek itu langsung mengguyurku, membuat separuh seragamku basah kuyup. Kedua mataku mulai nanar, aku menunduk sedih, tidak berani melawan, dia kakak kelas yang emang terkenal senioritasnya. Dan aku tau, aku yang salah.
"Eh permisi kak, kan temen saya sudah minta maaf, kenapa harus disiram pake air sih" ucap Aline yang tiba-tiba muncul dari belakang, dia merangkulku
"Lo gak usah ikut campur!" dia mendorong Aline sampai terjatuh
Tiba-tiba saja ada sosok lelaki yang menengahi kami, dia berdiri tegap di depanku dan Aline. Badannya lumayan kekar, earphone putih melekat di telinganya. Kafka Dirgantara. Teman sekelas. Meskipun cuek dia adalah siswa yang paling royal ke temen sekelasnya, hampir setiap bulan dia sering mengajak kami makan-makan di luar.
"Ngapain Lo? Mau jadi pahlawan kesiangan?" ucap kak manda
"Kalo iya kenapa?" Kafka melepas earphonenya lalu menyimpannya ke dalam saku celananya
Cih. "Sok Lo!"
BYUR!
Sangat diluar kepala, entah darimana Kafka dapat air, dia mengguyur balik ke arah senior itu.
"Itu hukuman buat Lo karena udah bikin baju Alsha basah, gimana? Imbang kan?"
Wajah senior itu memerah, matanya menatap tajam ke arah Kafka.
BUG!
Satu tinjuan tiba-tiba melayang ke wajah Kafka, membuat badan kekarnya mundur selangkah. Bukan kak Manda yang nonjok, tapi sosok laki-laki tinggi badannya hampir sama dengan Kafka. Saat ini, dia ketua OSIS di SMAN Cendana. Senior populer yang dikejar mati-matian oleh adek kelas. Davin Ananta.
Aku dan Aline takut melihat suasana ini, mau ikut campur tapi gak tau harus ngapain. Kami berdua hanya memegang tangan erat satu sama lain.
"Beraninya kok sama cewek." ucap Ketos itu
Kafka tersenyum miring, "kalo Lo gak tau apa-apa mending gak usah ikut campur, g*blok!"
BUG!
Tanpa aba-aba, tangan Kafka melayang ke arah Ketos itu, membuat kak Davin langsung jatuh ke lantai. Eh? Tinjuan Kafka lebih keras ternyata.
"Lo gak sopan banget ya! Lo berani mukul kakak kelas lo sendiri! Inget, Lo itu cuma adek kelas, dan kita itu senior lo!" ucap Kak Manda, dia berusaha membantu Kak Davin berdiri
"Ck!! Gue inget kalo kalian itu senior gue."?" Kafka melangkahkan kakinya ke arah Kak Davin. "Bersikap sopan?" tatapan tajam kafka mengarah ke Kak Davin, "Tanpa lo sadari, lo sendiri yang ngajarin adek kelas lo untuk tidak bersikap sopan." Kafka tersenyum miring, kali ini dia menatap tajam kak Manda, "Lo lupa beberapa detik yang lalu kalo Ketos yang sok berkuasa di sekolah ini nonjok adek kelasnya sendiri?"
Aku dan Aline saling toleh, kami hanya bisa mendengar perdebatan mereka. Mencerna setiap kalimat yang Kafka ucapkan. Benar.
---
"Aku bantu obatin ya." ucapku di lorong kelas. Tadi saat perdebatan Kafka dan senior berlangsung, tiba-tiba ada guru yang membubarkan kami semua, Kafka dan Kak Davin pun dipanggil ke ruang BK. Setelah selesai, aku dan Aline mengambilkan obat ke ruang UKS, untuk Kafka. Saat ini kami bertiga sedang duduk di bangku depan kelas X, Aku masih tidak menyangka, Kafka yang selama ini aku kira cuek, dia rela dipukul sampai masuk ke ruang BK, hanya karena kesalahan kecilku. Pikiranku saat ini penuh dengan tanya. Padahal di sisi lain, aku sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Gak usah All, gue bisa sendiri." ucap Kafka, tangannya mengambil obat dariku.
"Makasih banyak ya Kafka, dan maaf.." ucapku, menatap Kafka sedih
"Maaf buat apa All?"
"Maaf udah bikin kamu seperti ini, sampe-sampe kamu dipanggil guru BK."
Kafka tidak menggubris ucapanku, dia daritadi sibuk mengobati sudut bibirnya yang terluka karena tonjokan kak Davin.
"Baju Lo basah, buruan ganti sebelum masuk angin."
Aku menatapnya, anak ini benar-benar tidak bisa ditebak sama sekali.
"Iya nanti aku ganti baju. Sekali lagi maaf ya Kafka."
Kafka menoleh, tersenyum simpul padaku, "Lo ngapain minta maaf terus All. Itu udah tugas gue."
Hening seketika, aku menatap Aline. Aku yakin, dia juga pasti bertanya-tanya apa maksud ucapan Kafka barusan. Termasuk aku. Atmosfer di sekitar kami tiba-tiba berubah.
"Tugas? Maksudnya?" aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya
"Iya, tugas gue buat jaga lo. Kalo ada yang nyakitin lo, gue gak akan segan-segan ngasih pelajaran ke orang itu."
Deg.
Kafka menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan sama sekali. Kafka, dia adalah teman sekelas yang terkenal cuek ke teman-temannya. Yang paling sedikit bicara. Siapa yang tidak terkejut ketika orang cuek seperti Kafka bisa melontarkan kalimat tadi.
Dan satu hal lagi yang paling ku ingat tentang Kafka, dia adalah teman se geng-nya Keenan.
"Gak usah natap gue kayak gitu All, lupakan aja kalimat gue barusan." Kafka hendak berdiri, "Dan lo perlu ingat ini, setiap kejadian yang menimpa kita, gak selamanya kita bisa menyimpulkannya dengan singkat, karena hal itu bisa membuat hati kita berharap." ucap Kafka yang kemudian pergi meninggalkan kami berdua.
--
Setiap kejadian yang menimpa kita, gak selamanya kita bisa menyimpulkannya dengan singkat, karena hal itu bisa membuat hati kita berharap.
Lo ngapain minta maaf terus All. Itu udah tugas gue.
Iya, tugas gue buat jaga lo. Kalo ada yang nyakitin lo, gue gak akan segan-segan ngasih pelajaran ke orang itu.
Aku masih termenung dari tadi, kepalaku sibuk mencari makna kalimat terakhir Kafka.
"Alsha? Kamu gapapa kan?" tanya Aline, memecah pikiranku
Aku menggeleng.
"Udah, nanti lagi mikirnya. Sekarang kamu harus ganti baju dulu, kasian tubuh kamu udah gak kuat dari tadi nahan dingin." peringat Aline, aku mengangguk pelan. Benar juga, kalau tidak ganti baju sekarang, bisa-bisa besok tidak masuk sekolah, padahal besok ada ulangan Bahasa Inggris.
"Jadi kan ke toko buku?" ucapan Aline menghentikan langkahku, eh? Benar juga, hari ini kami mau ke toko buku, ini sudah jam berapa?
"Tuh kan, udah kuduga pasti kamu lupa, untung aku ingetin."
"Ya udah aku ke kamar mandi dulu, kamu tunggu sini ya!" tanpa menanti jawaban Aline, aku sudah berlari menuju kamar mandi sekolah, ganti baju olahraga, kebetulan tadi aku penjas.
Aline, dia adalah orang yang sangat mengenalku dengan baik. Meskipun kami tidak memiliki hubungan darah sama sekali, tapi dia layaknya seorang kakak yang selalu ada buatku. Padahal usiaku lebih tua daripada Aline.
"Hai? Namaku Aline. Nama kamu siapa?" Sapa seorang cewek yang juga memakai seragam SMA. Postur tubuhnya lebih tinggi dariku, sedikit, rambutnya menjuntai panjang, dan ia memiliki senyum yang indah. Tapi suaranya lumayan berat seperti cowok.
"Haloo. Namaku Alsha. Salam kenal yaa " Balasku
Obrolan pendek yang memulai hubunganku dengan Aline. Siswi pertama yang aku kenal semenjak aku masuk di SMAN Cendana. Sekarang kami sudah dekat sekali. Kemana-mana selalu bersama, apalagi waktu aku tahu bahwa Aline itu berasal dari kota seberang, aku tawarkan dia untuk tinggal di rumahku.
"Daripada kamu ngekos, mending kamu tinggal bareng aku aja. Aku juga tinggal sendirian kok di rumahku." Ucapku waktu itu
"Aline, kamu gak perlu bayar, gak usah khawatir, nanti aku tinggal bilang ke orang tuaku supaya mereka ijinin kamu tinggal bareng aku." tambahku lagi
Akhirnya Aline menyetujuinya. Kami tinggal serumah. Hanya berdua. Orang tuaku? Mereka sibuk kerja sampai lupa pada anaknya sendiri. Mereka membiarkan aku tinggal dengan nenek selama 15 tahun. Saat nenek dan kakek sudah tiada, aku dibawa ke kota Jakarta. Ku kira aku bakal tinggal dengan mereka, tapi ternyata aku salah, mereka malah pergi ke Luar Negeri untuk bekerja. Kerja, kerja, dan kerja. Sepertinya hanya itu tujuan hidup mereka.
Selain Aline yang aku kenal, ada juga teman SMP ku yang juga sekolah disini. Betapa terkejutnya aku ketika bertemu lagi dengannya di SMAN Cendana, padahal setahuku dia bukan asli orang sini. Tapi aku senang, akhirnya ada yang aku kenal di SMA ini. Dia anak yang baik. Namanya Keenan Aksara. Anak keturunan Jawa dan Rusia yang membuat wajahnya blasteran. Tingginya 170 cm. Rambutnya yang dulu pirang kini mulai menghitam, entah apakah dia memakai semir atau memang begitu. Dia juga teman sekelas ku, kelas XI IPA 2. Anaknya lumayan populer di sekolah ini, karena selain dia tampan dia juga jago bermain basket.
"Pagi Sheena"
Keenan selalu menyapaku dengan panggilan kecilku. Aku membalasnya dengan tersenyum.
Begitulah setiap pagi, hal yang tidak pernah berubah dari Keenan, dari kita SMP sampai sekarang kelas XI, dia masih bersikap hangat kepadaku. Padahal kata teman-teman sekelas ku dia adalah siswa yang nakal, ngomong nya kasar, dan lain sebagainya. Tapi aku tidak percaya itu semua, apa karena dia...
-----
Ketika aku dan Aline berjalan ke arah gerbang sekolah, aku melihat segerombolan siswa laki-laki yang sedang asik ngobrol di parkiran. Geng Keenan.
Aku memperhatikan mereka dari jauh, baru kali ini Kafka terlihat lebih menonjol di pandanganku.
Kenapa bisa?
"Mau kemana hari ini bro?" tanya salah satu siswa yang seragamnya dibuka, sengaja menunjukkan kaos hitam yang ia pakai. Dia adalah Nevan Kalangga.Salah satu anggota geng Keenan. Di sekolah, dia terkenal dengan kenakalannya sampe guru-guru kami hafal dengan baik anak itu karena seringnya masuk ruangan BK.
Keenan tidak menanggapi pertanyaan Nevan, dia langsung cabut membawa motor ninja sport nya.
"Kenapa dia?" tanya Abhisar.
Varelino Abhisar adalah anak yang paling banyak bicara di kelas, guru yang mengajar pun kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan aneh dia. Meskipun begitu dia selalu membuat seisi kelas tertawa. Humoris. Cocok untuk dia.
"Biasa, ngejar Alsha." sahut Kafka, pandangannya menunjuk ke arahku. Eh? aku?
"Hai Sheena, buru-buru amat, mau kemana?" tanya siswa laki-laki yang sering memakai jaket jeans warna hitam ke sekolah. Pakaiannya tidak pernah rapi. Wajahnnya memiliki rahang yang tegas, tapi jika tersenyum mampu membuat pikiran orang yang melihatnya buyar.
"Aduh, Keenan. Kita mau war novel yang lagi rame nih." Aline yang menjawab sambil menggandengku, melanjutkan langkah dengan cepat
"Mau aku anter?" tanya Keenan padaku
"Heh! Mau bonceng tiga? Enak aja!" jawab Aline lagi
"Ya enggak dong, Alsha bareng gue."
"Lah terus? GUE MAU DIKEMANAIN!"
"Makasih Keenan untuk tawarannya, aku bareng Aline aja." jawabku
"Bentar."
"WOY!" teriak Keenan ke temen-temennya
Entah memakai bahasa kalbu apa, teman-temannya pun langsung menghampiri kami. Termasuk Kafka.
"Siap hadir ketua." Jawab Nevan
"Siapa diantara kalian yang mau bonceng Aline, gua traktir selama seminggu" ucap Keenan ke temen-temen nya.
"Hus! Lo bareng Kafka aja, biar gue yang nganterin Aline." usir Nevan ke Abhi
"Ga Ga! Gue gak mau bonceng Abhi." Ucap Kafka yang tiba-tiba melepas earphone nya
"Apakah kamu jatuh dari langit Kafka? Soalnya setan biasanya begitu." ucap Abhi
"Oh lo bilang gue setan? " sahut Kafka, tangannya mengepal, siap menonjok wajah Abhi
"E-eh sellow bang, sellow. Gue bercanda doang kok. Ah elah, gini amat nasib gue."
Tapi saat ini aku tidak mau mendengar mereka bertengkar, ini sudah hampir jam 3.
"Aduh, aku sama Aline naik angkot aja deh, gamau ngerepotin kalian." ucapku
Lalu Aline menarik ku, ia berbisik pelan. "Biar kita dianter mereka aja, lumayan kan bisa hemat di ongkos, selain itu biar kita juga hemat waktu. Toh kita juga belum tentu cepet dapet angkot." benar juga kata Aline, akupun mengiyakan, setuju dengan keputusan Aline.
"Yaudah ayo, buruan, keburu stok bukunya habis nih, jadi mau nganter gak!" Teriak Aline di tengah keriuhan teman-teman Satria.
"Buset galak banget nih cewek" ucap Kafka dengan suara pelan
"Nih, Ayo buruan naik jangan ngoceh mulu" Ujar Kafka sembari nyodorin helm ke Aline
Eh? Aline bareng Kafka?
Disatu sisi Keenan nyodorin tangannya ke aku, "Bareng aku." ucapnya sambil tersenyum
"Ah elah, berasa kek dongeng pangeran yang menyambut tuan putri aja." ucap Abhi
"Iri bilang!" sahut Nevan
"Gue gak iri ya! Gue cuma ngerasa nyes aja, gini amat jadi jomblo." sahut Abhi lagi yang membuat kami semua tertawa
"Jangan lupa pegangan Sheen." Kalimat Keenan sebelum kami berangkat menuju toko buku.
Sesampai di toko buku, kami langsung menuju lokasi Novel itu dipajang. Dan..
"Yah, udah kehabisan kita." keluhku ketika melihat rak novel itu kosong tanpa sisa satu eksemplar pun.
"Gara-gara kalian sih lama amat debatnya, alhasil kita kehabisan kan" suara Aline sedikit ngegas, membuat orang-orang di dalam toko menoleh padanya.
"Sabar ya Alsha, mungkin lain kali kita bisa dapetin buku itu." Kalimat penenang Aline
Tapi ada hal lain yang membuatku bingung, aku melihat Keenan mondar mandir seperti sedang mencari sesuatu.
"Kamu cari apa Keenan?" tanyaku penasaran
"Novel yang kamu mau, Sheena."
"Tapi Novel itu sudah habis."
"Siapa tau masih ada kan, atau mungkin masih belum dipajang sama petugas tokonya. Bentar aku tanya dulu ke mereka."
Aku tidak menyangka kalau Keenan masih berusaha untuk mendapatkan Novel itu.
"Permisi mas, Novel yang judulnya ini masih ada ga?" Tanya Keenan pada petugas toko yang sedang sibuk menata buku-buku di rak.
"Maaf dik, untuk novel yang itu sudah habis hari ini, kebetulan stoknya hanya sedikit.
"Beneran ga ada mas?" Keenan kekeh
"Iya dik."
"Tapi kalau tidak salah liat, tadi saya melihat ada dua orang laki-laki pake seragam almamater yang sama seperti kalian, mereka berhasil mendapatkan Novel itu di stok terakhir." tambah masnya
"Siapa mas?" tanyaku kepo, mungkin saja kalau tidak berhasil beli, setidaknya aku bisa meminjam ke orang yang dimaksud mas² nya tadi, sambil menunggu stok novelnya ready.
"Oh kalo soal namanya saya kurang tau dik."
"Apa masnya ga punya nama pembeli novel itu?"
"Tentu saja tidak dik."
"Oh, oke deh mas, thanks ya" ucap Keenan
"Sama-sama." Kemudian masnya pergi meninggalkan kami, melanjutkan pekerjaannya.
Setidaknya ada satu siswa yang berhasil mendapatkan Novel itu, tapi aku harus cari tau siapa siswa itu.
"Nanti aku bantu cari tahu siapa yang berhasil dapetin Novel itu, Sheen." Bisik Keenan ke telingaku.
Aku tidak tau kenapa Keenan selalu bersikap baik padaku, apa dia emang baik atau..
...BERSAMBUNG...
#alshameyzea
#alsha
#keenan
#aboutme
#fiksiremaja
------
Assalamu'alaikum, Hellow guys!! Bantu support yaa dengan follow dan kasih like ❤️ di setiap bab nya!! Makasiiii!🌷💖
Mari kepoin cerita kami di ig: @_flowvtry
Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖
Komen sebanyak-banyaknya yaaa!!!
Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget!!
Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir!!💐
...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, Like dan komen di setiap paragraf nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...
...••••...
...🌷Happy Reading 🌷...
...•...
...•...
...•...
...Tak selamanya hidup harus dijalani begitu saja dan melangkah tanpa rasa. ...
...°°°°...
"Gimana? Kita pulang atau masih mau lihat-lihat novel dulu, siapa tau ada yang bagus." ucap Keenan lagi, kali ini dia tanya ke kami semua
"Kayaknya liat-liat dulu deh, sambil nunggu Abhi, dia ke toilet tadi." ucap Nevan
Akhirnya kami berkeliling, melihat-lihat novel. Ini adalah hal yang paling aku suka, mencari novel di tengah rak-rak yang penuh dengan buku-buku baru. Aku suka sekali dengan buku, apalagi wangi buku. Coba saja rumahku dekat dengan toko buku, pasti aku lebih betah disana dibandingkan di rumah sendiri. Hehe.
"Lo ngapain ngeliatin Alsha Mulu." tanya Nevan ke Keenan
"Heh bro, kek baru kenal Keenan aja." Kafka yang menjawab
"Kayak ada yang mau diungkapkan ke Alsha." ucap Nevan pelan, ia berhasil membuat Kafka memperhatikan ketua gengnya itu.
"Ga, gada apa-apa" singkat Keenan membuat kedua temannya tertawa.
"Kalo emang udah waktunya, samperin sekarang. Daripada ditahan lama-lama. Nanti malah jadi penyakit." ucap Kafka sambil menepuk pundak Keenan.
Keenan menghela napas pelan, ia tiba-tiba menghampiriku dari belakang.
"Sheena." panggilnya dengan lembut, entah kenapa aku sangat suka suara Keenan ketika memanggil namaku, apalagi dia memanggilku dengan nama kecil itu. Suara dia sopan ditelinga, sampai bikin aku nyaman ketika bicara dengannya.
Aku menoleh, posisi kami saling berhadapan. "kenapa?" tanyaku sambil mengangkat alis
Keenan tidak mengatakan sesuatu, dia hanya menyodorkan sebuah buku yang bersampul biru. Judulnya.. membuatku tertarik untuk membaca buku itu.
"Aku rekomendasikan buku yang bagus buat kamu baca, sambil nunggu novel itu." ucap Keenan
"Bolehkah aku mengenalmu?" ucapku lirih, mataku membaca judul buku itu lalu mendongak ke Keenan.
"Iya, bolehkah aku mengenalmu, Sheena?" ucap Keenan,
Aku kira kalimatnya hanya mengulang nama judul buku itu. Ternyata aku salah.
"Kan Lo udah kenal Alsha, ngapain masih mau kenalan lagi." Aline tiba-tiba datang sambil mengambil buku dari tanganku.
"Wah, Alsha, ini lucu banget sampulnya. Aesthetic gitu, terus judulnya juga bagus. Bolehkah aku mengenalmu. Aku gak sabar pingin baca juga." Semangat Aline ketika melihat buku itu
"Iya bagus, apa kamu sudah baca, Keenan?"
"Hm?"
"Apa kamu sudah selesai baca buku ini?" tanyaku sekali lagi
"Oh iya sudah, bukunya emang bagus, kalian wajib baca." ucap Keenan
"Yaudah, kita beli buku ini aja" Aline telah menarik tanganku, kami menuju kasir.
Kafka menepuk pundak Keenan, "Sabar, mungkin waktu yang tepat itu bukan hari ini, masih ada besok. Meskipun besok gak pernah janji akan berpihak ke kita."
Keenan hanya mengangguk pelan. Paham maksud Kafka.
"Mas, yang ini ya" aku menaruh buku itu di meja kasir
"Oh yang ini sudah dibayar dik sama cowok yang tadi." ucap masnya membuat kita kaget
"Hah?" aku tercengang
Tiba-tiba Nevan datang dari belakangku, "Udah dibayar tadi sama pak ketu, masa iya dia ngasih sesuatu tapi Lo yang bayar." katanya
"Udahlah ayo pulang, Abhi juga sudah selesai tuh." ucap Kafka sambil menunjuk ke arah Abhi yang baru keluar dari toilet.
Kami pun segera pulang.
"Keenan, makasih banyak yaa" ucapku di atas motor, Keenan menoleh sebentar, "Kenapa Sheena? Kamu ngomong sesuatu?" teriak Keenan.
Aduh, sepertinya si Keenan tidak dengar suaraku, karena suasana jalanan sangat ramai.
"Suara kamu kebawa angin, Sheena!!"
"Makasih banyak Keenan!" aku berusaha mendekatkan kepalaku ke telinganya.
Tiba-tiba dia mengurangi laju motornya, "Hah? Apa Sheena?" ucap Keenan
"Terimakasih banyak Keenan yang baik." teriakku lagi dengan nada yang agak tinggi
Keenan tidak merespon apa-apa, tapi aku melihat dia mengulum senyumnya dari kaca spion.
Lima menit sudah berlalu, tidak ada percakapan di antara kami, padahal aku ingin menanyakan kabar adiknya.
Jadi, dia itu punya adik laki-laki bernama Kavin Aksara. Anaknya aktif, mungkin sekarang usianya sudah 5 tahun. Terakhir kali kita bertemu saat Keenan membawanya di acara perpisahan SMP.
"Halooo, anak manis. Nama kamu siapaa?" tanyaku pada anak laki-laki yang sedang di gendong Keenan
"Apin kakaa." jawabnya dengan susah payah tapi dengan suara lantang yang membuat dia semakin menggemaskan.
"Namanya Kavin, dia baru belajar bicara Sheena." ucap Keenan
Itu adalah momen yang selalu aku ingat ketika melihat Keenan.
TIN TIN! Klakson motor Keenan membuatku sedikit terkejut.
"Kamu ngelamun Shenaa?"
"Betah amat neng di bonceng Abang Keenan." ucap Abhi yang membuatku segera turun dari motor.
"Biasa lagi mikirin tagihan listrik udah nunggak 3 bulan." Aline menjawab asal, tapi jawaban itu membantuku untuk keluar dari situasi canggung tadi.
"Yok cabut" Kafka sudah membelokkan sepedanya, Nevan pun juga.
"Serius nih ga ada yang bilang makasih." ucap Kafka lagi sambil menengok ke arah Aline
"OH JADI LO GA IKHLAS?" teriak Aline ke Kafka
"Ikhlas lah."
"BILANG AJA LO GA IKHLAS KAN BONCENG GUE"
"Duh, Aline." aku menyenggolnya
"Apasih, iya iya."
"MAKASIH" ucap Aline yang masih dengan nada ketusnya
"Ga ikhlas Lo bilang makasih? Mana ada orang bilang makasih dengan cara gitu."
"HEH KAFKA, LO MAUNYA APA SIH."
Aku dan yang lainnya seperti lagi menonton drama sepasang kekasih yang lagi berantem.
"Nih ya, kalo kata gue mah, mending kalian jadian aja" ucap Nevan
"Bener tuh, dilihat-lihat kalian cocok kok." celetuk Abhi tiba-tiba, "Jadian aja gak sih?"
"HIH AMIT-AMIT." ucap mereka barengan,
"Nah kan jodoh" ucap Abhi lagi
Hal itu menciptakan tawa di antara kami. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka begini terus-terusan. Lihatlah, Aline sudah memasang muka masamnya, aku harus mengakhiri ini semua sebelum aku melihat sahabat satu ku itu badmood berkepanjangan.
"Makasih banyak ya Kafka sudah mau nganterin Aline." ucapku
"Nah, jadi cewek tuh gini, kek Alsha. Udah cantik, kalem, dan gak GALAK." Kafka kembali memancing emosi Aline
"LO TUH YAA--"
"Udah, udah." aku mencoba menenangkan Aline. Mending kita masuk aja."
"Makasih yaa sekali lagi, maaf ngerepotin kalian. Hati-hati di jalan" ucapku
"Sama-sama, apa sih yang enggak buat Alsha." Nevan yang menjawab membuat Keenan berdecak malas.
"Duh, panas banget ya hari ini" ucap Kafka sambil melihat ke arah Keenan
"EH, GOB***! LAGI MENDUNG GINI LU BILANG PANAS." aku menepuk jidat setelah mendengar jawaban Aline
"Duh, bukan itu maksudnya" Abhi menepuk jidatnya pelan
"Selain marah-marah, Lo tau apa sih" Kafka mendengus kesal
"ENAK AJA NGATA-NGATAIN GUE, GINI-GINI GUE PERNAH JUARA 1 LOH."
"Juara 1 apa tuh?" tanya Abhi
"Lomba makan kerupuk" jawaban Aline membuat kita semua tertawa
"Apaan sih ga jelas Lo." ujar Kafka sambil menghidupkan motornya.
Nevan pun juga ikut menghidupkan motornya, sepintas aku melihat Abhi membisikkan sesuatu ke Nevan.
Untung tadi Lo ga di lempar helm sama pak ketu.
Aku mengalihkan pandangan pada Keenan yang masih diam di tempat, ia membuka helmnya yang membuat rambutnya sedikit berantakan, tapi tidak mengurangi sedikitpun ketampanannya. Laki-laki pemilik wajah tegas itu memang pantas menjadi siswa populer di SMAN Cendana.
"Sama-sama Shenaa." ucapnya
"Hah?"
"Yang tadi di atas motor."
"Jadi tadi kamu pura-pura ga denger?" ucapku lagi setelah sekian detik aku mikir maksud ucapan Keenan.
Keenan tertawa.
"Bercanda Sheena. Maafin aku yaa." ucapnya
Awalnya sih aku tidak mau memaafkan, tapi setelah melihat dia tertawa ada perasaan aneh yang membuatku bingung. Terpaksa aku mengiyakan.
Semenjak itu aku suka melihat tawa Keenan.
---
Aku berdiri mendekat ke arah jendela, Aline sudah tidur sejak tadi. Tanganku membuka tirai jendela yang ukurannya lumayan bisa membuatku leluasa melihat suasana malam di atas sana. Malam ini mataku tertuju pada suatu benda langit yang paling indah. Bulan purnama. Aku suka itu. Sayang sekali aku belum berhasil mendapatkan buku itu, kira-kira siapa ya siswa SMANDA yang berhasil dapetin bukunya ya?
Entahlah, pikiranku malam ini campur aduk. Banyak kejadian yang membuatku menerka-nerka apa maksud dan tujuannya terjadi padaku. Tiba-tiba ada notif wa masuk, membuat hp ku bergetar, lamunanku buyar.
+628*********: Lo Alsha kan? Urusan kita blm selesai!!!
Nomor tidak diketahui, info kontaknya pun kosongan. Dapet nomerku darimana? Setahuku, aku ga pernah gampang nyebar nomor handphone.
Alshameyzea: Siapa ya?
Hening tidak ada jawaban sama sekali, aku sudah menunggunya selama 30 menit. Aku melihat jam dinding, ini sudah larut malam. Waktunya istirahat. Aku menutup kembali tirai jendelaku, berusaha tidur dengan tenang.
---
"Bentar lagi ulangan Bahasa Inggris, malesnya aku sama mapel ini." keluh cewek yang duduk dismapingku. Benar, bentar lagi ada ulangan bahasa inggris, tepat setelah jam pertama selesai. Mau tidak mau semua siswa harus menyiapkan mentalnya, Miss Keyla, guru bahasa Inggris kami, beliau terkenal dengan tegasnya, meskipun aslinya di luar kelas sangat ramah.
"All? Siap gak?" tanya Aline, wajahnya terlihat les
Aku mengangguk mantap, "Siap dong!"
Aku membuka resleting ranselku, hendak memasukkan buku paket Biologi dan mengeluarkan buku paket Bahasa Inggris. Eh?
"Kemana buku bahasa inggris ku?" lirihku, tanganku sibuk mencari-cari buku paket itu, nihil. Beneran gak ada.
"Cari apa All?" tanya Aline
"Buku paket Bahasa inggris."
"Loh? Ilang? Perasaan tadi malam aku liat kamu memasukkannya ke dalam tas."
"Itu dia, aneh kan? Apa aku taruh lagi ya? Eh gak mungkin keknya." Aku mencoba mengingat kembali kejadian semalam.
"Nih." seseorang telah menaruh buku paket Bahasa inggris di mejaku. "Pake punyaku aja kalo mau belajar." ucap cowok berwajah tegas itu
"Ceilah, sa ae pak ketu kita ini." ucap Abhi yang duduk paling belakang, entahlah, dia masih bisa melontarkan kalimat itu, padahal tangannya sibuk main handphone sejak tadi.
"Gak usah Keenan, kalo kamu ngasih ini ke aku, terus kamu belajar pake apa?"
"Aku gak perlu belajar." sahutnya dengan nada enteng
Aku menatapnya, kenapa gitu?
"Yah, neng Alsha, lupa ya? Kalo pak ketu kita itu masih keturunan orang bule?" jelas Abhi, dia teriak dari bangku belakang. Anak ini, kenapa bisa denger?
Tapi iya juga.
"Dia udah fasih dari sejak kecil, All" tambah Kafka yang duduk tepat di belakang kami berdua.
"Gak usah dengerin omongan mereka, aku ga sepandai yang mereka kira kok. Dalam bahasa inggris, aku cuma taunya satu kalimat ini." akhirnya Keenan mulai bicara
"Apa?" tanyaku penasaran
"I want to grow old with you"
"Keenan!" Aku melotot padanya, padahal aku serius sekali menanti jawabannya
"Huhuy, grow old with you ga tuh" sahut Abhi
Aku tidak menimpali ucapan Abhi. "Don't be like that, Keenan." ucapku
"Why?"
"Cowok itu yang dipegang omongannya Keenan, dan kamu gak boleh bercanda kayak itu, apalagi soal perasaan."
"Kalo aku serius? Gimana?"
"Woyy woy woy, pengumuman pengumuman!" Sebelum aku menjawab pertanyaan Keenan, tiba-tiba laki-laki berkacamata datang. Dia adalah Rifki Rizaldy, ketua kelas kami. Fokusku sudah beralih.
"Mohon perhatiannya sebentar"
"Cepetan woy! Kita udah merhatiin Lo nih!" ucap Nevan yang padahal matanya fokus dengan handphone yang ia pegang.
"Sabar sabar."
"Buruan atau gue bogem Lo!" sahut Nevan tanpa menoleh sedikitpun
"Miss Keyla gak masuk hari ini, jadi kita.. jamkos!" ada penekanan di kata 'jamkos' dari kalimatnya, menunjukkan kalau dia juga senang
Teriakan hore menyelimuti kelas kami. Termasuk aku. Kali ini, aku ada waktu buat nyari buku bahasa inggris ku yang entah ada dimana sekarang.
TING!
suara notif wa dari handphone ku bunyi.
+628*********: Gue tnggu Lo di taman blkg.
Aku menelan ludah kasar. Sebenarnya dia siapa sih? Aku penasaran. Oke, aku mencoba bersikap tenang, aku harus menemui orang itu, dan aku harus tau apa alasan orang itu ngancem-ngancem aku.
"Lo kenapa All?" ucap Aline
Aku menggeleng, "Gapapa."
"Ada sesuatu? Wajah kamu berubah setelah buka handphone." tanya Keenan
"E-eh--"
+628*********: buruan kesini! 5 mnt!
Aku segera beranjak pergi, tanpa memberi tau apa-apa ke mereka.
"Alsha! mau kemanaa?" teriak Aline sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan kelas
Sepi. Hening. Ini beneran taman belakang kan? monologku. Di jam segini emang sepi, karena masih ada jam pelajaran kedua, belum bel istirahat. Siswa masih di kelas.
Balik aja kali ya?
Ekhem. Tiba-tiba ada seseorang di belakangku. Aku berbalik arah. Ngapain laki-laki pemilik wajah tegas ini, kesini? Perasaan tadi masih di kelas.
"Bunganya indah, seindah wajah gadis yang di depanku sekarang." Dia menyodorkan setangkai bunga mawar. Bunga mawar biru. Tiba-tiba banget?
Tapi tetep aja mataku membesar, "Ini asli?" Selain bunga tulip, aku juga suka sekali dengan bunga mawar biru.
Keenan mengangguk. Beberapa detik kemudian ada keheningan di antara kami.
"Sheena, aku boleh nanya sesuatu gak?" dia memecah keheningan itu, aku mendongak, apa?
"Coba kasih aku alasan kenapa kamu selalu bikin aku tidak ingin jauh darimu."
Deg!
"M-maksudnya?" jawabku sedikit gugup
Dia melangkah ke arahku, jarak kita semakin dekat. Aku bisa melihat dengan jelas wajah tegasnya itu. Dia menatapku dalam.
"Bolehkah aku mengenalmu, Sheena?"
Aku masih tidak mengerti maksud Keenan, aku berpikir keras, mencoba memaknai kalimat nya dengan hati-hati. Gak mungkin kan cuma sekedar kenalan? Kita sudah kenal sejak SMP.
"Bolehkah aku mengenalmu, Sheena?" ulang Keenan
"Kenapa aku?" Entah apa yang terjadi pada diriku, aku malah melontarkan pertanyaan yang aku sendiri gak tau kalo itu akan membuatku terjebak dengan situasi ini.
"Apakah cinta harus punya alasan pada siapa dia akan berlabuh?"
Deg!
Kan! sudah kubilang.
"Apa kamu serius?"
"I mean it"
"I can't forget you even for a second, Sheena. Kamu terus memenuhi pikiranku. Dan aku udah lelah dengan itu semua." ucapnya lagi
Atmosfer di sekitarku langsung berubah drastis. Aku terpaku sejak tadi setelah mendengar ucapan-ucapan Keenan. Tolong, siapapun, bantu aku keluar dari sini.
"I want to have you. Would you be mine, Sheena?"
Aku bingung mau jawab apa. Aku gak mau menyakiti perasaannya. Keenan, dia adalah temanku sejak SMP. Tapi aku juga gak mau mengingkari janji seseorang.
"Maaf Keenan, tapi aku gak mau pacaran."
"I want to get to know you better. Dan semua itu gak harus lewat pacaran."
"Tapi-- "
"Why don't we give it the try? Cinta butuh waktu, Sheena. And I waited for you." ucap Keenan yang diakhiri dengan senyum manisnya.
You set me up, Keenan!
"Ayo kembali ke kelas, jangan di sini lama-lama." tangan keenan telah menarik ku, aku tidak bisa menolaknya, tubuhku seperti pasrah dengan keadaan. Kami pun jalan beriringan dengan suasana yang sedikit berbeda. Saat ini pikiranku dipenuhi oleh kalimat-kalimat Keenan. Membuat aku lupa, apa tujuanku datang ke taman belakang tadi.
...BERSAMBUNG...
#alshameyzea
#alsha
#keenan
#aboutme
#fiksiremaja
#arshaka
------
Assalamu'alaikum, Hellow guys!! Bantu support yaa dengan follow, Like ❤️ dan komen di setiap paragraf nya!! Makasiiii!🌷💖
Mari kepoin cerita kami di ig: @_flowvtry
Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖
Komen sebanyak-banyaknya yaaa!!!
Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget!!
Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir!!💐
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!