NovelToon NovelToon

ANTARA KITA

01

Seorang gadis dengan dengan rambut di kuncir dua berjalan di koridor sekolah sambil menenteng tasnya yang sudah putus. Ia berjalan sendirian dengan santai menuju kelasnya yang tak jauh lagi. Gadis itu bernama Nara, Nara masuk ke dalam kelasnya, ia duduk di bangku paling depan, Nara adalah murid yang paling rajin dikelasnya, namun kadang juga ia di bully oleh teman-teman sekelasnya karena ia terlalu ambis.

“Naraa!”teriak seseorang dari luar kelasnya.

Nara tersenyum lalu ia mengambil sesuatu di tasnya dan berjalan keluar untuk menemui orang yang memanggilnya.

“Ini”ucap nara memberikan sebuah kotak bekal ke laki-laki yang memanggilnya.

“Aww makasih”ucap laki-laki itu senang.

“Juan, nanti aku nenbeng ya?”pinta nara.

“Tumben? Biasanya pas gue ajak nggak mau lo”ucap laki-laki bernaa juan itu.

“Hari ini lupa bawa duit lebih, jadi nggak bisa pulang pakai angkot”jawab nara.

“Siap tuan putri, nanti gue tunggu di parkiran a?”ucap juan mengacak-acak rambut nara gemas.

“Makasih juan”ucap nara sambil merapikan kembali rambutnya yang berantakan akibat ulang juan.

“Gue ke kelas dulu ya?”pamit juan lalu pergi meninggalkan nara, setelah juan pergi nara juga ikut masuk ke dalam.

Tak lama kemudian, guru mata pelajaran pertama masuk. Nara begitu fokus menatap ke depan saat sang guru sedang menjelaskan materi, nara ingin dirinya pintar agar bisa mendapatkan beasiswa saat kuliah nanti.

******

Bel istirahat berbunyi, nara membereskan buku-bukunya lalu ia simpan di laci mejanya, setelah itu ia pergi ke kantin untuk membeli makanan karena perutnya sudah lapar. Saat berjalan menuju kantin, ia berpapasan dengan juan yang baru keluar dari kelasnya.

“Hay, cantik. Mau kemana?”tanya juan menghentikan langkahnya membuat teman-temannya yang di belakang hampir menabraknya.

“Aku mau ke kantin”jawab Nara.

“Loh? Ngapain?”tanya juan heran.

“Mau beli makan lah”jawab Nara merasa risih saat teman-teman juan menggodanya.

“Lo nggak bawa bekal?”tanya juan dengan wajah serius.

“Aku nggak bawa hari ini”jawab Nara.

“Lah terus kenapa kasih ke gua? Tau gitu nggak gua ambil tadi”ucap juan mengusap wajahnya kasar.

“Nggak papa juan”jawab Nara tersenyum manis.

“Yaudah kalau gitu ikut gua”juan menarik tangan Nara, dengan cepat nara menyamai langkahnya dengan juan. Di belakang mereka ada 4 temannya juan yang mengikuti mereka.

“Juan lepas”bisik Nara, ia berusaha melepaskan tangannya yang di ngengam erat oleh juan.

“Diam! Gua marah sam lo!”ucap juan.

“Kenapa marah?”tanya nara polos.

“Lain kali, kalau lo cuma bawa satu bekal jangan kasih ke gua nara. Lo makan aja bekal itu!”seru juan.

“Tapikan kamu minta”cicit nara.

“Ya biasanya lo bawa dua, kenapa hari bawa satu coba?”kesal juan. Ia menyesal karena telah menghabiskan bekal yang di berikan oleh nara.

“Males buat banyak”jawab nara seadanya.

Mereka sampai di kantin, juan menyuruh Nara untuk duduk diam di tempat biasa ia dan teman-temannya duduk, di sana nara tidak sendirian ia bersama kedua temanya juan.

“Lo masih kelas 11 kan?”tanya leo temannya juan.

“Iya kak”jawab Nara sambil menunduk.

“Ouh”leo hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

“Lo sama juan berteman dari smp?”tanya leo.

“Enggak kak, kami dari masih bayi”jawab Nara jujur.

“Ouh, pantes bisa sedekat itu”Nara tersenyum menanggapinya. tak lama juan dan kedua temannya yang lain datang.

“Makan di sini aja ya?”ucap juan menaruh sepiring mie goreng, jus mangga dan sebotol air mineral di depan Nara.

“Nggak us-“

“Nggak ada penolakan!”tegas juan. Kemudian ia duduk di samping Nara.

“Makan”ucap juan kepada nara.

“Iya”jawab nara lirih, ia sebenarnya agak gugup saat teman-temannya juan menatapnya.

“Enggak usah gugup, anggap aja mereka nggak ada di meja ini”ucap juan seolah mengerti keadaan Nara.

“Kamu juga makan”ucap Nara. Mereka berdua memakan makanannya sedangkan teman-temanya juan sedari tadi sudah makan.

Juan sangat perhatian terhadap Nara, banyak siswa-siswi yang berkomentar tentang mereka berdua, dari sudut pandang mereka jika melihat ketulusan dan kepedulian juan terhadap Nara mereka yakin kalau juan memiliki rasa suka terhadap Nara. Banyak sudah yang mengatakan itu pada juan bahkan temannya sendiri pun mengatakan hal itu, namun juan membantahnya ia hanya menganggap Nara adalah adiknya, karena sedari mereka kecil ibu juan bilang bahwa Nara adalah adiknya.

Juan mengambil botol mineral yang barusan di minum oleh Nara, ia meminum air mineral itu hingga habis, sepertinya ia kepedasan.

“Neng, mau nanya boleh?”ucap naren temannya juan.

“Nggak boleh!”sahut juan.

“Yaelah bro, gua nanya dia buka lo!”ucap naren.

“Gue tau sifat buaya lo ya!”ucap juan.

“Kayak lo enggak aja”sahut araz

“Sorry abang dek anti perempuan!”ucap juan membusungkan dadanya dengan bangga.

“Anti perempuan pala lo! Kalau kenzo gua percaya”seru naren melirik orang yang disampingnya.

“Kenapa bawa-bawa gua?”kenzo menatap naren yang disampingnya.

“Cih, gue kira lo bisu.”ejek araz.

“Kenzo mendadak jadi bisu kalau ada cewek”sahut leo.

“Juan, aku balik kelas dulu ya”pamit Nara.

“Ok, hati-hati”ucap juan, setelah itu nara pun pergi dari sana meninggalkan kelima manusia yang sedang mengobrol itu.

“Kalau di pikir-pikir cakep juga sahabat lo itu, ju”ucap araz.

“Dia emang cakep”balas juan.

“Lo sama sekali nggak ada rasa sama dia?”tanya leo memastikan.

“Berapa kali gua bilang, dia sahabat yang udah gua anggap adik gua sendiri”ucap juan.

“Ya siapa tau kan, lo tiba-tiba bisa sama dia. Ya secara ya dia itu pinter nggak banyak tingkah cantik lagi”ucap leo menatap punggung Nara yang sudah mulai menjauh.

“Kagak bakalan! Gua tau batasan gua”jawab juan.

Mereka berlima terus mengobrol di kantin, sedangkan Nara ia pergi ke kelasnya untuk mengerjakan tugas yang tadi buk ika kasih , selagi masih ada waktu luang ia mengerjakan tugasnya itu supaya tidak menumpuk, itung-itung sambil menunggu bel masuk lah.

*****

Bel pulang sekolah berbunyi, Nara membereskan buku-buku dan peralatannya lalu ia masukkan kedalam tasnya. Setelah itu ia keluar dari kelas dan pergi ke parkiran untuk menemui sahabatnya itu.

Di parkiran.

“Lo tunggu si Nara?”tanya leo menatap temannya itu.

“Iya”jawab juan seadanya.

“Tumben pulang berdua? Biasanya si Nara itu naik ojek”seru naren.

“Kali ini dia nggak mau naik ojek, dia maunya sama gua”ucap juan, tak lama ia melihat kedatangan Nara.

“Maaf lama”ucap Nara.

“Enggak masalah”jawab juan tersenyum.

“Oh ya lupa bilang, ibu suruh kamu ke rumah”ucap juan.

“Sekarang?”tanya Nara

“Terserah kamu, nanti sore juga bisa”jawab juan.

“Yaudah nanti sore aja, harus minta izin juga sama ayah kan?”ucapnya.

“Iya, nanti sore kabari aja ya?”

“Iyaa”

Kemudian juan naik ke atas motor mogenya, setelah itu ia menyuruh Nara naik ke atas motor untung saja Nara rok nara sebatas lutut, jadi dia tidak kesusahan untuk naik motor.

“Gua duluan”pamit juan dengan teman-temannya.

Setelah kepergian juan, mereka berempat juga pergi dari sana, mereka berempat tidak langsung pulang melainkan ke tempat tongkrongan mereka.

...****************...

02

Nara dan juan telah sampai di sebuah rumah yang lumanyan megah itu, Nara turun dari motor juan.

“Makasih juan”ucap Nara.

“Hem, tumben bokap lo ada di rumah?”ucap juan yang nelihat sebuah mobil hitam terparkir di halaman rumah.

“Enggak tau, mungkin urusan di kantor udah siap”ucap Nara.

“Akal dia masih sama?”tanya juan menatap nara.

“Ya gitulah”lirih Nara.

“Ck, si nenek lampir itu gimana?”tanya juan.

“Masih sama”jawab Nara lagi.

“Cih, kalau ada apa-apa hubungin gua”ucap juan.

“Iyaa, makasih ya. Pulangnya hati-hati”ucap Nara tersenyum.

“Hem, gua pulang dulu”ucap juan sebelum memutar balik motornya ia mengacak rambut Nara membuat Nara kesal tapi hal itu justru membuat Juan tertawa.

Juan pergi dari sana, Nara menghela nafasnya panjang setelah itu ia masuk ke dalam rumah itu. Nara melewati ruang keluarga yang dimana di sana ada ayahnya dan juga ibu tirinya serta arthur abangnya yang berbeda 1 tahun dengannya. Arthur adalah anak kandung ayahnya dengan ibu tirinya, melda.

Nara pergi ke kamarnya yang dekat dengan dapur, dulu kamar itu adalah gudang, tetapi saat ia pulang ke rumah ini semua barang di gudang di pindahkan oleh ayahnya dan di jadikan gudang itu kamar untuknya.

Kamar itu tidak begitu mewah, bahkan chat tembok pun mulai mengelupas, kasur hanya di atas keramik saja. Kamar itu cuma mempunyai satu lemari, satu meja belajar, dan juga kasur yang hanya muat untuk satu orang.

“Huft, kenapa panas banget”ucap Nara lalu ia menyalakan ac yang baru beberapa minggu ini di pasang oleh ayahnya.

Nara mengantikan pakaiannya dengan pakaian rumahan, setelah itu ia keluar dari kamar untuk makan siangnya. nara melihat mbok srik sedang mencuci piring sisa makan siang tuannya.

“Biar nara bantu ya mbok”ucap nara berdiri di samping mbok srik.

“Eh non, nggak usah”ucap mbok srik.

“Biarkan dia membantu mbok”ucap melda ibu tiri Nara.

Melda berdiri tak jauh dari mereka ia menggulung tangannya didada sambil menatap tajam Nara.

“Mbok, kamu pergi ke depan sana belikan saya roti!”ucap melda tanpa mengalihkan pandangannya, Nara hanya menunduk saat ibu tirinya itu menatapnya tajam.

“B-baik buk”ucap mbok srik, lalu ia pergi dari dapur dan meninggalkan Nara dengan melda saja.

“Kamu! Cuci piring hingga bersih! Kalau tidak jangan harap kamu bisa tidur nanti malam!”setelah mengatakan itu, melda pergi dari sana membuat Nara bernafas dengan lega.

Setelah kepergian melda, Nara buru-buru mencuci piring karena ia juga sudah lapar. Ya beginilah kehidupannya saat berada di rumah ayahnya, Nara seperti bukan anak dari pemilik rumah ini, melaikan seperti pembantu ibu tirinya. Nara kadang merasa iri saat ayah, ibu tirinya dan abangnya itu berlibur ke luar negeri saat akhir tahun, sedangkan ia di tinggal dirumah dan segala pekerjaan rumah harus ia kerjakan. Berbeda ketika ia masih tinggal di rumah neneknya, walaupun sederhana tapi ia bahagia tidak seperti sekarang, kebutuhan dirinya sangat tercukupi bahkan lebih tapi ya gitu tiap hari harus makan hati karena perkataan ibu tirinya itu.

*******

Sorenya, Nara sudah rapi dengan pakaiannya. Ia pamit dengan ayahnya melalui whatsapp, karena sedari tadi ia tidak melihat ayahnya ada di rumah bahkan ibu tirinya pun tidak ada.

Nara menunggu juan di depan pintu gerbang, tak lama ia melihat juan datang dengan motor kesayangannya.

“Rapi bener”ucap juan saat berhenti di depan Nara.

“Harus lah”jawab Nara.

“Ayo pergi”ajak nara, lalu ia menunggu Juan memutar balik motornya setelah itu ia naik ke atas motor dan mereka berdua pun pergi darisana.

Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah juan, Nara langsung turun dari motornya dan berlari ke arah anak kecil yang munkin usianya baru 7 tahun.

“Kak Rara!”seru anak kecil itu begitu senang saat melihat Nara, ia merentangkan kedua tangannya, nara langsung memeluk anak itu.

“Kamu kok makin ngendut aja hem!”gemas nara mencubit kedua pipi gembul anak itu.

Juan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat Nara dan adiknya itu.

“Karena aku banyak makan kak”ucap aiman, adik laki-laki juan.

“Kamu harus diet! Biar badan kamu kayak abang kamu tuh”ucap nara menoel perut aiman yang buncit.

“Nanti aja kak, pas aku udah besar”ucap aiman.

“Kakak kenapa jarang kesini? Ibu kangen kakak tau”ucap aiman.

“Iyakah?”anak laki-laki itu mengangguk, lalu ia mengenggam tangan nara maksud mengajak nara masuk kerumah.

“Ibu kak rara datang!”teriak aiman, ibu yang berada di dapur pun keluar untuk melihat nara.

“Aihh, sayangnya ibu!”ucap ibu tia memeluk Nara dengan penuh kasih sayang, tentu saja nara membalas pelukan ibunya juan yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, karena selain nenek yang mengurusnya waktu kecil ia juga di urus oleh ibunya juan, juan dan nara di besarkan di kampung yang sama, bahkan dulu rumah nenek nara berada tepat di sebelah rumah juan yang sekarang rumah itu sudah di beli oleh ayahnya juan satu tahun setelah neneknya meninggal.

“Ibu apakabar?”tanya Nara.

“Alhamdulillah ibu baik”ucap ibu tia.

“Makan malam disini ya? Ibu mau masak makanan kesukaan kamu”ucap ibu tia.

“Iya buk”jawab Nara tersenyum.

“Ayah dimana?”tanya Nara.

“Biasa, lagi di toko.”ucap ibuk.

Tak lama juan masuk ke dalam rumahnya, “aiman, tuh teman lo manggil”ucap juan menyenti kening adiknya.

“Is! Sakit bang!”rintih aiman mengusap-usap keningnya.

“Yasudah, kalau gitu ibu masak dulu kamu diam aja disini ya, kalau nggak pergi keliling kampung sama juan”ucap ibu lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

“Haduh rasanya malas sekali”ucap juan menguap lalu ia masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Nara.

“Juan, sepeda ibu mana?”tanya Nara ia berdiri di depan pintu kamar juan.

“Mau kemana lo?”tanya juan dengan posisi tengkurep di atas kasur.

“Mau main”jawab Nara.

“Yaudah sini masuk, kita main berdua!”ucap juan terkekeh.

“Ih juan!”kesal Nara.

“Hahaha bencanda!”juan kemudian bangun dan menghampiri nara.

Ia menatap nara yang menatapnya kesal, lalu menyentil kening nara membuat nara semakin kesal.

“Ayo mancing di kolam belakang, udah lama kan nggak mancing?”ajak juan, tentu hal itu membuat nara senang.

“Ayo!”ucap nara antusias.

Nara mengikuti juan, mereka berdua keluar dari rumah berpapasan dengan aiman.

“Kalian mau kemana?”tanya aiman yang hendak masuk ke dalam rumah.

“Mau mancing di kolam, kamu mau ikut tidak?”tanya nara, dan di balas anggukan oleh aiman.

Nara mengandeng tangan aiman dan kembali mengikuti juan yang pergi ke belakang rumah.

“Kalian tunggu disini, gua ambil alat pancing dulu”ucap juan dan di angguki oleh nara dan aiman. Mereka berdua duduk di pinggir kolam ikan air tawar itu, yang di dalam kolah itu banyak ikan nila dan ikan mas.

Tak lama kemudian, juan kembali dengan tiga pancing dan satu ember yang berisi umpan ikan.

“Ih cacing!”ucap Nara geli,

“Sini biar aku yang pasang”ucap juan, ia mengambil pancing di tangan Nara dan memasang umpan cacing itu.

“Kak rara cemen! Masak sama cacing aja takut!”ucap aiman yang sudah mulai memancing ikan.

“Bukan takut tapi geli!”ucap nara melempar mata pancingnya hampir di tengah kolam.

“Sama aja!”

Mereka bertiga asyik memancing ikan di kolam milik juan, namun saat dapat mereka melepasnya lagi karena ukurannya terlalu kecil mereka mencari yang sudah oke untuk dibakar.

03

Hari sudah mulai gelap, nara dan juan sedang beristirahat di depan tv sambil menonton, sedangkan ibuk pergi membersihkan dirinya, di ruang tv ada juan, nara, aiman, serta lia kakak perempuan juan yang baru pulang dari perantauan beberapa menit yang lalu.

Terlihat juan sedang tidur dengan tangan yang ia jadikan bantal. sementara aiman ia bermain game di ponsel milik juan.

“Ra, kakak mau mandi dulu ya”pamit lia di anggukin oleh Nara.

Dan disana tersisa lah juan, nara dan aiman.

“Kak, besok kan minggu. Kakak nginap disini aja mau?”ajak aiman.

Nara tersenyum, “enggak bisa, lain kali aja kakak nginap”cicitnya.

“Alah, kakak selalu nolak!”ucap aiman cemberut.

“Ya mau gimana? Kakak juga punya kerjaan”bohong Nara, ia bukan tidak mau hanya saja ayahnya pasti tidak akan mengizinkannya untuk nginap di rumah orang lain.

“Ck, yaudah kalau gitu besok kesini lagi ya?”ucap aiman di balas anggukan oleh nara.

“Kakak ke kamar mandi dulu ya”ucap Nara laku pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

...----------------...

Makan malam tiba, mereka makan malam setelah ayahnya juan pulang kerumah. Saat ini mereka begitu menikmati makan malam yang indah ini.

“Lengkap ya hari ini, kak lia juga ada di rumah”ucap ayah tian.

“Iya yah, semuanya ada di meja makan ini”sahut ibuk tia.

Selesai makan, para laki-laki memilih untuk menonton tv sedangkan para perempuan membantu membereskan dapur dan mencuci piring-piring kotor. Setelah urusan mereka di dapur selesai mereka bergabung di ruang tv.

“Gimana kamu disana ra? Baik?”tanya ayah tian.

“Ya begitu lah, yah”jawab Nara. Ia tidak perlu menceritakan yang sebenarnya pada keluarga juan itu mereka sudah tau sendiri bagaimana sifat keluarga ayahnya Nara.

“Tahan-tahan aja lah ra, sampe kamu lulus sma, nanti kalau emang nggak sanggup lagi tenang masih ada kita”sahut ibuk tia.

“Iya buk, makasih udah perhatian sama nara”ucap nara tulus.

“Kayak sama siapa aja kamu ra!, kamu tuh udah ibuk anggap anak sendiri orang dari kamu baru lahir udah ibuk yang urus!”jelas ibun tia.

Ting

Notifikasi masuk di ponsel nara, ia melihanya ternyata ayahnya menyuruhnya pulang karena adahal penting.

“Kenapa?”tanya juan menatap nara.

“Ayah suruh pulang katanya ada hal penting”ucap nara.

“Anatarkan juan, pulang sekarang. Jangan sampai kamu di maki lagi sama ibu tirimu itu!”ucap ibuk tia.

“Iya buk”jawab juan, lalu ia bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamarnya untuk mengambil ponselnya dan juga jaket serta kunci motor.

“Nara pulang dulu ya, makasih semuanya”ucap nara lalu mencium punggung tangan kedua orang tua juan dan juga kak lia.

“Hati-hati bawa motornya juan!”ingat ayah tian.

“Dadah kak rara”aiman melambaikan tanganya dan di balas oleh nara.

Mereka berdua berlalu dari rumah juan, juan membawa motornya standar. Nara sendiri hanya diam di belakang juan. Benerapa menit kemudian mereka sampai di gerbang rumah nara.

“Kamu nongkrong lagi?”tanya nara saat sudah turun dari motor juan.

“Iya. Lo masuk gih!, entar kenak marah sama nenek lampir”ucap juan.

“Udah biasa kena marah”jawab nara.

“Makasih ya, kamu hati-hati”ucap nara.

“Iya, sana masuk”ucap juan tersenyum. Jarang sekali laki-laki ini tersenyum ia hanya menunjukannya pada keluarganya saja dan juga nara.

“Aku masuk ya, kamu hati-hatii!”ucap nara lalu ia membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah.

Juan tak sengaja melihat seseorang yang sepertinya mau keluar dari rumah itu, dengan cepat ia memutar balik motornya dan pergi dari sana.

“Cih, jalang!”ucap arthur menatap sinis ke arah Nara.

Nara hanya diam, dia tidak memperdulikan ucapan arthur ia lebih memilih untuk masuk kedalam rumah daripada harus berhadapan dengan manusia seperti arthur.

...----------------...

Saat ini nara duduk di ruang keluarga sendirian , ia menatap koper-koper besar yang lumanyan banyak di dekatnya, lalu ia mengalihkan penglihatannya menatap melda dan ayahnya secara bergantian.

“Ayah dan mama akan pergi ke luar negri untuk beberapa minggu. Ayah ada urusan disana”ucap ayah david sambil berdiri.

“Kamu dan arthur berdua di rumah! Jangan berkelahi!, jika urusan ayah di sana selesai ayah akan kembali ke sini secepatnya”lanjut david.

“Dan ingat! Jangan coba-coba untuk menginap di rumah tian!”tegas david

“Baik yah”jawab nara seadanya.

“Uang jajan kamu sudah ayah tranfer”ucap david

“Ayah berangkat malam ini?”tanya Nara.

“Iya!”jawab david

”pak bambang! Bawa kopernya masuk kedalam mobil! Kita hampir telat”ucap david. Dengan cepat pak bambang memvawa koper itu masuk ke dalam mobil.

“Ingat nara! Jangan membuat kekacauan di rumah! Maupun disekolah!”ucap melda menatap tajam anak tirinya itu.

“Patuhi semua ucapan arthur! Karena dia abangmu!”lanjut melda.

Mereka berdua pergi ke depan rumah, dengan malas nara mengantarkan mereka sampai didepan rumah. Ia berdiri di teras sampai akhirnya mobil yang ayah dan ibunya tumpangi itu menghilang dari halaman rumah.

Nara masuk ke kamarnya dengan malas, ia melihat meja makan yang kosong tanpa ada makanan di meja, untung saja ia sudah makan malam di rumah juan.

Nara masuk ke dalam kamarnya, tak lupa ia mengkunci pintu kamarnya, ia takut hal seperti dulu terulang saat ayahnya di luar kota arthur dengan keadaan mabuk masuk kedalam kamarnya. untung saja ada pak bambang yang membatunya untuk mengeluarkan arthur dari kamarnya, jika tidak ia tidak tau entah apa yang akan terjadi.

Nara merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap langit-langit kamarnya. Ia memikar nasibnya selama ini. Nara adalah anak dari david dan desi. Desi merupakan istri pertama david sedangkan melda hanyalah pelakor perusak rumah tangga david dan desi. Saat dua tahun menikah dengan desi, david tak kunjung memiliki anak akhirnya ia menikah lagi dengan kekasih gelapnya yaitu melda, saat sebulan menikah melda sudah hamil anak david. Dari situlah, david berubah! Ia bahkan mencampakan istri pertamannya, ia lebih perhatian kepada melda. Saat melda sudah melahirkan, desi justru hamil anak david. Saat mengetahui itu melda geram dan kesal ia menyuruh david untuk menceraikan desi, karena sudah di butakan oleh cinta, david pun menyetujui ucapan melda. Akhirnya desi tinggal dengan ibunya di rumahnya dulu!. Desi meninggal saat melahirkan Nara, sejak lahir nara tidak pernah bertemu dengan ayahnya, hingga saat neneknya meninggal disitulah nara baru melihat ayahnya!.

...----------------...

Nara tersadar dari lamunannya, ia kemudian mengambil ponselnya untuk membuka media sosial. Ia melihat juan yang membuat story di instragram, dengan cepat Nara melihatnya, nara di buat kecewa oleh isi story juan karena ia tidak melihat sang pujaan hati disana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!