NovelToon NovelToon

The King Of Sin Candidate

Chapter 1 – Sebuah Keluarga

Di tengah hutan, seorang gadis kecil berjalan untuk memanggil kakaknya yang sedang berlatih.

"Kakak, ini sudah sore. Sudah saatnya pulang!" serunya.

Gadis itu bernama Relina Kive, berumur 10 tahun. Ia memanggil kakaknya yang masih sibuk berlatih di bawah sinar matahari sore.

"Sedikit lagi, kakak akan pulang," jawab seorang pemuda, kakaknya, Zask Kive. Meskipun baru berusia 16 tahun, porsi latihannya sudah seperti orang dewasa.

"Kakak, ayo cepat pulang sebelum Ibu memarahi kita!" ucap Relina, nada suaranya terdengar sedikit kesal.

"Gawat, dia marah," batin Zask. Melihat adiknya mulai kesal, ia segera menyudahi latihannya.

"Ayo kita pulang, Relina," ucap Zask sambil tersenyum. Kedua kakak beradik itu pun berjalan pulang bersama.

Mereka tinggal di desa Immo, desa kecil yang sangat damai. Saat mereka sampai di rumah, ibu mereka langsung menyambut hangat.

"Wah, kalian sudah pulang. Makan malam sudah Ibu siapkan di ruang makan. Zask, bukankah besok kau akan memulai perjalanan menuju Kota Hestia?" ucap Noire Kive, ibu mereka.

Zask tersentak. Ia baru teringat bahwa besok adalah hari keberangkatannya ke akademi di Kota Hestia.

"Aku benar-benar lupa soal itu!" serunya panik.

"Kurangilah latihan, Kak. Mulailah mengasah otakmu," sindir Relina sambil tersenyum kecil.

Noire langsung menyiapkan nasi untuk mereka berdua. Karena Zask belum makan sejak siang dan terus berlatih, ia pun menyantap makanan itu dengan lahap.

Keluarga mereka menyandang nama marga Kive. Ayah mereka telah pergi sejak Zask dan Relina masih kecil, sehingga Noire harus merawat mereka seorang diri.

"Jadi, Zask, bagaimana latihan mandirimu?" tanya Noire, terlihat penasaran.

"Tentu saja berjalan lancar, Bu," jawab Zask dengan bangga.

"Baguslah kalau begitu. Ibu rasa, sekarang Ibu sudah siap melepaskanmu pergi ke tempat yang jauh."

"Maksud Ibu...?"

"Benar. Selain pergi ke kota untuk belajar di akademi, Ibu juga mengizinkanmu menjadi petualang, seperti yang sudah lama kau inginkan," ucap Noire sambil tersenyum.

Mendengar hal itu, Zask sangat bahagia. Selama ini ia selalu ingin menjadi petualang, tapi tidak pernah diizinkan oleh ibunya. Kini, bukan hanya akan belajar di Kota Hestia, ia juga diizinkan mengejar impiannya.

"Selamat ya, Kakak!" ucap Relina. Mereka bertiga menikmati makan malam dengan perasaan senang. Meskipun tanpa sosok seorang ayah, mereka merasa bahwa keluarga mereka sudah sangat lengkap.

Setelah makan malam, Noire menyuruh Relina untuk tidur lebih dulu. Sementara itu, ia memanggil Zask untuk bicara sebentar.

"Ada apa, Ibu?" tanya Zask.

"Begini... umurmu sekarang sudah 16 tahun. Jadi, Ibu ingin memberimu sesuatu," ucap Noire dengan nada serius.

"Ibu ingin memberikan apa?" Zask bertanya penasaran.

Noire mengambil sebuah kotak yang telah lama ia simpan di atap rumah. Ia menyerahkannya kepada Zask, yang langsung membuka kotak tersebut.

Di dalamnya terdapat dua buah belati dan sebuah kalung berbentuk bulan sabit.

"Ibu, belati ini..."

"Itu adalah belati milik Ibu dulu. Dan kalung itu adalah artefak yang Ibu temukan di sebuah dungeon. Kalung itu memiliki efek buff yang cukup kuat — meningkatkan serangan fisik sebesar 15%, serangan sihir 10%, kecepatan 20%, dan bahkan bisa menyembunyikan keberadaanmu," jelas Noire.

"Kalung ini sepertinya memiliki peringkat Rare. Namanya Assassin Necklace, dan Ibu rasa itu cocok sekali untukmu. Apa kau suka?"

"Iya, aku sangat suka! Artefak ini sangat berguna untuk tipe assassin," jawab Zask penuh semangat.

"Baguslah. Sekarang tidurlah, Zask. Besok pagi-pagi kau harus berangkat," ucap Noire lembut.

"Baiklah, Ibu."

Karena sudah malam, Zask pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Ia harus bangun lebih awal esok hari.

"Mereka sudah tumbuh dewasa... Tapi mereka belum cukup kuat untuk menghadapi sesuatu yang paling besar," batin Noire sambil memandangi langit malam.

Bersambung...

Arc 1: Permulaan – Start!

Chapter 2 – Langkah Pertama Menuju Dunia Luar

Malam telah larut, namun Relina masih terjaga. Perlahan, ia melangkah menuju kamar kakaknya, Zask. Pintu kamar itu terbuka dengan pelan, dan Relina memasuki ruangan yang remang-remang oleh cahaya bulan.

"Kakak, kau sudah tidur?" tanya Relina dengan suara lirih.

Zask terbangun, matanya terbelalak sejenak sebelum akhirnya mengenali adiknya yang berdiri di pintu. "Ada apa, Relina?" tanyanya, suara yang baru saja terbangun terdengar serak.

Relina berdiri ragu di ambang pintu. "Maaf sudah membangunkan kakak," ucapnya, suaranya penuh penyesalan. Wajahnya tampak murung, seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Zask duduk di tepi ranjangnya dan memandang adiknya dengan penuh perhatian. "Tidak apa-apa. Ada apa, Relina?" tanyanya lembut.

Relina menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara pelan, "Sebentar lagi kakak akan pergi jauh, dan aku khawatir... aku tidak bisa merawat ibu seperti kakak."

Zask menatap adiknya dengan serius. Mereka berdua tahu betul bahwa sejak beberapa waktu terakhir, Noire, ibu mereka, sering sakit-sakitan. Dan Zasklah yang selalu merawatnya saat kondisi ibunya memburuk.

"Kenapa kau begitu ragu, Relina?" tanya Zask dengan lembut, mencoba mengerti.

"Kakak adalah orang yang terhebat di desa ini. Aku... aku tidak bisa merawat ibu seperti kakak. Dan aku juga tidak bisa menjadi sehebat kakak," jawab Relina, suaranya bergetar dengan kekhawatiran yang mendalam.

Mendengar itu, Zask tersenyum kecil, lalu meraih kepala Relina dan mengelusnya dengan lembut. "Jika kau tidak bisa menjadi seperti kakak, maka jadilah diri sendiri. Tidak perlu mengikuti jejak kakak untuk menjadi lebih kuat. Buatlah jalanmu sendiri untuk menjadi kuat dengan caramu sendiri. Kakak yakin, adikku yang hebat ini bisa melampaui kakak dengan cara yang berbeda."

Relina menatap kakaknya dengan mata berbinar, senyum tipis menghiasi wajahnya. Kata-kata kakaknya memberi semangat baru padanya, dan elusan lembut di kepalanya membuat hatinya lebih tenang.

"Kakak, terima kasih sudah menyemangatiku," ucap Relina dengan senyum yang kembali merekah. Melihat senyum adiknya, Zask juga ikut tersenyum. Adiknya yang tadinya murung kini tampak lebih bersemangat.

"Ini sudah malam. Tidurlah, Relina. Anak kecil tidak boleh begadang terlalu larut," ujar Zask sambil tersenyum, mengingatkan adiknya untuk tidur.

"Baik, kakak," jawab Relina, lalu mencium kening Zask dengan lembut sebelum berbalik menuju kamarnya. Zask pun kembali berbaring, meski hatinya masih dipenuhi perasaan campur aduk tentang perjalanan yang akan dimulai keesokan harinya.

 

**Pagi Hari**

Pagi tiba dengan cerah, dan di dapur, Noire sedang menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya, termasuk bekal untuk Zask yang akan berangkat ke dunia luar. Suara panci yang berdesir dan aroma masakan memenuhi rumah kecil mereka.

"Ibu, apa ada yang bisa kubantu?" tanya Relina yang sudah bangun lebih awal, sambil mendekati ibunya di dapur.

Noire tersenyum lembut. "Bagaimana kalau kau bangunkan kakakmu?" balasnya dengan nada ringan.

"Baik, Ibu," jawab Relina, lalu bergegas menuju kamar Zask.

Sesampainya di kamar kakaknya, Relina melihat Zask yang masih terlelap tidur, terbungkus selimut. Sejenak, ia merenung, lalu tersenyum nakal. Sebagai seseorang yang memiliki elemen air, Relina memutuskan untuk membangunkan Zask dengan cara yang tidak biasa. Ia memanipulasi air dengan sihirnya, menciptakan bola air yang menggantung di atas Zask. Setelah memastikan bola air itu cukup besar, ia dengan hati-hati menjatuhkannya tepat di wajah kakaknya.

Zask terbangun dengan kaget, tubuhnya basah kuyup. "Relina? Jangan bangunkan kakak dengan cara begini!" protesnya sambil mengelap wajahnya yang basah.

"Kalau dibangunkan dengan cara biasa, kakak pasti tidak akan bangun," balas Relina sambil menjulurkan lidahnya dengan nakal.

Zask tersenyum lebar, kemudian melompat dan menangkap Relina yang sedang tertawa. "Kau ini!" serunya sambil mulai menggelitik adiknya.

"Hahaha, kakak! Berhenti menggelitiki!" Relina tertawa terbahak-bahak, berusaha melepaskan diri. "Oke, aku minta maaf!" ucapnya sambil tertawa, akhirnya menyerah.

Zask berhenti menggelitiki Relina, dan mereka berdua terengah-engah dalam tawa. Dari bawah, Noire yang mendengar kegaduhan di atas hanya tersenyum tipis, merasakan kebahagiaan meski tanpa sosok seorang ayah.

*Tanpa ayah, ternyata kami masih bisa menjadi keluarga yang bahagia,* pikir Noire dalam hati.

"Zask, Relina, berhentilah bermain-main! Ayo cepat turun sebelum sarapannya dingin!" teriak Noire dari bawah.

"Ibu memanggil kita. Ayo turun, Relina," kata Zask sambil tersenyum. Relina mengangguk dan bersama-sama mereka turun menuju ruang makan.

 

**Sarapan dan Perpisahan**

Setelah mereka duduk di meja makan, Noire menyajikan sepiring nasi untuk kedua anaknya. "Nak, ini adalah hari terakhirmu di rumah, jadi makanlah yang banyak agar kamu punya tenaga untuk memulai perjalananmu," ucap Noire dengan penuh perhatian.

"Baik, Ibu," jawab Zask dengan semangat. Hari pertama perjalanannya ke dunia luar akhirnya tiba, dan Noire membuatkan makanan yang istimewa untuknya. Kedua anaknya menikmati sarapan itu dengan penuh rasa terima kasih.

 

**Setelah Makan**

Seusai makan, Zask langsung menyiapkan barang-barangnya untuk perjalanannya. Setelah semuanya siap, ia keluar rumah, di mana Noire dan Relina sudah menunggunya.

"Ini bekal untukmu, Nak. Berhati-hatilah di perjalanan," ujar Noire, memberikan tas kecil yang berisi bekal untuk Zask.

Relina, yang terlihat sedikit sedih, menatap kakaknya dengan mata berkaca-kaca. "Apa kakak akan kembali lagi?" tanyanya pelan, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

"Tentu saja kakak akan kembali," jawab Zask sambil mengelus kepala Relina dengan lembut. "Dan saat kakak kembali, aku akan membawa banyak oleh-oleh untukmu, Relina."

Relina tersenyum, meski ada kesedihan di matanya. "Janji, kak?" tanyanya lagi, memastikan.

Zask hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu mulai melangkah pergi. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, seorang pria muncul tiba-tiba dari balik pohon.

"Jangan khawatir, Zask. Aku hanya ingin menyapa. Maaf mengganggu momen keluarga kalian," ujar pria itu, yang tampaknya sudah cukup lama mengenal keluarga mereka.

"Ah, Paman Hiel," Zask menyapa dengan ramah. "Tolong jaga ibu dan Relina ya."

"Tenang saja, Zask. Ayahmu adalah orang yang selalu membantu kami, jadi aku akan menjaga keluargamu sebagai balas budi," jawab Hiel dengan senyum bijak.

Zask mengangguk. "Apakah ayahku sangat kuat?" tanya Zask dengan rasa ingin tahu.

"Tentu saja. Ayahmu adalah orang yang paling berjasa di Desa Immo. Semua orang mengenalnya dengan sangat baik," balas Hiel.

Zask terdiam sejenak. "Baiklah, kalau begitu, sekali lagi, mohon jaga keluarga kami," ucapnya sebelum melanjutkan langkahnya.

Noire, yang berdiri di depan rumah, mengingatkan Zask. "Nak, jangan lupa untuk pulang."

"Sampai jumpa, kakak!" Relina berteriak, meskipun dengan nada sedikit sedih.

Zask tersenyum, melambai pada adiknya, dan melanjutkan perjalanan menuju dunia luar.

**Bersambung...**

Chapter 3 – Hutan Iblis

Saat Zask berjalan menyusuri jalan menuju Kota Hestia, dia menyadari satu hal—jalur itu harus melewati sebuah hutan lebat.

“Hutan ini ya?” gumamnya.

Namun baru saja ia hendak melangkah masuk, seorang pria paruh baya tiba-tiba menghadangnya.

“Hei, jangan masuk ke sana!” seru pria itu cepat.

“Kenapa?” tanya Zask, sedikit bingung.

“Itu Hutan Iblis. Monster di dalam sana memiliki peringkat Rank-D sampai Rank-B. Kalau kau memang ingin ke Kota Hestia, sebaiknya kau sewa petualang berpengalaman. Bahkan Rank-A bisa saja muncul tiba-tiba di dalam hutan itu.”

Zask mengangkat alis, tertarik. “Kalau aku sudah berlatih selama tiga tahun?”

“Sekeras apa pun latihanmu, tetap saja kau hanya seorang bocah. Tempat ini bukan main-main. Bisa saja kau tidak keluar hidup-hidup.”

“Artinya ini akan menarik,” batin Zask sambil tersenyum tipis.

“Kalau begitu, terima kasih atas informasinya,” ucapnya, lalu langsung berlari masuk ke dalam hutan.

“Hei! Mau ke mana kau!?” teriak pria itu panik.

“Kemana lagi? Tentu saja ke hutan. Aku suka tantangan!”

Dan begitu saja, Zask menghilang di balik pepohonan.

“Dasar... dia sama saja seperti gadis itu kemarin, terjun ke tempat berbahaya begitu saja,” gumam pria itu dengan nada pasrah.

---

[Di dalam hutan]

Setelah masuk lebih dalam, Zask bergerak dari satu batang pohon ke pohon lainnya. Teknik ini sudah ia latih sejak usia 14 tahun, membuatnya terbiasa melompat lincah seperti pemburu hutan.

Namun, setelah cukup jauh masuk, ia belum menemukan satu monster pun.

“Aneh. Jangan-jangan pria tadi hanya menakut-nakutiku?” gumam Zask.

Karena merasa aman, Zask memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tapi belum sempat duduk, ia mendengar suara ribut tak jauh dari sana.

“Monster?” batinnya waspada.

Zask segera mendekati sumber suara, dan melihat seorang gadis sedang bertarung melawan kawanan serigala liar Rank-C. Gerakannya cekatan dan penuh percaya diri. Ia mengalahkan para serigala satu demi satu dengan tebasan pedangnya.

Namun, seekor Greater Wolf, dua kali lebih besar dari serigala biasa, tiba-tiba muncul dari balik pepohonan.

“Greater Wolf? Ini makin seru,” gumam si gadis.

Ia bertarung dengan serius melawan serigala besar itu, tetapi dari arah belakang, dua serigala liar lain melompat hendak menyerangnya dari titik buta.

“Gawat!” batin Zask.

Dengan cepat, ia mengaktifkan sihirnya.

“Angin: Jarum Angin.”

Angin berkumpul menjadi seperti jarum kecil dan melesat tajam, menusuk dua serigala yang menyerang dari belakang.

Dua monster itu roboh seketika.

Gadis itu terkejut—tidak ada tanda energi sihir, tidak ada hawa keberadaan.

“Siapa yang membantuku?” pikirnya bingung.

Itu karena Zask menggunakan kalung Assassin pemberian ibunya, yang bisa menyembunyikan aura tubuh sepenuhnya.

Namun dia belum sempat mencari asal sihir misterius itu. Fokusnya kembali pada Greater Wolf di hadapannya. Dengan sedikit kesulitan, akhirnya ia mengalahkan monster besar itu.

Begitu pertarungan selesai...

“Siapa di sana!?” teriak si gadis, menatap lebatnya hutan.

Zask, yang merasa tugasnya selesai, berbalik dan melompat menjauh melalui pohon.

Namun...

“Angin: Tebasan Angin!"

Tebasan angin milik gadis itu memotong pohon yang dipijak Zask—membuatnya terjatuh!

“Angin: Trampolin Angin!” Zask dengan cepat menciptakan bantalan udara untuk menyelamatkan dirinya.

“Sakit!! Hei, apa-apaan kau!? Begini caramu membalas orang yang baru saja menyelamatkan nyawamu!?” protes Zask kesal.

Gadis itu menatap tajam. “Jadi benar, dua serigala itu kau yang bunuh? Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan jejak Kin-mu?”

“Tentu saja kau tidak bisa merasakan jejak Kin milikku, itu karena aku ciptakan teknik sihir yang tidak bisa dirasakan,” jawab Zask, menyilangkan tangan.

“Teknik sihir yang tidak bisa dirasakan? Apa kau... seorang assassin?”

“Belum resmi, tapi ya... aku berencana memilih jalur assassin.”

Gadis itu tertawa kecil. “Hah... menarik juga. Kau bisa menciptakan sihir sendiri? Itu sangat langka, tahu?”

Zask tersinggung. “Kenapa terdengar seperti kau tidak percaya?”

“Bukan tidak percaya. Hanya saja... menciptakan teknik sihir dari nol itu sangat rumit,” balasnya santai.

Zask mendekat. “Semuanya bisa dilakukan kalau kau paham struktur dan formasi sihir.”

“Struktur dan formasi sihir?”

“Dalam setiap mantra, ada struktur sihir. Beberapa struktur akan disusun menjadi formasi. Biasanya, formasi sihir terdiri dari tiga bagian: struktur elemen, bentuk sihir, dan ukuran sihir,” jelas Zask panjang lebar.

“Hmm... aku masih agak bingung. Tapi... siapa namamu?” tanya si gadis.

“Zask Kive. Kau?”

“Yukina Zamuki. Salam kenal, Kive.”

“Salam kenal juga, Zamuki.”

Saat itu juga, perut Yukina berbunyi keras.

“Ugh... setelah melawan banyak serigala, aku jadi lapar,” keluhnya.

“Kau sudah membunuh banyak serigala. Masak saja dagingnya,” saran Zask.

“Tapi aku gak bisa masak...” Yukina menggaruk kepala, malu.

“Hah... dasar kau ini...” Zask menghela napas.

GRUUUUKK....

Perut Zask juga ikut berbunyi, membuat wajahnya sedikit memerah. “Baiklah, biar aku yang masak. Tolong ambilkan semua daging serigala liar itu.”

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!