NovelToon NovelToon

Leave Me (Love Me)

1 Pengenalan

Panggil saja dia Aya. Nama lengkapnya Cahaya, nama yang diberikan ayahnya dengan harapan putri cantiknya itu akan tumbuh bersinar dan selalu di sukai oleh orang orang disekitarnya. Sayangnya nama itu berbanding terbalik dengan kehidupan yang harus dijalaninya. Cahaya harus menjalani kehidupan yang gelap, kejam, pahit dan menakutkan.

Ayahnya meninggal sejak dia berusia delapan tahun, lalu dia hanya tinggal bersama ibu dan kakaknya yang mengalami kelumpuhan setelah kecelakan bersama ayahnya. Meski begitu, Aya masih bisa tersenyum karena Tuhan tidak mengambil sekaligus dua orang yang sangat menyayanginya.

"Dek, cita cita adek apa?"

Aya dan kakaknya saat ini duduk di pinggir sungai, menikmati suasana sore hari menyaksikan matahari yang akan segera menghilang di ufuk barat sana.

"Um, adek mau jadi dokter."

"Dokter?!"

"Hmm. Supaya bisa mengobati kakak. Supaya kak Cinta bisa jalan lagi." jawabnya dengan polos.

"Wah cita cita yang sangat mulia." mengusak kepala adik kesayangannya.

"Cita cita kak Cinta apa?"

"Hmm, kakak mau menjadi perancang busana."

"Eung... apa itu perancang busana?"

"Eyyy, adek kecil yang bodoh."

"Adek gak bodoh kok. Adek rangking satu terus di kelas tau." ujarnya cemberut yang membuat Cinta gemas.

"Iya deh yang rangking satu terus di kelas. Adekku yang sangat pintar." pujinya sambil mencubit gemas kedua belah pipi adiknya itu.

"Adek bukan cuma pintar aja, adek juga cantik tau. Teman teman adek yang bilang adek paling cantik di kelas." celotehnya bangga dengan menyibak rambut panjangnya kebelakang.

"Hmm, adek memang yang tercantik. Bukan hanya tercantik di kelas loh, tapi juga paling tercantik di dunia."

Cinta sangat menyayangi Cahaya sama seperti ayahnya. Dia memanjakan adeknya sama seperti yang ayahnya lakukan. Namun, berbeda dengan ibu yang sepertinya kurang suka pada Aya. Entah mengapa, tapi ibu memang dingin setiap kali melihat Aya. Tidak ada yang tahu pasti apa alasannya karena hanya wanita itu yang tahu.

"Perancang busana itu apa kak?" tagihnya meminta jawaban dari pertanyaan sebelumnya.

Sebelum menjawab, Cinta tersenyum, meraih bahu adiknya untuk dirangkul, lalu membiarkan kepalanya berbaring di pundaknya.

"Perancang busana itu artinya kakak akan membuat pakaian sendiri sesuai yang kakak inginkan." tuturnya menjelaskan secara sederhana agar mudah dipahami adik kecilnya itu.

"Eee, itu berarti kak Cinta akan membuat baju sendiri?"

"Iya. Dan kakak akan membuat banyak baju yang bagus untuk adek yang jelek ini."

"Ish adek gak jelek ya, cantik tau." rutuknya merajuk.

"Iya cantik, kakak tau kok kamu cantik. Makanya nanti kalau kakak jadi perancang busana tentu adek yang akan menjadi orang pertama yang kakak buatkan baju khusus yang paling bagus dan sangat cocok untuk adek."

"Benaran, kak?"

"Iya dong."

"Kalau begitu adek mau gaun cinderella. Kak Cinta bisa kan membuat gaun cinderella yang sesuai ukuranku?!"

"Tentu dong sayang."

"Tapi, kak. Aku mau memakai gaun cinderella itu nanti diulang tahunku yang ketujuh belas, apa kakak bisa mewujudkannya?"

"Kenapa harus diulang tahun ketujuh belas?"

"Karena ayah bilang, aku baru boleh merayakan ulang tahun sambil tiup lilin dan mengundang teman temanku kalau sudah tujuh belas tahun." tuturnya yang membuat Cinta mengangguk dan tersenyum pada adiknya itu.

"Baiklah kalau begitu, kakak janji akan membuatkan gaun cinderella yang sangat bagus untuk ulang tahunmu yang ketujuh belas." Ujarnya sambil menarik tubuh adiknya masuk dalam pelukannya. Mereka saling berpelukan dibawah sinar orange sunset senja itu.

Semua kenangan indah itu terlintas jelas dalam ingatan Aya malam ini. Ya, saat ini dia sedang duduk di depan meja riasnya dengan sepotong keik dan lilin kecil diatasnya. Malam ini ulang tahunnya yang ke 23 dan dia hanya sendirian mengenang hari hari saat masih bersama kakaknya.

"Kak Cinta bohong. Aku bahkan tidak bisa merayakan ulang tahun ketujuh belas. Tidak ada gaun cinderella, tidak ada lilin diatas kue yang bisa aku tiup dan tidak ada teman yang mau merayakan ulang tahunku." gumamnya diikuti dengan jatuhnya tetesan airmata.

Aya meniup lilin itu sambil menangis untuk pertama kalinya setelah ayah dan kakaknya meninggalkannya sendirian di dunia ini. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya memeluk satu satunya dress motif bunga milik kakaknya yang tersisa untuk mengurangi sedikit rasa rindunya.

"Kak, adek rindu kakak sama ayah. Kenapa kalian meninggalkan adek sendirian di dunia yang menakutkan. Adek sendirian, adek ketakutan. Adek mau dipeluk sama kak Cinta dan ayah." bisiknya dalam tangisan.

Cinta meninggal setahun setelah ayahnya meninggal. Kepergian Cinta sangat membuat Aya terpukul. Dia ditinggalkan sendirian oleh orang orang terkasihnya.

Sedangkan ibunya... wanita itu menjadi gila. Dia selalu berjudi, mabuk dan pulang membawa laki laki yang berbeda setiap malamnya. Hingga akhirnya setahun berlalu dia pun menikah dengan duda anak satu.

Awalnya, Aya merasa senang karena ayah tiri dan abang tirinya sangat menyayanginya. Dia merasakan seakan sosok ayah dan kak Cinta kembali dalam kehidupannya. Tapi, setelah dua tahun berlalu saat Aya berusia tiga belas tahun, Ayah dan abang tirinya menjadi aneh.

Mereka menyiksa Aya secara pisik yang meninggalkan luka mendalam hingga membuat Aya mengalami gangguan mental yang sangat parah. Sementara ibunya tidak pernah peduli padanya sama sekali. Hingga terlintas dalam benak remaja tiga belas tahun itu untuk mengakhiri hidupnya.

"Dek mau nggak janji sama kakak?"

"Janji apa kak?"

"Andai sesuatu yang buruk terjadi sama kakak, adek tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Adek harus terus menjalani kehidupan ini. Karena kakak mau adek mewujudkan mimpi kakak untuk menjadi perancang busana yang hebat. Adek mau ya?"

Saat Aya hampir saja melompat dari lantai gedung tua yang sudah tidak terpakai lagi, ingatan tentang janjinya pada sang kakak terlintas jelas sehingga menjadi alasan baginya untuk tidak mengakhiri hidupnya begitu saja.

Seakan sudah ditakdirkan, seorang pria baik hati menemukan Aya yang pingsan dipinggir jalan yang sepi sendirian dibawah derasnya hujan malam itu.

Pria itu membawa Aya merawatnya dengan baik dan penuh kasih sayang seperti seorang kakak. Perlahan lahan Aya yang punya trauma, mulai merasa nyaman dan merasa pria itu melindunginya. Dia pikir pria itu berbeda dari ayah dan abang tirinya.

Aya kembali bersekolah, tentu saja dibiayai oleh pria itu hingga Aya bisa menyelesaikan pendidikan sampai bangku SMA. Karena kebaikan pria itu membuat Aya menyukainya lebih dari sekedar kakak. Perasaannya disambut baik dan merekapun berpacaran.

Hampir lima tahun Aya bersama pria itu, dia bahagia dan merasa pria itu satu satunya yang paling menyayanginya hingga membuat Aya rela memberikan jiwa raganya untuk pria yang dicintainya itu.

Namun, siapa sangka setelah mendapatkan semua yang Aya punya. Pria itu malah mengungkapkan kebenaran bahwa dia tidak pernah mencintai Aya. Dia hanya menginginkan tubuh Aya dan dia sudah berhasil. Saat itu juga dia bahkan mengundang dua orang temannya untuk ikut menyentuh Aya dan dia merekamnya.

"Anggap ini bayaran atas biaya hidupmu selama bersamaku cantik."

Dia terus tertawa saat Aya menjerit minta tolong. Pria itu bertepuk tangan saat Aya menjerit ketakutan dan kesakitan.

"Kamu itu hanya gadis kecil murahan yang membosankan. Aku tidak membutuhkan kamu lagi sayangku. Pergilah sejauh yang kamu bisa. Jangan sampai aku melihatmu lagi, jika kamu tidak ingin aku jual." ucapnya setelah menghancurkan harga diri dan mental gadis malang berusia delapan belas tahun itu yang baru sehari lalu mendapatkan kabar kelulusannya.

Setelah kejadian itu, kehidupannya tentu tidak mudah. Latar belakangnya yang kelam membuat dia kerap kali mendapat pelecehan dan penghinaan dari orang orang yang tahu tentang masa lalunya.

Tapi Aya tidak menyerah. Dia tetap melawan kekejaman dunia yang keras ini dengan tekad yang kuat demi mewujudkan mimpi kakaknya. Dua tahun Aya bekerja keras, mengerjakan apa saja untuk membiayai hidupnya dan juga untuk menabung biaya kuliah.

Namun, beruntungnya karena dia pintar, dia berhasil lulus beasiswa. Aya langsung kuliah jurusan fashion desainer seperti yang diinginkan kakaknya.

Namun, kuliah fashion desainer ternyata sangat mahal, tidak cukup hanya dengan mengandalkan beasiswanya. Sampai sampai Aya sempat berpikir untuk menjadi simpanan om om kaya raya.

Akan tetapi, sepertinya Tuhan masih memberinya kesempatan untuk mejalani hidup dengan baik. Karena itulah Aya dipertemukan dengan orang orang baik yang memberinya pekerjaan yang layak dengan gaji yang mencukupi.

Dan dihari pertama masuk kuliah waktu itu, dia juga bertemu dengan Mentari gadis cantik, kaya raya yang baik hati. Orang pertama yang mau bersahabat dengannya. Mentari juga membantu Aya mencari pekerjaan. Dan disinilah Aya, bekerja sebagai model photo katalog brand lokal.

Sejak hari itu Mentari adalah penyelamat hidupnya, dia datang disaat yang tepat bak malaikat penolong. Dan Sampai saat ini, hanya Mentari yang dia punya dan dia percayai.

2 Birthday party

...Dua bulan kemudian setelah ulang tahunnya yang ke 23 tahun....

Malam ini Aya berdandan seperti gadis polos dan culun. Dia mengikat rapi rambut panjangnya dan membiarkan poninya menutupi seluruh keningnya. Memakai dress putih motif bunga melati, sling bag hitam dan sepatu hitam ditambah kaos kaki putih. Tidak ketinggalan kaca matanya.

Dia sengaja berdandan seperti itu agar tidak ada yang tertarik untuk mengobrol atau mencoba mendekatinya. Toh dia hanya ingin menghadiri acara ulang tahun sahabatnya.

Bus yang dia tumpangi berhenti di halte yang tidak jauh dari lokasi pesta itu diadakan. Dia turun dari bus dan mulai melangkah menuju kafe tempat pesta itu diadakan. Tanpa di sadarinya, sepasang mata sejak tadi memperhatikannya. Seorang pria mapan yang mungkin berusia awal tiga puluhan itu memarkir mobilnya di depan kafe yang sama dengan tujuan Aya.

"Kafe ini harusnya tidak tersedia untuk gadis polos sepertimu cantik." gumam pria itu sambil bergegas turun dari mobilnya.

Aya masuk ke kafe itu, diikuti oleh si pria. Dia memperlihatkan kartu akses untuk menuju tempat pesta Mentari yaitu di lantai dua kafe ini.

"Wah, gadis itu bahkan punya akses untuk masuk ke secret room?" pikir pria itu yang juga menunjukkan kartu aksesnya pada petugas kafe.

Langkah kaki Aya begitu santai untuk menaiki anak tangga menuju lantai dua cafe. Pria tadi pun dengan perlahan mengikutinya sambil tersenyum menatap punggung gadis didepannya yang dia pikir seorang gadis polos yang menggemaskan.

Pintu Secret room terbuka saat Aya menyentuhkan kartu aksesnya ke area kunci pintu itu. Dia pun masuk ke ruangan yang merupakan club rahasia yang hanya diketahui oleh orang orang tertentu saja. Dan ini kali ke dua Aya datang ke sini untuk menghadiri pesta ulang tahun Mentari.

Secret room milik paman Mentari berikut dengan kafe dan seluruh gedung lima lantai ini. Dia sudah menjalankan bisnisnya sejak lama. Bisa dikatakan paman Mentari ini adalah seorang Mafia.

Aya masuk diikuti pria tadi. Kedatangannya disambut oleh Mentari dengan penuh kebahagiaan.

"Kak Aya, makasih udah datang." sambut Mentari langsung memeluknya.

"Nih buat kamu." memberikan kadonya.

"Makasih kak. Sebenarnya aku gak butuh ini. Kedatangan kakak aja udah sangat berarti buat aku."

Aya memberi respon dengan senyuman pada Mentari yang kadang terasa seperti seorang adik baginya. Mentari dua tahun lebih muda darinya. Tapi, mereka seangkatan sama sama Mahasiswa fashion desainer tahun ketiga.

"Kak Aya, kenalan dulu..." Mentari menggamit pacarnya agar mendekat.

"Ini mas Elang, pacarku." ujar Mentari memperkenalkan Aya pada pacarnya.

"Hai, aku Elang pacar Mentari." mengulurkan tangan mengajak Aya berkenalan.

"Aku Cahaya."

Elang melihat tampilan Aya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Sayang ini benaran sahabat kamu?" bisiknya pada Mentari.

"Iya. Kenapa?"

Mentari tahu kekasih sahabatnya itu mengejek penampilannya. Tapi tidak apa, Aya tidak peduli sama sekali.

"Tari, aku ambil minum dulu ya."

"Iya kak. Santai aja ya. Nikmati pesta dan makanannya juga."

"Hmm."

Aya menjauh dari Mentari, dia mencari tempat duduk yang lebih nyaman di pojok.

"Sayang, teman kamu itu kok kayak culun gitu sih?"

"Aya gak culun kok, mas. Dia cuma mencoba melindungi diri saja. Makanya penampilannya seperti itu."

"Melindungi diri dari apa coba?"

"Ya dari pria pria hidung belang dong." Jawab Mentari yang membuat Elang mengerutkan dahinya.

"Dia yang mau kamu kenalkan sama Doni, kan?!"

"Iya."

"Ya ampun sayang! Kamu kan tahu, tipe Doni itu cewek yang fashionable. Kalau begitu tampilan teman kamu, aku rasa Doni tidak akan mau dikenalkan sama dia."

"Kita lihat saja nanti." sahut Mentari yang sangat yakin Doni akan senang dikenalkan dengan Aya.

Sementara Mentari dan pacarnya masih berbincang, pria yang sejak tadi diam diam mengikuti Aya pun kini duduk di sofa yang sama dengan Aya. Kehadirannya membuat Aya terganggu dan hendak menggeser duduknya, tapi pria itu menahan Aya dengan menggenggam pergelangan tangannya.

"Jangan takut cantik, saya gak gigit kok."

"Lepas!" tegas Aya sambil menatap tidak suka pada pria itu.

"Oke." pria itu segera melepaskan tangan Aya.

Dengan cepat Aya mencari tempat lain. Dan pria itu masih terus mengawasinya dengan tatapan mata yang menunjukkan betapa dia tertarik pada Aya.

Acara pesta berlanjut. Ada sesi pemotongan kue dan juga ada sesi dimana Elang mengungkapkan perasaannya pada Mentari di hadapan semua orang.

"I love you so much Mentari. Aku berharap kamu akan menjadi wanita yang selalu bahagia didunia ini. Terimakasih sudah lahir sayangku. Happy birthday to you."

Mereka saling berhadapan, kedua tangan Mentari melingkar di leher Elang sedangkan kedua tangan Elang melingkar di pinggang Mentari. Terakhir dia memberi kecupan di kening kekasihnya yang berulang tahun itu.

Aya tersenyum senang melihat kebahagiaan sahabatnya itu. Tapi sedetik kemudian senyuman itu hilang kala dia melihat sosok pria yang tiba tiba menghampiri Mentari untuk mengucapkan selamat ulang tahun.

"Mas Doni!" sapa Mentari tampak senang dengan kehadiran pria itu.

"Sorry ya aku telat."

"Gak apa apa kok. Mas udah datang aja aku senang banget."

"Happy birthday, Tari."

"Thank you, mas Doni."

Saat itu juga Aya terlihat gelisah. Perlahan lahan dia melangkah mundur. Raut wajahnya tampak aneh, dia seperti sedang ketakutan.

Pria yang tadi mengikutinya mengetahui situasi Aya saat ini. Dia merasa ada yang aneh terjadi pada gadis yang menarik perhatiannya sejak awal.

"Tari, happy birthday." dengan cepat pria itu memberikan selamat pada Mentari dan memberikan kadonya.

"Terimakasih mas Ka..." Mentari bahkan belum selesai bicara pria itu sudah bergegas pergi.

"Bro, lu mau kemana?!" Elang menahan langkah sahabatnya itu.

"Sorry bro, gue ada urusan mendadak." sahutnya, lalu segera pergi mengikuti langkah Aya yang sudah tidak terlihat di ruangan itu lagi.

Dia mengikuti Aya yang ternyata menuju toilet. Langkahnya terhenti karena tidak bisa masuk ke toilet cewek.

Sementara dia menunggu Aya di depan toilet, justru di depan sana orang orang sedang berpesta ria. Mereka berjoget diiringi musik dj yang sangat bagus untuk membuat semua orang bergoyang goyang.

Pemilik pesta tampak sangat gembira, berjoget bersama kekasihnya sambil sesekali mereguk minuman mereka yang dikasih sedikit minuman memabukkan.

"Tari, katanya kamu mau ngenalin aku sama seseorang?" tagih Doni pada Mentari yang sudah setengah sadar akibat minumannya.

Mentari dan Elang celingukan mencoba menemukan keberadaan Aya. Tapi mereka tidak bisa menemukannya sama sekali.

"Sorry mas, sepertinya mas Doni telat. Temanku sudah pulang." ujar Tari menjelaskan yang membuat Doni tampak sedikit kecewa.

"Makanya jangan telat." ledek Elang.

"Iya juga sih, harusnya gue datang lebih awal."

"Udah lah jangan sedih. Nikmati aja malam ini bro." Elang mengajak Doni ikut berjoget bersama.

Dan di belakang sana, Aya keluar dari toilet dikejutkan dengan wajah yang sudah tak asing lagi baginya.

"Hai cantik!" Sapa pria itu.

Aya mendengus kesal, ditatapnya tajam raut wajah pria yang kini berdiri di hadapannya.

"Semua pria sama saja." Gumam Aya berbisik pada dirinya sendiri.

"Hei, saya tidak sama ya." protes pria itu yang mendengar kalimat bisikan Aya.

"Lalu, apa mau anda tuan?" tanya Aya kesal.

Pria itu menatap Aya dari ujung kaki hingga unjung kepala, lalu kembali lagi menatap dada Aya.

Huh! Lenguh Aya kesal. Dia pikir pria ini ingin bermalam dengannya.

"Lakukan apapun yang anda ingin lakukan tuan. Persetan dengan semuanya." rutuk Aya.

Pria itu tersenyum dengan senyuman iblisnya. Dia melangkah mendekati Aya hingga jarak antara mereka hanya sejengkal saja. Mata tajam pria itu menatap bibir tipis kemerahan milik Aya, tanpa menunggu lama dia menyentuh bibir Aya dengan bibirnya.

Mata Aya membola, kedua tangannya mengepal erat. Bayangan trauma masa lalu terlintas di ingatannya tapi ditahannya. Pikirannya sedang kacau saat ini. Bayangan saat dia disiksa oleh ayah dan kakak tirinya juga mantan kekasihnya terus terlintas dalam ingatannya hingga membuatnya ketakutan.

Tapi pria ini tidak menyadari sama sekali ketakutan Aya, buktinya dia terus saja melakukan kegiatannya.

"Ikut aku!" seru pria itu yang langsung menarik tangan Aya berlari keluar dari secret room.

3 One night stand

Pria itu membawa Aya ke apartemennya. Saat ini dia memperlakukan Aya dengan sangat lembut, dia tidak bermain kasar seperti biasanya. Aya yang diam saja membuatnya berpikir bahwa gadis polos itu setuju untuk tidur dengannya malam ini.

Entah bagaimana dan seperti apa, Aya baru menyadari bahwa kini dia sudah berada di ranjang luas dengan posisinya berada di bawah pria asing itu yang terus menyentuhnya.

Rasanya aneh kali ini, berbeda dan lama kelamaan Aya menyukai sentuhan sentuhan pria itu. Bayangan menakutkan masa lalu pergi begitu saja untuk sesaat, sampai Aya merasakan sesuatu masuk kedalam dirinya. Matanya tertutup rapat, tangannya menggenggam erat kain sprei, dan dia menangis tanpa suara.

"Maafkan aku, aku tidak bisa berhenti saat ini." bisik pria itu dengan suara serak menahan erangannya saat melihat bulir bening menetes dikedua sudut mata Aya.

Dia tahu gadis yang kini disentuhnya sedang dalam kondisi tidak nyaman dan merasa sakit. Tapi, dia benar benar tidak bisa berhenti saat ini. Satu satunya yang bisa dia lakukan dengan mempercepat kerjanya untuk menyelesaikan lebih cepat.

Begitu selesai, dia memeluk erat tubuh Aya dan memberi kecupan di keningnya. Untuk beberapa saat Aya terdiam dalam pelukan pria asing yang sudah memejamkan matanya itu. Menyadari pria itu sudah tertidur pulas, Aya pun segera bangkit dari tempat tidur dengan perlahan agar tidak membangunkannya.

Aya memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Memakainya kembali dan dia keluar dari tempat itu dengan perasaan yang tak menentu. Dia tidak bisa mengatakan ini pelecehan sebab dirinya juga ikut menikmati. Sehingga dia memutuskan untuk mengatakan ini hubungan satu malam dan berakhir malam ini juga.

Kini Aya sudah tiba di rumah kontrakannya yang mirip seperti apartemen karena gedungnya terdiri dari empat lantai dan Aya berada di lantai empat. Kontrakan ini sangat bebas, tapi sangat teliti terhadap obat obatan terlarang.

Pemilik gedung ini selalu memeriksa bahwa semua penyewa harus bersih dari obat obatan terlarang. Dia tidak peduli tentang penyewa yang kumpul kebo, selama mereka tidak telat membayar uang sewa dan bersih dari obat obatan terlarang, maka tidak ada masalah sama sekali.

Aya sudah tinggal di sini sejak awal kuliah dan dia merasa nyaman. Orang orang di tempat ini tidak pernah ikut campur urusan orang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing masing, sehingga tidak ada gosip sana sini yang beredar sesama penyewa rumah kontrakan di tempat ini.

Dan ya, disini lah Aya saat ini. Berbaring di tempat tidurnya setelah dia mandi dan berganti dengan stelan piyamanya.

"Lupakan semuanya, Aya. Semua laki laki sama saja, brengsek." Bisiknya pada diri sendiri.

"Dia juga salah satu dari kumpulan para laki laki brengsek itu."

Perlahan dia memejamkan mata lalu tertidur dengan memeluk lututnya tanpa selimut.

Jarum jam berputar, hingga tak terasa pagi pun datang lagi. Pria itu terbangun di ranjangnya sendirian. Dia terkejut karena Aya tidak lagi berada di ranjangnya.

"Kemana wanita itu? Oh sial, ini pertama kalinya aku ditinggal seperti ini." gumamnya sambil mengusak wajah dan kepalanya.

Namanya Kai Abian Anggara, dia berusia 33 tahun. Dia seorang pengusaha muda yang memulai usahanya dibidang pembangunan dan desain interior sejak sepuluh tahun yang lalu. Dan sekarang perusahaannya sudah masuk top dua puluh perusahaan terbaik se Indonesia.

Pria yang tampak sempurna itu hanyalah pria normal seperti pada umumnya. Tiga tahun terakhir pria yang akrab di panggil Kai itu bahkan punya kebiasaan tidur dengan wanita yang berbeda. Entah mengapa dia menjadi sangat stres apa bila tidak melakukan hal itu. Dia melakukannya tidak setiap malam, hanya empat atau lima kali dalam tiga bulan saja.

Dia tidak suka hubungan yang terikat dengan wanita manapun. Dia hanya menginginkan hubungan satu malam saja lalu mengakhirinya malam itu juga. Dapat dipastikan Kai tidak akan menemui wanita itu lebih dari tiga kali pertemuan saja.

Setiap hubungan satu malamnya, dia akan melakukannya di kamar hotel. Dia tidak suka melakukan hal itu di kamar apartemennya. Dia juga selalu meninggalkan wanitanya lebih dulu setelah mendapat apa yang dia mau.

Tapi kali ini Kai membawa Aya ke apartemennya dan yang lebih lucunya, dia malah ditinggalkan lebih dulu oleh gadis manis yang dia kira masih polos dan lugu itu.

"Gila. Ini pertama kalinya gue ditinggal duluan." gumamnya sambil menyikat giginya.

Wajahnya tampak sumringah dan sedikit merona saat mengingat apa yang terjadi tadi malam.

"Gue kenapa sih? Gak biasanya gue merasa seperti ini setelah bermalam..." gumamnya merasa heran pada dirinya sendiri.

"Jantung gue kok jadi jedag jedug gini sih!" menyentuh dadanya yang terasa aneh. Detak jantungnya terasa lebih cepat dan dia merasakan sensasi seperti sedang disengat listrik.

"Jangan jangan..." matanya melotot menatap cermin didepannya.

"Akh gue mikir apaan sih..." Buru buru berkumur, lalu membasuh wajahnya dan lanjut mandi.

Sedangkan Aya, pagi ini sudah berada di toko yang menjual bahan kain untuk membuat baju.

"Pak, bahan kain ini ada yang warna biru langit gak?" tanyanya pada pemilik toko.

"Waduh, stoknya habis neng. Kalau mau nunggu, akhir pekan deh sampai."

"Ya, padahal butuhnya hari ini pak."

"Kalau gitu neng cari di toko lain saja."

"Udah keliling pak. Tapi kainnya gak sama seperti kain di sini." ucap Aya.

Dia sudah langganan di toko ini sejak awal kuliah. Kain yang ada di toko ini sangat bagus menurutnya. Warna yang tersedia pun sangat bervariasi dan pemilik toko juga suka memberi saran padanya saat sedang minim inspirasi desainnya.

"Kalau warna biru ini mau gak neng?"

Aya melihat kain itu, warnanya sedikit lebih muda dari warna langit. Tidak sesuai dengan apa yang sedang dia rencanakan untuk desainnya saat ini.

"Boleh deh pak, dari pada gak ada. Aku ambil lima meter ya."

"Baik neng."

Sembari menunggu kainnya siap, Aya menyempatkan memeriksa hp nya.

"Tari!"

Dia mendapat panggilan tak terjawab dari Tari sebanyak delapan kali. Segera saja dia menelpon balik sahabatnya itu.

"Ada apa Tari? Aku di pasar sekarang!"

"Kak Aya baik baik aja kan?"

"Iyalah, memangnya kenapa?"

"Oh syukurlah. Aku khawatir loh kak. Tadi malam aku mabuk, terus aku gak ingat apa apa. Tau tau udah ada dirumah. Diantar sama mas Elang. Aku khawatir aja kak Aya kenapa kenapa, soalnya aku gak ingat kak Aya pamit pulang apa gak sama aku, terus aku juga gak ingat kapan kak Aya pulangnya."

"Oh tadi malam aku pulang duluan. Aku ingat ada tugas yang belum selesai, makanya buru buru pulang sampai lupa pamit sama kamu. Sorry ya, Tari."

"Iya gak apa apa. Aku senang kak Aya baik baik aja. Yaudah aku mandi dulu ya, kepalaku masih pusing nih. Kebanyakan minum deh kayaknya tadi malam."

"Ya udah sana mandi dulu."

Panggilan berakhir dan Aya mendapatkan belanjaannya. Dia pun bergegas menuju kampus untuk menyelesaikan tugas desainnya kali ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!