"Kenapa harus sekarang si mi, biarkan aku menikmati waktu liburan ku ini sepuas nya."
Padahal sudah lama sekali Syifa menanti libur panjang ini, karena biasa nya selepas salat subuh langsung bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Gak bisa sayang, kamu harus bangun sekarang dan bersiap lah!"
"Memang nya mau ngapain sih mi?"
"Aku kan sudah selesai sekolah nya."
"Sebentar lagi Ustadz Faisal dan keluarga nya akan segera datang ke sini, maka nya kamu harus bersiap-siap sekarang."
"Loh....itu kan teman nya Abi, terus kenapa aku yang harus bersiap mi."
Syifa masih setia dengan kasur dan selimut nya, dan kini dia malah menutupi wajah nya dengan selimut juga.
"Syifa mardiyah binti Abdul Aziz."
Umi nya pun langsung menyebut kan nama lengkap putri nya itu, hal itu pertanda bahwa Umi benar-benar serius dan tidak ingin di bantah.
Sontak saja Syifa yang tengah tidur langsung membuka kedua mata nya dan kini dia tengah duduk di atas ranjang sambil mengucek kedua mata nya.
"Iya iya Syifa bangun sekarang."
Syifa langsung meraih handuk dan masuk ke kamar mandi.
Setelah 20 menit Syifa pun keluar dari kamar nya dan segera ke meja makan untuk sarapan.
"Loh loh, kenapa tidak memakai pakaian yang sudah Umi siapkan sayang?"
"Hmmm... Maaf itu umi memang nya aku mau ngapain harus memakai pakaian seperti itu."
"Sudah biar kan dia makan dulu mi, nanti kalau sudah selesai baru di ganti pakaian nya."
Kini ustad Aziz yang menjawab pertanyaan putri nya dan untuk beberapa saat meja makan hening seketika.
Sebenarnya Syifa masih penasaran kenapa umi meminta nya untuk memakai pakaian syar'i lengkap dengan cadar nya. Padahal kan dia hanya sedang di rumah saja.
Setelah selesai sarapan Syifa pun langsung menemui Abi dan umi nya yang berada di ruang keluarga.
"Ya sudah sayang langsung di ganti pakaian nya ya, apa mau umi bantu?"
"Memang nya mau ngapain sih umi ? Kenapa harus pakai syar'i segala, di rumah doang ."
Syifa masih belum mengerti apa maksud umi meminta nya memakai pakaian tersebut.
"Sayang, siang ini Ustadz Faisal dan keluarga nya akan datang ke sini. bersama putra nya yang akan menikah dengan mu."
Dengan tenang dan hati-hati ustadz Aziz menyampaikan tentang Perjodohan putri nya dengan putra nya Ustadz Faisal. Karena memang selama ini dia tidak pernah mengatakan apa pun tentang rencana perjodohan nya itu .
Dan benar saja Syifa yang mendengar perkataan Abi nya itu langsung terkejut " Aa.. apa?"
" Menikah ?"
"Abi sudah berjanji dengan ustadz Faisal akan menikahkan mu dengan putra nya. sebenar nya sudah lama kami merencanakan ini tapi Abi tidak menyampaikan nya kepada mu karena kamu masih sekolah dan Abi rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan nya."
Syifa masih tidak percaya dengan apa yang di katakan Abi nya kepada nya. Karena selama ini dia tidak pernah berpikir untuk menikah di usia muda, dia juga masih ingin meraih cita-cita nya, membahagiakan ke dua orang tua nya.
"Tapi aku belum ingin menikah bi, apalagi dengan orang asing yang tidak di kenal sama sekali. Bagaimana kalau orang tersebut sudah mempunyai calon pilihan nya sendiri dan dia tidak menyukai Syifa."
Syifa pun berusaha menyampaikan kekhawatiran nya agar kedua orang tua nya tidak menjodohkan nya.
Tapi kekhawatiran Syifa sama sekali tidak menggoyahkan niat ustad Aziz untuk tetap menikahkan putri nya karena dia sangat yakin kalau anak teman nya itu adalah orang yang baik dan mengerti agama, sehingga tidak ada keraguan di hati nya.
"Abi sangat yakin dia adalah anak yang baik dan mengerti agama, jadi dia tidak akan melirik siapa pun yang bukan mahram nya".
"Sayang, umi yakin sekali tidak ada orang tua yang ingin anak nya menikah dengan orang yang salah. Abi pasti sudah memikirkan nya sehingga berani menjodohkan mu dengan nya. setahu umi dia itu anak yang pintar dan mandiri, dia baru menyelesaikan pendidikan S2 nya di Yordania dan sekarang dia menjadi dosen sekaligus ustad. Selain itu Kalau tidak salah dia juga mempunyai bisnis nya sendiri."
"Aku masih belum bisa menerima perjodohan ini, bagaimana kalau ternyata dia sudah tua dan jelek Umi?"
Kring kring kring... Terdengar suara handphone Abi. Dan Abi pun segera menjawab nya!
{Assalamualaikum, ustad Aziz.}
{Waalaikumussalam wabarakatuh ustad Faisal, seperti nya kami akan terlambat 15 menit karena ada sedikit urusan di pesantren yang harus di selesaikan.}
{Baik lah, tidak apa-apa selesaikan saja dulu urusan nya, tidak usah terburu-buru.}
{Baik lah kalau begitu, Insya Allah kami akan sampai sebelum salat zuhur, Assalamualaikum.}
{Waalaikumussalam. }
"Kenapa bi, apa terjadi sesuatu?"
"Tidak . Mereka hanya akan sedikit terlambat saja. Ustad Faisal dan keluarga nya akan sampai sebelum dzuhur."
Umi hanya mengangguk dan kembali mengingatkan Syifa untuk segera mengganti pakaian nya.
"Ayo Syifa bersiap lah, jangan sampai mereka datang kamu masih seperti ini sayang."
Syifa lalu bangkit dari duduk nya dan menuju ke kamar. Harus nya biar saja tampilan ku seperti ini, ngapain harus cantik-cantik segala, Syifa ngedumel sambil berjalan kesal.
Syifa lalu membaringkan tubuh nya di atas ranjang sambil membayang kan bagaimana kalau ternyata orang itu sangat jelek, tua dan galak.
15 menit berlalu akhir nya ustaz Faisal beserta keluarga nya telah sampai di kediaman ustad Aziz.
"Assalamualaikum. "
"Waalaikumussalam ."
"Mari mari silakan masuk."
Ustad Aziz pun mempersilahkan mereka masuk dan langsung membawa nya duduk di ruang keluarga.
Tak berselang lama suara adzan zuhur pun berkumandang sehingga pembicaraan mereka pun harus ditunda sampai selesai salat zuhur.
"Apakah masjid nya jauh dari sini Ustadz?"
Haris pun membuka suara dan bertanya kepada ustad Aziz apakah masjid nya jauh atau tidak, kalau dekat dia berniat untuk salat di masjid dan jika memang masjid nya jauh dia akan salat zuhur di rumah nya ustad Aziz.
"Kebetulan tidak jauh nak, tepat di ujung jalan sana ada masjid pesantren, Kalau begitu mari kita ke masjid bersama-sama!"
Ustad Aziz, ustadz Faisal dan Haris pu langsung beranjak dari duduk nya dan berjalan keluar menuju masjid.
Sedangkan Umi Inayah istri dari ustad Faisal dan Umi Salma istri dari ustad Aziz, mereka melaksanakan salat di rumah.
Begitupun dengan Syifa, dia melaksanakan salat zuhur di kamar nya. Setelah selesai salat di'a berdoa {ya Allah Sesungguh nya engkau maha segala nya dan sesungguh nya jodoh itu di tangan mu dan semua yang akan terjadi atas kehendak Mu aku mohon kepada mu ya Allah jika memang jodoh ku sudah dekat maka persatukan lah kami atas izin mu, dan jika laki-laki yang akan di jodoh kan dengan ku itu ternyata dia bukan jodoh yang kau tentukan maka berilah jalan untuk menyelesaikan nya aamiin . } Lalu dia mengusap wajah nya dengan kedua tangan nya.
Sementara di ruang keluarga sudah berkumpul dua keluarga.
Ustad Faisal yang memulai percakapan.
"Seperti nya pembahasan kita langsung pada inti nya saja . Jadi begini nak sebenar nya maksud kedatangan kami ke sini adalah untuk mempertemukan mu dengan calon istri mu sekaligus menentukan hari pernikahan kalian . Abi dan ustadz Aziz sudah merencanakan perjodohan ini sejak lama. Abi harap kamu bersedia dan tidak menolak perjodohan ini nak."
Ustad Faisal bicara sambil menatap wajah Haris dan dari wajah nya tampak ustad Faisal sangat berharap kalau Haris tidak menolak perjodohan ini.
Haris tampak terkejut dengan apa yang di katakan Abi nya kepada nya, sesekali dia menoleh ke arah umi Inayah yang hanya menerima anggukan dari umi nya, pertanda bahwa umi juga menyetujui apa yang di katakan Abi .
Haris tidak ingin membuat kedua orang tua nya kecewa dengan menolak perjodohan ini. Dia juga tidak memiliki alasan untuk tidak menuruti keinginan orang tua nya karena bagi nya orang tua sudah memberikan segala nya kepada nya dan tidak bisa di balas dengan apa pun maka sudah seharus nya Ia membuat mereka bahagia.
"Lalu bagaimana dengan calon istri ku, apakah dia juga menyetujui perjodohan ini?"
Tanya Haris....
----------------
"Kami juga sudah menyampaikan nya kepada Syifa tentang maksud kedatangan Ustad Faisal dengan keluarga ke sini.
Umi, tolong bawa Syifa ke sini sekarang ! "
Umi Salma pun segera bangkit dari dudu knya dan langsung menuju kamar putri nya .
Tok tok tok... Umi Salma mengetuk pintu kamar Syifa.
"Syifa ayo keluar sayang, semua sudah menunggu mu sayang. "
Syifa yang mendengar suara Umi nya langsung pun tersadar kan dari lamunan nya. Dan dia berjalan perlahan menuju pintu kamar nya.
Lalu membuka pintu. Cekrek yang langsung di sambut oleh senyuman Umi Salma.
" Masya Allah sayang kamu sangat cantik sekali memakai pakaian syar'i yang berwarna maron ini nak ".
Umi Salma pun menggenggam tangan Syifa dan membawa nya ke ruang keluarga.
Syifa berjalan sambil terus menunduk kan wajah nya. Dia tidak berani untuk menatap wajah orang yang akan di temui nya itu.
Begitu pun dengan Haris dia menunduk kan kepala nya karena menghindari dari memandang yang bukan mahram nya.
"Bagaimana sayang kamu bersedia dengan perjodohan ini ? "
Ustadz Aziz bertanya kepada putri nya. Syifa pun terdiam dan tak langsung menjawab.
Syifa bingung harus berkata apa, di sisi dia tidak ingin membuat kedua orang tua nya itu kecewa dan bersedih, akan tetapi di sisi lain juga dia masih ingin meraih cita-cita nya yang sudah dia rancang dengan sangat indah, Apakah aku harus merelakan semua impian ku itu demi orang tua ku... Atau....
"Maaf Abi, tapi apakah boleh aku bicara hanya dengan orang yang akan di jodohkan dengan ku?"
"Tentu saja sayang, Abi mengizinkan kalian untuk berbicara. "
Syifa kemudian berdiri dari duduk nya dan meminta izin untuk ke teras depan rumah nya dan tentu saja di ikuti oleh Haris dari belakang nya.
Syifa berdiri di depan teras rumah nya tanpa menoleh ke belakang karena dia tahu kalau di belakang nya sudah ada seorang pemuda yang akan di jodoh kan dengan nya.
Ehem ....
Haris berdehem pelan.
"Apa yang ingin kamu bicara kan, cepat katakan lah."
Haris pun langsung menanyakan apa yang ingin di bicarakan Syifa kepada nya.
"Berapa usia anda?"
Hal pertama yang di tanya kan Syifa adalah usia pemuda yang akan menikahi nya itu, karena menurut cerita yang disampaikan umi Salma tentang diri nya yang sebagai dosen sekaligus juga Ustadz sepertinya dia sudah sangat tua.
"29 tahun"
Jawab Haris secara singkat.
"Wah wah wah... Ternyata anda sudah tua ya. Ah maksud saya ternyata Bapak sudah tidak muda lagi ,pantas saja Bapak mau menerima perjodohan ini."
"Saya menerima perjodohan ini bukan karena usia, dan menurut saya dalam pernikahan usia bukan lah suatu masalah."
Jawab Haris.
"Lalu kenapa Bapak menerima perjodohan ini?"
"Karena saya tidak mempunyai alasan untuk tidak melakukan apa yang membuat orang tua saya senang. Dan saya percaya orang tua saya tidak akan mengambil keputusan yang salah apalagi ini tentang pernikahan yang akan dijalani seumur hidup." Ucap Haris lagi.
"Tapi bagaimana dengan ku, aku kan masih sangat muda dan masih ingin meraih cita-cita ku dan membahagiakan kedua orang tua ku."
"Bukankah saya sudah katakan bahwa usia bukan lah suatu masalah dalam sebuah pernikahan , dan seperti nya sudah tidak ada hal lain yang perlu di bicarakan lagi saat ini. Kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum."
Haris pun kembali masuk ke dalam rumah dan meninggal kan Syifa begitu saja.
Dasar Bapak Bapak tua , dia pasti menerima perjodohan ini karena sudah tidak ada wanita lain yang mau menikah dengan nya. Dengan kesal Syifa pun kembali masuk ke dalam rumah nya.
"Bagaimana nak Syifa kamu tidak keberatan kan menikah dengan anak Umi?"
Syifa pun terdiam mendengar pertanyaan Umi Inayah, dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ustad Aziz, bagaimana kalau perjodohan ini di percepat saja? mengingat sudah tidak ada lagi yang harus di tunggu, maka alangkah baik nya jika pernikahan ini di laksanakan secepat nya. Tapi kalau itu juga ustad Aziz tidak keberatan?"
Ustad Aziz pun menjawab.
"Tentu saja saya tidak keberatan Ustaz Faisal, saya setuju kalau pernikahan ini di percepat."
Syifa pun terkejut dan membulatkan kedua matanya karena Abi nya setuju dengan yang di katakan Ustaz Faisal. Rasanya aku ini seperti mimpi (Ya Allah kenapa secepat ini ).
"Bagaimana Nak kamu bersedia?"
Ustadz Aziz bertanya kepada Haris, dan langsung mendapat jawaban.
"Insya Allah saya bersedia Ustadz."
Haris menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
Sontak saja semua orang langsung mengucapkan "Alhamdulillah."
Semua orang tersenyum bahagia namun tidak dengan Syifa, dia masih tidak menyangka kalau akan menikah secepat ini. Ingin sekali rasa nya dia menolak perjodohan nya itu akan tetapi dia tidak berdaya untuk membuat orang tua nya kecewa.
Dua minggu kemudian.
Hari hari yang di tunggu pun telah tiba ....
Bagaimana para saksi "sah ...."
"SAH"
Alhamdulillah
Setelah selesai membaca do'a.
Syifa dimintai untuk menyelami Haris yang kini sudah menjadi suami nya.
"Ayo sayang, di salami dulu suami nya."
Setelah melakukan doa Haris mencium kening istri nya dengan lembut.
Hal itu membuat Syifa gemetar dan sangat gugup sekali.
Para undangan, kerabat, dan sahabat yang hadir di acara pernikahan tersebut, satu persatu mulai berpamitan pulang hingga kini tinggal lah dua keluarga yang sudah berteman sejak lama yang kini resmi menjadi besan.
"Seperti nya saya juga harus pulang sekarang. karena masih ada pekerjaan di pesantren yang harus di kerjakan besok."
Usap ustad Faisal.
Ustaz Faisal berpamitan karena akan pulang sore ini juga. Sebenar nya dia masih ingin berlama-lama di sini tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawab nya di pesantren. Walau pun pesantren tersebut adalah milik nya sendiri.
"Baiklah Faisal tidak apa-apa.
Mungkin lain kali kami yang akan berkunjung ke sana. "
Ustadz Aziz sangat memahami apa yang di maksud oleh besan nya itu karena dia juga mempunyai pesantren jadi dia tahu betul bagaimana peran nya.
Sebelum pulang umi Inayah juga berpesan pada anak nya agar selalu bersikap baik pada istri nya.
"Haris tolong jaga dan selalu bersikap baik lah pada menantu umi ini ya.
Jangan sesekali kamu menyakiti hati nya. Kalau suami mu macam-macam atau dia menyakiti mu bilang saja sama umi ya biar umi yang akan kasih dia pelajaran karena sudah berani menyakiti menantu umi! " Ucap umi Inayah.
Syifa mengangguk dan menjawab. "Baik Umi."
Dia meraih tangan Umi Inayah dan mencium nya. Umi Inayah pun memeluk Syifa dan mencium kening menantu nya itu dengan penuh kasih sayang.
Setelah selesai berpamitan Ustad Faisal dan umi Inayah pun pulang.
Syifa sudah pergi ke kamar nya. Sementara Haris masih duduk di ruang keluarga bersama Ustad Aziz.
"Nak Haris terima kasih karena kamu sudah mau menerima perjodohan ini dan menikah dengan Putri saya. Syifa masih butuh banyak bimbingan dan saya percaya bahwa kamu bisa membimbing nya menjadi lebih baik lagi nak. "
"Iya ustad, Insya Allah saya akan berusaha menjadi pemimpin yang baik bagi nya dan selalu membimbing nya ke jalan yang benar."
"Sekarang saya sudah menjadi orang tua mu juga nak . Jadi panggil lah saya seperti kamu memanggil orang tua mu sendiri nak."
Haris pun mengangguk kan kepalanya dan menjawab .
"Baik lah, bi ."
----------------
Tok tok tok....
Cekrek
Haris mengetuk pintu kamar Syifa lalu dia membuka nya dan berjalan masuk ke dalam kamar.
"Assalamualaikum. "
"Wa'alaikumussalam, mau apa anda ke sini dan masuk kamar saya tanpa izin?"
Syifa tampak terkejut dan segera berdiri dari duduk nya , kedatangan Haris ke kamar membuat nya merasa tidak nyaman karena dia belum terbiasa ada orang asing yang masuk ke kamar nya terlebih orang tersebut adalah seorang lelaki.
"Kenapa saya harus minta izin dulu untuk masuk ke kamar istri saya, di mana salah nya?"
Haris mengatakan itu sambil berjalan mendekati Syifa. Sementara Syifa terlihat panik sekali.
"Ma... Mau apa anda mendekati saya? tolong jangan macam-macam!"
Haris terus melangkah mendekati Syifa hingga Syifa pun tak bisa lagi melangkah mundur karena kini badan nya sudah mentok di dinding.
"Tolong jangan mendekat, stop!!!"
Syifa pun menekankan suara nya.
Sementara Haris dia hanya menahan senyum nya melihat Syifa yang tampak panik ketika dia mendekati nya, Haris memang sengaja ingin membuat Syifa panik karena terlihat sangat lucu.
"Memang nya kenapa kalau saya mendekat, saya ini kan suami kamu dan saya punya hak bahkan lebih dari sekedar mendekati kamu saja."
Jarak mereka hanya tinggal beberapa cm saja, dan membuat Syifa semakin gugup dan jantung nya mulai tak karuan.
"Apa yang anda ingin kan dari ku? "
Haris tersenyum lalu tangan nya meraih cadar Syifa dan ingin membuka nya , akan tetapi belum sempat cadar itu terlepas dari wajah nya, dengan cepat Syifa mencegah nya.
"kenapa ? mau saya yang buka atau kamu buka sendiri?"
"Tidak sekarang ,aku mohon, aku masih belum siap. "
Suara Syifa terdengar bergetar dan tentu saja hal itu semakin membuat Haris menahan senyum nya.
"Apa kamu akan tidur dengan menggunakan cadar seperti ini?"
"Maksud anda?"
"Saya hanya ingin membuka cadar kamu saja."
Sambil tangan nya meraih cadar Syifa, namun lagi-lagi di cegah oleh Syifa dan Haris tidak berhasil membuka cadar nya.
Syifa menggeleng kan kepala nya "Tidak apa-apa, saya bisa kok tidur pakai cadar."
"Jadi selama ini kamu tidur dengan menggunakan cadar seperti ini?"
Syifa tidak menjawab, dia hanya menunduk kan wajah nya.
"Kamu tahu kan kalau berbohong itu dosa? lagi pula apa yang kamu takutkan sampai tidak mau membuka cadar begini?"
Haris kembali ingin membuka cadar Syifa, tapi tiba-tiba.
"Nggak nggak aku bisa sendiri kok ,tapi tolong anda mundur sedikit bisa kan . Gak harus berdekatan seperti ini! "
Setelah Haris mundur beberapa langkah, Syifa pun berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian sekaligus dengan hijab yang biasa di gunakan nya sehari-hari , kemudian langsung masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Haris dia duduk di sofa yang ada di sudut kamar sambil mengecek handphone nya, karena memang sejak dari pagi tadi dia menonaktifkan handphone nya karena tak ingin acara pernikahan nya terganggu. Dan benar saja setelah handphone nya aktif banyak sekali notifikasi yang bermunculan di beranda handphone nya. Sebagian adalah ucapan selamat dari beberapa teman yang tidak bisa menghadiri acara pernikahan nya itu.
Setelah 30 menit Syifa akhirnya keluar dari kamar mandi , dia mengenakan pakaian tidur nya yaitu piyama lengan panjang dan hijab yang tidak terlalu panjang. Kemudian dia berjalan ke arah sebuah meja rias dan duduk di kursi tepat di depan cermin meja tersebut.
Seperti wanita pada umumnya, setelah salat isya dan sebelum tidur dia selalu memakai serum dan pelembab wajah.
Haris pun mengalihkan pandangan nya dari handphone yang di pegang nya itu. Dia mencium aroma yang tiba-tiba mengusik penciuman nya, dan itu adalah aroma body serum yang di pakai Syifa.
Haris berjalan ke arah Syifa, namun seperti nya Syifa lupa kalau di dalam kamar nya itu ada lelaki yang tak lain adalah suami nya. Syifa membulatkan mata nya karena melihat Haris dari pantulan cermin yang ada di hadapan nya.
Dengan cepat Syifa menunduk kan wajah nya agar tak terlihat oleh Haris
"Ehem."
" Sudah mandi ya?"
Haris menghentikan langkah nya setelah berada tepat di belakang Syifa.
"Sudah. " jawab Syifa agak sedikit gugup.
Haris mengerutkan kening nya melihat Syifa yang masih saja menunduk kan wajah nya.
"Kenapa terus menunduk begitu, apa kamu nggak mau melihat wajah suami mu yang ganteng banget ini ?"
Haris sengaja menggoda Syifa karena ia sangat terlihat lucu ketika dia sedang gugup.
Syifa tidak menjawab. Dia malah berdiri bangkit dari duduk nya dan hendak berjalan ke ranjang karena ingin segera tidur.
Dengan cepat Haris meraih pergelangan tangan Syifa dan menarik nya hingga Syifa berada di hadapan nya.
"Mau ke mana?" tanya Haris.
"Ya mau tidur lah, ini tuh udah jam tidur nya aku."
"Kenapa kamu tidak mau melihat saya? nggak penasaran emang?"
Lagi-lagi Haris membuat Syifa gugup.
_Duh kenapa sih orang tua ini maksa banget nyuruh lihat wajah nya segala, malah pede banget bilang wajah nya ganteng emang nya dia seganteng apa _
Syifa hanya menjawab dengan menggeleng kan kepala nya.
"Tapi saya penasaran ingin melihat wajah kamu , boleh kan ? tolong jangan menolak nya, saya tidak akan melakukan apa pun. Percaya lah. "
Haris meletak kan tangan nya di kedua pipi Syifa dan perlahan mengangkat nya hingga kini wajah Syifa terlihat sangat jelas.
"Masya Allah."
Haris tersenyum dan mengatakan sungguh indah ciptaan Allah.
Syifa pun terkejut melihat wajah suami nya yang ternyata. _Da tidak sesuai yang aku bayang kan dan wajah nya sangat ganteng sekali alis nya tebal hidung nya mancung kulit nya putih bersih Masya Allah._
"Apa kamu juga memakai hijab saat tidur?" tanya Haris.
Syifa menggeleng kan kepala nya.
Haris mengerutkan kening nya.
"Lalu kenapa masih memakai nya sekarang?
Tadi kata nya mau tidur !.."
" Hmmm... Itu karena aku tidak terbiasa tanpa hijab di hadapan orang lain." jawab Syifa
Terdengar suara Syifa yang masih sangat gugup , _rasa nya aku ingin cepat-cepat tidur biar gak di interogasi seperti ini._
"Saya bukan orang asing, tapi saya ini suami kamu, kita sudah menikah siang tadi , apa kamu lupa? sekarang kamu bisa membuka hijab mu atau mau saya yang buka?"
"Iya memang benar anda sekarang memang sudah menjadi suami aku, tapi tetap saja aku malu dan belum terbiasa tanpa hijab."
"Ya sudah biar saya yang buka ."
Haris menarik hijab Syifa perlahan sampai akhirnya kini terlihat rambut panjang nya Syifa yang masih terikat rapi.
Sungguh Syifa memang wanita yang sangat cantik dengan kulit putih, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, hingga setitik tahi lalat di samping bibir nya yang terlihat sangat cantik.
Hampir saja Haris tak berkedip melihat Syifa seperti itu, dan untuk kedua kali nya dia mencium kening Syifa. Setelah yang pertama tadi adalah ketika selesai ijab qakul.
Sementara jantung nya Syifa tengah berantakan alias mau copot atau berdegup kencang. Dia sangat takut kalau Haris akan meminta hak nya sebagai seorang suami.
Maka dengan cepat Syifa membalik kan badan nya. Dan langsung berjalan ke arah tempat tidur nya.
"Ini bantal dan juga selimut untuk anda silakan anda tidur di bawah atau di sofa. Yang jelas saya tidak mau tidur seranjang dengan anda!!! "
...Setelah memberi kan bantal dan selimut kepada Haris . Syifa pun langsung tertidur dan tidak menghiraukan perkataan suaminya....
----------------
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!