NovelToon NovelToon

Gadis Kecil Kesayangan Mafia Dingin

Bab. 001

“Kumohon, Paman, lepaskan aku hiks...” isak tangis seorang gadis terdengar begitu memilukan.

Pria paruh baya menyeret paksa gadis itu keluar dari rumah kecilnya yang berada di pinggiran kota. Dan membawanya masuk ke mobil.

“Kamu bilang apa tadi? Lepaskan?” tawa pria itu pecah. Melepaskan gadis ini baginya sangat mudah, tapi sampai kapanpun, dia tidak akan melakukannya.

Tak lama, tawanya berubah menjadi seringai jahat.

Ia menarik kasar dagu gadis kecil yang saat ini terlihat lemah dihadapannya dan mencengkeramnya kuat.

“Kamu harus mengganti rugi. Sudah banyak uang yang aku keluarkan hanya untuk merawat gadis menyedihkan sepertimu. Tapi, aku malah tidak mendapatkan apapun. Menyebalkan sekali.” gerutu Hugo—paman Aluna.

“Aku butuh uang!”

“U—uang?” ulang Aluna.

“Ya, uang. Apa kamu bisa memberikannya padaku? Tidak! Aku yakin kamu tidak bisa memberikannya.” Hugo menoleh sekilas sebelum membawa mobil itu meninggalkan pekarangan rumah.

Membelah jalanan malam hari menuju ke suatu tempat.

Gadis itu masih terisak pelan. Rasa takut mulai menghampirinya. Apalagi, saat ini Hugo tidak mengatakan akan membawanya kemana.

“Paman, aku mau pulang. Aku takut hiks...”

Hugo berdecak sebal. Meski memasang wajah memelas sekalipun, Hugo tidak akan berubah pikiran.

Hugo butuh uang, dia ingin pergi ke suatu tempat untuk memuaskan rasa penasarannya.

“Ya, kamu akan segera pulang...” pria dengan rambut ikal dan brewok tipis itu memberi jeda ucapannya. “...pulang ke rumah barumu, Aluna.” lanjutnya.

“Rumah baru?” Aluna mengernyit lalu menghapus air matanya.

Aluna bertanya-tanya, apa maksud ucapan Hugo dengan rumah baru? Mungkinkah pamannya itu baru saja membeli rumah dan mereka akan pindah?

“Katakan... katakan padaku, Paman. Apa kamu membeli rumah baru untuk kita tinggali?” tanyanya.

“Omong kosong! Darimana aku bisa membeli rumah jika tidak punya uang?” desis Hugo. Kesal dengan pertanyaan Aluna yang menurutnya tidak masuk akal.

“Kamu beban, Aluna. Beban! Jadi, agar kamu tidak terus-terusan membuatku pusing, lebih baik aku segera membebaskan mu. Bagaimana?”

“Membebaskan aku? Maksud Paman apa?” Aluna kembali bertanya.

Dan lagi-lagi itu membuat Hugo muak.

Selama ini, dia salah sudah membesarkan gadis polos dan bodoh. Tapi, beruntungnya, sebentar lagi dia akan segera mendapatkan uang banyak.

“Menjual mu,” gumam Hugo.

Aluna menggeleng. Sungguh, tinggal bersama Hugo semenjak ia masih kecil, bukanlah keinginan gadis itu.

Kematian kedua orangtuanya karena kecelakaan, membuat Aluna terpaksa harus dititipkan pada Hugo. Adik dari mendiang sang ayah.

Bahkan, setelah kecelakaan itu, Aluna tidak bisa mengingat terlalu jelas masa lalunya. Semakin mengingatnya, semakin membuat kepala Aluna sakit.

Sementara Hugo—pamannya, adalah pria yang gemar sekali mabuk dan berjudi. Ia siap melakukan apapun demi uang.

“Jangan, Paman. Aku mohon, bawa aku pulang bersamamu hiks... ” pinta Aluna.

Terlambat. Aluna tidak bisa lagi menolak ataupun berhak mengeluarkan kalimat protes.

“Ikuti saja. Atau kamu mau tidur di jalanan malam ini, hum?” Hugo menyeringai.

•••

Mereka berdua sudah berada di sebuah klub malam terkenal di kota. Hugo langsung membawa Aluna masuk dan menyerahkannya pada seseorang.

“Bawa dia masuk. Bilang pada majikanmu. Terima kasih untuk kerjasamanya,” kata Hugo pada pria berbadan tinggi dan besar yang baru saja memberikan satu koper uang padanya.

“Hmm. Cepatlah pergi sebelum kami menyeret mu keluar!” usir pria itu.

“Ya, ya. Baiklah. Aku akan segera pergi dari sini.”

Hugo pergi dari tempat itu tanpa menoleh sedikitpun ke arah Aluna. Meski Aluna berteriak, menangis darah sekalipun, Hugo sama sekali tidak peduli.

“Paman, paman! Jangan tinggalkan aku!” teriak Aluna.

“Paman jahat hiks... Aku mau pulang paman!" pekiknya mencoba melepaskan diri dari cengkraman kedua pria itu, namun gagal.

Aluna merasa sendirian. Ya sendirian lagi tanpa ada siapapun yang peduli padanya. Di saat seperti ini, Aluna tidak tahu harus meminta tolong pada siapa.

“Argh, sakit!” Aluna meringis, merasakan sakit saat tubuhnya di dorong masuk ke dalam sebuah kamar.

Kamarnya begitu berantakan, kotor dan sedikit sempit. Seperti tidak pernah dirawat sama sekali.

“Bersihkan! Karena ruangan ini akan menjadi kamar tidurmu mulai sekarang,” ucap Maria dengan gaya bicaranya yang sedikit dibuat-buat.

Maria berpenampilan seperti wanita, tapi Aluna tahu kalau sebenarnya dia adalah seorang pria tulen.

“Tolong keluarkan aku dari sini. Aku akan melakukan apapun agar aku bisa bebas,” ucap Aluna dengan memohon.

“Gila ya kamu? Bos sudah membeli mu sangat mahal, satu milyar! Dan kamu dengan seenak jidatmu itu ingin bebas? Punya uang berapa kamu, hah?”

Maria menarik ujung rambut Aluna, membuat gadis itu menjerit kesakitan. “Ingat, jangan berani kabur kalau tidak mau hidup kamu semakin sengsara. Mengerti?”

Aluna mengangguk lemah.

Untuk sementara, ia akan menurut. Sambil mencari cara untuk keluar dari tempat ini.

“Ya Tuhan, apa salah dan dosaku, kenapa jalan hidupku harus seperti ini hiks...” tangis Aluna dalam hati.

Bab. 002

Satu minggu kemudian. Terdengar suara tembakan yang dilepaskan ke udara beberapa kali di tengah ramainya pengunjung sebuah klub malam.

“Lari, cepat!” teriak seseorang, meminta para pengunjung untuk segera pergi dari sana.

Raut wajah mereka berubah menjadi panik dan ketakutan. Mereka berhamburan keluar mencari perlindungan, seperti seekor semut.

“Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku. Kalau tidak, nyawa kalian yang akan menjadi gantinya!” titah seorang pria pada anak buahnya.

“Kamu yakin ingin menghabisi mereka semua? Mereka tidak bersalah, Vin!” seru rekan Vincent mengingatkan.

Di dalam klub tidak hanya ada satu atau dua orang tapi banyak.

“Kalau bos sampai tahu, dia bisa murka. Dan lagi, aku takut ini akan menjadi boomerang untukmu suatu saat nanti.”

Pria dengan kulit sawo matang, tubuh kekar atletis dan kepala sedikit plontos itu adalah Vincent Orlando—asisten pribadi sekaligus anak buah kepercayaan Noah.

Vincent ditugaskan oleh Noah untuk mengawasi rekan bisnisnya yang terkenal licik dan memiliki usaha sebuah bar.

Namun, siapa yang menyangka jika rekan bisnis Noah itu hanya menjadikan usahanya sebagai kedok. Dibalik itu semua, dia memperjual belikan senjata ilegal untuk mengkhianati Noah.

“Kamu berniat mengaturku? Sudah bosan hidup?!” bentaknya. “Bukankah kalian tahu, kalau bos sedang berada di luar kota. Dia juga mempercayakan ini padaku. Jadi, berhentilah protes!” Vincent menyunggingkan senyuman.

Mereka seakan-akan lupa siapa Vincent dan apa gunanya pria itu ada di tempat ini. Sekali Vincent bicara, bisa membuat mereka mati kutu.

“Kenapa masih diam? Cepat cari!” bentak Vincent.

Mereka mengangguk. Mau tidak mau, segera menjalankan perintah sari Vincent sebelum nyawa mereka yang melayang.

“Dasar lembek!” umpatnya.

•••

Sementara itu, di sebuah kamar yang berada di klub tersebut. Nampak seorang gadis sedang duduk disisi ranjang. Mengenakan pakaian seksi dan sedikit terbuka.

Wajahnya pucat dan ketakutan. Sorot matanya menampakkan kekhawatiran.

“Aku dimana? Kenapa aku bisa berada di kamar ini?” gumam Aluna seraya menyentuh kepalanya yang terasa pusing.

Awalnya, Aluna diminta berganti pakaian dan didandani secantik mungkin oleh Maria. Tak lama setelah itu, ia di paksa meminum segelas teh hangat.

Aluna sudah berusaha menolak, tapi gadis itu bisa berbuat apa selain menuruti semua ucapan Maria.

Aluna bersyukur, selama ini Maria menjaganya dengan baik. Maria bahkan tidak menjadikannya wanita malam karena usianya masih dibawah standar pekerja se-ks di tempat itu.

Suara derap langkah kaki yang mendekat ke ruangan itu. Sontak membuat Aluna menelan ludahnya dengan susah payah.

“Kumohon, lindungi aku, Tuhan.” lirihnya mendongak ke atas. Memohon, supaya ia dilindungi.

Klek!

Pintu kamar yang berada tak jauh dari Aluna terbuka. Membuyarkan lamunan gadis itu. Perlahan, seorang pria paruh baya melangkah masuk dan berdiri tepat dihadapannya.

“Maria memang tidak pernah mengecewakan aku,” gumam pria itu.

Sorot mata tajamnya menatap gadis yang sedang sedang duduk di sisi ranjang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Aluna berdiri lalu beringsut mundur hingga tubuh mungilnya terpojok ke tembok.

Sungguh, Aluna benar-benar sangat ketakutan.

“Anda siapa, Tuan?” Aluna memberanikan diri untuk bertanya. “Apa yang anda lakukan di sini?”

Padahal, jauh di dalam lubuk gadis itu, jiwanya terintimidasi. Ia ingin segera kabur dan berlari keluar melihat tatapan pria yang tengah menatapnya dengan penuh nafsu.

Bab. 003

Pria berwajah sangar dengan luka di pipi kanannya itu berjalan menghampiri Aluna. Senyum di wajahnya tak luntur kala melihat wajah pucat gadis itu.

Ethan Storm—pemilik klub malam tersebut adalah seorang mafia yang terkenal licik, kejam dan gemar bermain wanita.

Tak heran, jika Aluna nanti akan menjadi sasaran empuk Ethan selanjutnya.

“Aku baru tahu kalau di klub malamku ini ada gadis secantik dirimu.” Ethan menyeringai tipis. Memperhatikan dari atas sampai bawah tubuh kecil Aluna.

Lalu, Ethan kembali membuka suara. “Apa kamu keponakan Hugo? Gadis yang beberapa hari lalu di bawa olehnya dan dijual di klub ku ini?” Ia bertanya sembari menggaruk lehernya.

“I—iya, Tuan. Aku keponakan paman Hugo,” jawab Aluna.

Dengan bodohnya, Aluna malah menjawab pertanyaan Ethan tanpa rasa takut sama sekali. Ia seakan tidak tahu bahaya apa yang akan segera mengintainya setelah ini.

“Gadis pintar,” desis Ethan pelan.

Rasanya Ethan sudah tidak sabar ingin segera mencicipinya. Mencabik kain yang melekat di tubuh gadis itu dan menggagahinya.

“T—tolong, jangan sakiti aku, Tuan,” pinta Aluna dengan bibir bergetar hebat.

Cengkraman tangan Ethan di pundak Aluna, membuat gadis itu meringis kesakitan. Sungguh, baru kali Aluna berada di posisi terpojok dan tidak bisa pergi kemanapun selain pasrah.

Lihat saja, tubuh rapuh gadis itu mulai gemetaran saking takutnya.

“Kapan aku bilang ingin menyakitimu? Justru, aku akan memberikanmu kenikmatan dunia dan membawamu terbang di atas awan,” kata Hugo dengan berbisik.

Hugo melepaskan satu persatu kain yang menempel ditubuhnya dan hanya menyisakan celana.

Dia bertelanjang dada. Tato besar bergambar singa terlihat jelas di punggung belakangnya. Menambah kesan bengis pada pria itu.

“Kamu benar-benar gadis yang sempurna. Tidak sia-sia aku membeli mu dari Hugo,” ucap Ethan menyentuh rambut Aluna dan memainkannya.

Tangan kapalan Hugo membelai wajah Aluna. Lalu turun, mengusap sudut bibir pucat gadis itu.

“Kamu ingin aku memulainya darimana?” tanya Ethan.

“Memulai apa, Tuan?” Aluna memalingkan wajah.

“Suka melakukannya dimana? Kamar mandi, balkon, diatas meja atau—”

Aluna menggelengkan kepala. Tentu saja, semua yang keluar dari bibir pria itu membuat seluruh tubuhnya merinding.

“Apa maksud anda, Tuan? Aku benar-benar tidak mengerti,” elak Aluna, menepis kasar tangan Ethan.

Ethan mengernyit. Lipatan kulit di dahi pria itu kian terlihat. “Tidak mengerti?”

“Ya. Sama sekali tidak mengerti.” Aluna menjawab tanpa berani menatap Ethan.

“Lagipula, jika aku tahu, aku tidak akan mau melakukannya denganmu,” sambung Aluna dalam hati.

Tak terima dengan penolakan halus Aluna, pria itu mengeraskan rahang. Dia mendorong tubuh rapuh Aluna hingga terjatuh terlentang di atas tempat tidur.

Kemudian, merangkak naik dan menindihnya. Mengunci kedua tangan dan kaki Aluna.

“Semua wanita yang ada di sini tahu siapa aku. Tapi kamu, berani-beraninya menolak ku, hah?!” teriak Ethan.

“Sekarang, lakukan tugasmu! Layani aku. Perlihatkan keahlianmu diatas ranjang. Buat aku puas malam ini,” bisiknya lirih tepat di samping telinga Aluna.

“Tenang saja. Aku akan membayar mu lima kali lipat dari apa yang sudah aku berikan pada si pemabuk itu.” Ethan menyeringai.

Pria itu sudah benar-benar sudah tertutup kabut gai—rah. Mengabaikan teriakan minta tolong dan isak tangis yang keluar dari bibir Aluna.

Ethan meraba setiap inci tubuh Aluna dan berhenti tepat di perut rata gadis itu. Mengusap dengan jari-jarinya.

“Kumohon... jangan lakukan ini...” Aluna benar-benar takut. Haruskan dia menyerahkan semuanya pada pria yang ada di atas tubuhnya ini?

“Jangan sok jual mahal! Kamu pasti sudah pernah melayani para tamu ku, bukan? Sekarang, giliran kamu melayani majikanmu!”

Ethan mendekatkan wajah mereka. Dia sudah tidak sabar ingin mencicipi bibir menggoda gadis itu.

Bug!

“Argh!” pekik Ethan. “Apa yang kamu lakukan pada wajahku, hah?!” Dia mengaduh, merasakan sakit di bagian atas hidungnya akibat ulah Aluna.

“Kamu menjijikan, Tuan!” seru Aluna sembari meludahi wajah Ethan.

Aluna bangkit. Hendak kabur dari sana. Namun, belum sempat dia melakukannya, Ethan sudah lebih dulu menarik kedua kaki Aluna.

Membuat gadis itu jatuh tertelungkup ke lantai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!